Anda di halaman 1dari 59

perpustakaan.uns.ac.

id

digilib.uns.ac.id

PENGARUH TEKANAN TERHADAP KARAKTERISTIK


SAMBUNGAN LAS DIFUSI LOGAM TIDAK SEJENIS
ANTARA ALUMINIUM 6061 DAN BAJA KARBON SS 400
TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister


Program Studi Teknik Mesin

Oleh

Mathius Karengke
NIM. S951208007

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

commit to user
i

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user
ii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user
iii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:


1.

Tesis yang berjudul: Pengaruh Tekanan Terhadap Karakteristik Sambungan Las


Difusi Logam Tidak Sejenis Antara Aluminium 6061 Dan Baja Karbon SS 400 ini
adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya ilmiah yang pernah
diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang tertulis dengan acuan yang disebutkan sumbernya, baik dalam naskah
karangan dan daftar pustaka. Apabila ternyata dalam naskah tesis ini dapat
dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, maka saya bersedia menerima sangsi, baik
tesis beserta gelar magister saya dibatalkan serta diproses sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

2.

Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah harus
menyertakan tim promotor sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya.
Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya
bersedia mendapat sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta,........................2014

Mahasiswa

Mathius Karengke
S951208007

commit to user
iv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

MATHIUS KARENGKE, S951208007. PENGARUH TEKANAN TERHADAP


KARAKTERISTIK SAMBUNGAN LAS DIFUSI LOGAM TIDAK SEJENIS
ANTARA ALUMINIUM 6061 DAN BAJA KARBON SS 400. Komisi Pembimbing
I: Dr. Triyono, ST., M.T. Pembimbing II: Dr. Agus Supriyanto, S.Si, M.Si. Tesis
Program Studi Teknik Mesin. Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
ABSTRAK

Salah satu fokus pengembangan kendaraan saat ini adalah membuatnya semakin
ringan yang bertujuan untuk menghemat energi. Hal ini memerlukan banyak material
logam ringan tetapi kuat. Logam ringan yang digunakan untuk membuat struktur
kendaraan tersebut mampu menahan beban yang cukup besar. Salah satu material
alternatif yang dapat digunakan adalah aluminium, karena aluminium tahan karat dan
ringan. Kendaraan yang menggunakan struktur aluminium secara keseluruhan
kekuatannya akan rendah. Baja dan aluminium memiliki sifat mekanik yang sangat
berbeda. Oleh sebab itu penyambungan kedua material ini memerlukan suatu metode
yang sesuai sehingga dapat menjawab permasalahan tersebut. Metode dengan
menggunakan pengelasan difusi merupakan solusi untuk menjawab permasalahan pada
pengelasan logam tidak sejenis. Penelitian ini menggunakan filler Fe-Cu sebagai
promotor pada pengelasan difusi. Sehingga tujuan dari penelitian ini dapat tercapai yaitu
mengetahui jenis dan tebal lapisan intermetalik yang terbentuk di antarmuka pada
pengelasan difusi dan mengetahui pengaruh filler Fe-Cu terhadap kekuatan mekanik
dari sambungan las.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lapisan yang terbentuk di antarmuka
dari pengelasan Al 6061 dan baja karbon SS 400 yaitu lapisan intermetalik FeAl3.
Kekuatan tarik geser yang tertinggi yaitu pada spesimen tanpa filler dengan tekanan 0,3
Pa sebesar 7,11MPa dan terendah pada spesimen dengan komposisi filler Fe 60% Cu
40% tekanan 0,1 Pa sebesar 1,64 MPa. Ketebalan lapisan intermetalik yang terendah
yaitu pada spesimen tanpa filler dengan tekanan 0,3 Pa sebesar 0,4 m dan yang
tertinggi pada spesimen dengan komposisi filler 60% Cu 40% tekanan 0,1 Pa sebesar
0,9 m. Tekanan yang diberikan sampai batas tertentu akan berpengaruh terhadap
kenaikan kekuatan tarik geser dan kekerasannya. Kekerasan tertinggi yaitu 899,3 HV
pada spesimen tanpa filler dengan tekanan 0,3 Pa dan terendah kekerasanya pada
spesimen dengan komposisi Fe 60% Cu 40% tekanan 0,1 Pa sebesar 640,7 HV. Hal ini
terjadi diakibatkan kenaikan nilai kekerasan sebanding dengan pertambahan tekanan.
Kata kunci: aluminium, baja, difusi, intermetalik, komposisi filler

commit to user
v

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

MATHIUS KARENGKE, S951208007. Effect of Pressure on Characteristics of


Diffusion-Welded Joints of Dissimilar Metals between Aluminum-6061 and Carbon
Steel-SS 400. Principal Advisor: Dr. Triyono, ST., M.T. Co-advisor: Dr. Agus
Supriyanto, S.Si, M.Si. Thesis: The Graduate Program in Mechanical Engineering
Sebelas Maret University, Surakarta
ABSTRACT
One of the focuses of vehicle development currently is how to make it mild in an
attempt to economize the energy. This requires many metal materials, which are mild
but strong. The metal used to construct the structure of vehicle is able to withstand a
fairly heavy load. One of the alternative materials that is applicable is aluminum as it is
corrosion- resistant and mild. The vehicle whose whole structure is composed of
aluminum has a low strength. Steel and aluminum have very different mechanical
characteristics. Therefore, joining metal and aluminum requires a certain and
appropriate method so that the problem is solved. The method is diffusion welding, and
it is a solution for the dissimilar metal welding. This research used filler Fe-Cu a
promoter for the diffusion welding as the answer the problems of research, that is, to
investigate the kind and thickness intermetallic layer which is formed at the diffusionwelding and to investigate the effect of filler Fe-Cu on the mechanical strengths of
diffusion-welded joints.
The results of research show that the layer formed at interface with the welding
between aluminum-6061 and carbon steel-SS 400 was the intermetallic layer of FeAl3.
Its highest tensile and shear strength was 7.11MPa. It was found in the specimen
without any fillers with the pressure of 0.3, and its lowest tensile and shear strength was
1.64 MPa, and it was found in the specimen with the compositions of fillers of Fe 60%
and Cu 40% with the pressure of 0.1 Pa. The lowest intermetallic thickness was 0.4 m,
and it was found in the specimen without any fillers with the pressure of 0.3 Pa, and its
highest intermetallic thickness was 0.9 m, and it was found in the specimen with
compositions of fillers of 60% and Cu 40% with the pressure of 0.1 Pa. The pressure
administered up to a certain level will affect the increase of tensile and shear strength
and hardness. The highest hardness was 899.3HV. It was found in the specimen without
any fillers with the pressure of 0,3 Pa, and the lowest hardness was 640.7 HV. It was
found in the specimen with compositions of Fe 60% and Cu 40% with the pressure of
0.1 Pa. This happens because the increase of hardness value is proportional to the
pressure increase.
.
Keywords: Aluminum, steel, diffusion, intermetallic, and compositions of fillers

commit to user
vi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Penyusunan tesis
ini adalah salah satu persyaratan untuk mencapai derajat magister teknik di Program
Studi Teknik Mesin, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Penelitian dan penulisan tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan
yang tulus kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian tesis ini.

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret, yang telah
memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan
menyelesaikan Program Pascasarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
dan menyelesaikan Program Pascasarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Agustin Teras Narang, SH selaku Gubernur Kalimantan Tengah yang telah
memberikan bantuan dana dalam penyelesaian studi melalui program Kalteng
Harati.
4. Dr. Techn. Suyitno, ST., MT selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Mesin
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Dr. Triyono, ST., MT selaku pembimbing utama yang telah membimbing dan
mengarahkan kepada penulis dalam menyelesaiakan tesis.
6. Dr. Agus Supriyanto, S.Si., M.Si selaku pembimbing kedua yang telah
mengarahkan penulis untuk penyempurnaan tesis ini.
7. Direktorat Pendidikan Tinggi yang telah memberi dana hibah penelitian melalui
MP3EI No.499/un 27. 11/PN/2014.
8. Istri dan kedua anak yang terkasih yang selama ini mendoakan serta memotivasi
dalam menyelesaikan studi.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam membantu
penyelesaian tesis ini.

commit to user
vii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Penulis berharap semoga penelitian ini mampu memberikan manfaat dan kontribusi
yang bermakna dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Surakarta,

Penulis

commit to user
viii

2014

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING TESIS ........................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI TESIS ..................................................

iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN DAN PUBLIKASI .........................

iv

ABSTRAK ............................................................................................................

ABSTRACT ............................................................................................................

vi

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

vii

DAFTAR ISI .........................................................................................................

ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................

xii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................

B. Rumusan Masalah ................................................................................

C. Tujuaan Penelitian ...............................................................................

D. Manfaat Penelitian ...............................................................................

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................

A. Tinjauan Pustaka ..................................................................................

B. Kerangka Berpikir ................................................................................

1. Mekanisme Pengelasan Difusi .........................................................

2. Pengelasan Difusi Dengan Bantuan Interlayer .................................

3. Variabel Pengelasan Difusi ..............................................................

4. Aluminium 6061 ..............................................................................

5. Baja Karbon SS 400 .........................................................................

C. Hipotesis ..............................................................................................

12

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................

13

A. Tempat Penelitian.................................................................................

13

B. Material.................................................................................................

13

C. Komposisi Filler ..................................................................................

14

D. Preparasi Spesimen .............................................................................

14

commit to user
ix

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

E. Proses Pengelasan ...............................................................................

16

F. Pengujian ..............................................................................................

17

G.Langkah-langkah Penelitian .................................................................

19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................

20

A. Struktur Makro .....................................................................................

20

B. Struktur Mikro ......................................................................................

25

C. SEM EDX ............................................................................................

29

D. Kekerasan .............................................................................................

33

E. Kekuatan Tarik Geser ...........................................................................

34

F. Foto Spesimen Hasil Uji Tarik ............................................................

35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................

43

A. Kesimpulan .........................................................................................

43

B. Saran ...................................................................................................

43

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

44

LAMPIRAN

commit to user
x

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL
Tabel 1.

Komposisi kimia.............................................................................

13

Tabel 2.

Sifat mekanik..................................................................................

13

Tabel 3.

Komposisi filler dengan temperatur dan holding time tetap..........

16

Tabel 4.

Kekerasan lapisan intermetalik Fe-Al............................................

16

commit to user
xi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.

Tahapan metalurgi diffusion bonding................................................

Gambar 2.

Skema transfer material selama proses difusi..................................

Gambar 3.

Struktur mikro Al 6061.....................................................................

Gambar 4.

Diagram Fasa Al-Mg-Si....................................................................

.9

Gambar 5.

Struktur mikro baja karbon rendah...................................................

10

Gambar 6.

Diagram fasa FeAl..........................................................................

11

Gambar 7.

Diagram fasa FeCu.........................................................................

11

Gambar 8.

Diagram fasa AlCu.........................................................................

12

Gambar 9.

Jig uji tarik geser ukuran dalam mm ...............................................

14

Gambar 10. Spesimen ukuran dalam mm.............................................................

15

Gambar 11. Diagram alir penelitian......................................................................

19

Gambar 12. Struktur makro spesimen tanpa filler................................................

21

Gambar 13. Struktur makro spesimen dengan komposisi


filler Fe 80% Cu 20%.......................................................................

22

Gambar 14. Struktur makro spesimen dengan komposisi


filler Fe 70% Cu 30%.......................................................................

23

Gambar 15. Struktur makro spesimen dengan komposisi


filler Fe 60% Cu 40%.......................................................................

24

Gambar 16. Struktur mikro spesimen tanpa filler.................................................

25

Gambar 17. Struktur mikro spesimen dengan komposisi


filler Fe 80% Cu 20%......................................................................

26

Gambar 18. Struktur mikro spesimen dengan komposisi


filler Fe 70% Cu 30%......................................................................

27

Gambar 19. Struktur mikro spesimen dengan komposisi


filler Fe 60% Cu 40%......................................................................

commit to user
xii

28

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Gambar 20. SEM EDX spesimen tanpa filler tekanan 0,1 Pa..............................

29

Gambar 21. SEM EDX spesimen tanpa filler tekanan 0,3 Pa..............................

29

Gambar 22. SEM EDX komposisi filler Fe 80% Cu 20% tekanan 0,1 Pa..........

30

Gambar 23. SEM EDX komposisi filler Fe 80% Cu 20% tekanan 0,3 Pa...........

30

Gambar 24. SEM EDX komposisi filler Fe 70% Cu 30% tekanan 0,1 Pa..........

31

Gambar 25. SEM EDX komposisi filler Fe 70% Cu 30% tekanan 0,3 Pa...........

31

Gambar 26. SEM EDX komposisi filler Fe 60% Cu 04% tekanan 0,1 Pa...........

32

Gambar 27. SEM EDX komposisi filler Fe 60% Cu 04% tekanan 0,3 Pa...........

32

Gambar 28. Grafik hasil uji kekerasan vickers.....................................................

34

Gambar 29. Grafik perbandingan tekanan, kekuatan tarik geser dan


variasi filler........................................................................................

34

Gambar 30. Hasil uji tarik spesimen tanpa filler...................................................

36

Gambar 31. Hasil uji tarik spesimen dengan filler Fe 80% Cu 20%....................

38

Gambar 32. Hasil uji tarik spesimen dengan filler Fe 70% Cu 30%....................

40

Gambar 33. Hasil uji tarik spesimen dengan filler Fe 60% Cu 40%....................

41

commit to user
xiii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu fokus pengembangan kendaraan saat ini adalah membuatnya semakin
ringan yang bertujuan untuk menghemat energi. Kendaraan ringan diproduksi mencapai
83,3 juta (Michael dan Maaz, 2013). Hal ini memerlukan banyak material logam ringan
tetapi kuat. Logam ringan yang digunakan untuk membuat struktur kendaraan tersebut
mampu menahan beban yang cukup besar. Salah satu material alternatif yang dapat
digunakan adalah aluminium, karena aluminium tahan karat dan ringan. Kendaraan
yang menggunakan struktur aluminium secara keseluruhan kekuatannya akan rendah.
Oleh karena itu untuk memperkuat konstruksi kendaraan maka pada beberapa bagian
harus diperkuat dengan baja. Baja dan aluminium memiliki sifat mekanik yang sangat
berbeda. Oleh sebab itu penyambungan kedua material ini memerlukan suatu metode
yang sesuai sehingga dapat menjawab permasalahan tersebut. Metode pengelasan difusi
merupakan solusi untuk menjawab permasalahan dari pengelasan logam tidak sejenis.
Pengelasan logam tidak sejenis seperti aluminium dengan baja banyak dikembangkan
saat ini.
Permasalahan yang sering ditemukan dalam pengelasan aluminium dengan baja
adalah sambungan tersebut menghasilkan lapisan intermetalik. Lapisan intermetalik
terbentuk oleh adanya dua unsur yang membentuk senyawa baru. Baja dan aluminium
yang disambung akan menghasilkan lapisan intermetalik yang rapuh pada temperatur
tinggi (Bouche et al, 1998). Selain itu kelarutan aluminium di dalam logam baja sangat
rendah sehingga sangat sulit dilakukan penyambungan. Hal tersebut disebabkan oleh
sifatsifat unsur pembentuk material tidak sama, sehingga memerlukan material lain
sebagai media perantara atau promotor. Media promotor ini diharapkan dapat
membantu proses terjadinya difusi aluminium dan baja. Kobayashi dan Yakao (2002)
mengembangkan perlakuan difusi pada sambungan aluminium dan baja dapat
memperbaiki sifatsifat sambungan.
Perkembangan pengelasan logam tidak sejenis memacu juga pengelasan dengan
metodemetode lain seperti resistance spot welding yang diteliti oleh Sun dan Khalel

commit to user
1

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
2

(2007). Kimapong dan Watanabe (2004) meneliti pengelasan plat paduan aluminium
dan baja ringan menggunakan las gesekan aduk (FSW) dengan parameter penelitian
adalah kecepatan rotasi dan diameter pin. Sun et al (2004) meneliti pengelasan
resistance spot welding paduan aluminium dan baja menggunakan transisi material.
Watanabe et al (2006) meneliti pengelasan paduan aluminium dan baja dengan friction
stir welding (FSW). Rafeng et al (2009) meneliti mikrostruktur dan kekuatan
sambungan baja dengan aluminium dengan pengelasan resistance spot welding
menggunakan plat penutup.
Banyaknya pengembangan materialmaterial baru yang bertujuan mendukung
pengembangan energi baru dan terbarukan menyebabkan penelitian material tersebut
banyak dilakukan. Penelitian yang menggabungkan aluminium paduan dan baja dengan
efek fusi dilakukan oleh Chen dan Kovacevic (2004), kemudian Zhao dan Zhang (2008)
menggunakan difusi untuk mendapatkan kekuatan yang lebih tinggi pada sambungan Al
dan Mg. Mahendra et al (2009) menyambung magnesium dan aluminium dengan difusi.
Pengelasan difusi adalah proses penyambungan dua material dengan cara pemanasan
dan penekanan sehingga terjadi penyatuan pada kedua material tersebut. Penekanan
adalah salah satu faktor yang diperlukan untuk memberikan kontak dalam jarak
interatomik sehingga difusi atom antara material dapat terjadi lebih mudah. Oleh karena
itu penelitian ini menfokuskan pada pengaruh tekanan terhadap karakteristik sambungan
las difusi logam tak sejenis anatara aluminium 6061 dan baja karbon SS 400.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang dihadapi dalam pengelasan logam tidak sejenis adalah
terdapat lapisan intermetalik. Oleh karena itu, penelitian ini merumuskan masalah yaitu
jenis dan tebal lapisan intermetalik serta pengaruh tekanan terhadap sifat mekanik
dengan metode difusi antara Al 6061 dan baja karbon SS 400.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan antara lain adalah:
1. Mengetahui jenis dan tebal lapisan intermetalik yang terbentuk di antarmuka
pada pengelasan difusi.
2. Mengetahui pengaruh tekanan terhadap sifat mekanik dari sambungan las difusi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
3

3. Mengetahui pengaruh filler Fe-Cu terhadap sifat mekanik dari sambungan las
difusi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini antara lain adalah :
1. Memberikan pemahaman yang komperhensip tentang pengelasan difusi pada
aluminium 6061 dan baja karbon SS 400.
2. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Pengembangan teknologi pada industri khususnya dibidang pengelasan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
Difusi adalah peristiwa berpindahnya suatu atom atau partikel dari suatu tempat ke
tempat lain. Difusi dapat ditingkatkan dengan memberikan perlakuan temperatur. Jika
temperatur dinaikkan maka susunan atom akan berubah dan dengan demikian atom
dapat berdifusi dengan mudah (Wonorahardjo, 2013). Beberapa proses difusi terjadi
dengan memberikan perlakuan temperatur, tekanan, dan tegangan listrik.
Pengelasan difusi merupakan proses penyambungan antara dua material dengan
cara memberikan perlakuan temperatur dan tekanan. Penyambungan yang terjadi karena
adanya difusi atom antar material. Penekanan diperlukan untuk memberikan kontak
dalam jarak interatomik sehingga difusi atom antara material dapat terjadi lebih mudah.
Peneliti sebelumnya yang meneliti penyambungan material tak sejenis dengan
melakukan kontak langsung pada permukaan logam sehingga terjadi difusi dan
memberi tekanan (Kimapong dan Watanabe, 2004).
Proses pengelasan difusi memerlukan ruang dan waktu dalam pengerjaannya
sehingga dapat terjadi pertukaran atau loncatan atom antar permukaan kedua material.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zhao dan Zhang (2008) serta Mahendra et
al (2009) melakukan pengelasan difusi dengan menggunakan vacuum chamber atau
furnace untuk proses penyambungannya. Pengelasan dengan menggunakan metode
difusi tidak terlepas dari banyaknya kendala yang ditemukan antara lain temperatur,
tekanan, dan perbedaan unsur dari pembentuk material yang akan disambung membuat
metode ini memiliki tantangan tersendiri.
Pengelasan difusi memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik pengelasan difusi
yang dikemukakan oleh Dunkerton (1995) menjelaskan bahwa penyambungan dengan
proses difusi adalah sebagai berikut:
1. Sambungan terjadi pada temperatur dibawah titik cair material yaitu 0,5 0,8
Tm.
2. Penyatuan antar permukaan kontak dihasilkan dengan memberikan beban yang
kecil sehingga tidak terjadi deformasi plastis yang berlebihan.

commit to user
4

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
5

3. Lapisan antara dapat diberikan untuk membantu meningkatkan aktivitas


pembentukan sambungan dalam proses penyambungan.
B. Kerangka Berpikir
1. Mekanisme Pengelasan Difusi
Proses pengelasan difusi merupakan penggabungan dua permukaan material padat
secara atomik. Penyatuan permukaan terjadi karena adanya proses menyatunya atom
antarmuka pada material yang di sambung. Mekanisme penyambungan dapat dibagi
menjadi tiga tahap. Setiap tahapan tidak berlangsung secara terpisah tetapi mulai dan
berakhir

secara berkesinambungan,

sehingga

mekanisme

metalurginya

saling

melengkapi. Tahap demi tahap mempunyai kontribusi yang sama pentingnya selama
proses penyambungan.

Gambar 1. Tahapan metalurgi diffusion bonding (Mahoney dan Bamton, 1995).


Proses difusi atom terjadi disetiap tahap yang terlihat pada Gambar 1. Hal ini
dijelaskan agar konsep dasar dari difusi atom pada material dapat diketahui.
Pada tahap pertama, faktor kekasaran pada permukaan dan tekanan mempunyai
peranan yang penting. Permukaan benda kerja yang sebenarnya tidak pernah betul-betul
halus dan rata. Sehingga pada daerah kontak antarmuka logam akan membentuk
rongga-rongga yang kekerasannya akan berkurang. Secara ideal tahap pertama berjalan
dengan baik, bila kekasaran pada permukaan akan berkurang dan penyebaran rongga
yang merata.
Pada tahap kedua, proses difusi

terjadi pengurangan rongga-rongga pada

permukaan kontak. Pengurangan rongga-rongga ini dikarenakan adanya proses


perpindahan massa menuju rongga yang mengakibatkan ukuran rongga berubah
mengecil. Dalam proses difusi perpindahan massa berlangsung secara bersamaan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
6

berupa aliran plastis, difusi dari interface menuju rongga melalui lattice, interface dan
grain boundary.

Gambar 2. Skema transfer material selama proses difusi (Mahoney dan Bamton, 1995).
Lebih jelasnya bagian dari transfer massa dapat dilihat pada Gambar 2 yang
meliputi pada peluluhan plastis yang mendeformasi pada kontak permukaan, dimana
difusi surface menuju leher, difusi volume yaitu penguapan di permukaan akan
mengakibatkan pengembunan pada leher, dan difusi grain boundary dari antara setiap
permukaan menuju leher.
Pada tahap ketiga, bagian difusi yang dominan adalah difusi volume. Selama
tahap ini rongga-rongga menyusut hingga menjadi sangat kecil dan akhirnya hilang.
Batas butir bergerak menuju sebuah bentuk kesetimbangan, hingga menyatu dan tidak
dapat dibedakan dari grain boundary lainnya, secara struktur mikro. Bidang kontak
permukaan awal berubah karena adanya penetrasi pada lokal difusi atom. Tahap tiga
berlanjut secara sempurna dengan hilangnya rongga-rongga hingga menyatunya
permukaan kedua material yang disambung.
2. Pengelasan Difusi dengan Bantuan Interlayer
Dalam proses pengelasan difusi

dapat dilakukan dengan cara menambahkan

lapisan antara (interlayer) pada permukaan kontak material yang akan disambung.
Penambahan interlayer ini bertujuan untuk membantu meningkatkan aktivitas proses
difusi pada material yang disambung. Oleh karena itu biasanya dipilih interlayer dari
material yang memiliki kelarutan yang baik pada material yang disambung.
Interlayer dapat pula dipilih dari material yang dapat menangkap unsur kotoran
pada interface dan menghasilkan permukaan yang bersih. Untuk tujuan tersebut
material yang dipilih adalah material yang memiliki solusibilitas yang tinggi yang
mengandung unsur interstisi. Pada interlayer dapat juga menggunakan material lunak

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
7

dengan tujuan memaksimalkan bidang kontak selama tahap pertama penyambungan.


Material yang sering digunakan sebagai interlayer seperti tembaga, perak dan nikel.
Ketebalan lapisan interlayer akan mempengaruhi kekuatan mekanis dari
sambungan. Untuk mendapatkan kekuatan mekanis sambungan las difusi yang
maksimal, maka lapisan interlayer harus tipis. Dengan interlayer yang relatif tipis,
kekuatan tarik sambungan meningkat, karena material matrik meregang pada aliran
plastis kontak interface yang berinteraksi dengan logam induk. Studi eksperimen yang
telah dilakukan oleh Malek et al (2007) menunjukkan kekerasan maksimum terdapat
pada interface.
3. Variabel Pengelasan Difusi
Banyak variabel yang berpengaruh terhadap hasil pengelasan difusi. Variabel
tersebut meliputi kondisi lingkungan, proses, kondisi permukaan material, tekanan
penyambungan, dan lamanya pemanasan. Pengelasan difusi

dapat dilakukan pada

lingkungan yang dilindungi dengan suatu gas pelindung seperti gas argon, dan
dilakukan pada lingkungan vakum yang bertekanan (Mahendran et al, 2010).
3.1. Kelebihan dan Kekurangan Pengelasan Difusi
a. Kelebihan
1.

Sambungan yang dihasilkan memiliki sifat-sifat dan struktur mikro yang


sama dengan logam induknya.

2. Komponen yang disambung mengalami distorsi minimum dan tidak


memerlukan proses permesinan atau pembentukan lagi.
3. Dapat menyambung dua material yang berbeda.
4. Beberapa sambungan pada suatu struktur dapat dilakukan serentak.
5. Dapat menyambung pada tempat atau bagian yang sulit.
6. Dapat menyambung komponen besar tanpa proses pemanasan awal.
b. Kekurangan
1.

Pada umumnya memerlukan durasi siklus yang lebih panjang, biaya peralatan
mahal sehingga mempengaruhi nilai ekonomisnya.

2. Memerlukan lingkungan khusus yang terlindung dari proses oksidasi, karena


proses difusi sangat sensitive terhadap oksidasi.
3. Interlayer yang sesuai belum dikembangkan untuk semua struktur paduan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
8

4. Permukaan yang disambung atau diperbaiki memerlukan persiapan yang


lebih rumit.
5. Penerapan panas dan gaya tekan yang tinggi secara serentak dalam
lingkungan vakum merupakan masalah penyambungan difusi (Hantoro dan
Tiwan, 2005)
4. Aluminium 6061
Paduan aluminium magnesium silicon (AlMgSi) adalah merupakan paduan
aluminum yang dapat dikeraskan dengan perlakuan panas (heat treatable) dan termasuk
dalam seri 6061. Paduan Al 6061 banyak digunakan dalam industri seperti industri
mobil, konstruksi rumah, jembatan dan bahkan dapat digunakan untuk industri nuklir.
Dalam industri nuklir paduan Al 6061 misalnya untuk bahan struktur elemen reaktor
riset dan komponen tangki reaktor.
Pemilihan bahan tangki dari Al 6061 disebabkan paduan tersebut mempunyai
kekerasan yang cukup tinggi sehingga mampu menahan beban selama digunakan di
reaktor. Oleh karena sifat kekerasan Al 6061 tersebut maka paduan Al 6061 cocok
untuk dikembangkan sebagai kelongsong bahan bakar baru seperti U3Si2-Al, UMo dan
U-Zr (Masrukan et al, 2009).
Paduan Al 6061 termasuk dalam kelompok paduan aluminium magnesium
silicon (AlMgSi) yang memiliki kekuatan dan mampu lasan baik serta ketahanan korosi
cukup baik. Paduan AlMgSi dapat digolongkan menjadi tiga kelompok. Kelompok
pertama, yaiu meliputi paduan logam dengan jumlah yang seimbang antara unsur Si
dengan Mg antara 0,8 % dan 1,2 % berat. Kelompok ini dapat diekstrusi. Kelompok
kedua, mengandung Mg dan Si lebih dari 1,4 %. Paduan ini dapat di dinginkan cepat
(quenching) untuk meningkatkan kekuatan setelah proses ekstrusi. Kelompok ketiga
merupakan kelompok yang popular di Amerika Utara yang mempunyai komposisi Si
lebih banyak dengan tujuan untuk meningkatkan kekerasan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
9

Gambar. 3. Struktur mikro Al 6061 (Yoshihiko et al, 2010)

Gambar. 4. Diagram Fasa Al-Mg-Si (Wijayanto, 2012)


5. Baja Karbon SS 400
Baja

karbon SS 400 adalah jenis baja karbon rendah karena jumlah kadar

karbonnya 0,05 % (Triyono et al, 2013). Baja ini banyak digunakan untuk proses
pembentukan logam lembaran, misalnya untuk badan dan rangka kendaraan serta
komponen-komponen otomotif lainnya. Baja jenis ini dibuat dan diaplikasikan dengan
mengeksploitasi sifat-sifat ferrite. Ferrite adalah salah satu fasa penting di dalam baja

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
10

yang bersifat lunak dan ulet. Baja karbon rendah umumnya memiliki kadar karbon
dibawah komposisi eutectoid dan memiliki struktur mikro hampir seluruhnya ferrite.
Pada lembaran baja kadar karbon sangat rendah atau ultra rendah, jumlah atom
karbonnya masih berada dalam batas kelarutannya pada larutan padat sehingga struktur
mikronya adalah ferrite seluruhnya.

Gambar 5. Struktur mikro baja karbon rendah (Yoshihiko et al, 2010)


Pada kadar karbon lebih dari 0,05% akan terbentuk endapan karbon dalam bentuk
hard intermetallic stoichiometric compound (Fe3C) yang dikenal sebagai cementite atau
carbide. Selain larutan padat alpha ferrite yang dalam kesetimbangan dapat ditemukan
pada temperatur ruang terdapat fase-fase penting lainnya, yaitu delta ferrite dan gamma
austenite. Logam Fe bersifat polymorphism yaitu memiliki struktur kristal berbeda pada
temperatur berbeda. Pada Fe murni, misalnya, alpha ferrite akan berubah menjadi
gamma austenite saat dipanaskan melewati temperature 910 C. Pada temperatur yang
lebih tinggi, yaitu mendekati 1400 C gamma austenite akan kembali berubah menjadi
delta ferrite. Alpha ferrite dan delta ferrite dalam hal ini memiliki struktur kristal BCC
(body center cubic) sedangkan gamma austenite memiliki struktur kristal FCC (face
center cubic).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
11

Gambar 6. Diagram fasa Fe Al (Schimek et al, 2012)

Gambar 7. Diagram fasa FeCu (ASM International, 1994)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
12

Gambar 8. Diagram fasa AlCu (ASM International, 1994)

C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yang didasari oleh penelitianpenelitian
sebelumnya menyatakan bahwa penyambungan Al 6061 dan baja karbon SS 400
dapat dilakukan dengan cara difusi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Produksi dan Material Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta .
B. Material
Material yang digunakan dalam pengelasan difusi ini yaitu aluminium 6061
tebal 6 mm dan SS 400 tebal 2,3 mm.
Tabel 1. Komposisi Kimia (Dinaharan et al, 2012)
Material

Mg

Si

Fe

Mn

Cu

Cr

Zn

Ni

Ti

Al

Al 6061

0,95

0,54

0,22

0,13

0,17

0,09

0,08

0,02

0,01

bal

Mn
0,225

Si
0,15

Ni
0,07

Cu
0,16

Fe
bal

Triyono et al (2013)
Material
SS 400

C
0,05

P
0,094

Cr
0,04

Mo
0,05

Tabel 2. Sifat Mekanik (Aizawa et al, 2007)


Material

Al 6061

Melting
Point (oC)

Specific
Heat(J/kg.oC)

Density
(g/cc)

660

900

2,7

Thermal
Conductivity
(W/mK)
220

Electrical
Resistivity
(.cm)
2,65

Triyono et al (2013)
Material

Melting
Point (oC)

Thermal
Conductivity
(W/mK)

SS 400

1495-1525

12,6

Coefficient
of Thermal
Expansion
(m/m/oC)
13,0

commit to user
13

Tensile
Strenght
(Mpa)

Electrical
Resistivity
(.cm)

240

2,65

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
14

C. Komposisi Filler
Komposisi filler dari penelitian ini yaitu Fe 80%, Cu 20% ; Fe 70%, Cu 30% ; Fe
60%, Cu 40% .
D. Preparasi Spesimen
Spesimen dalam proses ini dibuat sesuai acuan standart jurnal ukuran 32,5 x 20
mm untuk Al 6061 dan baja karbon SS 400. Baja karbon SS 400 di milling pada
bagaian untuk manaruh filler serbuk ukuran 15 x 13 x 1 mm. Spesimen Al 6061
dan baja karbon SS 400 tersebut dihaluskan permukaannya menggunakan kertas
amplas. Filler yang berbentuk serbuk di campur sesuai dengan komposisi,
kemudian di isi bagian baja karbon SS 400 yang telah di milling terlebih dahulu.
Spesimen di masukkan pada cetakan batu tahan api dengan posisi lap joint
kemudian ditaruh dalam furnace sampai 950c dengan holding time 30 menit.

Gambar 9. Jig uji tarik geser ukuran dalam mm

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
15

15

6
Al

Fe
2,3
20

50

Gambar 10. Spesimen ukuran dalam mm.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
16

Tabel 3. Komposisi filler dengan temperatur dan holding time tetap


NO

Variasi Filler

Temperatur

Holding Time

1.

Tanpa filler

950 o C

30 menit

2.

Fe 80 %

Cu 20 %

950 o C

30 menit

3.

Fe 70 %

Cu 30 %

950 o C

30 menit

4.

Fe 60 %

Cu 40 %

950 o C

30 menit

Tabel 4. Kekerasan lapisan intermetalik Fe-Al (Malek et al, 2007)


NO

Lapisan Intermetalik

Kekerasan Vickers (HV)

1.

Fe2Al5

1000-1100

2.

FeAl2

1000-1050

3.

FeAl3

820-980

4.

FeAl

400-520

5.

Fe3Al

250-350

E. Proses Pengelasan
Pengelasan difusi aluminium dengan baja dalam prosesnya berada dalam ruang
hampa menggunakan furnace. Pada kondisi seperti ini, pengelasan difusi dapat
terjadi dengan baik. Proses difusi ini terjadi pada dua permukaan material yang
berbeda antara Al 6061 dengan SS 400. Hal ini bertujuaan agar atom kedua
material saling terdifusi sehingga terjadi ikatan yang kuat antaramuka logam
tersebut. Material Al 6061 dan baja karbon SS 400 dipotong dengan ukuran 20 mm
x 50 mm, kemudian pada baja karbon SS 400 dibuat persegi mengggunakan mesin
milling sampai ukuran 13 x 13 mm dengan kedalaman 1 mm. Pada bagian tengah
diberikan komposisi serbuk, lalu dimasukkan ke mesin furnace . Penggunaan
temperatur 950c dengan holding time 30 menit di dasari oleh uji coba pada
spesimen yang dilakukan sebanyak 20 kali. Hasil yang diperoleh memperlihatkan
bahwa pada temperatur 950c dengan holding time 30 menit kedua material dapat
tersambung.
Mesin furnace dengan spesifikasi 400 volt, 1200 watt, 3 phase, 50 Hz dan
temperatur maksimal 1200 C digunakan untuk proses pengelasan difusi. Spesimen

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
17

dengan ukuran 20 mm x 50 mm dimasukkan ke mesin furnice sampai pada


temperatur 950oc dengan holding time 30 menit.
F. Pengujian
Penelitian menggunakan mesin uji tarik, foto makro optik, mikro optik, dan
pengujian SEM (EDX) sehingga struktur mikro dari sambungan tersebut dapat
diketahui secara lengkap.
1. Mesin Uji Tarik.
Mesin uji tarik yang digunakan dengan merk Sans/SHT-4106, spesifikasi:
servo hidrolik, kapasitas maksimum beban 100 ton, dan kontrol data
akuisisi

menggunakan

komputer.

Spesimen

diuji

dengan

tujuan

mendapatkan data gaya maksimal untuk menghitung besar tegangan tarik


yang terjadi di antarmuka pengelasan difusi.
2. Foto Makro Optik.
Foto

makro

optik

merk

Olympus/SZ2-ILST

dengan

spesifikasi:

pembesaran lensa okuler 1 kali, dan pembesaran lensa obyektif 0,8 kali; 1
kali; 1,25 kali; 1,6 kali; 2 kali; 3,2 kali; 4 kali; 5 kali dan 5,6 kali. Alat ini
digunakan untuk melihat struktur makro dari permukaan logam yang terjadi
akibat adanya difusi.
3. Foto Makro Optik.
Foto mikro optik dengan merk Euromex Holland memiliki spesifikasi:
pembesaran lensa okuler 10 kali dan pembesaran lensa obyektif 4 kali, 10
kali, 20 kali, dan 40 kali.
Foto mikro optik digunakan untuk melihat difusi atom aluminium ke atom
baja yang terjadi di antarmuka kedua material. SEM EDX yang digunakan
dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas mengenai
kandungan unsur yang terbentuk, serta persentase atom di antarmuka
aluminium 6061 dengan baja karbon SS 400. Hal tersebut dilakukan supaya
dapat menghitung berapa ketebalan lapisan intermetalik yang terjadi di
antarmuka. Datadata yang ada dihubungkan sehingga menjadi satu
kesatuan dalam penelitian dan dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan
terhadap fenomena yang terjadi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
18

4. Mesin Uji Kekerasan Vickers


Mesin uji kekerasan Vickers memiliki spesifikasi : measuring microscope
total 400 x, minimum size of speciment, maximum high 120 mm, maximum
depth 160 mm. Accuracy : JIS B 7725, B 7734, and ASTM E-384.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
19

G. Langkah-langkah Penelitian:

MULAI

PERSIAPAN PEMBUATAN ALAT:


Termokopel, dongkrak , 1 set las asetilen, plat baja, plat aluminium,
besi U, pemanas

Preparasi spesimen Al 6061 dan baja karbon SS 400


60 buah

Variasi tekanan : 0,1 Pa ; 0,2 Pa ; 0,3 Pa


Variasi komposisi: tanpa filler; Fe 80% Cu 20%; Fe 70% Cu 30%; Fe 60% Cu 40%

VACUM CAMBER ( FURNACE )

SPESIMEN

Uji Tarik Geser

Uji Kekerasan

Uji SEM EDX

PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

KESIMPULAN

SELESAI

Gambar 11. Diagram alir penelitian

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menguraikan beberapa hasil dan pembahasan tentang pengaruh
tekanan dan koposisi filler terhadap karakteristik sambungan las difusi logam tidak
sejenis antara aluminium 6061 dan baja karbon SS 400.
A. Struktur Makro
Foto struktur makro ini sangat penting dalam melihat sampai sejauh mana
fenomena yang terjadi pada daerah antarmuka. Banyaknya fakta yang dapat terungkap
dalam tahap ini akan sangat berarti dalam penelitian. Walaupun tidak semua fakta yang
dapat diungkapkan pada bagian ini, namun awal dari fenomena difusi antarmuka dapat
dijelaskan secara faktual. Terjadinya difusi antarmuka akan sangat jelas terlihat pada
struktur mikro aluminium 6061 dan baja karbon SS 400 karena pembesaran bertambah.
Data yang dapat diperoleh melalui struktur makro ini yaitu daerah difusi, porositas,
logam dasar, dan keretakan antarmuka.
Penyebab yang terungkap melalui struktur makro ini dapat diketahui dari awal
sehingga fenomena yang terjadi semakin jelas. Hasil dari struktur makro ini sangat
bervariasi, hal ini diakibatkan oleh parametar dari penelitian. Parameter tersebut adalah
variasi tekanan dan komposisi filler. Hasil struktur makro dari penelitian ini seperti
yang terlihat masih harus di dukung dengan datadata yang lain. Datadata tersebut
berasal dari struktur mikro. Struktur mikro datanya juga harus di dukung data SEM
sehingga dapat dianalisa dan menentukan kesimpulan dalam penelitian. Struktur makro
seperti yang terlihat adalah hasil penelitian tentangn pengelasan difusi logam yang tidak
sejenis yaitu Al 6061 dan baja karbon SS 400 dengan variasi tekanan dan komposisi
filler.
Agar terlihat dengan jelas struktur mikro serta fenomena yang terdapat pada
pengelasan difusi antara Al 6061 dan baja karbon SS 400 perlu melakukan etsa.
Material yang akan di etsa harus terlebih dahulu dihaluskan dengan cara digosok dengan
kertas amplas secara bertahap. Selanjutnya dipoles diatas kain menggunakan autosol
sesuai dengan ASTM E301. Bahanbahan yang digunakan dalam mengetsa material

commit to user
20

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
21

aluminium yaitu aquades 47,5 ml; HNO3 1,25 ml ; HCl 0,75 ml ; HF 0,5 ml. Bahan etsa
untuk baja yaitu HNO3 1 ml dan aquades 10 ml. Aluminium dicelup pada larutan eksa
selama 1015 detik , setalah itu kemudian baja dicelup selama 13 detik.
Daerah difusi

Daerah difusi

Al

Baja

500m

Al

500m
Baja

a. Tanpa filler tekanan 0,1 Pa

b. Tanpa filler tekanan 0,2 Pa

Daerah difusi

Al

500m

Baja

c. Tanpa filler tekanan 0,3 Pa


Gambar 12. Struktur makro spesimen tanpa filler
Struktur makro memperlihatkan terjadinya difusi antarmuka aluminium dan baja
(Gambar 12.a). Hasil difusi aluminium ke baja nampak saling menyatu dengan baik.
Pada kondisi ini tidak terdapat filler sebagai promotor, hanya menggunakan tekanan
sebesar 0,1 Pa. Aluminium 6061 adalah merupakan alumunium paduan Al-Mg-Si. Oleh
karena itu sangat tampak unsur magnesium yang berbentuk batangan pada permukaan
aluminium. Gambar 12.b terdapat retakan sepanjang antarmuka aluminium dan baja.
Hal ini dapat diakibatkan oleh tidak terdifusinya dengan baik atom aluminium ke atom
baja. Atom aluminium berjarijari 1,43 sedangkan atom baja 1,26 perbedaan yang
cukup besar ini yang mengakibatkan difusi interstisi tidak berjalan dengan sempurna.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
22

Anrinal (2013) menyatakan bahwa terjadinya keretakan salah satunya diakibatkan oleh
jarijari atom yang terlalu besar perbedaannya. Gambar 12.c terdapat daerah difusi yang
semakin banyak mengakibatkan permukan keduanya saling menyatu dengan baik.
Difusi aluminium ke baja pada gambar ini cukup baik. Retakan antarmuka kedua
material tidak terlihat. Loop pada paduan Al-Mg terjadi akibat kekosongan yang
dihasilkan oleh oksidasi ketika atom magnesium terserap (Smallman dan Bishop, 2000).
Hal ini sangat nampak terlihat memenuhi permukaan aluminium berbentuk batangan
prisma. Lapisan intermetalik yang terbentuk oleh difusi kedua material yang tidak
sejenis juga terlihat sangat jelas. Jika kita menarik garis dari sisi kiri pada lapisan
intermetalik menebal dan berangsurangsur menipis sampai ke sisi kanan. Hal ini
disebabkan oleh penetrasi dari atom aluminium ke atom baja pada permukaan tidak
sama besar sehingga ketebalan lapisan intermetalik tidak akan sama.

Daerah difusi

Al

Al

Daerah difusi

Baja
500m

Baja

a. Fe 80% Cu 20%, tekanan 0,1 Pa

Al

500m

b. Fe 80% Cu 20%, tekanan 0,2 Pa

Daerah difusi

Baja

500m

c. Fe 80% Cu 20%, tekanan 0,3 Pa


Gambar 13. Struktur makro spesimen dengan komposisi filler Fe 80% Cu 20%.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
23

Terjadi porositas pada daerah difusi antarmuka, hal ini dapat diakibatkan oleh
kosongan atom yang terinterstisi (Gambar 13.a). Gambar 13.b dan c terlihat daerah
antarmuka aluminium dan baja terjadi difusi, akan tetapi pengaruh unsur Cu membawa
dampak terhadap porositas. Oleh karena itu terdifusinya aluminium ke baja tidak terjadi
dengan sempurna yang diakibatkan porositas pada kedua material. Hal tersebut juga
dikemukakan oleh Shabestari dan Moemeni (2004) menemukan bahwa semakin banyak
kandungan Cu akan meningkatkan porositas dan menurunkan kekuatan tarik. Variasi
tekanan yang terjadi dipermukaan kedua material sangat jelas terlihat. Dimana semakin
besar tekanan yang diberikan, maka penetrasi atom akan semakin baik.

Daerah difusi

Baja

Daerah difusi

Al

Baja

500m

a. Fe 70% Cu 30%, tekanan 0,1 Pa

Al

500m

b. Fe 70% Cu 30%, tekanan 0,2 Pa

Daerah difusi

Al

500m

Baja

c. Fe 70% Cu 30%, tekanan 0,3 Pa


Gambar 14. Struktur makro spesimen dengan komposisi filler Fe 70% Cu 30%.

Daerah antarmuka memperlihatkan aluminium dan baja terjadi difusi (Gambar 14


a, b dan c). Penambahan persentase kandungan Cu berakibat dengan semakin
banyaknya daerah yang mengalami porositas. Porositas yang telihat terjadi pada daerah

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
24

antarmuka Al 6061 dan baja karbon SS 400. Daerah ini merupakan lapisan intermetalik.
Lapisan intermetalik terbentuk oleh adanya pengerasan presipitasi berupa senyawa antar
logam dan kemudian membentuk suatu unsur yang baru (Anrinal, 2013).

Daerah difusi

Baja

Daerah difusi

Al

500m

500m

Baja

a. Fe 60% Cu 40%, tekanan 0,1 Pa

Al

b. Fe 60% Cu 40%, tekanan 0,2 Pa

Daerah difusi

Al

Baja

500m

c. Fe 60% Cu 40%, tekanan 0,3 Pa


Gambar 15. Struktur makro spesimen dengan komposisi filler Fe 60% Cu 40%.
Menunjukkan bahwa terjadi retakan antarmuka kedua material (Gambar 15.a). Hal
ini diakibatkan oleh difusi aluminium ke baja yang tidak terjadi dengan sempurna. Hal
lain yang menyebabkan yaitu pada sisi lapisan intermetalik terjadi retakan disepanjang
permukaan dan saling menyatu sehingga membentuk retakan antarmuka. Keretakan
awal pada sambungan las alumnium dan baja bermula dari lapisan intermetalik
(Movahedi et al, 2013). Gambar 15.b terdifusinya kedua material, walaupun porositas
dan keretakan tidak dapat dihindarkan. Gambar 15.c memperlihatkan daerah antarmuka
aluminium dan baja terjadi difusi. Kandungan filler Cu sebanyak 40% merupakan
persentasi Cu tertinggi dari penelitian ini. Dampaknya terhadap

daerah porositas

semakin banyak dan juga berakibat terhadap menurunnya kekuatan tarik. Keretakan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
25

antarmuka juga tidak dapat dihindari, walaupun tidak terjadi di sepanjang permukaan
kedua material. Hasil struktur makro memperlihatkan bahwa ada fenomena lain yang
terungkap yaitu terjadinya keretakan di antarmuka. Keretakan yang terjadi adalah
transgranular dimana keretakan terjadi di sepanjang permukaan. Hal ini berawal dari
porositas yang terjadi di antarmuka pada lapisan intermetalik dan berakibat menurunnya
kekuatan tarik pada material tersebut.
B. Struktur Mikro

Baja

Baja

Daerah difusi

Daerah difusi

200m

200m

a. Tanpa filler tekanan 0,1 Pa

b. Tanpa filler tekanan 0,2 Pa

Baja

Daerah difusi

200m
c. Tanpa filler tekanan 0,3 Pa
Gambar 16. Struktur mikro spesimen tanpa filler
Daerah yang terdifusi mengakibatkan atom aluminium menyatu ke atom baja
sebesar 63,59 at%. (Gambar 16.a). Penyatuan atom aluminium ke baja cukup baik,
sehingga kinetika atom dapat terjadi.

Hal ini terlihat pada gambar 16.b dan c bahwa

kedua material tersebut terjadi difusi. Jika dihubungkan dengan hasil SEM maka akan
terlihat pengerasan padat presipitasi berupa lapisan intermetalik FeAl3. Lapisan ini
terbentuk oleh atom Al-Fe. Jumlah atom aluminium dengan persentase yang melebihi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
26

separuh memberikan indikasi bahwa material Al 6061 dapat dilakukan penyambungan


dengan SS 400 dengan metode difusi.

Baja

Baja

Daerah difusi

Daerah difusi

200m

200m
a. Fe 80% Cu 20% tekanan 0,1 Pa

Baja

b. Fe 80% Cu 20% tekanan 0,2 Pa

Daerah difusi

200m
c. Fe 80% Cu 20% tekanan 0,3 Pa
Gambar 17. Struktur mikro spesimen dengan komposisi filler Fe 80% Cu 20%.
Daerah difusi yang mengakibatkan atom aluminium menyatu ke atom baja sebesar
55,25 at%. (Gambar 17.a). Atom aluminium terjadi penurunan jumlah persentasi jika
dibandingkan dengan sabungan las difusi tanpa filler. Hal ini diakibatkan oleh filler
sebagai promotor tidak mampu membawa atom aluminium untuk menyatu secara baik.
Jika kita membandingkan dengan komposisi filler yang sama maka besarnya tekanan
yang diberikan membuat daya penetrasi atom akan semakin besar pula. Hal ini terlihat
pada gambar 17.b dan c bahwa jumlah atom aluminium ke baja sampai 58,13 at%.
Terjadinya kenaikan jumlah persentasi atom aluminium ke baja sebesar 2,88%.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
27

Daerah difusi

Baja

Baja

Daerah difusi

200m

200m

a. Fe 70% Cu 30% tekanan 0,1 Pa

b. Fe 70% Cu 30% tekanan 0,2 Pa

Daerah difusi

Baja

200m

c. Fe 70% Cu 30% tekanan 0,3 Pa


Gambar 18. Struktur mikro spesimen dengan komposisi filler Fe 70% Cu 30%.
Daerah yang terdifusi yang mengakibatkan atom aluminium menyatu ke atom
baja sebesar 61,57 at%. (Gambar 18.a). Hal ini jika dibandingkan dengan komposisi
yang sama pada gambar 18.b dan c terlihat jumlah persentase atom aluminium ke baja
sampai 59,23 at% Al. Terjadinya penurunan jumlah persentase atom aluminium ke baja
sebesar 2,34%. Hal ini terjadi oleh karena laju kinetik atom aluminium untuk terdifusi
secara interstisi atau vakansi ke atom baja tidak berjalan dengan baik disebabkan oleh
beban yang tidak merata. Pembebanan yang tidak merata dapat juga terjadi pada saat
akan memasukkan spesimen ke dalam furnace. Sehingga difusi antarmuka pada kedua
material tidak akan berlangsung dengan baik. Pembebanan tidak merata juga bisa
diakibatkan oleh meletakkan beban diatas spesimen tidak tepat berada ditengah-tengah.
Akibatnya pada proses difusi atom tidak mendapat tekanan yang cukup untuk berpindah
posisinya semula.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
28

Daerah difusi

Daerah difusi

Baja

Baja

200m

200m

a. Fe 60% Cu 40% tekanan 0,1 Pa

b. Fe 60% Cu 40% tekanan 0,2 Pa

Baja
Daerah difusi

200m

c. Fe 60% Cu 40% tekanan 0,3 Pa


Gambar 19. Struktur mikro spesimen dengan komposisi filler Fe 60% Cu 40%.
Daerah yang terdifusi yang mengakibatkan atom aluminium didaerah baja sebesar
58,29 at%. (Gambar 19.a). Adanya perubahan besar tekanan yang diberikan, maka
penetrasi atom akan semakin besar pula. Gambar 19.b dan c terlihat persentase atom
aluminium menyatu ke atom baja sampai 60,98 at%. Terjadinya peningkatan jumlah
persentase atom aluminium ke atom baja sebesar 2,69%.
Fenomena yang terjadi pada penelitian ini membuktikan bahwa semakin tinggi
tekanan yang diberikan pada komposisi yang sama maka semakin tinggi pula tingkat
penyatuan atom Al ke baja. Hal itu berarti dengan tekanan memberi pengaruh signifikan
terhadap difusi antarmuka Al 6061 dan baja karbon SS 400. Sedangkan pada komposisi
filler terjadi penurunan kekuatan tarik seiring dengan semakin banyaknya kandungan
Cu. Hal ini diakibatkan oleh porositas pada kedua material semakin besar.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
29

C. SEM EDX

Fe 23,87 at%
Al 63,59 at%
FeAl3

a. SEM

b. EDX

Gambar 20. SEM EDX spesimen tanpa filler tekanan 0,1 Pa


Daerah mapping SEM EDX memperlihatkan bahwa jumlah atom aluminium ke
baja pada tekanan 0,1 Pa sebesar 63,59 at% (Gambar 20.b). Lapisan intermetalik
terbentuk dengan ketebalan 0,6 m. Sehingga membentuk unsur FeAl3 (Gambar 20.a).
Jika dihubungkan dengan nilai kekerasanya mencapai 837,6 HV. Torkamany et al
(2010) menyatakan unsur FeAl3 memiliki nilai kekerasannya 820-980 HV.

Fe 21,54 at%
Al 59,02 at%

FeAl3

a. SEM

b. EDX

Gambar 21. SEM EDX spesimen tanpa filler tekanan 0,3 Pa


Hasil SEM EDX memperlihatkan bahwa jumlah atom aluminium ke baja
disebabkan oleh kemampuan material untuk saling terdifusi. Pada tekanan 0,3 Pa atom
aluminium terdifusi ke baja sebesar 59,02 at% (Gambar 21.b). Lapisan intermetalik
terbentuk dengan ketebalan 0,4 m. Gambar 21.a terbentuk unsur FeAl3 di antarmuka
pengelasan difusi.. Jika dihubungkan dengan hasil uji tarik geser menunjukkan hasil

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
30

tertinggi sebesar 7,11 MPa. Hasil uji kekerasanya tertinggi mencapai 899,3 HV. Hasil
ini didukung penalitian sebelumnya oleh Schimek et al (2012) menyatakan bahwa
FeAl3 memiliki nilai kekerasan 820-920 HV.

Fe 22,38 at%

FeAl3

Al 55,25 at%

a. SEM

b. EDX

Gambar 22. SEM EDX komposisi filler Fe 80% Cu 20% tekanan 0,1 Pa
SEM EDX memperlihatkan bahwa atom aluminium menyatu ke baja disebabkan
oleh kemampuan kedua material saling terdifusi. Lapisan intermetalik terbentuk dengan
ketebalan 0,7 m. Pada tekanan 0,1 Pa aluminium terdifusi ke baja sebesar 55,25 at%
(Gambar 22.b). Unsur yang terbentuk di antarmuka yaitu lapisan intermetalik FeAl3
(Gambar 22.a). Nilai kekerasan dari unsur ini adalah 736,3 HV. Spesimen ini terjadi
penurunan nilai kekerasan yang diakibatkan oleh adanya pengaruh filler Cu sebagai
promotor yang berpotensi menyebabkan terjadinya porositas.

FeAl3
Fe 22,50 at%
Al 58,13 at%

a. SEM

b. EDX

Gambar 23. SEM EDX komposisi filler Fe 80% Cu 20% tekanan 0,3 Pa

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
31

Atom aluminium yang menyatu ke baja disebabkan oleh kemampuan material


untuk saling terdifusi(Gambar 23). Pada tekanan 0,3 Pa aluminium terdifusi ke baja
sebesar 58,13 at% (Gambar 23.b). Lapisan intermetalik terbentuk dengan ketebalan 0,8
m. Sehingga membentuk unsur FeAl3 di antarmuka pengelasan difusi(Gambar 23.a).
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Tricarico et al (2009) menemukan lapisan
intermetalik yang terbentuk dengan unsur FeAl3 pada pengelasan Fe dan Al. Terjadi
penurunan kekuatan tarik geser menjadi 5,18 MPa. Hal ini diakibatkan oleh
bertambahnya ketebalan lapisan intermetalik yang terbentuk menjadi unsur FeAl3.
Rattana et al (2007) menemukan hal yang sama yaitu semakin tebal lapisan intermetalik
akan menurunkan kekuatan tariknya.

Fe 23,08 at%
Al 61,57 at%
FeAl3

a. SEM

b. EDX

Gambar 24. SEM EDX komposisi filler Fe 70% Cu 30% tekanan 0,1 Pa
Atom aluminium yang menyatu ke baja disebabkan oleh kemampuan kedua
material untuk saling terdifusi. Lapisan intermetalik terbentuk dengan ketebalan 0,7 m.
Sehingga membentuk unsur FeAl3 di antarmuka pengelasan difusi(Gambar 24.a). Pada
tekanan 0,1 Pa aluminium terdifusi ke baja sebesar 61,57 at% (Gambar 24.b).

Fe 22.64 at%
Al 59,23 at%
FeAl3

a. SEM

b. EDX

Gambar 25. SEM EDX komposisi filler Fe 70% Cu 30% tekanan 0,3 Pa

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
32

SEM EDX memperlihatkan bahwa atom aluminium yang menyatu ke atom baja
disebabkan oleh kemampuan material saling terdifusi. Pada tekanan

0,3 Pa atom

aluminium terdifusi ke baja sebesar 59,23 at% (Gambar 25.b). Lapisan intermetalik
terbentuk dengan ketebalan 0,7 m. Sehingga membentuk unsur FeAl3 di antarmuka
pengelasan difusi (Gambar 25.a).

Fe 20,88 at%
Al 58,29 at%
FeAl3
`

a. SEM

b. EDX

Gambar 26. SEM EDX komposisi filler Fe 60% Cu 04% tekanan 0,1 Pa
Gambar 26 memperlihatkan atom aluminium menyatu ke atom baja yang
disebabkan oleh kedua material saling terdifusi. Pada tekanan 0,1 Pa atom aluminium
terdifusi ke atom baja sebesar 58,29 at% (Gambar 26.b). Lapisan intermetalik terbentuk
dengan ketebalan 0,9 m. Sehingga membentuk unsur FeAl3 di antarmuka pengelasan
difusi (Gambar 26.a). Hasil kekuatan tarik geser pada komposisi ini terrendah yaitu
sebesar 1,64 MPa dibanding dengan yang lain. Hal tersebut diakibatkan oleh tebalnya
lapisan intermetalik yang terbentuk. Semakin tebal lapisan intermetalik akan
menurunkan kekuatan tariknya (Tsutomu et al, 2009)

Fe 21,99 at%
Al 60,98 at%

FeAl3
a. SEM

b. EDX

Gambar 27. SEM EDX komposisi filler Fe 60% Cu 04% tekanan 0,3 Pa

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
33

SEM EDX memperlihatkan atom aluminium menyatu ke atom baja disebabkan


oleh kemampuan material untuk saling terdifusi (Gambar 27). Pada tekanan 0,3 Pa atom
aluminium terdifusi

ke atom baja sebesar 60,98 at% (Gambar 27.b). Lapisan

intermetalik terbentuk dengan ketebalan 0,6 m. Oleh karena itu membentuk unsur
FeAl3 di antarmuka pengelasan difusi (Gambar 27.a). Kekuatan tarik gesernya
mengalami kenaikan menjadi 1,92 MPa. Hal ini diakibatkan oleh menurunnya ketebalan
lapisan intermetalik.
D. Kekerasan
Pengujian kekerasan Vickers yang dilakukan pada setiap spesimen diperoleh
tingkat kekerasan yang bervariasi (Gambar 28). Spesimen tanpa filler dengan tekanan
0,1 Pa pada lapisan intermetalik kekerasannya 837,6 HV. Kekerasan ini membentuk
lapisan intermetalik FeAl3. Torkamany et al (2010) menemukan bahwa lapisan
intermetalik FeAl3 mempunyai nilai kekerasan 820-980 HV. Pada tekanan 0,3 Pa
kekerasanya naik menjadi 899,3 HV. Hal ini terjadi akibat adanya perubahan tekanan,
sehingga perubahan tersebut membentuk atom Fe menjadi lebih kecil pada daerah difusi
seperti yang terlihat pada struktur mikro. Komposisi filler Fe 80% Cu 20 % pada
tekanan 0,1 Pa kekerasanya 736,3 HV. Lapisan intermetalik yang terbentuk yaitu FeAl3.
Pada tekanan sebesar 0,3 Pa nilai kekerasanya naik sebesar 787,2 HV. Hal dipengaruhi
oleh kenaikan tekanan serta semakin banyak persentase kandungan Fe pada daerah
difusi. Semakin tinggi kandungan Fe dan semakin rendah kandungan Cu maka
kekerasannya akan semakin meningkat (Suarez et al, 2011).
Kekerasan 661 HV pada komposisi filler Fe 70% Cu 30% pada tekanan 0,1 Pa
dan tekanan 0,3 Pa kekerannya naik menjadi 753 HV. Hal ini terjadi akibat tekanan
yang meningkat dari 0,1Pa menjadi 0,3Pa didaerah difusi. Meningkatnya kadar Cu akan
berbanding lurus dengan porositas yang tenjadi. Shabestari dan Moemeni (2004)
mengatakan dalam penelitiannya bahwa semakin tinggi kadar Cu maka tingkat porositas
akan semakin banyak pula. Komposisi filler Fe 60% Cu 40% pada tekanan 0,1 Pa
kekerasannya 640,7 HV dan pada tekanan 0,3 Pa sebesar 747,5 HV. Peningkan nilai
kekerasan pada komposisi ini diakibatkan oleh faktor tekanan yang diberikan sehingga
ketebalan lapisan padat presipitasi yaitu lapisan intermetalik menjadi 0,6 m. Data
kekerasan yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat kekerasan akan naik sebanding

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
34

dengan besarnya tekanan yang diberikan. Terdapatnya hubungan yang signifikan antara
tekanan dan kekerasan antarmuka pada sambungan difusi dan adanya kecenderungan

Kekerasan Vickers

nilai kekerasan dipengaruhi oleh tebalnya lapisan intermetalik Mahendran et al (2010).


1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0

Tekanan 0,1 Pa
Tekanan 0,3 Pa

Tanpa
Filler

Fe 80%, Cu Fe 70%, Cu Fe 60%, Cu


20%
30%
40%

Gambar 28. Grafik hasil uji kekerasan vickers


E. Kekuatan Tarik Geser
Semakin besar tekanan yang diberikan maka kekuatan tariknya akan bertambah
(Gambar 29). Sebaliknya dengan semakin banyaknya kandungan Cu yang terdapat pada
setiap filler maka terjadi penurunan kekuatan tarik. Hal ini di tampilkan agar pengaruh
parameter yang digunakan dalam penelitian ini semakin jelas.

Kekuatan Tarik Geser (MPa)

8
7
6
5
4

Tekanan 0,1 Pa

Tekanan 0,2 Pa
Tekanan 0,3 Pa

2
1
0
Tanpa Filler

Fe 80 %, Cu
20 %

Fe 70 %, Cu
30 %

Fe 60 %, Cu
40 %

Gambar 29. Grafik perbandingan tekanan, kekuatan tarik geser dan variasi filler

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
35

F. Foto Spesimen Hasil Uji Tarik.


Foto makro ini memperlihatkan secara visual dari hasil pengujian tarik geser yang
telah dilakukan pada Laboratorium Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Berdasarkan foto hasil uji tarik ini dapat memberikan gambaran
tentang struktur permukaan logam yang terjadi setelah dilakukan pengujian tarik geser
secara visual. Deteksi terhadap gejala apa yang terjadi pada kedua material ini dapat
disampaikan sehingga tidak ada yang terhilang dari awal hingga akhir dari penelitian
ini. Penjelasan secara komperhensif sangat dibutuhkan guna untuk mengungkap
fenomena yang terjadi dalam penelitian.
Penelitian ini mengungkapkan secara jelas tentang fenomena pengelasan logam
yang tidak sejenis. Fenomena tersebut mengungkapkan pengaruh tekanan terhadap
karakteristik sambungan las difusi antara aluminium 6061 dan baja karbon SS 400.
Parameter yang digunakan untuk menjawab fenomena tersebut pada pengelasan difusi
ini yaitu variasi tekanan dan komposisi filler. Data-data yang diperoleh kemudian diolah
sehingga memberikan jawaban terhadap apa yang akan diungkap dalam penelitian.
Banyaknya gambar pada penelitian ini semata-mata untuk menjalaskan setiap tahap dari
proses penelitian ini, sehingga tahap satu dengan yang lain saling berkesinambungan
dan hasil yang diperoleh dapat dianalisis.
Analisa antarmuka hasil uji tarik geser bertujuan untuk menggambarkan adanya
pengaruh dari parameter dalam penelitian ini. Parameter berupa tekanan dan komposisi
filler akan berperan penting dalam memberikan kesimpulan terhadap hasil penelitian.
Permukaan dari Al 6061 dan baja karbon SS 400 di setiap hasil uji tarik geser
terlihatnya adanya difusi yang menandakan bahwa kedua material tersebut dapat di
sambung dengan proses difusi.
Bentuk permukaan dari setiap hasil uji tarik geser memberikan suatu gambaran
yang sangat penting akan fenomena apa yang terjadi. Apakah permukaan berlubanglubang atau terjadi retakan. Hal ini yang akan dibahas pada hasil uji tarik disetiap
spesimen. Fenomena yang terjadi pada permukaan hasil uji tarik geser tersebut akan
dihubungkan makro dan mikro optik serta hasil tes yang lain seperti uji kekerasan dan
SEM EDX untuk mendapatkan data akurat yang akan dianalisa menjadi kesimpulan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
36

a. Logam dasar Al

b. Logam dasar baja

500m

500m

Tanpa filler 0,1 Pa

500m

500m

500m

500m

Tanpa filler 0,2 Pa

Tanpa filler 0,3 Pa


Gambar 30. Hasil uji tarik spesimen tanpa filler
Secara visual sambungan antarmuka pada aluminium dan baja banyak terdapat
porositas (Gambar 30). Pada sambungan tanpa filler dengan tekanan 0,1 Pa dan 0,2 Pa
terlihat banyak kemiripan. Permukaan aluminium banyak terjadi kekosongan atom. Hal
ini diakibatkan oleh perpindahan atom antarmuka tidak sempurna. Atom yang
bermigrasi atau berpindah secara difusi dari aluminium ke baja kecendrungan tidak
sebanding. Atom aluminium sebesar 63,59 at % dan atom baja sebagai pelarut sebesar
23,87 at %. Fakta ini diperkuat oleh pernyataan Smallman dan Bishop (2000) yang
mengatakan bahwa kekosongan atom terjadi tergantung dari kemampuan atom tersebut

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
37

melepaskan diri dari yang mengikatnya. Selisih atom Al dengan atom baja yaitu 39,72
at %. Jika dihubungkan dengan hasil uji kekerasan hasilnya 837,6 HV. Hasil kekerasan
tersebut membentuk lapisan intermetalik FeAl3. Hasil ini lebih rendah jika
dibandingkan dengan spesimen tanpa filler pada tekanan 0,3 Pa. Hal ini diakibatkan
oleh membesarnya atomatom baja yang berada dekat daerah difusi seperti yang
nampak pada struktur mikro.
Spesimen tanpa filler dengan tekanan 0,3 Pa dimana jumlah atom aluminium
sebesar 59,02 at % dan atom baja sebagai sebesar 21,54 at %. Perbandingan antara atom
aluminium dan atom baja sebesar 37,48 at %. Lapisan intermetalik yang terbentuk di
antarmuka yaitu FeAl3. Spesimen ini kekerasannya 899,3 HV menunjukkan terjadi
kenaikan disebabkan oleh semakin merapatnya atomatom baja yang terdapat disekitar
daerah difusi dan ini juga akibat dari kenaikan tekanan yang diberikan. Pada kondisi ini
dimana atom aluminium dan atom baja pada tekanan 0,3 Pa tanpa filler menyatu dengan
sangat baik, membuktikan bahwa kedua material dapat dilakukan penyambungan. Hal
ini juga terlihat dari hasil uji tarik gesernya memiliki kekuatan terbesar dibanding
dengan yang lain yaitu 7,11 MPa.
Fakta ini semakin jelas apabila kita melihat dari hasil uji tarik yang dilakukan
serta membandingkan dengan tekanan yang diberikan. Terdapat hasil kekuatan tarik
geser yang meningkat berbanding lurus dengan tekanan yang diberikan pada
permukaan. Hal ini disebabkan oleh daerah intermetalik yang terbentuk semakin kecil.
Hasil ini diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Rattana et al (2007)
menyatakan bahwa semakin tipis lapisan intermetalik pada pengelasan AlFe maka
kekuatan tariknya akan semakin tinggi. Semakin tebal lapisan intermetalik maka
kekuatan tariknya akan semakin menurun. Hal ini diakibatkan oleh karakteristik lapisan
intermetalik yang rapuh.
Lapisan intermetalik yang rapuh ini akan semakin berdampak tidak baik dengan
adanya porositas yang terjadi pada material. Hal ini akan mengurangi tingkat kekuatan
tariknya serta kekerasannya. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa pengaruh Cu
sebagai filler yang juga berfungsi sebagi promotor memberikan dampak terhadap
pembentukan porositas yang cukup besar. Semakin besar pesentase kandungan Cu pada
filler maka porositasnya semakin banyak.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
38

a. Logam dasar Al

b. Logam dasar baja

500m

500m

500m

500m

500m

500m

Tekanan 0,1 Pa

Tekanan 0,2 Pa

Tekanan 0,3 Pa
Gambar 31. Hasil uji tarik spesimen dengan filler Fe 80% Cu 20%
Hasil uji tarik memperlihatkan permukaan pada pengelasan difusi sangat berbeda
untuk setiap tekanan. Fenomena yang terjadi di pengaruhi oleh banyak faktor, antara
lain adalah tekanan dan komposisi filler. Oleh karena itu pengelasan difusi dalam
penelitian ini memperlihatkan pengaruh penggunaan variasi komposisi filler dan
tekanan. Variasi filler menggunakan unsur Fe dan Cu sebagai promotor sambungan.
Promotor ini yang diharapkan dapat menjadi media antara sehingga pengelasan difusi
dapat berjalan dengan baik. Gambar 31 dengan komposisi filler Fe 80% Cu 20% dan
tekanan 0,1 Pa

terlihat daerah yang menyatu lebih kecil. Atom aluminium yang

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
39

menyatu ke atom baja sebesar 55,25 at %, jika dibandingkan dengan atom baja hanya
28,38 at %. Apabila dihubungkan dengan hasil pada uji kekerasanya mencapai 736,3
HV. Lapisan intermetalik yang terbentuk yaitu FeAl3. Dibandingkan dengan tekanan 0,3
Pa atom aluminium 58,13 at % dan baja sebesar 22,50 at %. Nilai kekerasanya
mencapai 787,2 HV. Lapisan intermetalik yang terbentuk FeAl3. Bertambahnya
kekerasan pada tekanan 0,3 Pa diakibatkan oleh bertambah tekanan pada lapisan
intermetalik yang membuat atom-atom Fe-Al semakin merapat. Selisih atom aluminium
ke atom baja akan sangat tampak pada permukaan kedua material. Apabila selisih ini
menunjukkan jarak yang terlalu besar maka terjadi kekosongan atom disalah satu
material. Tekanan 0,1 Pa selisih jumlah persetase atom aluminium ke baja sebesar 32,87
at % dibandingkan dengan komposisi filler yang sama tetapi pada tekanan 0,3 Pa
terdapat 35,63 at%. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya tekanan yang terjadi dipermukaan
benda.
Pengaruh komposisi filler dengan unsur FeCu sebagai promotor juga
memberikan dampak terhadap menyatunya atom aluminium ke atom baja, terlihatnya
pada kedua permukaan material terdapat daerah porositas yang cukup banyak. Salah
satu penyebab semakin tingginya porositas yang terjadi diakibatkan oleh adanya unsur
Cu sebagai promotor dalam pengelasan difusi ini. Senada dengan yang disampaikan
oleh peneliti sebelumnya yaitu Shabestari dan Moemeni (2004) mengatakan bahwa
semakin besar kandungan Cu maka semakin tinggi tingkat porositasn yang terjadi.
Pada hasil uji tarik geser ini jika dibandingkan antara spesimen tanpa filler dengan
tekanan 0,1 Pa sampai 0,3 Pa dengan spesimen dengan komposisi filler Fe 80 % dan Cu
20 % terjadi perbedaan yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dari nilai kekerasannya
dan kekuatan tariknya. Terjadinya penurunan nilai kekerasan dan kekutan tarik gesernya
ini diperkuat juga dengan hasil foto spesimen uji tarik. Permukaan yang menyatu pada
spesimen tanpa filler terlihat hampir disemua permukaan, sedangkan pada spesimen
dengan komposisi filler Fe 80 % dan Cu 20 % dengan tekanan 0,1 Pa hanya sebagian
saja

yang menyatu. Daerah permukaan banyak terdapat rongga-rongga yang

mengindikasikan adanya porositas yang cukup banyak. Keretakan juga tampak pada
logam dasar aluminium pada spesimen komposisi filler Fe 80 % dan Cu 20 % dengan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
40

tekanan 0,1 Pa. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya rongga yang mengakibatkan retakan
transgranular.
a. Logam dasar Al

b. Logam dasar baja

500m

500m

Tekanan 0,1 Pa

500m

500m

Tekanan 0,2 Pa

500m

500m

Tekanan 0,3 Pa
Gambar 32. Hasil uji tarik spesimen dengan filler Fe 70% Cu 30%
Kepadatan antarmuka pada logam dasar aluminium dan baja semakin berkurang
(Gambar 32). Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya kandungan Cu pada
komposisi filler. Atom aluminium sebesar 61,57 at %, sedangkan atom baja 23,08 at %
pada tekanan 0,1 Pa. Jika di hubungkan dengan hasil uji kekerasannya sebesar 661 HV.
Lapisan intermetalik yang terbentuk diantaramuka yaitu FeAl3.
Pada tekanan 0,3 Pa atom aluminium sebesar 59,23 at % dan baja sebesar 22,64 at
%. Nilai kekerasannya sebesar 753 HV. Pada komposisi ini terjadi peningkatan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
41

kekerasan 92 HV. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya pengaruh tekanan yang
diberikan sebesar 0,2 Pa. Dibandingkan pada tekanan 0,1 Pa tekanan 0,3 Pa terlihat jelas
daerah yang menyatu lebih banyak.
Ada hal yang tidak dapat diabaikan pengaruhnya pada pengelasan logam tidak
sejenis Al 6061 dan baja karbon SS 400 yaitu faktor tekanan. Faktor tekanan ini sangat
memegang peranan penting dalam proses penyambungan.
a. Logam dasar Al

b. Logam dasar baja

500m

500m

500m

500m

500m

500m

Tekanan 0,1 Pa

Tekanan 0,2 Pa

Tekanan 0,3 Pa
Gambar 33. Hasil uji tarik spesimen dengan filler Fe 60% Cu 40%
Daerah antarmuka yang menyatu dan kepadatan pada logam dasar aluminium dan
baja semakin berkurang (Gambar 33). Atom aluminium pada tekanan 0,1 Pa sebesar
58,29 at % dan atom baja 20,88 at %. Kekerasannya mencapai 640,7 HV. Pada tekanan

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
42

0,3 Pa menjadi 60,98 at % dan baja 21,99 at %. Nilai kekerasannya naik menjadi 747,5
HV. Hal ini disebabkan oleh juga adanya penambahan tekanan. Pengaruh tekanan juga
tampak di permukaan masingmasing logam dasar yaitu pada tekanan 0,2 Pa dan 0,3
Pa, nampak jelas daerah yang menyatu lebih banyak.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penelitian ini yang menggunakan parameter komposisi filler dan tekanan,
menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Lapisan yang terbentuk di antarmuka sambungan las Al 6061 dan baja
karbon SS 400 adalah lapisan intermetalik FeAl3.
2. Semakin banyak kandungan Cu pada filler maka akan menurunkan kekuatan
tarik geser dari material tersebut.
3. Kekuatan tarik geser yang tertinggi adalah pada spesimen tanpa filler dengan
tekanan 0,3 Pa yaitu 7,11MPa dan terendah adalah spesimen dengan
komposisi filler Fe 60% Cu 40% tekanan 0,1 Pa yaitu sebesar 1,64 MPa.
Ketebalan lapisan intermetalik yang terendah yaitu pada spesimen tanpa
filler dengan tekanan 0,3 Pa sebesar 0,4 m dan yang tertinggi pada
spesimen dengan komposisi filler Fe 60% Cu 40% tekanan 0,1 Pa sebesar
0,9 m. Tekanan yang diberikan sampai batas tertentu akan berpengaruh
terhadap kenaikan kekuatan tarik geser dan kekerasannya.
4. Kekerasan tertinggi yaitu 899,3 HV terjadi pada spesimen tanpa filler
dengan tekanan 0,3 Pa dan terendah pada spesimen Fe 60% Cu 40% di
tekanan 0,1 Pa yaitu sebesar 640,7 HV.
B. Saran
Peneliti yang ingin mengembangkan pengelasan difusi sebaiknya tidak
menggunakan Cu dengan persentase yang tinggi karena akan membuat porositas pada
material yang disambung, selain itu tekanan sebaiknya juga dikontrol sedemikian rupa
karena penggunaan tekanan yang berlebihan akan mengakibatkan deformasi.

commit to user
43

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA
Aizawa ,T.M., Kashani K, Okagawa. 2007. Application of Magnetic Pulse Welding for
Aluminum Alloys and SPCC Steel Sheet Joints. Welding Journal , Vol. 86
Anrinal. 2013. Metalurgi Fisik. Yogyakarta : Andi.
Bouche K, Barbier F, dan Coulet A. 1998. Intermetallic compound layer growth
between solid iron and molten aluminium. Mater. Sci. Eng. A 249, 167175.
Bulletin of Binary Phase Diagrams, ASM International, (1994)
Chen, CM, Kovacevic, R. 2004. Joining of Al 6061 alloy to AISI 1018 steel by
combined effects of fusion and solid state welding. Machine Tools &
Manufacture. 44 , 12051214.
Dinaharan, K, Kalaiselvan, Vijay, SJ, dan Raja, P. 2012. Effect of Material Location
and Tool Ratational Speed on Microstructure and Tensil Strength of Dissimilar
Friction Stir Welded Aluminium Alloy. Archives of Civil and Mechanical
Engineering. 12, 446456 .
Dunkerton, SB. 1995. Procedure Development and Practice Consideration for
Diffusion Welding. ASM Handbook, Vol. 6.
Hantoro, Sirot dan Tiwan. 2005. Diffusion Bonding Material Tungsten- Baja Dengan
Interlayer Ag4% CU. TEKNOIN. Vol. 10, No. 1.
Kimapong, K. and Watanabe, T. 2004. Friction Stir Welding of Aluminum Alloy to
Steel. Welding Journal. 277282
Kobayashi, S, Yakou, T. 2002. Control of Intermetallic Compound Layers at Interface
between Steel and Aluminum by Diffusion-Treatment. Mater. Sci. Eng. A 338,
4453.
Mahendra, G, Balasubramanian,V, dan Senthilvelant. 2009. Developing Diffusion
Bonding Windows for Joint AZ31B MagnesiumAA 2024 Aluminium Alloy.
Material and Design .30, 1240 4
. 2010. Influences of Diffusion Bonding Process Parameters on Bond
Characteristics of Mg Cu Dissimilar Joints. Transaction of Nonferrous
Metals Society of China. 20, 997 1005.
Mahoney, MW, dan Bamton, CC. 1995. Fundamentals of Diffusion Bonding. AMS
Handbook, Vol. 6.
Malek G.F, Hamedi MJ, Torkamany MJ, Sabbaghzadeh J. 2007. Weld Metal
Microstructure Characteristics In Pulsed Nd : YAG Laser Welding. Scipta
Mater. 56, 955 8.

commit to user
44

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
45

Masrukan, Fatchatul B, dan Chaerul. 2009. Pemeriksaan Mikrostruktur, Komposisi


Kimia Dan Kekerasan Hasil Pengelasan Paduan Al-606. Urania Vol. 15 No.1.
Michael R dan Maaz G. 2013. Automobile Production Set new Record, but Alternative
Grow Slowly. Vital Signs.
Movahedi M, Kokabi A.H, Seyed Reihani S.M, Cheng W.J, Wang C.J. 2013. Effect of
Annealing on Joint Strength of Aluminum/Steel Friction Stir Lap Weld.
Material and Design. 44, 487 492.
Qiu A, Rafeng, Shinobu S, dan Chihiro I. 2009. Effect of Interfacial Reaction Layer
Continuity on the Tensile Strength of Resistance Spot Welded Joints Between
Aluminum Alloy and Steels. Material and Design. 30, 36863689.
Rattana B, Taisei Y, Yukio M, Yoshihura M. 2007. Suppression Intermetalic Reaction
Layer Formation by Controlling Heat Flow in Dissimilar Joining of Steel and
Aluminum Alloy. Material Science and Engineering. A 467, 108 113.
Schimek M, Springer A, Kaerle S, Kracht V, dan Wesling. 2012. Laser Welded
Dissimilar Steel- Aluminium Seams for Automotive Light Construction. Physics
Procedia. 39, 4350.
Shabestari S.G. dan Moemeni H. 2004. Effect of Copper and Solidification Conditions
on The Microstructure and Mechanical Properties of Al Si Mg Alloys.
Material Processing Technologi. 193 198.
Smallman R.E. dan R.J. Bishop. 2000. Metalurgi Fisik Modern & Rekayasa Material.
Jakarta : Erlangga.
Suarez M.A, Esquivel R, Alcantara J, Dorantes H, Chaves J.F. 2011. Effect of Chemical
Composition on the Microstucture and Hardness of Al Cu Fe Alloy.
Materials Characterization. 62, 917 923 .
Sun X, Khalel Mohammad A. 2007. Dynamic strength evaluations for self-piercing
rivets and resistance spot welds joining similar and dissimilar metals. Impact
Engineering .34, 16681682
Sun X, Stephens EV, Khaleel AH, Shao, and Kimchi M. 2004. Resistance Spot Welding
of Aluminium Alloy to Steel with Transition Material-From Process to
Performance. Welding Journal.188195.
Taban E, Jerry E.Gould, John C. Lippold. 2010. Dissimilar Friction Welding of 6061
T6 Aluminum and AISI 1018 Steel: Properties and Microstructural
Characterization. Material and Design. 31, 2305 2311.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
46

Takehiko, Watanabe, Hirofumi Takayama, dan Atsushi Yanagisawa. 2006. Joining of


aluminum alloy to steel by friction stir welding. Materials Processing
Technology. 178, 342349.
Torkamany M.J, S. Thamtan dan J. Sabbaghzadeh. 2010. Dissimilar Welding of Carbon
Steel to 5754 Aluminum Alloy by Nd : YAG Pulser Laser. Material and Design.
31, 458 465
Tricarico L, Spina R, Sorgente D, Brandizzi M. 2009. Effects of Heat Treatments on
Mechanical Properties of Fe / Al Explosion Welded Structural Transition
Joints. Material and Design. 30, 693700.
Tsutomu T, Taiki M, and Tomotake H. 2009. Comprehensive Analysis of Joint Strength
for Dissimilar Friction Stir Weld of Mild Steel to Aluminum Alloys. Scripta
Materialia. 61, 756 759
Wijayanto, J. 2012. Pengaruh Feed Rate Terhadap Sifat Mekanik Pada Stir Welding
Aluminium. Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III.
Yogyakarta.
Wonorahardjo, S. 2013. Metode-metode Pemisahan Kimia. Jakarta. Akademia Permata.
Yoshihiko Ulematsu, Keiro Tokaji, Yasunari Tozaki, dan Yasukito Nakashima. 2010.
Fatigue Behaviour of Dissimilar Friction Stir Spot Weld between A6061 and
SPCC Welded by Scrolled Groove Shoulder Tool. Procedia Engineering. 2,
193201.
Zhao LM, Zhang ZD. 2008. Effect of Zn Alloy Interlayer on Interface Microstructure
and Srength of Diffusion Bonded MgAl Joints. Scripta Mater. 58, 2836 .

commit to user

Anda mungkin juga menyukai