id
digilib.uns.ac.id
Oleh
Mathius Karengke
NIM. S951208007
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.
Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah harus
menyertakan tim promotor sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya.
Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya
bersedia mendapat sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta,........................2014
Mahasiswa
Mathius Karengke
S951208007
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Salah satu fokus pengembangan kendaraan saat ini adalah membuatnya semakin
ringan yang bertujuan untuk menghemat energi. Hal ini memerlukan banyak material
logam ringan tetapi kuat. Logam ringan yang digunakan untuk membuat struktur
kendaraan tersebut mampu menahan beban yang cukup besar. Salah satu material
alternatif yang dapat digunakan adalah aluminium, karena aluminium tahan karat dan
ringan. Kendaraan yang menggunakan struktur aluminium secara keseluruhan
kekuatannya akan rendah. Baja dan aluminium memiliki sifat mekanik yang sangat
berbeda. Oleh sebab itu penyambungan kedua material ini memerlukan suatu metode
yang sesuai sehingga dapat menjawab permasalahan tersebut. Metode dengan
menggunakan pengelasan difusi merupakan solusi untuk menjawab permasalahan pada
pengelasan logam tidak sejenis. Penelitian ini menggunakan filler Fe-Cu sebagai
promotor pada pengelasan difusi. Sehingga tujuan dari penelitian ini dapat tercapai yaitu
mengetahui jenis dan tebal lapisan intermetalik yang terbentuk di antarmuka pada
pengelasan difusi dan mengetahui pengaruh filler Fe-Cu terhadap kekuatan mekanik
dari sambungan las.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lapisan yang terbentuk di antarmuka
dari pengelasan Al 6061 dan baja karbon SS 400 yaitu lapisan intermetalik FeAl3.
Kekuatan tarik geser yang tertinggi yaitu pada spesimen tanpa filler dengan tekanan 0,3
Pa sebesar 7,11MPa dan terendah pada spesimen dengan komposisi filler Fe 60% Cu
40% tekanan 0,1 Pa sebesar 1,64 MPa. Ketebalan lapisan intermetalik yang terendah
yaitu pada spesimen tanpa filler dengan tekanan 0,3 Pa sebesar 0,4 m dan yang
tertinggi pada spesimen dengan komposisi filler 60% Cu 40% tekanan 0,1 Pa sebesar
0,9 m. Tekanan yang diberikan sampai batas tertentu akan berpengaruh terhadap
kenaikan kekuatan tarik geser dan kekerasannya. Kekerasan tertinggi yaitu 899,3 HV
pada spesimen tanpa filler dengan tekanan 0,3 Pa dan terendah kekerasanya pada
spesimen dengan komposisi Fe 60% Cu 40% tekanan 0,1 Pa sebesar 640,7 HV. Hal ini
terjadi diakibatkan kenaikan nilai kekerasan sebanding dengan pertambahan tekanan.
Kata kunci: aluminium, baja, difusi, intermetalik, komposisi filler
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Penyusunan tesis
ini adalah salah satu persyaratan untuk mencapai derajat magister teknik di Program
Studi Teknik Mesin, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Penelitian dan penulisan tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan
yang tulus kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian tesis ini.
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret, yang telah
memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan
menyelesaikan Program Pascasarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti
dan menyelesaikan Program Pascasarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Agustin Teras Narang, SH selaku Gubernur Kalimantan Tengah yang telah
memberikan bantuan dana dalam penyelesaian studi melalui program Kalteng
Harati.
4. Dr. Techn. Suyitno, ST., MT selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Mesin
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Dr. Triyono, ST., MT selaku pembimbing utama yang telah membimbing dan
mengarahkan kepada penulis dalam menyelesaiakan tesis.
6. Dr. Agus Supriyanto, S.Si., M.Si selaku pembimbing kedua yang telah
mengarahkan penulis untuk penyempurnaan tesis ini.
7. Direktorat Pendidikan Tinggi yang telah memberi dana hibah penelitian melalui
MP3EI No.499/un 27. 11/PN/2014.
8. Istri dan kedua anak yang terkasih yang selama ini mendoakan serta memotivasi
dalam menyelesaikan studi.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam membantu
penyelesaian tesis ini.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis berharap semoga penelitian ini mampu memberikan manfaat dan kontribusi
yang bermakna dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Surakarta,
Penulis
commit to user
viii
2014
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................
ii
iii
iv
ABSTRAK ............................................................................................................
ABSTRACT ............................................................................................................
vi
vii
ix
xi
xii
C. Hipotesis ..............................................................................................
12
13
A. Tempat Penelitian.................................................................................
13
B. Material.................................................................................................
13
14
14
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
F. Pengujian ..............................................................................................
17
19
20
20
25
29
D. Kekerasan .............................................................................................
33
34
35
43
A. Kesimpulan .........................................................................................
43
B. Saran ...................................................................................................
43
44
LAMPIRAN
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Komposisi kimia.............................................................................
13
Tabel 2.
Sifat mekanik..................................................................................
13
Tabel 3.
16
Tabel 4.
16
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
.9
Gambar 5.
10
Gambar 6.
11
Gambar 7.
11
Gambar 8.
12
Gambar 9.
14
15
19
21
22
23
24
25
26
27
commit to user
xii
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 20. SEM EDX spesimen tanpa filler tekanan 0,1 Pa..............................
29
Gambar 21. SEM EDX spesimen tanpa filler tekanan 0,3 Pa..............................
29
Gambar 22. SEM EDX komposisi filler Fe 80% Cu 20% tekanan 0,1 Pa..........
30
Gambar 23. SEM EDX komposisi filler Fe 80% Cu 20% tekanan 0,3 Pa...........
30
Gambar 24. SEM EDX komposisi filler Fe 70% Cu 30% tekanan 0,1 Pa..........
31
Gambar 25. SEM EDX komposisi filler Fe 70% Cu 30% tekanan 0,3 Pa...........
31
Gambar 26. SEM EDX komposisi filler Fe 60% Cu 04% tekanan 0,1 Pa...........
32
Gambar 27. SEM EDX komposisi filler Fe 60% Cu 04% tekanan 0,3 Pa...........
32
34
34
36
Gambar 31. Hasil uji tarik spesimen dengan filler Fe 80% Cu 20%....................
38
Gambar 32. Hasil uji tarik spesimen dengan filler Fe 70% Cu 30%....................
40
Gambar 33. Hasil uji tarik spesimen dengan filler Fe 60% Cu 40%....................
41
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
(2007). Kimapong dan Watanabe (2004) meneliti pengelasan plat paduan aluminium
dan baja ringan menggunakan las gesekan aduk (FSW) dengan parameter penelitian
adalah kecepatan rotasi dan diameter pin. Sun et al (2004) meneliti pengelasan
resistance spot welding paduan aluminium dan baja menggunakan transisi material.
Watanabe et al (2006) meneliti pengelasan paduan aluminium dan baja dengan friction
stir welding (FSW). Rafeng et al (2009) meneliti mikrostruktur dan kekuatan
sambungan baja dengan aluminium dengan pengelasan resistance spot welding
menggunakan plat penutup.
Banyaknya pengembangan materialmaterial baru yang bertujuan mendukung
pengembangan energi baru dan terbarukan menyebabkan penelitian material tersebut
banyak dilakukan. Penelitian yang menggabungkan aluminium paduan dan baja dengan
efek fusi dilakukan oleh Chen dan Kovacevic (2004), kemudian Zhao dan Zhang (2008)
menggunakan difusi untuk mendapatkan kekuatan yang lebih tinggi pada sambungan Al
dan Mg. Mahendra et al (2009) menyambung magnesium dan aluminium dengan difusi.
Pengelasan difusi adalah proses penyambungan dua material dengan cara pemanasan
dan penekanan sehingga terjadi penyatuan pada kedua material tersebut. Penekanan
adalah salah satu faktor yang diperlukan untuk memberikan kontak dalam jarak
interatomik sehingga difusi atom antara material dapat terjadi lebih mudah. Oleh karena
itu penelitian ini menfokuskan pada pengaruh tekanan terhadap karakteristik sambungan
las difusi logam tak sejenis anatara aluminium 6061 dan baja karbon SS 400.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang dihadapi dalam pengelasan logam tidak sejenis adalah
terdapat lapisan intermetalik. Oleh karena itu, penelitian ini merumuskan masalah yaitu
jenis dan tebal lapisan intermetalik serta pengaruh tekanan terhadap sifat mekanik
dengan metode difusi antara Al 6061 dan baja karbon SS 400.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan antara lain adalah:
1. Mengetahui jenis dan tebal lapisan intermetalik yang terbentuk di antarmuka
pada pengelasan difusi.
2. Mengetahui pengaruh tekanan terhadap sifat mekanik dari sambungan las difusi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
3. Mengetahui pengaruh filler Fe-Cu terhadap sifat mekanik dari sambungan las
difusi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini antara lain adalah :
1. Memberikan pemahaman yang komperhensip tentang pengelasan difusi pada
aluminium 6061 dan baja karbon SS 400.
2. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Pengembangan teknologi pada industri khususnya dibidang pengelasan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Difusi adalah peristiwa berpindahnya suatu atom atau partikel dari suatu tempat ke
tempat lain. Difusi dapat ditingkatkan dengan memberikan perlakuan temperatur. Jika
temperatur dinaikkan maka susunan atom akan berubah dan dengan demikian atom
dapat berdifusi dengan mudah (Wonorahardjo, 2013). Beberapa proses difusi terjadi
dengan memberikan perlakuan temperatur, tekanan, dan tegangan listrik.
Pengelasan difusi merupakan proses penyambungan antara dua material dengan
cara memberikan perlakuan temperatur dan tekanan. Penyambungan yang terjadi karena
adanya difusi atom antar material. Penekanan diperlukan untuk memberikan kontak
dalam jarak interatomik sehingga difusi atom antara material dapat terjadi lebih mudah.
Peneliti sebelumnya yang meneliti penyambungan material tak sejenis dengan
melakukan kontak langsung pada permukaan logam sehingga terjadi difusi dan
memberi tekanan (Kimapong dan Watanabe, 2004).
Proses pengelasan difusi memerlukan ruang dan waktu dalam pengerjaannya
sehingga dapat terjadi pertukaran atau loncatan atom antar permukaan kedua material.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zhao dan Zhang (2008) serta Mahendra et
al (2009) melakukan pengelasan difusi dengan menggunakan vacuum chamber atau
furnace untuk proses penyambungannya. Pengelasan dengan menggunakan metode
difusi tidak terlepas dari banyaknya kendala yang ditemukan antara lain temperatur,
tekanan, dan perbedaan unsur dari pembentuk material yang akan disambung membuat
metode ini memiliki tantangan tersendiri.
Pengelasan difusi memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik pengelasan difusi
yang dikemukakan oleh Dunkerton (1995) menjelaskan bahwa penyambungan dengan
proses difusi adalah sebagai berikut:
1. Sambungan terjadi pada temperatur dibawah titik cair material yaitu 0,5 0,8
Tm.
2. Penyatuan antar permukaan kontak dihasilkan dengan memberikan beban yang
kecil sehingga tidak terjadi deformasi plastis yang berlebihan.
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
secara berkesinambungan,
sehingga
mekanisme
metalurginya
saling
melengkapi. Tahap demi tahap mempunyai kontribusi yang sama pentingnya selama
proses penyambungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
berupa aliran plastis, difusi dari interface menuju rongga melalui lattice, interface dan
grain boundary.
Gambar 2. Skema transfer material selama proses difusi (Mahoney dan Bamton, 1995).
Lebih jelasnya bagian dari transfer massa dapat dilihat pada Gambar 2 yang
meliputi pada peluluhan plastis yang mendeformasi pada kontak permukaan, dimana
difusi surface menuju leher, difusi volume yaitu penguapan di permukaan akan
mengakibatkan pengembunan pada leher, dan difusi grain boundary dari antara setiap
permukaan menuju leher.
Pada tahap ketiga, bagian difusi yang dominan adalah difusi volume. Selama
tahap ini rongga-rongga menyusut hingga menjadi sangat kecil dan akhirnya hilang.
Batas butir bergerak menuju sebuah bentuk kesetimbangan, hingga menyatu dan tidak
dapat dibedakan dari grain boundary lainnya, secara struktur mikro. Bidang kontak
permukaan awal berubah karena adanya penetrasi pada lokal difusi atom. Tahap tiga
berlanjut secara sempurna dengan hilangnya rongga-rongga hingga menyatunya
permukaan kedua material yang disambung.
2. Pengelasan Difusi dengan Bantuan Interlayer
Dalam proses pengelasan difusi
lapisan antara (interlayer) pada permukaan kontak material yang akan disambung.
Penambahan interlayer ini bertujuan untuk membantu meningkatkan aktivitas proses
difusi pada material yang disambung. Oleh karena itu biasanya dipilih interlayer dari
material yang memiliki kelarutan yang baik pada material yang disambung.
Interlayer dapat pula dipilih dari material yang dapat menangkap unsur kotoran
pada interface dan menghasilkan permukaan yang bersih. Untuk tujuan tersebut
material yang dipilih adalah material yang memiliki solusibilitas yang tinggi yang
mengandung unsur interstisi. Pada interlayer dapat juga menggunakan material lunak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
lingkungan yang dilindungi dengan suatu gas pelindung seperti gas argon, dan
dilakukan pada lingkungan vakum yang bertekanan (Mahendran et al, 2010).
3.1. Kelebihan dan Kekurangan Pengelasan Difusi
a. Kelebihan
1.
Pada umumnya memerlukan durasi siklus yang lebih panjang, biaya peralatan
mahal sehingga mempengaruhi nilai ekonomisnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
karbon SS 400 adalah jenis baja karbon rendah karena jumlah kadar
karbonnya 0,05 % (Triyono et al, 2013). Baja ini banyak digunakan untuk proses
pembentukan logam lembaran, misalnya untuk badan dan rangka kendaraan serta
komponen-komponen otomotif lainnya. Baja jenis ini dibuat dan diaplikasikan dengan
mengeksploitasi sifat-sifat ferrite. Ferrite adalah salah satu fasa penting di dalam baja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
yang bersifat lunak dan ulet. Baja karbon rendah umumnya memiliki kadar karbon
dibawah komposisi eutectoid dan memiliki struktur mikro hampir seluruhnya ferrite.
Pada lembaran baja kadar karbon sangat rendah atau ultra rendah, jumlah atom
karbonnya masih berada dalam batas kelarutannya pada larutan padat sehingga struktur
mikronya adalah ferrite seluruhnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yang didasari oleh penelitianpenelitian
sebelumnya menyatakan bahwa penyambungan Al 6061 dan baja karbon SS 400
dapat dilakukan dengan cara difusi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Produksi dan Material Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta .
B. Material
Material yang digunakan dalam pengelasan difusi ini yaitu aluminium 6061
tebal 6 mm dan SS 400 tebal 2,3 mm.
Tabel 1. Komposisi Kimia (Dinaharan et al, 2012)
Material
Mg
Si
Fe
Mn
Cu
Cr
Zn
Ni
Ti
Al
Al 6061
0,95
0,54
0,22
0,13
0,17
0,09
0,08
0,02
0,01
bal
Mn
0,225
Si
0,15
Ni
0,07
Cu
0,16
Fe
bal
Triyono et al (2013)
Material
SS 400
C
0,05
P
0,094
Cr
0,04
Mo
0,05
Al 6061
Melting
Point (oC)
Specific
Heat(J/kg.oC)
Density
(g/cc)
660
900
2,7
Thermal
Conductivity
(W/mK)
220
Electrical
Resistivity
(.cm)
2,65
Triyono et al (2013)
Material
Melting
Point (oC)
Thermal
Conductivity
(W/mK)
SS 400
1495-1525
12,6
Coefficient
of Thermal
Expansion
(m/m/oC)
13,0
commit to user
13
Tensile
Strenght
(Mpa)
Electrical
Resistivity
(.cm)
240
2,65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
C. Komposisi Filler
Komposisi filler dari penelitian ini yaitu Fe 80%, Cu 20% ; Fe 70%, Cu 30% ; Fe
60%, Cu 40% .
D. Preparasi Spesimen
Spesimen dalam proses ini dibuat sesuai acuan standart jurnal ukuran 32,5 x 20
mm untuk Al 6061 dan baja karbon SS 400. Baja karbon SS 400 di milling pada
bagaian untuk manaruh filler serbuk ukuran 15 x 13 x 1 mm. Spesimen Al 6061
dan baja karbon SS 400 tersebut dihaluskan permukaannya menggunakan kertas
amplas. Filler yang berbentuk serbuk di campur sesuai dengan komposisi,
kemudian di isi bagian baja karbon SS 400 yang telah di milling terlebih dahulu.
Spesimen di masukkan pada cetakan batu tahan api dengan posisi lap joint
kemudian ditaruh dalam furnace sampai 950c dengan holding time 30 menit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
15
6
Al
Fe
2,3
20
50
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
Variasi Filler
Temperatur
Holding Time
1.
Tanpa filler
950 o C
30 menit
2.
Fe 80 %
Cu 20 %
950 o C
30 menit
3.
Fe 70 %
Cu 30 %
950 o C
30 menit
4.
Fe 60 %
Cu 40 %
950 o C
30 menit
Lapisan Intermetalik
1.
Fe2Al5
1000-1100
2.
FeAl2
1000-1050
3.
FeAl3
820-980
4.
FeAl
400-520
5.
Fe3Al
250-350
E. Proses Pengelasan
Pengelasan difusi aluminium dengan baja dalam prosesnya berada dalam ruang
hampa menggunakan furnace. Pada kondisi seperti ini, pengelasan difusi dapat
terjadi dengan baik. Proses difusi ini terjadi pada dua permukaan material yang
berbeda antara Al 6061 dengan SS 400. Hal ini bertujuaan agar atom kedua
material saling terdifusi sehingga terjadi ikatan yang kuat antaramuka logam
tersebut. Material Al 6061 dan baja karbon SS 400 dipotong dengan ukuran 20 mm
x 50 mm, kemudian pada baja karbon SS 400 dibuat persegi mengggunakan mesin
milling sampai ukuran 13 x 13 mm dengan kedalaman 1 mm. Pada bagian tengah
diberikan komposisi serbuk, lalu dimasukkan ke mesin furnace . Penggunaan
temperatur 950c dengan holding time 30 menit di dasari oleh uji coba pada
spesimen yang dilakukan sebanyak 20 kali. Hasil yang diperoleh memperlihatkan
bahwa pada temperatur 950c dengan holding time 30 menit kedua material dapat
tersambung.
Mesin furnace dengan spesifikasi 400 volt, 1200 watt, 3 phase, 50 Hz dan
temperatur maksimal 1200 C digunakan untuk proses pengelasan difusi. Spesimen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
menggunakan
komputer.
Spesimen
diuji
dengan
tujuan
makro
optik
merk
Olympus/SZ2-ILST
dengan
spesifikasi:
pembesaran lensa okuler 1 kali, dan pembesaran lensa obyektif 0,8 kali; 1
kali; 1,25 kali; 1,6 kali; 2 kali; 3,2 kali; 4 kali; 5 kali dan 5,6 kali. Alat ini
digunakan untuk melihat struktur makro dari permukaan logam yang terjadi
akibat adanya difusi.
3. Foto Makro Optik.
Foto mikro optik dengan merk Euromex Holland memiliki spesifikasi:
pembesaran lensa okuler 10 kali dan pembesaran lensa obyektif 4 kali, 10
kali, 20 kali, dan 40 kali.
Foto mikro optik digunakan untuk melihat difusi atom aluminium ke atom
baja yang terjadi di antarmuka kedua material. SEM EDX yang digunakan
dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas mengenai
kandungan unsur yang terbentuk, serta persentase atom di antarmuka
aluminium 6061 dengan baja karbon SS 400. Hal tersebut dilakukan supaya
dapat menghitung berapa ketebalan lapisan intermetalik yang terjadi di
antarmuka. Datadata yang ada dihubungkan sehingga menjadi satu
kesatuan dalam penelitian dan dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan
terhadap fenomena yang terjadi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
G. Langkah-langkah Penelitian:
MULAI
SPESIMEN
Uji Kekerasan
KESIMPULAN
SELESAI
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menguraikan beberapa hasil dan pembahasan tentang pengaruh
tekanan dan koposisi filler terhadap karakteristik sambungan las difusi logam tidak
sejenis antara aluminium 6061 dan baja karbon SS 400.
A. Struktur Makro
Foto struktur makro ini sangat penting dalam melihat sampai sejauh mana
fenomena yang terjadi pada daerah antarmuka. Banyaknya fakta yang dapat terungkap
dalam tahap ini akan sangat berarti dalam penelitian. Walaupun tidak semua fakta yang
dapat diungkapkan pada bagian ini, namun awal dari fenomena difusi antarmuka dapat
dijelaskan secara faktual. Terjadinya difusi antarmuka akan sangat jelas terlihat pada
struktur mikro aluminium 6061 dan baja karbon SS 400 karena pembesaran bertambah.
Data yang dapat diperoleh melalui struktur makro ini yaitu daerah difusi, porositas,
logam dasar, dan keretakan antarmuka.
Penyebab yang terungkap melalui struktur makro ini dapat diketahui dari awal
sehingga fenomena yang terjadi semakin jelas. Hasil dari struktur makro ini sangat
bervariasi, hal ini diakibatkan oleh parametar dari penelitian. Parameter tersebut adalah
variasi tekanan dan komposisi filler. Hasil struktur makro dari penelitian ini seperti
yang terlihat masih harus di dukung dengan datadata yang lain. Datadata tersebut
berasal dari struktur mikro. Struktur mikro datanya juga harus di dukung data SEM
sehingga dapat dianalisa dan menentukan kesimpulan dalam penelitian. Struktur makro
seperti yang terlihat adalah hasil penelitian tentangn pengelasan difusi logam yang tidak
sejenis yaitu Al 6061 dan baja karbon SS 400 dengan variasi tekanan dan komposisi
filler.
Agar terlihat dengan jelas struktur mikro serta fenomena yang terdapat pada
pengelasan difusi antara Al 6061 dan baja karbon SS 400 perlu melakukan etsa.
Material yang akan di etsa harus terlebih dahulu dihaluskan dengan cara digosok dengan
kertas amplas secara bertahap. Selanjutnya dipoles diatas kain menggunakan autosol
sesuai dengan ASTM E301. Bahanbahan yang digunakan dalam mengetsa material
commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
aluminium yaitu aquades 47,5 ml; HNO3 1,25 ml ; HCl 0,75 ml ; HF 0,5 ml. Bahan etsa
untuk baja yaitu HNO3 1 ml dan aquades 10 ml. Aluminium dicelup pada larutan eksa
selama 1015 detik , setalah itu kemudian baja dicelup selama 13 detik.
Daerah difusi
Daerah difusi
Al
Baja
500m
Al
500m
Baja
Daerah difusi
Al
500m
Baja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
Anrinal (2013) menyatakan bahwa terjadinya keretakan salah satunya diakibatkan oleh
jarijari atom yang terlalu besar perbedaannya. Gambar 12.c terdapat daerah difusi yang
semakin banyak mengakibatkan permukan keduanya saling menyatu dengan baik.
Difusi aluminium ke baja pada gambar ini cukup baik. Retakan antarmuka kedua
material tidak terlihat. Loop pada paduan Al-Mg terjadi akibat kekosongan yang
dihasilkan oleh oksidasi ketika atom magnesium terserap (Smallman dan Bishop, 2000).
Hal ini sangat nampak terlihat memenuhi permukaan aluminium berbentuk batangan
prisma. Lapisan intermetalik yang terbentuk oleh difusi kedua material yang tidak
sejenis juga terlihat sangat jelas. Jika kita menarik garis dari sisi kiri pada lapisan
intermetalik menebal dan berangsurangsur menipis sampai ke sisi kanan. Hal ini
disebabkan oleh penetrasi dari atom aluminium ke atom baja pada permukaan tidak
sama besar sehingga ketebalan lapisan intermetalik tidak akan sama.
Daerah difusi
Al
Al
Daerah difusi
Baja
500m
Baja
Al
500m
Daerah difusi
Baja
500m
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
Terjadi porositas pada daerah difusi antarmuka, hal ini dapat diakibatkan oleh
kosongan atom yang terinterstisi (Gambar 13.a). Gambar 13.b dan c terlihat daerah
antarmuka aluminium dan baja terjadi difusi, akan tetapi pengaruh unsur Cu membawa
dampak terhadap porositas. Oleh karena itu terdifusinya aluminium ke baja tidak terjadi
dengan sempurna yang diakibatkan porositas pada kedua material. Hal tersebut juga
dikemukakan oleh Shabestari dan Moemeni (2004) menemukan bahwa semakin banyak
kandungan Cu akan meningkatkan porositas dan menurunkan kekuatan tarik. Variasi
tekanan yang terjadi dipermukaan kedua material sangat jelas terlihat. Dimana semakin
besar tekanan yang diberikan, maka penetrasi atom akan semakin baik.
Daerah difusi
Baja
Daerah difusi
Al
Baja
500m
Al
500m
Daerah difusi
Al
500m
Baja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
antarmuka Al 6061 dan baja karbon SS 400. Daerah ini merupakan lapisan intermetalik.
Lapisan intermetalik terbentuk oleh adanya pengerasan presipitasi berupa senyawa antar
logam dan kemudian membentuk suatu unsur yang baru (Anrinal, 2013).
Daerah difusi
Baja
Daerah difusi
Al
500m
500m
Baja
Al
Daerah difusi
Al
Baja
500m
daerah porositas
semakin banyak dan juga berakibat terhadap menurunnya kekuatan tarik. Keretakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
antarmuka juga tidak dapat dihindari, walaupun tidak terjadi di sepanjang permukaan
kedua material. Hasil struktur makro memperlihatkan bahwa ada fenomena lain yang
terungkap yaitu terjadinya keretakan di antarmuka. Keretakan yang terjadi adalah
transgranular dimana keretakan terjadi di sepanjang permukaan. Hal ini berawal dari
porositas yang terjadi di antarmuka pada lapisan intermetalik dan berakibat menurunnya
kekuatan tarik pada material tersebut.
B. Struktur Mikro
Baja
Baja
Daerah difusi
Daerah difusi
200m
200m
Baja
Daerah difusi
200m
c. Tanpa filler tekanan 0,3 Pa
Gambar 16. Struktur mikro spesimen tanpa filler
Daerah yang terdifusi mengakibatkan atom aluminium menyatu ke atom baja
sebesar 63,59 at%. (Gambar 16.a). Penyatuan atom aluminium ke baja cukup baik,
sehingga kinetika atom dapat terjadi.
kedua material tersebut terjadi difusi. Jika dihubungkan dengan hasil SEM maka akan
terlihat pengerasan padat presipitasi berupa lapisan intermetalik FeAl3. Lapisan ini
terbentuk oleh atom Al-Fe. Jumlah atom aluminium dengan persentase yang melebihi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Baja
Baja
Daerah difusi
Daerah difusi
200m
200m
a. Fe 80% Cu 20% tekanan 0,1 Pa
Baja
Daerah difusi
200m
c. Fe 80% Cu 20% tekanan 0,3 Pa
Gambar 17. Struktur mikro spesimen dengan komposisi filler Fe 80% Cu 20%.
Daerah difusi yang mengakibatkan atom aluminium menyatu ke atom baja sebesar
55,25 at%. (Gambar 17.a). Atom aluminium terjadi penurunan jumlah persentasi jika
dibandingkan dengan sabungan las difusi tanpa filler. Hal ini diakibatkan oleh filler
sebagai promotor tidak mampu membawa atom aluminium untuk menyatu secara baik.
Jika kita membandingkan dengan komposisi filler yang sama maka besarnya tekanan
yang diberikan membuat daya penetrasi atom akan semakin besar pula. Hal ini terlihat
pada gambar 17.b dan c bahwa jumlah atom aluminium ke baja sampai 58,13 at%.
Terjadinya kenaikan jumlah persentasi atom aluminium ke baja sebesar 2,88%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
Daerah difusi
Baja
Baja
Daerah difusi
200m
200m
Daerah difusi
Baja
200m
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Daerah difusi
Daerah difusi
Baja
Baja
200m
200m
Baja
Daerah difusi
200m
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
C. SEM EDX
Fe 23,87 at%
Al 63,59 at%
FeAl3
a. SEM
b. EDX
Fe 21,54 at%
Al 59,02 at%
FeAl3
a. SEM
b. EDX
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
tertinggi sebesar 7,11 MPa. Hasil uji kekerasanya tertinggi mencapai 899,3 HV. Hasil
ini didukung penalitian sebelumnya oleh Schimek et al (2012) menyatakan bahwa
FeAl3 memiliki nilai kekerasan 820-920 HV.
Fe 22,38 at%
FeAl3
Al 55,25 at%
a. SEM
b. EDX
Gambar 22. SEM EDX komposisi filler Fe 80% Cu 20% tekanan 0,1 Pa
SEM EDX memperlihatkan bahwa atom aluminium menyatu ke baja disebabkan
oleh kemampuan kedua material saling terdifusi. Lapisan intermetalik terbentuk dengan
ketebalan 0,7 m. Pada tekanan 0,1 Pa aluminium terdifusi ke baja sebesar 55,25 at%
(Gambar 22.b). Unsur yang terbentuk di antarmuka yaitu lapisan intermetalik FeAl3
(Gambar 22.a). Nilai kekerasan dari unsur ini adalah 736,3 HV. Spesimen ini terjadi
penurunan nilai kekerasan yang diakibatkan oleh adanya pengaruh filler Cu sebagai
promotor yang berpotensi menyebabkan terjadinya porositas.
FeAl3
Fe 22,50 at%
Al 58,13 at%
a. SEM
b. EDX
Gambar 23. SEM EDX komposisi filler Fe 80% Cu 20% tekanan 0,3 Pa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
Fe 23,08 at%
Al 61,57 at%
FeAl3
a. SEM
b. EDX
Gambar 24. SEM EDX komposisi filler Fe 70% Cu 30% tekanan 0,1 Pa
Atom aluminium yang menyatu ke baja disebabkan oleh kemampuan kedua
material untuk saling terdifusi. Lapisan intermetalik terbentuk dengan ketebalan 0,7 m.
Sehingga membentuk unsur FeAl3 di antarmuka pengelasan difusi(Gambar 24.a). Pada
tekanan 0,1 Pa aluminium terdifusi ke baja sebesar 61,57 at% (Gambar 24.b).
Fe 22.64 at%
Al 59,23 at%
FeAl3
a. SEM
b. EDX
Gambar 25. SEM EDX komposisi filler Fe 70% Cu 30% tekanan 0,3 Pa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
SEM EDX memperlihatkan bahwa atom aluminium yang menyatu ke atom baja
disebabkan oleh kemampuan material saling terdifusi. Pada tekanan
0,3 Pa atom
aluminium terdifusi ke baja sebesar 59,23 at% (Gambar 25.b). Lapisan intermetalik
terbentuk dengan ketebalan 0,7 m. Sehingga membentuk unsur FeAl3 di antarmuka
pengelasan difusi (Gambar 25.a).
Fe 20,88 at%
Al 58,29 at%
FeAl3
`
a. SEM
b. EDX
Gambar 26. SEM EDX komposisi filler Fe 60% Cu 04% tekanan 0,1 Pa
Gambar 26 memperlihatkan atom aluminium menyatu ke atom baja yang
disebabkan oleh kedua material saling terdifusi. Pada tekanan 0,1 Pa atom aluminium
terdifusi ke atom baja sebesar 58,29 at% (Gambar 26.b). Lapisan intermetalik terbentuk
dengan ketebalan 0,9 m. Sehingga membentuk unsur FeAl3 di antarmuka pengelasan
difusi (Gambar 26.a). Hasil kekuatan tarik geser pada komposisi ini terrendah yaitu
sebesar 1,64 MPa dibanding dengan yang lain. Hal tersebut diakibatkan oleh tebalnya
lapisan intermetalik yang terbentuk. Semakin tebal lapisan intermetalik akan
menurunkan kekuatan tariknya (Tsutomu et al, 2009)
Fe 21,99 at%
Al 60,98 at%
FeAl3
a. SEM
b. EDX
Gambar 27. SEM EDX komposisi filler Fe 60% Cu 04% tekanan 0,3 Pa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
intermetalik terbentuk dengan ketebalan 0,6 m. Oleh karena itu membentuk unsur
FeAl3 di antarmuka pengelasan difusi (Gambar 27.a). Kekuatan tarik gesernya
mengalami kenaikan menjadi 1,92 MPa. Hal ini diakibatkan oleh menurunnya ketebalan
lapisan intermetalik.
D. Kekerasan
Pengujian kekerasan Vickers yang dilakukan pada setiap spesimen diperoleh
tingkat kekerasan yang bervariasi (Gambar 28). Spesimen tanpa filler dengan tekanan
0,1 Pa pada lapisan intermetalik kekerasannya 837,6 HV. Kekerasan ini membentuk
lapisan intermetalik FeAl3. Torkamany et al (2010) menemukan bahwa lapisan
intermetalik FeAl3 mempunyai nilai kekerasan 820-980 HV. Pada tekanan 0,3 Pa
kekerasanya naik menjadi 899,3 HV. Hal ini terjadi akibat adanya perubahan tekanan,
sehingga perubahan tersebut membentuk atom Fe menjadi lebih kecil pada daerah difusi
seperti yang terlihat pada struktur mikro. Komposisi filler Fe 80% Cu 20 % pada
tekanan 0,1 Pa kekerasanya 736,3 HV. Lapisan intermetalik yang terbentuk yaitu FeAl3.
Pada tekanan sebesar 0,3 Pa nilai kekerasanya naik sebesar 787,2 HV. Hal dipengaruhi
oleh kenaikan tekanan serta semakin banyak persentase kandungan Fe pada daerah
difusi. Semakin tinggi kandungan Fe dan semakin rendah kandungan Cu maka
kekerasannya akan semakin meningkat (Suarez et al, 2011).
Kekerasan 661 HV pada komposisi filler Fe 70% Cu 30% pada tekanan 0,1 Pa
dan tekanan 0,3 Pa kekerannya naik menjadi 753 HV. Hal ini terjadi akibat tekanan
yang meningkat dari 0,1Pa menjadi 0,3Pa didaerah difusi. Meningkatnya kadar Cu akan
berbanding lurus dengan porositas yang tenjadi. Shabestari dan Moemeni (2004)
mengatakan dalam penelitiannya bahwa semakin tinggi kadar Cu maka tingkat porositas
akan semakin banyak pula. Komposisi filler Fe 60% Cu 40% pada tekanan 0,1 Pa
kekerasannya 640,7 HV dan pada tekanan 0,3 Pa sebesar 747,5 HV. Peningkan nilai
kekerasan pada komposisi ini diakibatkan oleh faktor tekanan yang diberikan sehingga
ketebalan lapisan padat presipitasi yaitu lapisan intermetalik menjadi 0,6 m. Data
kekerasan yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat kekerasan akan naik sebanding
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
dengan besarnya tekanan yang diberikan. Terdapatnya hubungan yang signifikan antara
tekanan dan kekerasan antarmuka pada sambungan difusi dan adanya kecenderungan
Kekerasan Vickers
Tekanan 0,1 Pa
Tekanan 0,3 Pa
Tanpa
Filler
8
7
6
5
4
Tekanan 0,1 Pa
Tekanan 0,2 Pa
Tekanan 0,3 Pa
2
1
0
Tanpa Filler
Fe 80 %, Cu
20 %
Fe 70 %, Cu
30 %
Fe 60 %, Cu
40 %
Gambar 29. Grafik perbandingan tekanan, kekuatan tarik geser dan variasi filler
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
a. Logam dasar Al
500m
500m
500m
500m
500m
500m
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
melepaskan diri dari yang mengikatnya. Selisih atom Al dengan atom baja yaitu 39,72
at %. Jika dihubungkan dengan hasil uji kekerasan hasilnya 837,6 HV. Hasil kekerasan
tersebut membentuk lapisan intermetalik FeAl3. Hasil ini lebih rendah jika
dibandingkan dengan spesimen tanpa filler pada tekanan 0,3 Pa. Hal ini diakibatkan
oleh membesarnya atomatom baja yang berada dekat daerah difusi seperti yang
nampak pada struktur mikro.
Spesimen tanpa filler dengan tekanan 0,3 Pa dimana jumlah atom aluminium
sebesar 59,02 at % dan atom baja sebagai sebesar 21,54 at %. Perbandingan antara atom
aluminium dan atom baja sebesar 37,48 at %. Lapisan intermetalik yang terbentuk di
antarmuka yaitu FeAl3. Spesimen ini kekerasannya 899,3 HV menunjukkan terjadi
kenaikan disebabkan oleh semakin merapatnya atomatom baja yang terdapat disekitar
daerah difusi dan ini juga akibat dari kenaikan tekanan yang diberikan. Pada kondisi ini
dimana atom aluminium dan atom baja pada tekanan 0,3 Pa tanpa filler menyatu dengan
sangat baik, membuktikan bahwa kedua material dapat dilakukan penyambungan. Hal
ini juga terlihat dari hasil uji tarik gesernya memiliki kekuatan terbesar dibanding
dengan yang lain yaitu 7,11 MPa.
Fakta ini semakin jelas apabila kita melihat dari hasil uji tarik yang dilakukan
serta membandingkan dengan tekanan yang diberikan. Terdapat hasil kekuatan tarik
geser yang meningkat berbanding lurus dengan tekanan yang diberikan pada
permukaan. Hal ini disebabkan oleh daerah intermetalik yang terbentuk semakin kecil.
Hasil ini diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Rattana et al (2007)
menyatakan bahwa semakin tipis lapisan intermetalik pada pengelasan AlFe maka
kekuatan tariknya akan semakin tinggi. Semakin tebal lapisan intermetalik maka
kekuatan tariknya akan semakin menurun. Hal ini diakibatkan oleh karakteristik lapisan
intermetalik yang rapuh.
Lapisan intermetalik yang rapuh ini akan semakin berdampak tidak baik dengan
adanya porositas yang terjadi pada material. Hal ini akan mengurangi tingkat kekuatan
tariknya serta kekerasannya. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa pengaruh Cu
sebagai filler yang juga berfungsi sebagi promotor memberikan dampak terhadap
pembentukan porositas yang cukup besar. Semakin besar pesentase kandungan Cu pada
filler maka porositasnya semakin banyak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
a. Logam dasar Al
500m
500m
500m
500m
500m
500m
Tekanan 0,1 Pa
Tekanan 0,2 Pa
Tekanan 0,3 Pa
Gambar 31. Hasil uji tarik spesimen dengan filler Fe 80% Cu 20%
Hasil uji tarik memperlihatkan permukaan pada pengelasan difusi sangat berbeda
untuk setiap tekanan. Fenomena yang terjadi di pengaruhi oleh banyak faktor, antara
lain adalah tekanan dan komposisi filler. Oleh karena itu pengelasan difusi dalam
penelitian ini memperlihatkan pengaruh penggunaan variasi komposisi filler dan
tekanan. Variasi filler menggunakan unsur Fe dan Cu sebagai promotor sambungan.
Promotor ini yang diharapkan dapat menjadi media antara sehingga pengelasan difusi
dapat berjalan dengan baik. Gambar 31 dengan komposisi filler Fe 80% Cu 20% dan
tekanan 0,1 Pa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
menyatu ke atom baja sebesar 55,25 at %, jika dibandingkan dengan atom baja hanya
28,38 at %. Apabila dihubungkan dengan hasil pada uji kekerasanya mencapai 736,3
HV. Lapisan intermetalik yang terbentuk yaitu FeAl3. Dibandingkan dengan tekanan 0,3
Pa atom aluminium 58,13 at % dan baja sebesar 22,50 at %. Nilai kekerasanya
mencapai 787,2 HV. Lapisan intermetalik yang terbentuk FeAl3. Bertambahnya
kekerasan pada tekanan 0,3 Pa diakibatkan oleh bertambah tekanan pada lapisan
intermetalik yang membuat atom-atom Fe-Al semakin merapat. Selisih atom aluminium
ke atom baja akan sangat tampak pada permukaan kedua material. Apabila selisih ini
menunjukkan jarak yang terlalu besar maka terjadi kekosongan atom disalah satu
material. Tekanan 0,1 Pa selisih jumlah persetase atom aluminium ke baja sebesar 32,87
at % dibandingkan dengan komposisi filler yang sama tetapi pada tekanan 0,3 Pa
terdapat 35,63 at%. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya tekanan yang terjadi dipermukaan
benda.
Pengaruh komposisi filler dengan unsur FeCu sebagai promotor juga
memberikan dampak terhadap menyatunya atom aluminium ke atom baja, terlihatnya
pada kedua permukaan material terdapat daerah porositas yang cukup banyak. Salah
satu penyebab semakin tingginya porositas yang terjadi diakibatkan oleh adanya unsur
Cu sebagai promotor dalam pengelasan difusi ini. Senada dengan yang disampaikan
oleh peneliti sebelumnya yaitu Shabestari dan Moemeni (2004) mengatakan bahwa
semakin besar kandungan Cu maka semakin tinggi tingkat porositasn yang terjadi.
Pada hasil uji tarik geser ini jika dibandingkan antara spesimen tanpa filler dengan
tekanan 0,1 Pa sampai 0,3 Pa dengan spesimen dengan komposisi filler Fe 80 % dan Cu
20 % terjadi perbedaan yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dari nilai kekerasannya
dan kekuatan tariknya. Terjadinya penurunan nilai kekerasan dan kekutan tarik gesernya
ini diperkuat juga dengan hasil foto spesimen uji tarik. Permukaan yang menyatu pada
spesimen tanpa filler terlihat hampir disemua permukaan, sedangkan pada spesimen
dengan komposisi filler Fe 80 % dan Cu 20 % dengan tekanan 0,1 Pa hanya sebagian
saja
mengindikasikan adanya porositas yang cukup banyak. Keretakan juga tampak pada
logam dasar aluminium pada spesimen komposisi filler Fe 80 % dan Cu 20 % dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
tekanan 0,1 Pa. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya rongga yang mengakibatkan retakan
transgranular.
a. Logam dasar Al
500m
500m
Tekanan 0,1 Pa
500m
500m
Tekanan 0,2 Pa
500m
500m
Tekanan 0,3 Pa
Gambar 32. Hasil uji tarik spesimen dengan filler Fe 70% Cu 30%
Kepadatan antarmuka pada logam dasar aluminium dan baja semakin berkurang
(Gambar 32). Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya kandungan Cu pada
komposisi filler. Atom aluminium sebesar 61,57 at %, sedangkan atom baja 23,08 at %
pada tekanan 0,1 Pa. Jika di hubungkan dengan hasil uji kekerasannya sebesar 661 HV.
Lapisan intermetalik yang terbentuk diantaramuka yaitu FeAl3.
Pada tekanan 0,3 Pa atom aluminium sebesar 59,23 at % dan baja sebesar 22,64 at
%. Nilai kekerasannya sebesar 753 HV. Pada komposisi ini terjadi peningkatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
kekerasan 92 HV. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya pengaruh tekanan yang
diberikan sebesar 0,2 Pa. Dibandingkan pada tekanan 0,1 Pa tekanan 0,3 Pa terlihat jelas
daerah yang menyatu lebih banyak.
Ada hal yang tidak dapat diabaikan pengaruhnya pada pengelasan logam tidak
sejenis Al 6061 dan baja karbon SS 400 yaitu faktor tekanan. Faktor tekanan ini sangat
memegang peranan penting dalam proses penyambungan.
a. Logam dasar Al
500m
500m
500m
500m
500m
500m
Tekanan 0,1 Pa
Tekanan 0,2 Pa
Tekanan 0,3 Pa
Gambar 33. Hasil uji tarik spesimen dengan filler Fe 60% Cu 40%
Daerah antarmuka yang menyatu dan kepadatan pada logam dasar aluminium dan
baja semakin berkurang (Gambar 33). Atom aluminium pada tekanan 0,1 Pa sebesar
58,29 at % dan atom baja 20,88 at %. Kekerasannya mencapai 640,7 HV. Pada tekanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
0,3 Pa menjadi 60,98 at % dan baja 21,99 at %. Nilai kekerasannya naik menjadi 747,5
HV. Hal ini disebabkan oleh juga adanya penambahan tekanan. Pengaruh tekanan juga
tampak di permukaan masingmasing logam dasar yaitu pada tekanan 0,2 Pa dan 0,3
Pa, nampak jelas daerah yang menyatu lebih banyak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini yang menggunakan parameter komposisi filler dan tekanan,
menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Lapisan yang terbentuk di antarmuka sambungan las Al 6061 dan baja
karbon SS 400 adalah lapisan intermetalik FeAl3.
2. Semakin banyak kandungan Cu pada filler maka akan menurunkan kekuatan
tarik geser dari material tersebut.
3. Kekuatan tarik geser yang tertinggi adalah pada spesimen tanpa filler dengan
tekanan 0,3 Pa yaitu 7,11MPa dan terendah adalah spesimen dengan
komposisi filler Fe 60% Cu 40% tekanan 0,1 Pa yaitu sebesar 1,64 MPa.
Ketebalan lapisan intermetalik yang terendah yaitu pada spesimen tanpa
filler dengan tekanan 0,3 Pa sebesar 0,4 m dan yang tertinggi pada
spesimen dengan komposisi filler Fe 60% Cu 40% tekanan 0,1 Pa sebesar
0,9 m. Tekanan yang diberikan sampai batas tertentu akan berpengaruh
terhadap kenaikan kekuatan tarik geser dan kekerasannya.
4. Kekerasan tertinggi yaitu 899,3 HV terjadi pada spesimen tanpa filler
dengan tekanan 0,3 Pa dan terendah pada spesimen Fe 60% Cu 40% di
tekanan 0,1 Pa yaitu sebesar 640,7 HV.
B. Saran
Peneliti yang ingin mengembangkan pengelasan difusi sebaiknya tidak
menggunakan Cu dengan persentase yang tinggi karena akan membuat porositas pada
material yang disambung, selain itu tekanan sebaiknya juga dikontrol sedemikian rupa
karena penggunaan tekanan yang berlebihan akan mengakibatkan deformasi.
commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Aizawa ,T.M., Kashani K, Okagawa. 2007. Application of Magnetic Pulse Welding for
Aluminum Alloys and SPCC Steel Sheet Joints. Welding Journal , Vol. 86
Anrinal. 2013. Metalurgi Fisik. Yogyakarta : Andi.
Bouche K, Barbier F, dan Coulet A. 1998. Intermetallic compound layer growth
between solid iron and molten aluminium. Mater. Sci. Eng. A 249, 167175.
Bulletin of Binary Phase Diagrams, ASM International, (1994)
Chen, CM, Kovacevic, R. 2004. Joining of Al 6061 alloy to AISI 1018 steel by
combined effects of fusion and solid state welding. Machine Tools &
Manufacture. 44 , 12051214.
Dinaharan, K, Kalaiselvan, Vijay, SJ, dan Raja, P. 2012. Effect of Material Location
and Tool Ratational Speed on Microstructure and Tensil Strength of Dissimilar
Friction Stir Welded Aluminium Alloy. Archives of Civil and Mechanical
Engineering. 12, 446456 .
Dunkerton, SB. 1995. Procedure Development and Practice Consideration for
Diffusion Welding. ASM Handbook, Vol. 6.
Hantoro, Sirot dan Tiwan. 2005. Diffusion Bonding Material Tungsten- Baja Dengan
Interlayer Ag4% CU. TEKNOIN. Vol. 10, No. 1.
Kimapong, K. and Watanabe, T. 2004. Friction Stir Welding of Aluminum Alloy to
Steel. Welding Journal. 277282
Kobayashi, S, Yakou, T. 2002. Control of Intermetallic Compound Layers at Interface
between Steel and Aluminum by Diffusion-Treatment. Mater. Sci. Eng. A 338,
4453.
Mahendra, G, Balasubramanian,V, dan Senthilvelant. 2009. Developing Diffusion
Bonding Windows for Joint AZ31B MagnesiumAA 2024 Aluminium Alloy.
Material and Design .30, 1240 4
. 2010. Influences of Diffusion Bonding Process Parameters on Bond
Characteristics of Mg Cu Dissimilar Joints. Transaction of Nonferrous
Metals Society of China. 20, 997 1005.
Mahoney, MW, dan Bamton, CC. 1995. Fundamentals of Diffusion Bonding. AMS
Handbook, Vol. 6.
Malek G.F, Hamedi MJ, Torkamany MJ, Sabbaghzadeh J. 2007. Weld Metal
Microstructure Characteristics In Pulsed Nd : YAG Laser Welding. Scipta
Mater. 56, 955 8.
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
commit to user