Nomor: xx/PRT/M/2011
tentang
PEDOMAN
PENYUSUNAN
RENCANA DETAIL TATA RUANG
DAN PERATURAN ZONASI
KABUPATEN/KOTA
PEDOMAN
PENYUSUNAN
RENCANA DETAIL TATA RUANG
DAN PERATURAN ZONASI
KABUPATEN/KOTA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................................................................................
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................................................................
i
ii
iii
iv
5
9
11
12
14
15
16
23
27
31
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Gambar 1.2
Gambar 1.3
Gambar 1.4
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 4.1
11
13
13
13
19
20
20
21
22
30
59
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jangka Waktu Penyusunan RDTR Kabupaten/Kota .................................. ............... 47
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
L1
L2
L3
L4
L5
L6
L7
L8
L9
L10
L11
L12
BAB
KETENTUAN
UMUM
BAB I
KETENTUAN UMUM
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Sub Blok
bedaan sub zona.
Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
untuk mendukung perikehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya;
Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau
dimasukkan ke dalamnya;
Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah garis yang tidak boleh
dilampaui oleh denah bangunan ke arah GSJ yang ditetapkan dalam
rencana kabupaten/kota;
Garis Sempadan Jalan (GSJ) adalah garis rencana jalan yang ditetapkan
dalam rencana kabupaten/kota;
Intensitas ruang adalah besaran ruang untuk fungsi tertentu yang ditentubangunan dan ketinggian bangunan tiap bagian kawasan kabupaten/kota
sesuai dengan kedudukan dan fungsinya dalam pembangunan kabupaten
/kota;
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.
z.
aa.
bb.
cc.
dd.
ee.
ff.
gg.
hh.
ii.
jj.
kk.
ll.
Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang;
mm. Rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota adalah rencana tata
ruang yang memuat kebijakan dan penetapan Pemerintahan Kabupaten/
kota mengenai lokasi kawasan-kawasan yang harus dilindungi di wilayah
darat dan/atau wilayah laut, lokasi pengembangan kawasan budidaya,
termasuk di dalamnya kawasan-kawasan produksi dan kawasan
permukiman, sistem prasarana transportasi, fasilitas dan utilitas umum,
serta kawasan-kawasan di wilayah darat dan wilayah laut yang
diprioritaskan pengembangan nya dalam kurun waktu rencana;
nn. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya;
oo. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk
mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan,
serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan,
rencana umum dan panduan rancangan rencana investasi, ketentuan
pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengem
bangan lingkungan/kawasan;
pp.
adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya;
qq.
adalah ruang manfaat jalan dan sejalur tanah
tertentu diluar ruang manfaat jalan;
rr.
adalah ruang tertentu diluar ruang
milik jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggaraan jalan;
ss.
adalah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam;
tt.
adalah ruang-ruang dalam kabupaten/
kota dalam bentuk area/kawasan maupun memanjang/jalur yang menampung kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat kabupaten/kota
dan tidak didominasi tanaman;
uu. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) adalah saluran tenaga
listrik yang menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan untuk penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban
dengan tegangan di atas 245kV;
vv. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah saluran tenaga listrik
yang menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan untuk
penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan
tegangan di atas 35 kV sampai dengan 245 kV;
8
Kedudukan RDTR dalam sistem perencanaan tata ruang dan sistem perencanaan pembangunan nasional disajikan pada Gambar 1.1
> Ketentuan Umum
Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota disusun apabila RTRW Kabupaten/Kota tidak/ belum dapat dijadikan acuan pengendalian pemanfaatan ruang
kabupaten/kota. Dalam hal rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota memerlukan rencana detail tata ruang, maka disusun rencana detail tata ruang yang
dilengkapi dengan peraturan zonasi sebagai salah satu dasar dalam pengendalian penataan ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan rencana tata
bangunan dan lingkungan bagi zona-zona yang pada rencana detail tata ruang
ditentukan sebagai zona yang penanganannya diprioritaskan. Dalam hal rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota tidak memerlukan rencana rinci tata ruang, peraturan zonasi Kabupaten/Kota disusun untuk kawasan perkotaan baik
yang sudah ada maupun yang direncanakan pada wilayah kabupaten/kota.
RDTR kabupaten/kota yang dilengkapi dengan Peraturan Zonasi juga merupakan rencana yang menetapkan blok pada kawasan fungsional sebagai penjabaran kegiatan kedalam wujud ruang yang memperhatikan keterkaitan antara
kegiatan dalam kawasan fungsional agar tercipta lingkungan yang harmonis
antara kegiatan utama dengan kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional
tersebut.
RDTR Kabupaten/Kota dapat disusun bersama-sama dengan Peraturan Zonasi, dimana akan dihasilkan RDTR Kabupaten/Kota yang dilengkapi dengan
Peraturan Zonasi untuk wilayah perencanaan tertentu sebagai satu kesatuan
yang tidak terpisahkan, atau dapat juga disusun secara terpisah, dimana akan
Peraturan Zonasi berisi Zoning Text yang berlaku untuk seluruh kabupaten/
kota. Selain itu, apabila tidak disusun Rencana Detail Tata Ruang atau Rencana Detail Tata Ruang telah ditetapkan sebagai Perda terpisah dari Peraturan Zonasi sebelum keluarnya pedoman ini, maka Peraturan Zonasi juga dapat disusun terpisah dan berisikan Zoning Map dan Zoning Text untuk seluruh
kawasan perkotaan baik yang sudah ada maupun yang direncanakan pada
wilayah kabupaten/kota.
RDTR kabupaten/kota yang dilengkapi dengan Peraturan Zonasi ditetapkan
paten/kota disusun terpisah dengan Peraturan Zonasi, maka keduanya ditetapkan dengan Perda kabupaten/kota yang terpisah. Dalam hal tidak disusun
Rencana Detail Tata Ruang atau Rencana Detail Tata Ruang telah ditetapkan
sebagai Perda terpisah dari Peraturan Zonasi sebelum keluarnya pedoman ini,
maka Peraturan Zonasi ditetapkan dengan Perda kabupaten/kota tersendiri.
10
Gambar 1.1
Kedudukan RDTR Kabupaten/Kota dalam Sistem Penataan Ruang dan
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
11
penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi maupun lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu;
alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian dan pengawasan pelak
Pemerintah, pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat;
ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian-bagian wilayah sesuai dengan fungsinya di dalam struktur ruang kabupaten/kota se
cara keseluruhan; dan
ketentuan bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk disusun
program penanganan dan pengembangan kawasan dan lingkungan, seperti RTBL atau rencana lain yang sejenis.
Apabila semua kriteria itu tidak ada yang terpenuhi, maka hanya disusun
Peraturan Zonasi kabupaten/kota disusun untuk kawasan perkotaan baik yang
sudah ada maupun yang direncanakan pada wilayah kabupaten/kota, tanpa
disertai penyusunan RDTR.
Lingkup wilayah perencanaan RDTR ditetapkan pada:
a.
b.
c.
d.
e.
12
Gambar 1.2
Lingkup Wilayah RDTR berdasarkan batas administrasi
kecamatan dalam wilayah kota
Gambar 1.3
Lingkup Wilayah RDTR berdasarkan kawasan fungsional
(wilayah perencanaan) dalam wilayah kota
Gambar 1.4
Lingkup Wilayah RDTR berdasarkan fungsi kawasan yang memiliki
ciri perkotaan dalam wilayah kabupaten
> Ketentuan Umum
13
a.
b.
14
BAB
MUATAN RDTR
KABUPATEN/KOTA
BAB II
MUATAN RDTR
Muatan RDTR terdiri atas :
a. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Perencanaan
b. Rencana Pola Ruang
c. Rencana Jaringan Prasarana
d. Penetapan Bagian dari Wilayah Perencanaan yang Diprioritaskan
e. Arahan Pemanfaatan Ruang
a.
b.
sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana jaringan, penetapan bagian dari wilayah RDTR yang diprioritaskan
penanganannya, dan penyusunan peraturan zonasi;
menjaga konsistensi dan keserasian pembangunan kawasan perkotaan
dengan RencanaTata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.
didasarkan atas:
a.
b.
c.
timbangkan:
a.
15
b.
c.
d.
e.
f.
16
daya dukung dan daya tampung ruang dalam wilayah perencanaan; dan
prakiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi
dan pelestarian fungsi lingkungan.
mengacu pada rencana pola ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW
Kabupaten/Kota;
memperhatikan rencana pola ruang bagian wilayah yang berbatasan;
memperhatikan mitigasi bencana pada wilayah perencanaan; dan
menyediakan RTH dan RTNH untuk menampung kegiatan sosial, budaya,
dan ekonomi masyarakat.
b.
17
Setiap sub wilayah perencanaan terdiri atas blok yang dibagi berdasarkan
Dalam hal luas wilayah perencanaan relatif kecil, rencana pola ruang dapat
langsung digambarkan ke dalam blok. Contoh pendelineasian peta yang digambarkan dari wilayah perencanaan ke sub wilayah perencanaan hingga blok
18
dapat dilihat pada gambar 2.2, dan contoh pendeliniasian peta yang digambarkan dari wilayah perencanaan langsung ke blok dapat dilihat pada gambar 2.3
Adapun pengilustrasian pembagian zona-zona peruntukan kedalam blok disertai pengkodean berbagai sub zona pada suatu sub wilayah perencanaan dapat
dilihat pada gambar 2.4.
Apabila wilayah perencanaan terlalu luas untuk digambarkan kedalam satu
peta berskala 1:5000, maka peta rencana pola tersebut dapat digambarkan
lagi kedalam beberapa lembar peta dimana pembagiannya tergantung dari sub
wilayah perencanaan, seperti yang dapat dilihat pada contoh gambar 2.5
Gambar 2.1
Ilustrasi Pembagian Wilayah perencanaan ke sub Wilayah perencanaan
> Ketentuan Umum
19
Gambar 2.2
Ilustrasi Pembagian wilayah perencanaan ke sub Wilayah
perencanaan kemudian blok
Gambar 2.3
Ilustrasi Pembagian Wilayah perencanaan langsung ke Blok.
20
Gambar 2.4
Ilustrasi Pembagian sub zona di dalam blok dan sub blok pada
satu sub wilayah perencanaan
21
Gambar 2.5
Ilustrasi Peta Pola Ruang (Zoning Map)
rencana pola ruang RDTR digambarkan pada peta dengan tingkat ketelitian skala minimal 1:5.000 dan mengikuti ketentuan sistem informasi geo-
b.
cakupan rencana pola ruang RDTR meliputi ruang darat dan dapat meliputi
c.
wilayah kabupaten/kota atau sampai batas negara yang disepakati secara internasional apabila kabupaten/kota terkait berbatasan laut dengan
negara lain;
rencana pola ruang RDTR dapat digambarkan dalam beberapa lembar
peta yang tersusun secara beraturan mengikuti ketentuan yang berlaku;
peta rencana pola ruang RDTR juga berfungsi sebagai Zoning Map bagi
peraturan zonasi.
d.
22
a.
b.
c.
d.
e.
teria:
a.
b.
c.
d.
23
RDTR meliputi :
a.
bungkan daya listrik tegangan rendah ke konsumen, infrastruktur pendukung pada jaringan distribusi sekunder adalah gardu distribusi yang
d.
25
e.
f.
g.
26
b.
c.
e.
27
b.
c.
Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya ditetapkan dengan kriteria:
a.
b.
c.
d.
28
Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya minimum harus memuat:
a.
Lokasi
Lokasi adalah tempat bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan
penanganannya.
Lokasi bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganan
nya perlu digambarkan dalam peta. Batas delineasi lokasi bagian dari
wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya, dapat dilakukan
dengan mempertimbangkan:
wilayah perencanaan/desa;
Tema Penanganan
Tema penanganan adalah program utama untuk setiap lokasi.
Tema penanganan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan
penanganannya, dapat meliputi:
29
Gambar 2.6
Ilustrasi Kawasan Koridor Utama Wilayah Perencanaan
b.
30
d.
31
naan, meliputi:
i. perwujudan pusat pelayanan kegiatan di wilayah perencanaan;
dan
ii. perwujudan sistem jaringan prasarana untuk wilayah perencanaan,
yang mencakup pula sistem prasarana nasional dan wilayah/regional di dalam wilayah perencanaan, dapat meliputi:
naan;
perencanaan.
ritaskan penanganannya, dapat meliputi:
32
i.
ii.
iii.
iv.
b.
c.
d.
e.
c.
33
BAB
PERATURAN ZONASI
BAB III
PERATURAN ZONASI
Dalam hal rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota memerlukan rencana
detail tata ruang, maka disusun rencana detail tata ruang yang dilengkapi
dengan peraturan zonasi sebagai salah satu dasar dalam pengendalian penataan ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan rencana
tata bangunan dan lingkungan bagi zona-zona yang pada rencana detail
tata ruang ditentukan sebagai zona yang penanganannya diprioritaskan.
Dalam hal rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota tidak memerlukan
rencana
rinci
tata
ruang,
Peraturan
Zonasi
Kabupaten/Kota disusun untuk kawasan perkotaan baik yang sudah ada maupun yang direncanakan pada wilayah kabupaten/kota.
RDTR Kabupaten/Kota dapat disusun bersama-sama dengan Peraturan
Zonasi, dimana akan dihasilkan RDTR Kabupaten/Kota yang dilengkapi dengan
Peraturan Zonasi untuk wilayah perencanaan tertentu sebagai satu kesatuan
yang tidak terpisahkan, atau dapat juga disusun secara terpisah, dimana akan
Peraturan Zonasi berisi Zoning Text yang berlaku untuk seluruh kabupaten/ kota.
Selain itu, apabila tidak disusun Rencana Detail Tata Ruang atau Rencana Detail
Tata Ruang telah ditetapkan sebagai Perda terpisah dari Peraturan Zonasi sebelum keluarnya pedoman ini, maka Peraturan Zonasi juga dapat disusun terpisah
dan berisikan Zoning Map dan Zoning Text untuk seluruh kawasan perkotaan
baik yang sudah ada maupun yang direncanakan pada wilayah kabupaten/kota.
Peraturan Zonasi berfungsi sebagai :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
34
Ketentuan tambahan;
Ketentuan khusus;
Standar teknis;
Tenik pengaturan zonasi.
35
36
37
38
c.
d.
e.
Ketentuan Pelaksanaan
Ketentuan Pelaksanaan terdiri dari :
wesan aturan yaitu yang mengatur kelonggaran yang diberikan untuk
tidak mengikuti aturan zonasi yang telah ditetapkan tanpa perubahan
berarti pada peraturan zonasi.
39
40
kelompok masyarakat;
yang besar bagi lingkungan
Perubahan Peraturan Zonasi dilakukan dengan ketetapan walikota/bu
tentang peraturan zonasi. Perubahan ini terdiri dari:
intensitas awal dan tidak mengubah pola ruang wilayah perencanaan
bangunan;
dari intensitas awal dan mengubah sebagian pola ruang wilayah pePerubahan tersebut dilakukan dengan catatan:
atau kepala dinas tata kota sesuai dengan aturan yang ditetapkan
dalam perda tentang peraturan zonasi
ran yang ditetapkan dalam perda tentang peraturan zonasi
3.2.2. Komponen dari materi optional yaitu:
a.
Ketentuan Tambahan
Ketentuan Tambahan adalah ketentuan lain yang dapat ditambahkan
pada suatu zonasi dan belum terakomodasi dalam aturan dasar yang
ditujukan untuk melengkapi aturan dasar yang sudah disusun. Ketentuan
pada zona tertentu dan belum diatur dalam ketentuan dasar.
41
b.
Ketentuan Khusus
Ketentuan Khusus adalah ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona
yang memiliki fungsi khusus dan diberlakukan ketentuan khusus sesuai
dengan karakteristik zona dan kegiatannya. Selain itu, ketentuan pada
zona-zona yang digambarkan di peta khusus yang memiliki pertampalan
dengan zona lainnya dapat pula dijelaskan disini.
Komponen Ketentuan Khusus dapat terdiri dari :
Aturan Khusus terkait komponen diatas merujuk pada aturan teknis yang
diterbitkan oleh instansi terkait atau peraturan daerah setempat.
c.
Standar Teknik
Standar Teknis adalah aturan-aturan teknis pembangunan yang ditetapkan berdasarkan peraturan/standar/ketentuan teknis yang berlaku dan
berisi panduan yang terukur dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan standar teknis adalah memberikan kemudahan dalam menerapkan ketentuan teknis yang diberlakukan di setiap zona. Standar Teknis
tuan-ketentuan lain yang bersifat sektoral dan lokal serta berdasarkan
hasil penelitian untuk aspek yang belum diatur dalam standar.
d.
42
43
BAB
PROSEDUR PENYUSUNAN
RDTR DAN PERATURAN
ZONASI KABUPATEN/KOTA
BAB IV
PROSEDUR PENYUSUNAN RDTR
KABUPATEN/KOTA
Prosedur penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota meliputi
proses dan jangka waktu penyusunan, pelibatan masyarakat, serta pembahasan rancangan.
Prosedur penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota dapat
dibedakan menjadi :
a.
c.
Prosedur penyusunan PZ yang berisi zoning text untuk wilayah perencaRDTR tidak disusun atau telah ditetapkan sebagai Perda sebelum kelu-
RDTR Kabupaten/Kota ini terpisah dari Peraturan Zonasi yang berisi zoning
text dan zoning map.
Proses penyusunan RDTR Kabupaten/Kota mencakup kegiatan pra persiapan
penyusunan, persiapan penyusunan, pengumpulan data, pengolahan data dan
perumusan konsepsi rencana.
a.
44
b.
Persiapan penyusunan
Persiapan penyusunan rencana terdiri atas:
pan anggaran biaya;
lumnya dan melakukan kajian awal RTRW kabupaten/kota dan
kebijakan lainnya;
tode dan teknik analisis rinci, rencana rinci dan penyiapan rencana
survei.
c.
Pengumpulan Data
Untuk keperluan pengenalan karakteristik wilayah perencanaan dan
penyusunan rencana struktur dan pola ruang wilayah perencanaan,
harus dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dapat meliputi:
penyebaran angket, temu wicara, wawancara orang perorang dan
lain sebagainya;
an secara langsung melalui kunjungan ke semua bagiandari wilayah
kabupaten/kota.
Pengumpulan data sekurang-kurangnya, meliputi:
Pengolahan Data
Pengolahan data untuk penyusunan RDTR kabupaten/kota meliputi:
i. kedudukan dan peran bagian dari wilayah kabupaten/kota dalam
ii. keterkaitan antarwilayah kabupaten/kota dan antara bagian dari
wilayah kabupaten/kota;
iii. keterkaitan antarkomponen ruang di wilayah perencanaan;
v. karakteristik sosial kependudukan;
vi. karakteristik perekonomian;
vii.kemampuan keuangan daerah.
sekurang kurangnya meliputi:
i. analisis kebutuhan ruang; dan
ii. analisis perubahan pemanfaatan ruang.
Keluaran dari pengolahan data ini setidaknya adalah:
i. potensi dan masalah pengembangan di wilayah perencanaan;
ii. peluang dan tantangan pengembangan;
iii.kecenderungan perkembangan;
iv. perkiraan kebutuhan pengembangan di wilayah perencanaan;
v. intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung dan
dan
ngunan.
Rincian analisis dalam penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Kabu
paten/Kota serta rincian perumusan substansi RDTR kabupaten/kota
dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8
e.
ruang;
> Ketentuan Umum
46
nannya; dan
Keterkaitan substansi RTRW kabupaten/kota dan RDTR kabupaten/kota
dapat dilihat pada Lampiran 9.
f.
47
4.1.2
Proses Penyusunan dan Jangka Penyusunan PZ yang berisi zoning text untuk seluruh kota (apabila RDTR dan PZ disusun terpisah)
Pra Persiapan
Kegiatan Pra Persiapan
Kegiatan pra persiapan meliputi kegiatan pra persiapan yang dilakukan
Kegiatan dalam tahap pra persiapan yang dilakukan Pemda , meliputi:
gai berikut :
i. Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota
ii. Ahli Arsitek
iii. Ahli Sipil
iv. Ahli Lingkungan
v. Ahli Hukum
vi. Ahli Sosial
vii.Keahlian khusus lainnya yang sesuai dengan karateristik kawasan
Kegiatan dalam tahap pra persiapan yang dilakukan tim teknis, meliputi:
48
b.
i. RTRW kabupaten/kota
sudah disusun
Waktu Kegiatan
Untuk pelaksanaan kegiatan persiapan ini dapat dibutuhkan waktu 1
yang digunakan.
c.
49
50
51
4.1.3
52
53
4.1.4
Peraturan Zonasi ini disusun apabila RDTR tidak disusun atau telah ditetapkan sebagai Perda. Sehingga Peraturan Zonasi menjadi satu dokumen
tersendiri yang memuat secara lengkap zoning map dan zoning text untuk
keseluruhan kota yang telah disusun RDTRnya.
Proses penyusunan Peraturan Zonasi meliputi:
a.
Pra Persiapan
Kegiatan pra persiapan meliputi kegiatan pra persiapan yang dilakukan
Kegiatan dalam tahap pra persiapan yang dilakukan pemda , meliputi:
gai berikut :
i. Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota
ii. Ahli Arsitek
iii. Ahli Sipil
> Ketentuan Umum
54
i. RTRW kabupaten/kota
55
sudah disusun
Waktu Kegiatan
Untuk pelaksanaan kegiatan persiapan ini dapat dibutuhkan waktu 1
tan yang digunakan.
c.
56
Waktu Kegiatan
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perumusan rancangan peratue.
58
59
Gambar 4.1
Alur Proses Penyusunan Peraturan Zonasi yang berisi zoning text dan zoning map
(apabila RDTR tidak disusun atau telah ditetapkan sebagai Perda
4.2 Pelibatan Peran Masyarakat dalam Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Masyarakat yang menjadi pemangku kepentingan dalam penyusunan RDTR
Kabupaten/Kota dan Peraturan Zonasi meliputi:
c.
a.
60
tenaga ahli.
61
Pelibatan masyarakat dalam penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi kabupaten/kota dilakukan pada tahapan:
a.
man, billboard;
b.
SMS;
c.
62
c.
d.
63
BAB
KELENGKAPAN DOKUMEN
BAB V
KELENGKAPAN DOKUMEN
Dokumen RDTR dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota disajikan dalam dokumen sebagai berikut:
a.
64
LAMPIRAN