Anda di halaman 1dari 27

Status

Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENATALAKSANAAN DIARE AKUT
No Dokumen
No Revisi
00
STANDAR
PROSEDU
R
OPERASIO
NAL

Pengertian

Tujuan
Kebijakan
Prosedur

Unit terkait

Tanggal Terbit

Halaman
1/1

Disetujui oleh, Direktur


( dr. Aditya Rachman )

Kriteria diagnosis :
Mencret, ubun-ubun cekung, mulut/bibir kering, turgor menurun, nadi cepat, mata
cekung, napas cepat dan dalam, oliguri
Sebagai acuan penatalaksanaan tentang diare akut
Dibawah tanggung jawab UGD dan rawat inap.
Diagnosis Diferensial
Menret psikologi (shigella, V. Cholera, Salmonella, E. Coli, Raota Firus, Campilo
bacter)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan rutin tinja.
Perawatan
Rawat Inap, bila terdapat dehidrasi berat / sedang
Terapi
Rehidrasi oral / prenteral, antibiotik atas indikasi, diit
Penyulit
Asidosis, hipokalemi, renjatan, hipernatremi, kejang
Informet concent (tertulis)
Diperlukan pada tindakan invasif
Lama perawatan
Tiga sampai lima hari
Masa pemulihan
Dua sampai tiga minggu
Out Put
Sembuh total
Terapi
Dehidrasi ringan : (BB s/d 5%)
- Oralit
- Diit sesuai dengan umur
- Susu - Pengeceran (1 T = 40-50 cc)
Susu rendah laktosa / bebesa laktosa
- Antibiotik : atas indikasi
Dehidrasi sedang : (BB s/d 10%)
- Infus Ringer Laktat
Dehidrasi berat : (BB s/d 5%)
- Infus RL : 1-2 jam I 20cc/KgBB
- Selanjutnya sesuai jumlah cc/24 jam
Rawat Inap, Rawat jalan, IF.

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENATALAKSAAN PERAWATAN LUKA
No Dokumen
No Revisi
00
Tanggal Terbit

Halaman
1/2

STANDAR
PROSEDU
R
OPERASIO
NAL
Pengertia
n

Disetujui oleh, Direktur

Memberikan tinadakan pertolongan pada luka baru dengan cepat dan


tepat

Tujuan

Agar luka tidak terjadi infeksi lanjut

Kebijakan

Seluruh perawat diijinkan melakukan penjahitan dan perawatan luka, tetapi


tidak pada luka putus tendon

( dr. Aditya Rachman )

Prosedur

PERSIAPAN ALAT :
Streril
1. Bak instrumen bensi
a. Spurt irigasi 50 cc
b. Soft koteker / tobe feeding
c. Pinset anatomis
d. Pinset chirrugis
e. Gunting jaringan
f. Arteri klem
g. Knop sonde
h. Container untuk cairan irigasi
2. Korentang dengan tempatnya
3. Kassa dan depres dalam tromol
4. Handschone / gloves steril
5. Neerbeken (bengkok)
6. Kom kecil/ sedang
7. Pembalut sesuai kebutuhan
a. Kasa
b. Kasa gulung
8. Topical terapi
a. Betadine sol
b. Sutratol
9. Cairan pencuci luka dan disinfektan
a. Cairan NS / RL hangat sesuai suhu tubuh 34 0 -37 0 C
b. Alkohol 70 %
Non Streril
1. Schort / gown
2. Perlak + alas perlak / underpad
3. Handschone / gloves bersih
4. Sketsel / tirai
5. Gunting verband
6. Neerbeken / bengkok
7. Plester (adhesive) atau hipafix micropone
8. Tas plastik kotoran / tempat sampah
9. Alat tulis
10. Form inform consern
11. Form UGD

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PENATALAKSAAN PERAWATAN LUKA
No Dokumen
No Revisi
00

Prosedur

Unit terkait

Status
Dokumen

Halaman
2/2

PENATALAKSAAN :
1. Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan kepada klien +inform concern
2. Meletakakan perlak + alas dibawah tubuh klien
3. Menempatkan bengkok dibawah luka untuk menopang cairan irigasi luka
4. Membantu mengatur posisi klien agar cairan irigasi dapat mengalir dari
ujung atas ke ujung bawah luka
5. Membuka dan menempatkan tas plastik kotoran didekat area kerja
6. Mencuci tangan dengan sabun
7. Mengenakan schort / gown plastik
8. Bila plester kotor, mengenkan gloves non steril,menyemprotkan alkohol 70
% pada plester yang menempel dikulit klien untuk melepaskannya.
9. Melepaskan / mengangkat pembalut kotor bila pembalut lengket pada luka,
basahi dengan ns / rl steril sampai balutan dapat dilepas dengan mudah
10. Membuang pembalut lama / kotor kedalam tas plastik, kemudian lepaskan
gloves (bagian luar berada didalam) dan buang kedalam tas plastik
11. Mengkaji jumlah , jenis dan bau cairan luka, observasi kondisi luka (warna
dasar luka, ukur dalamnya goa luka, jaringan nekrotik, granulasi dan epitel,
kontraksi luka, kulit sekitar luka)
12. Menuangkan solution irigasi steril yang hangat kedalam kom steril 200
500 ml atau tergantung luas dan kedalaman luka
13. Mengenakan handschone steril
14. Menghisap solution irigasi RL/ NS hangat kedalam spuit 30 cc (sambungkan
dengan soft koteler / baby feeding tube bila dipakai mengirigasi luka
berongga dalam)
15. Jika luka berongga dalam masukan soft kateler / baby feeding tube kedalam
luka sampai menyentuh dasar luka paling dalam
16. Menyemprotkan solution irigasi langsung kedalam luka secara perlatton. Jika
luka tidak berongga, semprotkan cairan irigasi dan pertahankan ujung spuit
2,5 cm diatas luka
17. Melakukan irigasi beberapa kali sampai cairan irigasi tampak bening dan
bersih
18. Mengeringkan sekitar luka dengan betadine sampai radius 4-5 cm dari tepi
luka
19. Menutup luka dengan pembalut / topical terapi :
20. Menutup luka dengan kasa (ketebalan kassa disesuiakan dengan kebutuhan)
dan rekatkan denga plester ( adhesive dan hipafix/ micrope untuk memfiksasi
21. Meletakan pinset dan gunting dalam bengkok yang berisi cairan desinfektan
22. Melepaskan gloves dengan bagian luar , kemudian buang kedalam tas plastik
23. Membereskan peralatan dan memberikan kenyamanan bagi klien
24. Mencuci tangan
25. Mengecek pembalut dan area luka tiap shift, mencatat di chart tentang
penggantian pembalut, penamilan luka dan gambaran cairan luka
Rawat Inap

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENANGANAN KASUS GE

No Dokumen

STANDAR
PROSEDU
R
OPERASIO
NAL

Pengertian
Tujuan

Tanggal Terbit

No Revisi

Halaman

00

1/1

Disetujui oleh, Direktur


( dr. Aditya Rachman )

Mengetahui gejala , tanda tingkat dehidrasi dan prinsip tindakan atau ( rehidran )
Sebagai acuan tatalaksana penderita GE agar petugas menyatakan tanda , gejala ,
tingkat dehidrasi dan mampu menghitung kebutuhan cairan.

Kebijakan

Sikap petugas harus mampu menyatakan tanda gejala dan tingkat dehidrasi serta

Prosedur

mampu mengukur kebutuhan cairan bagi penderita.


1. Gejala yang menonjol dari GE adalah muntah dan berak serta berulang,
sehingga berakibat kehilangan cairan / dehidrasi.
2. Dehidrasi secara klinik dibedakan 3 langkah :
a. Dehidarasi ringan
Kehilangan cairan 2 5 % BB
b. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5 -8 % BB
Gambaran klinik : Turgon jelip suara serak, nadi cepat, nafas cepat, pre
shok
c. Dehidrasi Beratat
Kehilangan cairan : 8 10 % BB
Gambaran klinik : syok, apatis, syonotik, kejang, sampai koma
3. Prinsip tindakan adalah Rehidrasi sesuai dengan tingkatan dehidrasi:
a. Dehidrasi ringan dilakukan rehidrasi peroral.
b. Dehidrasi sedang dan berat dilakukan rehidrasi parenteral dengan Infus
cairan.
4. Penderita di MRS kan
Dalam 3 jam pertama diharapkan penderita berubah status tingkat dehidrasi

Unit terkait

Status
Dokumen

menjadi dehidrasi ringan.


Rawat Inap, Rawat jalan, IF.

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGELOLAAN ALAT ALAT KEPRERAWATAN DAN KEDOKTERAN

No Dokumen

STANDAR
PROSEDU
R
OPERASIO
NAL

Tanggal Terbit

No Revisi

Halaman

00

1/1

Disetujui oleh, Direktur


( dr. Aditya Rachman )

Pengertian

Mengelola obat/ bahan/ alkes yang masuk dan keluar RSIA AFDILA

Tujuan

Sebagai acuan tatalaksana melakukan inventarisasi obat/ bahan/ alkes, mendistribusi


dan mengevaluasi

Kebijakan
Prosedur

Pengelolaan alkes dibawah tanggung jawab logistik


1. Semua alkes digudang RSIA AFDILA tercatat dalam buku stock alkes
yaitu : Buku inventaris
2. Setiap pengeluaran dan penerimaan alkes di catat dalam buku stock alkes.
3. Setiap penggunaan obat / alkes kepada penderita dicatat dalam buku
tersendiri.
4. Secara berkala dilakukan evaluasi mengenai pengelolaan alkes.

Unit terkait

Logistik, Apotik

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENANGANAN SHOCK ANAPHYLAKTIK

No Dokumen

Tanggal Terbit

No Revisi

Halaman

00

1/1

STANDAR
PROSEDU
R
OPERASIO
NAL
Pengertia
n

Disetujui oleh, Direktur

Tatacara menghadapi dan memberikan pertolongan pada penderita yang alergi


terhadap obat / zat tertentu.

Tujuan

Sebagai pedoman dalam menghadapi penderita shock anaphilaktik

Kebijakan

Dalam menghadapi penderita shock anaphilaktik selain berpedoman pada protab ini
perlu melihat protap penanganan protab shock secara umum.

Prosedur

1.

Lakukan usaha penanganan umum penderita Shock.

2.

Dalam waktu yang bersamaan dilakukan tindakan spesifik.

( dr. Aditya Rachman )

a. Diberikan Adrenalin (0,4 1 ) cc ( 1 : 1000) 1.m dapat di ulang setiap 5 10


menit.
b. Bila tensi drop berikan 0,5 cc adrenalin (1 : 1000) dalam 10 ml NaCL 1.I.V
c. Bila terjadi Bronchospasme diberikan Aminophillin 1 ampul pelan-pelan (15
menit) keciali tensi drop.
d. Pemberian anti histamin misalnya : Diphenhidramin jika terjadi Urticaria.
e. Pemberian Cortico steroid bisa dipertimbangkan misalnya : Hidrocortison,
Dexsametason.
Unit
terkait

Rawat Inap, Rawat jalan, IF.

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENANGGANAN ASTMA BRONCHIALE
No Dokumen
No Revisi
00
STANDAR
PROSEDU
R
OPERASIO
NAL

Tanggal Terbit

Halaman
1/1

Disetujui oleh, Direktur


( dr. Aditya Rachman )

Pengertian

Tatacara mendiagnosa dan memberikan terapi kepada penderita asma

Tujuan

Sebagai pedoman dalam mendiagnosa dan memberikan terapi asma

Kebijakan

Pelaksanaan terapi dan tindakan terhadap penderita dilakukan sesuai dengan protap
dan apabila ada hal yang sulit perlu konsul spesialis paru.

Prosedur

PENATALAKSANAAN
1. Informed concern
2. Posisi semi seluler atau 1/2 duduk
3. Menegakkan diagnosa Astma Bronchiale antra lain :
-

Anamnese : Riwayat sesak nafas sebelumnya


Riwayat ectopic pada keluarga

Pemeriksaan : adanya Wheezing expiratoar pada auskultasi

4. Berikan oksigen / O2 2 4 1/menit


5. Berikan bronckodilatataor antara lain :

Adrenalin 0,3 ml, bisa diulang tiap 15 menit maximal 3 kali


Kontra Indikasi : HT, tachyardi > 120 1/menit
Hati hati : pada pendnerita penyakit jantung usia tua ( 40 tahun keatas).

Aminopillin : diberikan secara i.v pelan ( 15 menit) atau drip per infus. Dosis
5 6 mg/kg BB.
Dosis dewasa : 1 ampul (240 mg) diberikan tiap 6 jam.
Kontra indikasi : keadaan syok atau hipotensi.

Besolvon 2 tetes +Berolex 12 tetes + NaCL 4 cct dengan Nebulizer.

6. Bila keadaan belum teratasi perlu dipertimbangkan :

Pemberian steroid antara lain : Dexamethason i.v 5 10 mg, Hidrocortison 100


200 mgg.

Pemberian Antibiotik, apabila curiga ada infeksi.

7. Berikan Hidrasi dengan infus D5 % atau NaCL 1 liter pada 2 jam pertama.
8. Bila ada Acidosis Respiratorik berikan Meylon (Bicaibona Natricus) 1 ml / kg BB.
9. Penderita di MRS kan bila mengalami status Astmatikus atau keadaan umumnya
jelek.
10. Bila perlu konsulatasi dengan spesialis paru
Unit Terkait

Rawat Inap, Rawat jalan, IF.

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENANGGANAN GASTRITIS AKUT
No Dokumen
No Revisi

Halaman

00
STANDAR
PROSEDU
R
OPERASIO
NAL

Tanggal Terbit

1/1

Disetujui oleh, Direktur


( dr. Aditya Rachman )

Pengertian

Cara mendiagnosis dan tatacara memberikan pertolongan pasien gastritis akut

Tujuan

Sebagai pedoman mendiagnosa dan memberikan pertolongan pasien gastristis akut

Kebijakan

Dalam menghadapi penderita gastristis akut oleh karena banyaknya jenis dan nama
dagang maka tidak harus terpancar pada obat yang tertera dalam protap.

Prosedur

PENATALAKSANAAN
1. Informed concern
2. Menegakkan diagnosa Gastritis Akut.
Riwayat penggunaan obat analgetika
Riwayat makan makanan/minuman yang merangsang lambung.
Nyeri epigestric/ulu hati, kembung
Mual atau muntah.
Nyari tekan ulu hati
3. Obat-obatan yang digunakan menyesuaikan dengan keadaan antara lain
Anti spasmodic : Paperin, Sulfas atropin.
Obat lain : Buscopan, Baralgin, systabon, dll.
Antasida, obat lain yang sejenis
Preparat H2 Reseptor Antagonis : Smetidin, Ranitidin, Famotidin.
Anti Emetik mixal Primperan. Piralen.
4. Bila terjadi dehidrasi akibat muntah berikan Infus RL / D5%.
5. Dipertimbangkan pemberian Bicarbonat Natrikus (Meylon) bila ada acidosis.
6. Bila terjadi perdarahan (muntah darah) maka dilakukan Gastric cooling
dengan pemasangan NGT. Dan bila perlu diberikan obat Haemostatik.
7. Selanjutnya penderita pulang atau MRS tergantung selanjutnya.

Unit Terkait

Rawat Inap, Rawat jalan, IF.

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


TRIASE
No Dokumen
No Revisi

STANDAR
PROSEDU
R
OPERASIO
NAL

Tanggal Terbit

Halaman

00
1/1
Disetujui oleh, Direktur
( dr. Aditya Rachman )

Pengertian

Memilah dan menentukan derajat kegawatan penderita.

Tujuan

Sebagai acuan menentukan prioritas dan tempat pelayanan medik penderita.

Kebijakan

Mendahulukan penderita yang lebih gawat bukan yang datang dahulu.

Prosedur

1. Penderita datang diterima petugas / paramedis UGD


2. in form concern (penandatangan persetujuan tindakan) oleh keluarga pasien.
3. Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat
(selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya. Oleh paramedis yang
terlatih / dokter.
4. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kode huruf :
a. P III adalah penderita tidak gawat dan tidak darurat.
Misalnya : Penderita Common Cold, penderita rawat jalan, abses, luka
robek,
b. P II adalah penderita yang kegawat daruratan masih tidak urgent
Misalnya : Penderita Thipoid, Hipertensi,DM,
c. P I adalah penderita gawat darurat (pasien dengan kondisi mengancam)
Misalnya : Penderita stroke trombosis, luka bakar, Appendic acuta, KLL ,
CVA, MIA, asma bronchial dll
5. Penderita mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna : P I-PIIPIII.
5. Pada waktu jam kerja penderita dengan prioritas PIII dikirim ke BP / rawat
Jalan

Unit terkait

Poliklinik, Ruang Perawatan

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGADAAN STOK SEMUA FORM UGD
No Dokumen
No Revisi

Halaman

00
STANDAR
PROSEDU
R
OPERASIO
NAL

Tanggal Terbit

Disetujui oleh, Direktur


( dr. Aditya Rachman )

Pengertian

Tata cara pengadaan FORM UGD

Tujuan

Sebagai acuan untuk pengamanan stok FORM UGD

Kebijakan

Prosedur

1/1

Ada instruksi dokter

Ada perawat pelaksana PJ administrasi

Jumlah aman adalah apabila lebih dari 50 lembar.

1. Petugas melakukan pengecekan FORM UGD setiap minggu untuk melihat


jumlah yang memenuhi jumlah aman
2. Apabila jumlah sudah dibawah aman petugas administrasi mengcopy form UGD
sejumlah lebih dari 100 lembar.
3. Bon pembayaran dari fotocopy dibayar oleh petugas administrasi
4. Bon dari fotocopy diklaimkan ke penanggungjawab ruang UGD untuk meminta
ganti sejumlah uang yang digunakan

Unit terkait

catatan : Untuk keamanan setiap form di UGD disiapkan khusus untuk difotocopy
Logistik

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGADAAN STOK STATUS UGD
No Dokumen
No Revisi

Halaman

00
STANDAR
PROSEDU
R
OPERASIO
NAL

Tanggal Terbit

Disetujui oleh, Direktur


( dr. Aditya Rachman )

Pengertian

Tata cara pengadaan status rekam medik pasien UGD

Tujuan

Sebagai acuan untuk pengamanan stok status rekam medik UGD

Kebijakan

Prosedur

1/1

Ada instruksi dokter

Ada perawat pelaksana PJ administrasi

Jumlah aman adalah apabila lebih dari 50 lembar.

5. Petugas melakukan pengecekan status rekam medik UGD setiap minggu untuk
melihat jumlah yang memenuhi jumlah aman
6. Apabila jumlah sudah dibawah aman petugas administrasi mengcopy form
status rekam medik UGD sejumlah lebih dari 100 lembar.
7. Bon pembayaran dari foto copy dibayar oleh petugas administrasi
8. Bon dari foto copy diklaimkan ke penanggungjawab ruang UGD untuk meminta
ganti sejumlah uang yang digunakan

Unit terkait

catatan : Untuk keamanan setiap form di UGD disiapkan khusus untuk difoto copy
Logistik

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENATALAKSANAAN DEMAM TIFOID
No Dokumen
No Revisi
00
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Tanggal Terbit

Halaman
1/1

Disetujui oleh, Direktur


( dr. Aditya Rachman )

Pengertian

Penanganan Demam Tifoid

Tujuan

Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi
kuman Salmonella typhi.

Kebijakan
Prosedur

Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter


Kriteria Diagnosis
Demam tinggi lebih dari 7 hari disertai sakit kepala
Kesadaran menurun
Lidah kotor, hepatosplenomegali, dsb
Bradikardia relatif
Diagnosis Diferensial
- Infeksi karena virus + (Dengue influenza)
- Malaria
- Broncho pnemonia
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan lab
- Hb, Leko, Diff, Trombist, Ht
- Urine lengkap
- Widal
Terapi
1.
Tirah baring, diet lunak, chloramphenicol 2 gr/hr atau kotrimoksasol 2 x 2
tab diberikan sampai 7 hari bebas napas atau Quinolon
2.
pemberian cairan infuse RL / D 5%

Unit terkait

Penyulit :
- Toksis
- Perforasi usus mengakibatkan peritonitis
- Perdarahan dari usus
Lama perawatan :
Umumnya sampai 7 hari bebas panas
Rawat Inap, Rawat jalan, IF.

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENATALAKSANAAN DEMAM
No Dokumen
No Revisi

STANDAR
PROSEDU
R
OPERASIO
NAL

Halaman

00
1/1
Disetujui oleh, Direktur

Tanggal Terbit

( dr. Aditya Rachman )

Pengertian

Kriteria Diagnosis
Demam > 37,6OC terus-menerus menggigil

Tujuan

Sebagai acuan tatalaksana penderita deman

Kebijakan

Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter

Prosedur

Diagnosis Diferensial
- Demam typoid, DHF Malaria +Common Cold + FOU (Fever Unknown
Origin)
Pemeriksaan Penunjang
- Hb, Leko, Diff, Trombosit, Darah Tepi, Widal
Perawatan RSIA AFDILA
- Demam lama (> 1 minggu)
- Demam dengan perdarahan langsung dirujuk
- Demam dengan kesadaran menurun langsung dirujuk
Terapi
- Demam Typhoid
- Malaria
- DHF
Penyulit :
- Septik sjok
Lama perawatan :
1minggu

Unit terkait

Rawat Inap, Rawat jalan, IF.

: Chloramphenicol
: Chloroquin
: Infus RL,

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGOBATAN LUKA TUSUK PAKU
No Dokumen
No Revisi
00
STANDAR
PROSEDU
R
OPERASIO
NAL

Pengertian

Tujuan
Kebijakan

Tanggal Terbit

Halaman
1/1

Disetujui oleh, Direktur


( dr. Aditya Rachman )

Tatacara mengobati luka tusuk paku


1. Memberi rasa aman
2. Mencegah komplikasi dan infeksi nosokomial
Sebagai acuan dalam melakukan pengobatan luka tusuk paku
Perawat yang terampil
Alat-alat yang lengkap

Prosedur

Unit terkait

Status
Dokumen

PERSIAPAN ALAT STERIL :


1. Pinset anatomi
2. Pinset chirurge
3. Gunting
4. Bengkok
5. Kom kecil
6. Kassa
7. Kapas
8. Hand scoen
9. Spuit
10. NaCl
11. Mess
BAKI/POLEY BERISI ALAT NON STERIL :
1. Gunting balutan
2. Plester
3. Verban
4. Obat desinfektan dalam tempatnya (bethadine)
5 Tempat sampah
6. Lidokain injeksi sebagai anasthesi
PELAKSANAAN :
1. Memberitahu pasien dan keluarga
2. Perawat cuci tangan
3. Mengatur posisi (perawat memakai hand scoen)
4. Perawat membersihkan luka
5. Mendesinfektan luka dan sekitarnya dengan NaCl
6. Memberikan diclor ethil atau lidokain
7. Membuat luka tusuk paku pada luka/ cros incisi
8. Dikeluarkan darahnya dan dibersihkan dengan bethadine
9. Tutup luka dengan kasa steril
9. Mencatat kegiatan dan hasil observasi
10. Klien dirapikan
11. Alat dibereskan dan dibersihkan
12. Perawat cuci tangan
Rawat Inap, Rawat jalan, IF.

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


MELAKUKAN SUNTIKAN INTRAVENA
No Dokumen
No Revisi
00
STANDAR
PROSEDU
R
OPERASIO
NAL

Tanggal Terbit

Halaman
1/1

Disetujui oleh, Direktur


( dr. Aditya Rachman )

Pengertian

Memasukkan cairan obat kedalam vena dengan memakai jarum suntik agar
mendapatkan reaksi obat yang lebih cepat

Tujuan

Sebagai acuan untuk melakukan tindakan suntikan intravena

Kebijakan
Prosedur

Pemasukan cairan obat kedalam vena dengan memakai jarum suntik dilakukan
dengan berpedoman pada protap
PERSIAPAN :
1. Bak spuit
2. Spuit 3 cc / 5 cc
3. Obat suntik (siap pakai)
4. Kapas desinfektan
5. Alas/perlak
6. Pembendung/stuing
7. Bengkok
8. Bad side/plester
9. Buku injeksi
10. Gunting
PROSEDUR :
1. Memberitahukan pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Mencuci tangan.
3. Membawa alat kepada pasien
4. Menyiapkan lingkungan
5. Mengatur posisi pasien
6. Memasang pengalas/perlak dibawah lokasi yang akan ditusuk
7. Menentukan lokasi tusukan
8. Melakukan pembendungan
9. Menghapus hama lokasi suntikan
10. Menusuk jarum dengan sudut 25O-45O
11. Melakukan pengisapan/aspirasi
12. Melepaskan pembendung
13. Memasukan obat berlahan-lahan
14. Mencabut jarum suntik
15. Menekan tempat tusukan dengan kapas desinfektan kalau perlu diplester/band
aid
16. Merapikan pasien dan alat-alat
17. Mencuci tangan
18. Mendokumentasikan hasil tindakan dibuku injeksi les paien
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Perhatikan reaksi pasien pada saat dan sesudah pemberian suntikan
2. Lokasi penusukan :
- Lengan (vena media kubiti/vena cephalica)
- Tungkai (vena saphenous)
- Kepala (vena frontalis temporalis) khusus anak

Unit terkait

Rawat Inap, Rawat jalan, IF.

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


MELAKUKAN SUNTIKAN INTRACUTAN
No Dokumen
No Revisi

Halaman

00
STANDAR
PROSEDU
R
OPERASIO
NAL

Pengertian

Tanggal Terbit

1/1

Disetujui oleh, Direktur


( dr. Aditya Rachman )

Memasukkan obat di bawah kulit dengan memakai jarum suntik untuk


Memberikan pengobatan

Tujuan

Sebagai acuan tindakan melakukan suntikan intracutan (pemberian insulin)

Kebijakan

Pemasukan obat di bawah kulit dengan memakai jarum suntik steril dengan
berpedoman pada protap

Prosedur

Persiapan :
1. Bak semprit
2. Spuit steril 1 cc
3. Obat suntikan
4. Kapas desinfektan
5. Bengkok
6. Alat tulis / buku suntikan
Prosedur :
1. Memberitahukan/menjelaskan tindakan pada pasien
2. Mencuci tangan.
3. Membawa alat kepada pasien
4. Menyiapkan lingkungan
5. Mengatur posisi pasien
6. Menentukan dan menghapus hamakan lokasi suntikan
7. Menusukkan jarum suntik dengan sudut 45O-90O
8. Melakukan aspirasi (menarik penghisap sedikit)
9. Memasukkan obat perlahan-lahan
10. Mencabut jarum kemudian melakukan masage pada daerah suntikan
11. Merapikan pasien dan alat
12. Mendokumentasikan hasil tindakan
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Tempat penyuntikan :
1. Lengan atas sebelah luar, 1/3 bagian dari bahu
2. Paha sebelah luar, 1/3 bagian dari sendi panggul
3. Daerah perut, sekitar pusat

Unit terkait

Rawat Inap, Rawat jalan, IF.

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGGUNAAN NEBULIZER OKSIGENASI
No Dokumen
No Revisi
Halaman
00
STANDAR
PROSEDU
R
OPERASIO
NAL

Pengertian

Tanggal Terbit

1/1

Disetujui oleh, Direktur


( dr. Aditya Rachman )

Nebulizer adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk mengencerkan dahak dan
melonggarkan jalan napas

Tujuan

Sebagai acuan tindakan nebulizer

Kebijakan

Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter spesialis anak

Prosedur

PERSIAPAN ALAT :
1. Normal Salin
2. Air biasa
3. Obat untuk bronchodilator antara lain : ventolin, dexamethasone
4. Tabung oksigen lengkap dengan : sungkup nebulizer, slang O 2,
5. Manometer
PERSIAPAN PASIEN :
1. Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
2. Pasien diatur sesuai kebutuhan
PELAKSANAAN :
1. Perawat cuci tangan
2. Mengisi air pada humidifaier sampai batas lever
3. Mengisi pada tempat manometer sungkup nebulizer dengan normal salin dan
bronchodilator : seperti ventolin atau (sabutamol) atau kadang diberi
dexamethasone pada status asmatikus.
4. Memasang masker pada pasien
5. Flowmeter dibuka (identifikasi adanya asap)
6. Observasi pasien (sesuai kebutuhan)
7. Selesai dilakukan tindakan pasien dirapikan
8. Alat-alat dibereskan dan dikembalikan
9. Perawat cuci tangan

Unit terkait

Status
Dokumen

Rawat inap

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


ORIENTASI PETUGAS BARU
No Dokumen
No Revisi

STANDAR
PROSEDU
R
OPERASIO
NAL

Tanggal Terbit

Halaman

00
1/1
Disetujui oleh, Direktur
( dr. Aditya Rachman )

Pengertian

Tatacara mempersiapkan petugas baru UGD

Tujuan

Sebagai acuan orientasi petugas UGD baru agar petugas baru mengenal, mengetahui
dan memahami cara kerja di UGD.

Kebijakan

Sebelum bertugas di UGD petugas baru perlu menjalani orientasi selama 1 minggu
sebagai persiapan melaksanakan tugas.

Prosedur

1.

Sebelum melaksanakan tugas di UGD petugas baru melaksanakan orientasi /


pengenalan UGD.

2.

Masa orientasi / pengenalan selama 1 minggu / 6 hari kerja.

3.

Jadwal orientasi petugas baru :


* Hari ke I
: Perkenalan dengan Dokter UGD, Kep. Ruangan dan
Petugas UGD lainnya.
* Hari ke II
: Mengetahui struktur organisasi dari struktur fungsional dan
mekanisme kerja UGD.
* Hari ke III
: Mengetahui pembagian tugas dan uraian tugas petugas
UGD.
* Hari ke IV
: Mempelajari protap-protap UGD.
* Hari ke V
: Memantapakan orientasi hari ke I sampai hari ke IV.
* Hari ke VI
: Menyaksikan dan mengikuti pelaksanaan tugas sehari-hari
di UGD.

4.

Setelah menjalani orientasi selama 1 minggu, petugas baru mendapatkan tugas


dalam uraian tugasnya.

5.

Pada minggu ke II petugas baru melaksanakan tugas sesuai dengan tugas yang
diberikan.

Unit terkait

TU

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PEMBERIAN NOMOR REGISTER UGD
No Dokumen
No Revisi
00

Halaman
1/1

STANDAR
PROSEDU
R
OPERASIO
NAL

Tanggal Terbit

Disetujui oleh, Direktur


( dr. Aditya Rachman )

Pengertian

Tata cara memperoleh nomor register dan dimana nomor harus di tulis atau dicatat.

Tujuan

Sebagai acuan pemberian nomor register agar semua petugas dan siapa saja yang
ingin mengetahui cara memperoleh nomor register mudah dan pasti segera

Kebijakan

mengetahui.
Tata cara penomoran melaui satu pintu baik hari libur atau tidak UGD.

Prosedur

1. Register rawat jalan UGD


a. Loket buka :
-

Dibuatkan kartu kunjungan / kartu kontrol untuk penderita yang telah diisi
identitasnya.

Keluarga dengan membawa kartu kunjungan ke loket untuk dilakukan


registrasi.

Nomor register di cantumkan pada status penderita dan buku harian.

2. Register rawat inap di UGD :


a. Loket buka 24 jam (dilakukan oleh petugas UGD) :

Unit terkait

Status
Dokumen

Membuat status Rawat Inap di MR/LOKET

Petugas UGD menyerahkan nomor register kepada petugas rawat inap

Petugas Rawat Inap memberi nomor indeks pada status penderita

Selanjutnya registrasi dan pencatatan status penderita dilakukan oleh

petugas rawat inap.


Loket pendaftaran, Rawat Inap

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGHISAP LENDIR PASIEN DEWASA
No Dokumen
No Revisi
00

Halaman
1/1

STANDAR
PROSEDU
R
OPERASIO
NAL

Tanggal Terbit

Disetujui oleh, Direktur


( dr. Aditya Rachman )

Pengertian

Tindakan menghisap lendir melalui hidung dan atau mulut

Tujuan

Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan penghisapan lendir, mengeluarkan lendir,


melonggarkan jalan nafas

Kebijakan

Dibawah tangung jawab dokter.

Prosedur

PERSIAPAN ALAT :
Perangkat penghisap lendir meliputi :
1. Mesin penghisap lendir
2. Slang penghisap lendir sesuai kebutuhan
3. Air matang untuk pembilas dalam tempatnya (kom)
4. Cairan desinfektan dalam tempatnya untuk merendam slang
5. Pinset anatomi untuk memegang slang
6. Spatel / sundip lidah yang dibungkus dengan kain kasa
7. Sarung tangan
8. Bak instrumen
9. Kasa
10. Bengkok
PERSIAPAN PASIEN :
1. Bila pasien sadar, siapkan dengan posisi setengah duduk
2. Bila pasien tidak sadar ;
a. Posisi miring
b. Kepala ekstensi agar penghisap dapat berjalan lancar
PELAKSANAAN :
1. jelasakan pada pasien/ keluarga + inform concern
2. Alat didekatkan pada pasien dan perawat cuci tangan
3. Perawat memakai sarung tangan
3. Pasien disiapkan sesuai dengan kondisi
4. Slang dipasang pada mesin penghisap lendir
5. Mesin penghisap lendir dihidupkan
6. Sebelum menghisap lendir pada pasien, cobakan lebih dahulu untuk air bersih
yang tersedia
7. tekan lidah dengan spatel
8. Hisap lendir pasien sampai selesai. Mesin/pesawat dimatikan
9. Bersihkan mulut pasien kasa
10. membersihakan slang dengan air dalam kom
11. Slang direndam dalam cairan desinfektan yang tersedia
12. Perawat cuci tangan

Unit terkait

Status
Dokumen

Ruang inap

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


MEMASANG NGT (NASO GASTRIL TUBE) ATAU PENDUGA LAMBUNG

No Dokumen

STANDAR
PROSEDU
R
OPERASIO
NAL
Pengertia
n

Tanggal Terbit

No Revisi

Halaman

00

1/1

Disetujui oleh, Direktur


( dr. Aditya Rachman )

Memasukkan NGT (Penduga lambung) melalui hidung ke dalam lambung.


1. Memberi makanan dan obat-obatan.
2. Membilas/mengumbah lambung

Tujuan

1. Sebagai acuan untuk melakukan


Membilas/mengumbah lambung
2. Memberi makanan dan obat-obatan.

Kebijakan

1. Perawat yang terampil


2. Tersedia alat-alat lengkap

Prosedur

Persiapan alat :
1. NGT
2. Plester
3. Gunting
4. Bengkok
5. Sarung tangan
6. Aqua Jelly
7. Perlak + Pengalas
8. Alat tulis

tindakan

pemasang

NGT

9.
10.
11.
12.

Stetoscope
Spuit 10 cc
Aquades dalam Kom
Obat- obatan/ makanan yang
akan dimasukan
13. Corong
14. kasa
15. Spatel

PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan tujuan pemasangan NGT pada keluarga pasien
2. Membawa alat-alat ke dekat pasien
3. Mengatur posisi pasien sesuai dengan keadaan pasien
4. Memasang perlak + pengalas pada daerah dada
6. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
7. Mengukur dan memberi tanda pada NGT yang akan dipasang lebih
kurang 40-45 cm (diukur mulai dahi s/d proxesus xypoideus)
8. Mengolesi NGT dengan Aqua Jelly sepajang 15 cm dari ujung NGT
9. Memasukkan NGT malalui lubang hidung dan pasien dianjurkan untuk
menelan (jika pasien tidak sadar tekan lidah pasien dengan spatel)
masukan NGT sampai pada batas yang sudah ditentukan sambil
perhatikan keadaan umum pasien.
10. Cek posisi NGT (apakah masuk di lambung atau di paru-paru) dengan
3 cara :
a. Aspirasi cairan lambung dengan spuit 10 cc jika cairan bercampur
isis lambung berarti sudah masuk kelambung,
b. Memasukan ujung NGT (yang dihidung) kedalam air dalam kom bila
ada gelembung berarti NGT dalam paru-paru
c. Petugas memasukan gelembung udara melalui spuit bersamaan
dilakukan
pengecekan
perut
dengan
stetoskop
untuk
mendengarkan gelembung udara di lambung
11. Memasang corong (yang sudah dibilas dengan air hangat), kemudian
memasukan obat-obatan/makanan
12. Melepas corong, menutup NGT dengan spuit 10 cc.
13. Merapikan alat-alat dan pasien kemudian sarung tangan dilepas.
14. Mendokumentasikan

Unit
terkait

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


1. NGT / Sonde dipasang selama 7 hari (ganti setiap 7 hari sekali)
Rawat Inap

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PEMERIKSAAN FISIK
No Dokumen
No Revisi
00
STANDAR
PROSEDU
R
OPERASIO
NAL
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur

Tanggal Terbit

Halaman
1/2

Disetujui oleh, Direktur


( dr. Aditya Rachman )

Pemeriksaan tubuh pasien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu
Sebagai acuan untuk melakukan tindakan pemeriksaan fisik
BAGIAN TUBUH YANG DIPERIKSA :
1. Rambut
2. Kepala
3. Muka
4. Mata
5. Hidung
6. Mulut
7. Telinga
8. Leher
9. Dada
10. Perut / abdomen
11. Genetalia
12. Extermitas /atas/ bawah
Selain pemeriksaan di atas perlu diperhatikan juga gejala-gejala objektif pasien, misalnya :
- Sikap pasien : ketakutan, apatis dan sejenisnya.
- Sikap tubuh : biasa, lordosa atau kyposa
CARA PEMERIKSAAN :
- Melihat (inspeksi)
- Mengetuk (perkusi)

Meraba (palpasi)
Mendengar (Auskultasi)

PERSIAPAN :
- Alat :
- Lampu baterai
- Spatel lidah
- Sarung tangan dan vaselin
- Refleks hammer
- Termometer
- Stetoskop
- Bengkok
- Kom berisi larutan desinfektan
- Tensi meter
- Buku catatan perawat
- Catatan medik
- Blangko resep dan blangko pemeriksaan lanjutan
-

Pasien :
- Pasien diberi tahu
- Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PEMERIKSAAN FISIK
No Dokumen
No Revisi

Halaman

00
Prosedur

2/2

PELAKSANAAN :
-

Gorden dan sampiran dipasang.

Lakukan anamnesa lanjutan pemeriksaan daerah kepala.

Pasien dibantu membuka baju, kemudian dilakukan pemeriksaan


daerah dada setelah selesai baju dipasang kembali.

Pakaian pasien bagian bawah diturunkan, kemudian dilakukan


pemeriksaan bagian perut dan sekitarnya, setelah selesai pakain
bawah dipasang kembali.

Selanjutnya pemeriksaan dilakukan terhadap tungkai pasien dengan


menggunakan refleks hammer.

Unit
terkait

Tekanan darah diukur bila perlu.

Setelah pemeriksaan selesai pasien dirapikan.

- Peralatan dibereskan kembali dan dikembalikan ke tempat semula.


Rawat Inap, Rawat jalan, IF.

Status
Dokumen

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENATALAKSANAAN ASMA
No Dokumen
No Revisi
00
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIO
NAL

Tanggal Terbit

Halaman
1/1

Disetujui oleh, Direktur


( dr. Aditya Rachman )

Pengertian

Kriteria Diagnosis
Batuk / sesak / mengi berulang, ekspirium memanjang PFR / FEV I menurun, riwayat
atopi sendiri dan atau keluarga

Tujuan

Sebagai acuan penatalaksanaan pasien asma

Kebijakan

Dibawah pengawasan dan tanggung jawab dokter spesialis anak

Prosedur

Diagnosis Diferensial
Bronkiolitits pada bayi dan anak kecil
Pemeriksaan Penunjang ( dilakukan di RS)
Darah rutin eosinofil total, uji tuberkulin, foto toraks, foto sinus paranasalis, IgD, IgA,
IgM, IgE, analisis gas darah atas indikasi
Perawatan
Rawat Inap, pada kasus berat
Terapi
Penghindaran alergen/iritan, bronkodilator oral/inhalasi, steroid oral inhalasi, obat-obat
pencegahan.
Penyulit :
Gagal napas, Gagal jantung
Informet concent (tertulis)
Perlu
Out Put
Sembuh, Kronik, Kematian Jarang
Terapi
- Aminophillin Oral / IV 3-5 mg/KgBB/kali
- Dexamethason Oral : 0,5 mg/KgBB/kali
- Aampicillin 50-100 mg/KgBB/kali (bila ada tanda-tanda infeksi)
- Oxigen : 1-3 liter / menit
Nebulizer bila perlu

Unit terkait

Rawat Inap, Rawat jalan, IF.

Anda mungkin juga menyukai