Anda di halaman 1dari 7

8.

MALARIA SEREBRAL
Definisi

Epidemiologi

Tanda & gejala

Etiologi
Faktor risiko

Patogenesis/patofi
siologi

Pemeriksaan
penunjang

Penatalaksanaan

Prognosis

Malaria serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh


penyakit lain atau lebih dari 30 menit setelah serangan
kejang; derajat penurunan kesdaran harus dilakukan
berdasarkan GCS
2% pada penderita non-imun
Wilayah endemik : Jepara, Sulawesi utara, maluku, irian
jaya
Kesaradan : GCS <7, bisa juga lebih ringan. Menetap >
30 menit
Kejang, kaku kuduk, hemiparase (bisa, jarang)
Babinsky : abnormal (50%)
Keadaan berat : opistotonus, deviasi mata ke atas dan
lateral, disertai hiperventilasi
P.falciparum
Endemisitas
imunologi (HIV, kortikosteroid)
usia (anak, balita, wanita hamil)
status nutrisi
Parasit menyerang eritrosit sitoadheren dan
sekuesterasi sumbatan kapiler pembuluh darah otak
anoksia otak
Kadar laktat CSS : meningkat >2.2 mmol/l
CT Scan : nomal, edema serebri pada kasus agonal
Pada MS, biasa disertai dengan gangguan fungsi organ
lain :
SGOT/SGPT : ikterik
U/K : gagal ginjal
Gula darah : hipoglikemia
Foto thorax : edema paru
ABCD
Simptomatik
Obat Anti Malaria (OAM) :
(derivat artemisin ) :
Artesunate iv 2,4 mg/kgBB/kali pemberian
Diberikan pada jam 0,12,24 jam dst tiap 24 jam sampai
penderita sadar. Sadar diganti artesunat 2 mg/kgBB PO
sampai hari ke 7
+ doksisiklin 2x100 mg/hari selama 7 hari
Atau pada wanita hamil : + klindamisin 2x10 mg/kgBB
Artemeter hari I 1,6 mg/kgBB tiap 12 jam IM, hari 2-5
1,6 mg/kgBB IM
Kina HCl 10mg/kgBB (500 mg untuk BB 40-50 kg) dlm
infus dextrose 500 cc selama 8 jam terus menerus
sampai penderita sadar dan diganti Kina PO
Mortalitas : 20-50% dengan pengobatan
Kadar laktat > 6 mmol/l, prognosa fatal
Bila terjadi >3 komplikasi organ : prognosa kematin
>75%

9. TETANUS
Penyakit pada susunan saraf yang ditandai dengan
Definisi
spasme tonik persisten disertai dengan serangan yang
jelas dan keras
1. Spasme otot :
Rigiditas abdomen
Rhisus sardonicus/rhisus smile
Kontraksi otot rahang dan leher retraksi kepala
Trismus/lockjaw (kontraksi masseter)
Spasme otot menelan disfagia
Tanda & gejala
Opistotonus
Otot ekstremitas
2. Obstruksi laring
3. Miokarditis : demam, rash, eosinofilia perifer,
peningkatan biomarker nekrosis
4. disotonomi
Clostridium tetani
Bakteri gram positif, obligat anaerob, drum stick
Berubah jadi endospore menghasilkan toksin
Etiologi
Terdapat di tanah, 10-40% kotoran binatang
Masuk melalui luka trauma, jaringan nekrosis, jaringan
yang < vaskularisasi
Luka bakar, ulkus, gangrene, gigitan ular, nekrosis,
Faktor risiko
septic abortion, kelahiran, bedah yang terkontaminasi
tanah
Patogenesis/patofi Toksin tetanus menghambat pelepasan GABA di
siologi
junction sinaps saraf inhibisi GABA << eksitasi >>
Pemeriksaan
penunjang
Metronidazol 15 mg/kgBB saat awal diikuti 20-30
mg/kg/hari iv selama 7-14 hari atau sampai hilangnya
tanda-tanda infeksi lokal yang aktif
Penatalaksanaan
Penisilin dapat digunakan dengan dosis 100.000200.000 IU/kg/hari
Spasme otot : benzodiazepin

10. TETANUS NEONATORUM


Penyakit infeksi yang terjadi melalui luka irisan pada
umbilicus pada waktu persalinan akibat masuknya
spora Clostridium tetani yang berasal dari alat-alat
persalinan yang kurang bersih dengan masa inkubasi 310 hari

Definisi

Epidemiologi

Tanda & gejala

Etiologi
Faktor risiko
Patogenesis/patofi
siologi
Pemeriksaan
penunjang
Penatalaksanaan
Prognosis
Hal penting lain

Bayi tiba-tiba tidak bisa menetek


Mulut mencucu
Kejang terutama karna rangsangan sentuhan, sinar,
suara
Wajah kebiruan
Kadan disertai demam
Clostridium tetani
Imunisasi TT saat ANC tidak dilakukan
Peralatan, tempat persalinan yang tidak steril
Perawatan tali pusat yang buruk
Spora masuk melalui tali pusat (saat pemotongan ketika
bayi baru lahir maupun saat perawatannya sebelum
lepasnya tali pusat)
-

Mortalitas >60%

11. TOKSOPLASMOSIS SEREBRAL


Tanda & gejala
Etiologi
Faktor risiko
Patogenesis/patofi
siologi
Pemeriksaan
penunjang

Gejala konstitusi, nyeri kepala, penurunan kesadaran,


kejang, focal weakness, gangguan bahasa.
Menjadi koma dalam hari-minggu
Toxoplasma gondii
HIV AIDS

Anti-Toxoplasmagondii IgM-IgG
CT Scan
MRI

Penatalaksanaan

Biopsi otak
Kortikosteroid
Prymethamine, sulfadiazine
Trimethoprim-sulfamethoxazole

12. ABSES OTAK


Definisi
Epidemiologi

Tanda & gejala

Etiologi
Faktor risiko
Patogenesis/patofi
siologi

Pemeriksaan
penunjang

Penatalaksanaan
Prognosis

Merupan infeksi fokal dari intracranial


Trias : demam, nyeri kepala, focal neurologic deficit
(hemiparesis/afasia, third or sixth cranial nerve palsies,
anisokor, papil edem)
Kaku kuduk dan tanda meningen
Nausea vomitus
Kejang
Penurunan kesadaran
Polymicrobial infections are common
Streptococci
Trauma, HIV, anak-anak
Penyebaran Mo bisa sacara langsung,
metastasis/hematogen, trauma intrakranial
Leukositosis
CRP
CT Scan
MRI
USG : emergency department
Lumbal pungsi : menigitis
ABCD
Antibiotik spectrum luas dengan dosis tinggi
Antikonvulsan : mencegah kejang
Kortikosteroid : kontrovesial
Mortalitas 100%

13. HIV AIDS TANPA KOMPLIKASI


Definisi
Tanda & gejala

AIDS diartikam sebagai kumpulam gejala atau penyakit


yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh
akibat infeksi oleh virus HIV.
Tahap akhir dari infeksi HIV
Keadaan umum :
- kehilangan BB >10% dari BB dasar
- Demam (terus menerus/intermiten, temperature
oral >37.5) > 1 bln
- Diare (terus menerus/intermiten) >1 bulan
- Limfadenopati meluas
Kulit : PPE dan kulit kering yg luas, kutil genital,
folikulitis, psoriasis
Infeksi jamur : kandidioasis oral, dermatitis seboroik,
kandidiasis vagina berulang
Infeksi viral : herpes zoster berulang/lebih dari 1

dermatom, herpes genital berulang, moluskum


kontagiosum, kondiloma
Gangguan pernapasan : batuk >1 bln, sesak napas, Tb,
pneumonia berulang, sinusitis kronis/berulang
Gejala neurologis : nyeri kepala yg semakin parah
(terus menerus dan tidak jelas penyebabnya), kejang
demam, menurunnya fungsi kognitif

Etiologi
Faktor risiko

Patogenesis/patofi
siologi
Pemeriksaan
penunjang

Penatalaksanaan

Stadium
Stadium 1 : tidak ada gejala, limfadenopati generalisata
persisten
Stadium 2 : penurunan BB, infeksi saluran napas
berulang, herpes zoster, keilitis angularis, ulkus mulu
berulang, ruam kulit berupa papel yang gatal,
dermatitis seboroik, infeksi jamur pada kuku
Stadium 3 : penurunan BB, diare kronis, demam
menetap, kandidiasis oral, oral hairy leukoplakia, Tb
paru, infeksi bakteri berat, stomatitis nekrotikans,
anemia
Stadium 4 : sindrom wasting HIV, pneumonia, herpes
simplex kronis, Tb extra paru, sarcoma Kaposi, CMV,
toksoplasmosis, ensefalopati HIV, karsinoma serviks
invasif
HIV
PSK, homoseksual, berganti pasangan, penggunaan
jarum suntuk biersama
HIV menyerang CD4+ gagguan respons imum yang
progresif
Sebagian 3 tahun menjadi AIDS, 50% 10 tahun, dan
sesudah 13 tahun hampir semua menjadi AIDS dan
meninggal
CD4, antibody HIV, Viral Load RNA HIV
Indikasi :
- ODHA tanpa gelaja klinis (stadium klinis 1) dan belum
pernah dapat ARV, CD4 350
- ODHA dengan gejala klinis dan belum pernah dapat
terapi ARV dg stadium klinis 2 bila CD4 350 atau
stadium klinis 3 atau 4 berapapun jumlah CD4
- semua ibu hamil berapapun jumlah CD4 atau apapun
stadium klinis
- ODHA dengan koinfeksi Tb berapapun jumlah CD4
- ODHA dengan koinfeksi Hep B berapapun jumlah CD4
Panduan terapi ARV
- ODHA yang belum pernah mendapat terapi ARV : AZT
atau TDF + 3TC (atau FTC) + EFV atau NVP
- Perempuan hamil HIV + : AZT + 3TC + EFV atau NVP
- Koinfeksi TB HIV : AZT atau TDF + 3TC (FTC) + EFV
- Koinfeksi HIV Hep B : TDF + 3TC )FTC) + EFV atau NVP

14. AIDS DENGAN KOMPLIKASI

Anda mungkin juga menyukai