Anda di halaman 1dari 13

POTENSI SUMBERDAYA LAUT PROVINSI LAMPUNG

OSEANOGRAFI LINGKUNGAN (OS-3001)


TUGAS MINGGU 6

Disusun Oleh:

Althof Naufal

(12913033)

Eva Fatonah Yunus (15313050)


Della Valentina H.

(10514026)

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

Lingkungan laut merupakan salah satu sumber daya alam yang besar di bumi yang
mengandung berbagai hal-hal yang besar dimana dapat dimanfaatkan manusia untuk
dikumpulkan, dipanen, dan ditambang. Hal ini meliputi makanan yang bersumber dari laut,
berbagai mineral, dan produk minyak bumi dari berbagai sumber. Jumlah rupiah dalam
sumber daya yang diambil dari laut adalah ratusan miliar per tahun, namun kita bahkan
belum mulai memanfaatkan beberapa sumber daya yang ada di lautan. Sejak awal peradaban,
laut telah digunakan dalam tiga cara utama: untuk transportasi, untuk kekuatan militer, dan
sebagai sumber makanan. Sejak revolusi industri, dasar ini telah diperluas dan sekarang
termasuk minyak bumi, mineral, dan energi.
Sumber daya kelautan adalah sumber daya yang meliputi, ruang lingkup yang luas yang
mencakup kehidupan laut (flora dan fauna, mulai dari organisme mikroskopis hingga paus
pembunuh, dan habitat laut) mulai dari perairan dalam hingga ke daerah pasang surut di
pantai dataran tinggi dan daerah muara yang luas. Berbagai orang memanfaatkan dan
berinteraksi dengan lingkungan laut mulai dari pelaut, nelayan komersial, pemanen kerang,
ilmuwan, dll. Dan digunakan untuk berbagai kegiatan baik rekreasi, penelitian, industri, dan
kegitan lain yang bersifat komersial

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung


Secara geografis, Propinsi Lampung terletak pada posisi 3o 45' LS - 6o 45' LS dan 103o
40' BT - 105o 50' BT. Luas Propinsi Lampung meliputi areal dataran sekitar 35.376 km2
termasuk pulau-pulau. Lampung terletak pada bagian sebelah paling ujung tenggara Pulau
Sumatera, yang berbatasan dengan :
a) Sebelah utara berbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan dan Propinsi Bengkulu,
b) Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda,
c) Sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa,
d) Sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia

Gambar 1. Letak Geografis Provinsi Lampung


Keadaan alam daerah Lampung yaitu sebelah barat dan selatan di sepanjang pantai
merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur pegunungan Bukit
Barisan. Di tengah-tengah merupakan dataran rendah, sedangkan ke dekat pantai di sebelah

timur di sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara merupakan daerah rawa-rawa perairan yang
luas. Daerah Lampung dapat dibagi dalam 5 unit topografi, yaitu:

Daerah topografis berbukit sampai bergunung;

Daerah topografis berombak sampai bergelombang;

Daerah dataran alluvial;

Daerah rawa dataran pasang surut; dan

Daerah river basi

Panjang garis pantai Lampung lebih kurang 1.105 km (termasuk beberapa pulau),
memiliki sekitar 69 buah pulau. Wilayah pesisirnya dapat dibagi atas 4 wilayah, yaitu Pantai
Barat (210 km), Teluk Semangka (200 km), Teluk Lampung dan Selat Sunda (160 km), dan
Pantai Timur (270 km). Masing-masing wilayah tersebut memiliki potensi fisik/ruang, sosial
ekonomi, dan lingkungan ekosistem yang berbeda. Potensi pesisir dan lautan yang dapat
dijumpai adalah perikanan tangkap, tambak, kerang mutiara, rumput laut, perhubungan,
pariwisata, terumbu karang, mangrove, industri, pemukiman penduduk pesisir, dan hankam.
Lampung merupakan daerah beriklim tropis-humid dengan angin laut lembah yang bertiup
dari Samudera Indonesia dengan dua musim angin setiap tahunnya, yaitu:

Bulan November sampai Maret angin bertiup dari arah Barat dan Barat Laut; yang
menyebabkan musim hujan.

Bulan April sampai Oktober angin bertiup dari arah Timur dan Tenggara; yang
menyebabkan musim kemarau.

Kecepatan angin rata-rata mencapai 5,83 km/jam. Temperatur rata-rata berkisar antara
26oC - 28oC. Temperatur maksimum 33oC, dan temperatur minimum 20oC. Secara
administratif, Propinsi Lampung dibagi dalam 10 Daerah Kabupaten/Kota, meliputi 82
kecamatan. Kesepuluh Daerah Kabupaten/Kota tersebut adalah Kabupaten Lampung Barat,
Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Selatan, Kotamadya Bandar Lampung,
Kabupaten Lampung Timur, Kotamadya Metro, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten
Tulang Bawang, Kabupaten Way Kanan, dan Kabupaten Lampung Utara. Enam Daerah
Kabupaten/Kota memiliki wilayah pantai dan 4 (empat) Daerah Kabupaten/Kota tidak
memiliki wilayah pantai. Sedangkan dari 82 kecamatan tersebut, 21 kecamatan (26%)

memiliki wilayah pantai. Propinsi Lampung memiliki sekitar 184 desa pantai dari total 2008
desa (BPS, 1998).
2.2 Sumber Daya Laut Provinsi Lampung
1. Potensi Pangan/Perikanan di Lampung
Lampung memiliki potensi perikanan yang cukup besar, dimana perairan laut Lampung
dibagi menjadi tiwa wilayah yaitu Pantai Timur (Laut Jawa), Selat sunda (Teluk Lampung
dan Teluk Semangka ), dan Pantai Barat. Potensi ikan di perairan barat, sebesar 85,379 ton
per tahun untuk areal penangkapan sampai 30 mil, sedangkan sampai areal ZEE sebesar
97,845 ton per tahun, jadi potensi ikan tangkap di pantai barat sebesar 182,864 ton per tahun.
Pada perairan pantai timur, potensinya sebesar 11,800 ton per tahun dengan didominasi oleh
jenis ikan demesal, sedangkan potensi ikan tangkap di Selat Sunda sebesar 97,752 ton per
tahun dengan di dominasi oleh jenis ikan karang.

Perikanan Tangkap

Perikanan tangkap merupakan kegiatan ekonomi penting bagi Propinsi Lampung karena
kontribusinya dalam penyediaan pangan yang berasal dari laut seperti berbagai jenis ikan,
udang, cumi, kerang-kerangan, dan hewan lunak lainnya. Produksi perikanan laut pada tahun
1997 yang didaratkan di Teluk Lampung sekitar 51.000 ton, di Pantai Timur sekitar 43.000
ton dan di Pantai Barat sekitar 10.000 ton. Selain menghasilkan pangan, perikanan tangkap
juga menghasilkan ikan-ikan hias yang harganya relatif lebih mahal dari ikan konsumsi.
Kegiatan perikanan tangkap ini melibatkan sekitar 55 ribu Rumah Tangga Nelayan
(RTN) dan menyediakan kesempatan kerja bagi kelompok orang lainnya yang bekerja dalam
kegiatan penanganan, pengolahan, dan pendistribusian atau perdagangan produk laut yang
dihasilkan nelayan-nelayan tersebut. Sebagian produk perikanan (seperti tuna, cakalang,
udang, lobster, ikan karang, ikan hias, rumput laut, dan beberapa jenis lainnya) adalah
komoditi ekspor, sehingga kegiatan ini semakin penting sebagai sumber penghasil devisa
pada saat Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi. Budidaya ikan kerapu dan ikan karang
lainnya belum diusahakan secara optimal, sehingga peluang pengembangannya masih
terbuka. Pilot proyek budidaya Kerapu Bebek dan Kerapu Macan sedang dilakukan antara
Dinas Perikanan, Bappeda, Balai Budidaya Laut dan swasta di Tanjung Putus. Namun masih
terdapat kendala teknologi yang cukup besar. Propinsi Lampung memiliki 1,3 juta ha
kawasan hutan, seluas 422.500 ha (12,8%) telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi.

Terumbu Karang
Kebanyakan terumbu karang di Lampung adalah dari jenis fringing reefs, dengan

luasan relatif 20 - 60 meter. Pertumbuhan karang berhenti pada kedalaman 10 - 17 meter. Di


bawah kedalaman itu terdapat lumpur atau hamparan pasir. Sejumlah terumbu karang tipe
patch reefs tumbuh dengan baik, dan dapat dijumpai di sepanjang sisi barat Teluk
Lampung. Pendataan awal menunjukkan terdapat sekitar 213 jenis karang keras yang berbeda
di Selat Sunda (Kepulauan Krakatau, Teluk Lampung, Kalianda, Pulau-pulau di pesisir barat
Pulau Jawa). Hal ini cukup sesuai bila dibandingkan dengan sekitar 139 jenis yang ditemukan
di Kepulauan Seribu. Terumbu Karang di Kepulauan Krakatau menunjukkan total 113 jenis
karang besar, sekalipun keanekaragaman jenis rata-rata per lokasi agak rendah (yakni 48,6
9.2). Hasil survei memperlihatkan bahwa hampir di semua lokasi, kecuali Teluk Lampung,
terumbu karang memiliki penutupan karang batu yang rendah (0 - 10%). Khusus untuk
kawasan Teluk Lampung, penutupannya cukup besar yaitu mencapai 75% (CRMP, 1998)
Terumbu karang, terutama di Teluk Lampung, merupakan aset sumberdaya alam pesisir
yang mampu menopang kelestarian perikanan serta jasa lingkungan, baik keindahannya
maupun fungsi perlindungan pantainya, merupakan kekuatan yang spesifik untuk menunjang
perekonomian di propinsi ini. Hasil survei (CRMP, 1998) menunjukkan bahwa potensi
terumbu karang sebagai obyek wisata dan habitat ikan masih cukup besar, dengan penutupan
lebih dari 50% di kawasan Teluk Lampung. Walaupun demikian, di beberapa lokasi
menunjukkan penutupan karang yang sangat rendah, seperti di luar kawasan Teluk/gugus
Krakatau yang kurang dari 10%.
Penangkapan ikan di laut merupakan kegiatan ekonomi yang penting untuk propinsi ini,
karena kontribusinya dalam penyediaan protein hewani. Produksi perikanan laut yang
didaratkan di Teluk Lampung sekitar 51.000 ton/tahun, di Pantai Timur sekitar 43.000
ton/tahun, dan di Pantai Barat sekitar 10.000 ton/tahun.

Kerang mutiara

Pemeliharaan kerang mutiara membutuhkan air tenang dan berkualitas tinggi. Sebagian
kawasan laut di Teluk Lampung dan sekitarnya (lebih dari 5.000 hektare) telah dialokasikan
sebagai kawasan usaha dua perusahaan pemelihara kerang mutiara, yaitu PT. Hikari dan PT.
Kyoko Shinju. Luasan tersebut adalah 10% dari 50.000 hektare perairan Indonesia yang
dianggap cocok untuk budidaya kerang mutiara raksasa Pinctada maximus. Kedua

perusahaan tersebut menghasilkan kerang mutiara masing-masing 140.000 dan 400.000 buah
per tahun. Kerang mutiara digantung pada tali-tali di dalam air dalam kawasan yang diberi
tanda-tanda pembatas, seperti tali-tali dan pelampung tanda yang dibuat agar jelas terlihat.
Pembatas ini menunjukkan bahwa nelayan tidak diperkenankan untuk menangkap ikan di
dalam kawasan budidaya. Karena itu, kawasan budidaya ini berperan juga sebagai kawasan
lindung di mana ikan dan habitatnya atau terumbu karang yang ada di dalamnya dapat
terlindungi dari ancaman kerusakan.

Udang

Kualitas air di pesisir timur Propinsi Lampung sangat cocok untuk budidaya udang. Air
yang bebas dari bahan polusi dan banyak mengandung plankton, yaitu tumbuh- tumbuhan
dan hewan-hewan renik, dibutuhkan oleh udang-udang yang berada di dalam tambak. Usaha
pertambakan udang dilaksanakan di setiap kabupaten pesisir di Propinsi Lampung, kecuali di
Lampung Barat yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia karena pantainya
memiliki ombak yang sangat besar (Wilayah tambak dijelaskan di Peta Penggunaan Lahan
Pesisir Lampung).
Di Kabupaten Lampung Timur, tepatnya sebelah selatan Taman Nasional Way Kambas,
kawasan pesisir sepanjang garis pantai mulai dari Tanjung Penet hingga Ketapang sudah
diubah seluruhnya dari rawa-rawa dan hutan mangrove menjadi lahan pertanian padi dan
sekarang menjadi tambak udang windu yang sebagian besar dalam bentuk tambak tradisional
(cara budidaya sederhana dan modal terbatas), sisanya adalah tambak semi-intensif dan
intensif (cara budidaya lebih kompleks dan kebutuhan modal lebih besar). Konversi lahan
diawali dari pinggir pantai, kemudian dilanjutkan semakin lebar ke arah daratan. Di sekitar
Sungai Pisang lebar kawasan pertambakan ini mencapai 5 kilometer ke arah daratan. Saat ini
jumlah luas areal pertambakan dari Tanjung Penet ke Ketapang mencapai sekitar 12.000
hektare (CRMP, 1998). Tambak jenis semi-intensif dan intensif dicirikan dengan adanya
tambahan pakan buatan dan kincir-kincir air yang digerakan oleh tenaga listrik atau solar.
Kincir-kincir air tersebut berfungsi untuk menambah kandungan oksigen terlarut yang
berguna untuk P 58 atlas sumberdaya wilayah pesisir lampung meningkatkan jumlah
makanan alami udang, yaitu fitoplankton. Lama pemeliharaan untuk satu kali panen adalah
sekitar 120 hari. Udang windu yang dihasilkan bisa dibeli oleh pedagang di sepanjang jalan
dari Labuhan Maringgai hingga Jabung, atau sebagian di antaranya diangkut ke cold storage
dengan tujuan ekspor. Selain itu benih udang untuk hampir semua tambak di Lampung

diperoleh dari salah satu dari 90 unit pembenihan (hatchery) yang ada di Kalianda. Selain itu,
benih udang ada juga yang didapatkan dari Aceh, dan Kalimantan Timur, sedangkan sumber
nauplii berasal dari Jawa. Sedangkan pakan udang untuk tambak semi-intensif dan intensif
hampir 40% didatangkan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal ini dapat dilihat pada Peta
Ketersediaan Sumberdaya Udang.
2. Potensi Pariwisata di Lampung
Pesisir Lampung masih menyimpan potensi besar dalam pariwisata pantai yang ditunjang
oleh letaknya yang dekat dengan pusat kota. Sumber daya alam berupa pariwisata pantai yang
besar ini sayangnya belum dikelola secara optimal dan pengelolaan yang ada sekarang belum
memperhatikan aspek keberlanjutan.
Pantai yang indah dengan lumba-lumbanya dan pasir putih (di Teluk Kiluan) serta
gelombang yang sangat besar hampir di sepanjarg Pantai Barat, merupakan daya tarik
tersendiri bagi pengembangan pariwisata di masa datang. Di Teluk Kiluan ini terdapat sebuah
pulau yang didalamnya sering digunakan sebagai rumah singgah bagi pengunjung yang ingin
menikmati keindahan teluk dan menikmati suasana pantai pasir putih. Kawasan ini termasuk
ekowisata bangunan yang berada didalamnya pun bukan bangunan permanen sehingga masih
terlihat alami. Potensi pariwisata tersebut dikaitkan dengan keindahan 69 pulau-pulau kecil
serta cagar alam lautnya (Krakatau dan TNBBS) merupakan daya tarik yang kuat bagi
wisatawan untuk berkunjung ke propinsi ini.
Wisatawan yang datang pasti akan melakukan snorkeling di pantai Pulau Tanjung Putus
di Lampung. Terumbu karang di lokasi ini masih asri. Pulau ini memiliki keindahan di
permukaan dan bawah laut. Pulau yang menurut cerita masyarakat merupakan daratan yang
berbentuk tanjung yang menyatu dengan Pulau Sumatera yang kemudian terpisah karena
abrasi kini menjadi salah satu tujuan wajib pecinta dunia bawah laut. Di dermaga Tanjung
Putus terdapat ratusan aneka ikan hias akan menghampiri dan langsung menggoda siapapun
yang datang.Ini bisa terjadi karena visibilitas air di kawasan ini masih amat terjaga. Air
begitu jernih, benar-benar membuat siapapun yang datang terpesona dengan keindahan yang
dihadirkan.
Sejumlah ikan hias yang bisa dilihat wisatawan saat menyelam dan melakukan
snorkeling, termasuk ikan badut (nemo/ikan badut anemon-Amphiprion ocellaris/Amphyprion
percula) dan anemon ungu (Heteractis magnifica) yang berkeliaran atau bersembunyi di
sekitar terumbu karang. Selain itu, pada beberapa spot lokasi berenang dan snorkeling juga

dipenuhi ubur-ubur jeli (jellyfish) yang berukuran kecil dan kerap menempel di badan
sehingga menimbulkan rasa gatal. Ubur-ubur jeli itu pun terdapat sangat banyak dan bisa
dilihat saat snorkeling di Pulau Kelagian, Pahawang Lunik (Kecil) maupun Pahawang Besar.
Tapi paling banyak populasinya di sekitar Pulau Kelagian.
Snorkeling (selam permukaan) atau selam dangkal (skin diving) merupakan kegiatan
berenang atau menyelam dengan mengenakan peralatan berupa masker selam dan snorkel
yang dapat dinikmati selama berkunjung di Pulau Pahawang dan sekitarnya. Di Pulau
Pahawang Kecil terdapat satu jembatan alami yang disebut dengan Tanjung Putus. Tanjung
Putus menghubungkan antara Pulau Tanjung Putus dengan Pulau Pahawang Kecil. Tanjung
Putus hanya dapat terlihat saat air laut surut, sementara saat pasang akan terendam air.
Kawasan Tanjung Putus juga merupakan salah satu spot menyelam favorit bagi para
pengunjung.
Pulau Pahawang Kecil dapat ditempuh kurang lebih sekitar sepuluh menit dari Pulau
Pahawang Besar. Kebanyakan para pengunjung menginap di penginapan Pulau Pahawang
Besar karena di pulau tersebutlah sebagian besar penduduk setempat tinggal. Disarankan,
sebaiknya membawa makanan dan minuman bila akan berkunjung ke pulau ini untuk bekal
selama di perjalanan.
Perjalanan menuju ke Pulau Pahawang bisa ditempuh dengan menyeberang terlebih dulu
melalui Dermaga Ketapang, dengan perjalanan sekitar satu jam kurang, akan tiba di Pulau
Pahawang. Luas Pulau Pahawang sekitar 1. 084 hektare. Pengunjung bisa menyisiri semua
garis pantai pulau ini dengan menyewa perahu, untuk menyaksikan sisi pulau yang terdapat
deretan pohon nyiur yang banyak serta rapat-rapat. Pada bagian lain di pulau ini terdapat
rimba dengan pohon besar di bibir pantainya, dengan sedikit pasir di pantainya tetapi benarbenar rimbun pohon-pohon. Air lautnya berwarna biru jernih, terlihat kontras dengan warna
hijau dari pohon-pohon sekitarnya.
Pulau Pahawang mempunyai enam dusun, yakni Suakbuah, Penggetahan, Jeralangan,
Kelompok, Pahawang dan Cukuhnyai dengan penghuni sebanyak 1. 533 jiwa. Di sekitar
Pulau Pahawang terdapat banyak pulau, seperti Pulau Pahawang Kecil, Pulau Gosong, Pulau
Kelagian, serta Pulau Pahawang Besar. Di sini terdapat banyak "spot snorkeling", termasuk
di antaranya spot kapal nelayan yang karam yang telah menjadi tempat persembunyian ikan
serta hewan laut lain. Keragaman biota dan keindahan bawah laut di pulau ini, menjadi
terlihat makin cantik dengan berbagai macam karang, ikan, serta tumbuhan laut di dasar

pantainya. Tak jauh dari pulau ini, pengunjung bisa meneruskan penjelajahan dengan
berlayar ke Tanjung Putus serta Pulau Kelagian. Di Tanjung Putus terdapat Pulau Gosong,
pulau yang cuma terbagi dalam pasir putih. Di sekitarnya, terdapat air laut yang jernih
berwarna hijau toska, tidak terlampau dalam, seperti kolam renang pribadi tidak berbatas
yang dibingkai deretan bukit serta pulau dari kejauhan.
3. Potensi Energi Laut di Lampung
Potensi energi yang terdapat di laut sangatlah besar. 2/3 luas permukaan bumi adalah
lautan, dan dari seluruhnya memiliki potensi yang sangat besar untuk menghasilkan energi.
Banyak negara-negara maju yang telah mulai mengembangkan dengan serius potensi energi
dari laut seperti Jepang, Amerika, Inggris, dll. Energi laut mulai dilirik ketika dunia
disadarkan oleh penggunaan energi fosil yang hanya sementara dan tidak ramah lingkungan.
Energi laut mempunyai beberapa keunggulan yaitu besarnya energi yang dihasilkan, ramah
lingkungan, dan menghasilkan energi secara terus-menerus. Negara yang sangat berpotensi
mengembangkan energi laut adalah negara kepulauan yang relatif mempunyai perairan yang
luas, salah satunya yaitu Indonesia.
Laut dengan segala kekuatannya, menyimpan potensi sumber energi yang sangat besar.
Secara umum potensi energi yang dapat diambil dari laut dapat dibagi menjadi tiga yaitu
energi ombak, energi pasang surut dan energi panas laut. Prinsip sederhana dari pemanfaatan
ketiga bentuk energi itu adalah memakai energi kinetik untuk memutar turbin yang
selanjutnya menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik. Energi kinetik dari
pergerakan air laut baik gelombang maupun arus laut dan energi potensial dari perbedaan
suhu permukaan laut itu semua merupakan potensi sumber energi yang dimiliki oleh laut
secara umum.
Sebagai negara kepulauan yang besar, laut Indonesia menyediakan sumber energi
alternatif yang melimpah. Sumber energi itu meliputi sumber energi yang terbarukan dan tak
terbarukan. Di Lampung sendiri terdapat berbagai potensi energy terbarukan yang
memungkinkan untuk digunakan, karena daerah Lampung merupakan daerah paling selatan
dari Pulau Sumatra dan terdekat dengan Pulau Jawa. Berdasarkan letak ini, daerah Lampung
berada pada kondisi yang memungkinkan untuk di berdayakannya energy ini. Namun
penelitian lebih lanjut terkait dengan energy terbarukan di Lampung ini sangatlah
diperlukan. Berikut ini adalah beberapa tiper energy dari laut yang bisa di gunakan untuk
kedepannya.
a. Energi tak Terbarukan

Sumber energi yang tak terbarukan yang berasal dari laut dalam di wilayah
Indonesia adalah methane hydrate. Methane hydrate adalah senyawa padat campuran
antara gas metan dan air yang terbentuk di laut dalam akibat adanya tekanan
hidrostatik yang besar dan suhu yang relatif rendah dan konstan di kedalaman lebih
dari 1.000 meter.
b. Energi Terbarukan
Konsep energi terbarukan mulai dikenal pada tahun 1970-an, sebagai upaya untuk
mengimbangi pengembangan energi berbahan bakar nuklir dan fosil. Definisi paling
umum adalah sumber energi yang dapat dengan cepat dipulihkan kembali secara
alami, dan prosesnya berkelanjutan. Dengan definisi ini, maka bahan bakar nuklir dan
fosil tidak termasuk di dalamnya.
c. Energi gelombang
Energi kinetik yang ada pada gelombang laut digunakan untuk menggerakkan
turbin. Ombak naik ke dalam ruang generator, lalu air yang naik menekan udara
keluar dari ruang generator dan menyebabkan turbin berputar.ketika air turun, udara
bertiup dari luar ke dalam ruang generator dan memutar turbin kembali.
d. Energi yang timbul akibat perbedaan suhu antara permukaan air dan dasar laut
(Ocean Thermal Energi Conversion/OTEC)
Cara lain untuk membangkitkan listrik dengan ombak adalah dengan
memanfaatkan perbedaan suhu di laut. Jika kita berenang dan menyelam di laut kita
akan merasakan bahwa semakin kita menyelam suhu laut akan semakin rendah
(dingin). Suhu yang lebih tinggi pada permukaan laut disebabkan sinar matahari
memanasi permukaan laut. Tetapi, di bawah permukaan laut, suhu sangat dingin.
Itulah sebabnya penyelam menggunakan baju khusus ketika mereka menyelam. Baju
tersebut akan menjaga agar suhu tubuh mereka tetap hangat. Pembangkit listrik bisa
dibangun dengan memanfaatkan perbedaan suhu untuk menghasilkan energi.
Perbedaan suhu yang diperlukan sekurang-kurangnya 380 fahrenheit antara suhu
permukaan dan suhu bawah laut untuk keperluan ini. Cara ini dinamakan Ocean
Thermal Energi Conversion atau OTEC. Cara ini telah digunakan di Jepang dan
Hawaii dalam beberapa proyek percobaan.
e. Energi akibat pasang surut
Bentuk lain dari pemanfaatan energi laut dinamakan energi pasang surut. Ketika
pasang datang ke pantai, air pasang ditampung di dalam reservoir. Kemudian ketika
air surut, air di belakang reservoir dapat dialirkan seperti pada PLTA biasa. Agar

bekerja optimal, kita membutuhkan gelombang pasang yang besar. dibutuhkan


perbedaan kira-kira 16 kaki antara gelombang pasang dan gelombang surut. Hanya
ada beberapa tempat yang memiliki kriteria ini. Beberapa pembangkit listrik telah
beroperasi menggunakan sistem ini. Sebuah pembangkit listrik di Prancis sudah
beroperasi dan mencukupi kebutuhan listrik untuk 240.000 rumah.
f. Energi arus laut.
Dari keempat energi ini hanya energi gelombang yang tidak dapat diprediksi
kapasitasnya dengan tepat karena keberadaan energi gelombang sangat bergantung
pada cuaca. Sedangkan OTEC, energi perbedaan tinggi pasang surut serta energi arus
laut dapat diprediksi kapasitasnya dengan tepat di atas kertas

DAFTAR PUSTAKA

BAPPEDA. 1998. Potensi Wilayah Pesisir Pantai dan Kelautan Propinsi Lampung. Bandar
Lampung
CRMP. 1998. Profil Perikanan Tangkap Propinsi Lampung. Technical Report CRMP
Lampung. Bandar Lampung.
http://dokumen.tips/documents/sumber-daya-laut.html ( diakses pada tanggal 9 Maret 2016)
http://m.antaranews.com/berita/516135/snorkeling-di-pulau-pahawang-lampung ( diakses
pada tanggal 9 Maret 2016)
https://rmportal.net/library/content/nric/305.pdf/at_download/file ( diakses pada tanggal 9
Maret 2016)
http://www.gurupendidikan.com/pengertian-arus-laut-dan-jenis-arus-laut-terlengkap/ (
diakses pada tanggal 9 Maret 2016)
http://www.lampungprov.go.id/halaman-12-sumber-daya-alam ( diakses pada tanggal 9
Maret 2016)
https://www.academia.edu/3549345/pemanfaatan_potensi_energi_laut_di_indonesia ( diakses
pada tanggal 9 Maret 2016)

Anda mungkin juga menyukai