DKI JAKARTA
OSEANOGRAFI LINGKUNGAN 0S3106
Dosen Mata Kuliah:
Ivonne M. Radjawane, Ph.D
Oleh:
Nada Nailah
10114009
Derfansyah G K
10512094
12913014
Faizal Ardianto
12913023
Andri Fauzan A
12913025
Rinaldi Oky S
12913038
Farida Nurul I Y
15312068
Putri Juliana
15313025
15313050
Widi Ajeng L
15313076
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perairan laut merupakan sumber daya alam yang memiliki peranan vital di bumi
karena memiliki sejumlah peran penting seperti pengaturan iklim, penangkapan dan
pendistribusian energi matahari, penyerapan karbon dioksida, dan pertahanan kontrol
biologis. Laut beserta ekosistem yang ada di dalamnya merupakan keanekaragaman hayati
terbesar di bumi.
Pulau Pari merupakan bagian dari Kepulauan Seribu yang terdiri dari 105 gugus pulau
terbentang vertikal dari Teluk Jakarta hingga ke utara yang berujung di Pulau Sebira yang
berjarak kurang lebih 150 km dari pantai Jakarta Utara. Pulau Pari dengan luas daratan
sekitar 897,71 Ha, memiliki luas perairan sekitar 6.997,50 km2. Kondisi perairan di
Kepulauan Seribu mengikuti kondisi umum perairan Indonesia yang di pengaruhi oleh
monsun barat atau monsun timur dan musim peralihan (Mardesyawati dan Timotius, 2010).
Sementara itu, penurunan kualitas perairan terus terjadi dan perlu mendapat perhatian,
terlebih lagi adanya berbagai jenis mikroba di dalam perairan. Pengetahuan mengenai
mikroba yang menunjang keberhasilan budidaya masih sangat kurang, oleh karenanya tulisan
ini bertujuan untuk mengukur kualitas air berdasar parameter mikroba terhadap kegiatan
budidaya di perairan Pulau Pari.
Untuk menentukan kualitas air, pengamatan dilakukan berdasarkan berbagai
parameter air baik fisika, kimia, dan biologinya. Dari segi parameter fisika yaitu suhu, tingkat
kecerahan, tingkat kekeruhan dan tingkat kedalaman,. Parameter kimia yaitu pH, O 2 terlarut
dan CO2 bebas, sedangkan untuk parameter biologi yaitu plankton dan bentos. Dilakukannya
pengukuran kualitas air untuk mengetahui kelayakan dari air tersebut. Analisis yang
dilakukan menggunakan analisis secara insitu yaitu analisis sampel yang dilakukan langsung
dilokasi pengamatan.
Lokasi Survei: Pulau Pari, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Jakarta Utara,
Provinsi DKI Jakarta, Indonesia
1.2. Tujuan
Modul Garis Pantai
-
Mengetahui parameter fisis pantai yang meliputi temperatur, salinitas, DO, dan
pH air laut.
Mengetahui cara kerja alat pengukuran parameter fisis pantai dan mampu
menggunakannya.
Modul Mangrove
-
Menentukan ekosistem mangrove yang terdapat di pulau pari bagian barat, serta
melakukan analisis terhadap kepadatan dan jenis dari ekosistem mangrove
Modul Wawancara
-
BAB II
TEORI DASAR
dan keadaan sekitar. Terdapat berbagai macam bentuk pantai berdasarkan unsur
pembentuknya, diantaranya:
Pantai lumpur,
Pantai pasir,
Pantai batu,
Pantai karang,
Pantai curam,
Pantai dengan vegetasi, dan
Pantai buatan
Lapisan campuran (mixed layer). Ketebalannya 50 sampai 100 meter, dan mempunyai
salinitas seragam. Daerah tropis dan daerah berlintang tinggi dan menengah, memiliki
salinitas permukaan tinggi, sedang daerah berlintang tinggi memiliki salinitas rendah.
Zona dalam (deep zone) adalah zona di bawah haloklin sampai dasar laut, dan
memiliki salinitas relatif seragam.
Di daerah berlintang rendah dan menengah, terdapat salinitas minimu pada kedalaman
Lapisan campuran (mixed layer). Zona ini adalah zona homogen. Temperatur dan
kedalaman zona ini dikontrol oleh insolasi lokal dan pengadukan oleh angin. Zona ini
mencapai kedalaman 50 sampai 200 meter.
Termoklin (thermocline). Di dalam zona transisi ini, temperatur air laut dengan cepat
turun seiring dengan bertambahnya kedalaman. Zona ini berkisar dari kedalaman 200
sampai 1000 meter.
Zona dalam (deep zone). Zona ini temperatur berubah sangat lambat atau relatif
homogen.
3. pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion
hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara
eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah
skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional.
Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH
normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH
normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang
akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik. Sebagian besar biota akuatik sensitif
terluar atau zona pionir ini. Di bagian lebih ke dalam, yang masih tergenang pasang tinggi,
biasa ditemui campuran bakau R. mucronata dengan jenis-jenis kendeka (Bruguiera spp.),
kaboa (Aegiceras corniculata) dan lain-lain. Sedangkan di dekat tepi sungai, yang lebih tawar
airnya, biasa ditemui nipah (Nypa fruticans), pidada (Sonneratia caseolaris) dan bintaro
(Cerbera spp.). Pada bagian yang lebih kering di pedalaman hutan didapatkan nirih
(Xylocarpus spp.), teruntum (Lumnitzera racemosa), dungun kecil (Heritiera littoralis) dan
kayu buta-buta (Excoecaria agallocha).
Menghadapi lingkungan yang ekstrem di hutan bakau, tetumbuhan beradaptasi
dengan berbagai cara. Secara fisik, kebanyakan vegetasi mangrove menumbuhkan organ khas
untuk bertahan hidup. Seperti aneka bentuk akar dan kelenjar garam di daun. Namun ada pula
bentuk-bentuk adaptasi fisiologis. Pohon-pohon bakau (Rhizophora spp.), yang biasanya
tumbuh di zona terluar, mengembangkan akar tunjang (stilt root) untuk bertahan dari
ganasnya gelombang. Jenis-jenis api-api (Avicennia spp.) dan pidada (Sonneratia spp.)
menumbuhkan akar napas (pneumatophore) yang muncul dari pekatnya lumpur untuk
mengambil oksigen dari udara. Pohon kendeka (Bruguiera spp.) mempunyai akar lutut (knee
root), sementara pohon-pohon nirih (Xylocarpus spp.) berakar papan yang memanjang
berkelok-kelok; keduanya untuk menunjang tegaknya pohon di atas lumpur, sambil pula
mendapatkan udara bagi pernapasannya. Ditambah pula kebanyakan jenis-jenis vegetasi
mangrove memiliki lentisel, lubang pori pada pepagan untuk bernapas.
Untuk mengatasi salinitas yang tinggi, api-api mengeluarkan kelebihan garam melalui
kelenjar di bawah daunnya. Sementara jenis yang lain, seperti Rhizophora mangle,
mengembangkan sistem perakaran yang hampir tak tertembus air garam. Air yang terserap
telah hampir-hampir tawar, sekitar 90-97% dari kandungan garam di air laut tak mampu
melewati saringan akar ini. Garam yang sempat terkandung di tubuh tumbuhan,
diakumulasikan di daun tua dan akan terbuang bersama gugurnya daun. Pada pihak yang lain,
mengingat
sukarnya
memperoleh
air
tawar,
vegetasi
mangrove
harus
berupaya
mempertahankan kandungan air di dalam tubuhnya. Padahal lingkungan lautan tropika yang
panas mendorong tingginya penguapan. Beberapa jenis tumbuhan hutan bakau mampu
mengatur bukaan mulut daun (stomata) dan arah hadap permukaan daun di siang hari terik,
sehingga mengurangi evaporasi dari daun.
10
11
ikan belodok. Manfaat yang lebih penting dari hutan bakau adalah fungsi ekologisnya sebagai
pelindung pantai, habitat berbagai jenis satwa, dan tempat pembesaran (nursery ground)
banyak jenis ikan laut.
Salah satu fungsi utama hutan bakau adalah untuk melindungi garis pantai dari abrasi
atau pengikisan, serta meredam gelombang besar termasuk tsunami. Di Jepang, salah satu
upaya mengurangi dampak ancaman tsunami adalah dengan membangun green belt atau
sabuk hijau berupa hutan mangrove. Sedangkan di Indonesia, sekitar 28 wilayah
dikategorikan rawan terkena tsunami karena hutan bakaunya sudah banyak beralih fungsi
menjadi tambak, kebun kelapa sawit dan alih fungsi lain.
2.4. Modul Sanitasi dan Sampah
a. Pesisir
Berdasarkan Permen KP no 34 tahun 2014 pasal 1, menyebutkan bahwa pesisir
merupakan suatu wilayah yang khas, yaitu peralihan antara ekosistem darat dan laut yang
masih dipengaruhi oleh dinamika dinamika yang terjadi di dalamnya. Dinamika dinamika
tersebut mencakup aktivitas pasang surut, arus, gelombang, erosi, abrasi, maupun transpor
sedimen.
12
b. Sanitasi
Sanitasi, yang dikaitkan dengan suatu lingkungan, merupakan upaya perseorangan
maupun masyarakat dalam mengendalikan serta mengawasi lingkungan hidup dalam lingkup
eksternal yang berisiko mengancam kesehetan dan kelangsungan hidup manusia. Usaha
usaha yang acapkali dilakukan antara lain penyediaan air bersih, mencegah terjadinya
pencemaran udara, air dan tanah serta memutuskan rantai penularan penyakit infeksi dan
lain-lain yang dapat membahayakan serta menimbulkan kesakitan pada manusia atau
masyarakat (Ismail, 2009).
Bentuk nyata dari implementasi kebijakan
Republik
Indonesia
(STBM)
melalui
mengeluarkan
keputusan
kebijakan
Menteri
tersebut
Sanitasi
Kesehatan
Departemen
Kesehatan
Berbasis
Masyarakat
Total
Republik
Indonesia
Nomor
13
merupakan limbah yang dihasilkan oleh aktivitas rumah tangga seperti mencuci
menggunakan detergen dan MCK maupun akibat adanya industri di kawasan pesisir maupun
budidaya laut yang dilakukan di sekitarnya. Ketersediaan air bersih juga menjadi hal yang
vital dalam kaitannya dengan sanitasi pesisir. Limbah cair dan sampah laut dapat memicu
terjadinya kelangkaan air bersih di kawasan pesisir, karena kandungan zat zat yang
terkandung di dalamnya yang dapat membahayakan manusia.
2.5. Modul Wawancara
Pulau Pari merupakan salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu yang dapat
dijadikan tempat wisata sekaligus tempat yang memungkinkan anda untuk belajar tentang
kekayaan laut. Pulau Pari difungsikan sebagai tempat penelitian oleh Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang melakukan penelitian demi kepentingan kelestarian alam
di pulau ini.
Pulau Pari terletak di Propinsi DKI Jakarta, Kabupaten Kepulauan Seribu, Kecamatan
Kepulauan Seribu Selatan, Kelurahan Pulau Pari. Jika dilihat dari letak geografis, Pulau Pari
berada pada koordinat 5o5020-5o5025 LS dan 106o3430-106o3820 BT. Berdasarkan
sejarahnya,
Pulau Pari memiliki topografi yang berbentuk datar (ketinggian 0-3 mdpl) dengan
tipe pantai berpaasir putih dan bervegetasi mangrove (bagian utara dan barat). Pulau Pari
merupakan pulau karang timbul yang jika dilihat dari citra satelit bentuknya mirip ikan pari.
Pulau ini memiliki perairan yang dangkal dengan substrat pasir. Penggunaan lahan di Pulau
Pari digunakan untuk kepentigan perumahan, konservasi mangrrove, dan kepentingan wisata
bahari. Penutupan lahannya masih didominasi oleh semak belukar dan pepohonan. Hal ini
disebabkan wilayah Pulau Pari dimiliki sebagian besar oleh pihak swasta secara sah sehingga
penduduk Pulau Pari statusnya masih hanya menumpang dan tidak boleh membuka lahan
baru.
14
BAB III
METODOLOGI
Gambar
Baterai cadangan
Pelindung cuaca
15
2. Sortir data untuk mencuplik data koordinat menggunakan Ms. Excel dengan fitur
Data>From Text, kemudian susun data menjadi dua kolom, bujur dan lintang, dan
3. Impor data menggunakan ArcGIS dengan fitur Add XY Data pada Peta Gondol yang
telah di Georeferencing.
4. Untuk data dengan format (.gpx), buka data di Global Mapper. Kemudian export data
kedalam format .shp (shapefile). Kemudian buka di ArcGIS dengan fitur Add Data.
Setelah muncul, Overlay dengan data Peta Gondol yang telah di Georeferencing.
3.2. Modul KAL (Kualitas Air Laut)
1. Mobilisasi ke tempat yang telah ditentukan, sesuai waktu yang telah diberikan.
2. Mencatat waktu dan koordinat pengambilan sampel air
3. Mengambil sampel air laut seperti pada Gambar 2 (jangan sampai sedimen dasar
terbawa), isi botol sampel/wadah hingga penuh
16
Kriteria Vegetasi
Pohon dewasa/ Trees (DBH 10 cm)
Pohon muda/ Saplings (0 <DBH < 10 cm)
5mx5m
Pengukuran DBH
17
Penentuan Kriteria Baku Mutu Mangrove dimana kriteria baku mutu mangrove
ditentukan sesuai pengelompokkan pada tabel dibawah menurut Kepmen LH no 201/ 2004.
Tabel Pengelompokan Kriteria Baku Mutu Mangrove
Jml
Jml Individu
Jml Individu
Kategori Potensi
Individu
Pohon Muda
Pohon Dewasa
Regenerasi
Semai
50
35
20
40
0
40
32
35
30
F
P
apiculata
Sonneratia alba
Avicennia sp.
18
19
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
Gambar 4.1 Overlay Hasil Tracking GPS dengan Google Earth tahun 2014 dan 2016
20
- Analisis
Ekosistem
Fasilitas
Mangrove, Lamun
Mangrove
Mangrove
Lamun
Mangrove
Mangrove
Mangrove
Mangrove, Lamun
Mangrove, Lamun
Bangunan
Jetty
Homestay
Tower
AC, Kamar Mandi
Tambak, Homestay, TPS, Pelabuhan Drainase
Gazeboo, Warung
Pariwisata
Anjungan
Tipe pantai yang terdapat di pulau pari khusus nya di wilayah kajian dari kelompok 6
adalah tipe pantai pasir dan berlumpur, dimana tipe pantai berpasir ditemukan di wilayah
awal marking dengan GPS sampai ke wilayah tengah, sedangkan di wilayah setelahnya
terdapat perbedaan yang cukup signifikan dimana ditemukan pantai tipe berlumpur pada
wilayah marking dari tengah sampai akhir wilayah marking kelompok 6, secara umum dalam
melakukan pengukuran garis pantai digunakan dua metode yaitu yang pertama merupakan
metode marking dan yang kedua merupakan metode tracking, dari hasil kedua metode
tersebut didapatkan bentuk garis pantai sesuai dengan gambar diatas, berdasarkan analisis
diperoleh hasil bahwa hasil marking menunjukkan bahwa garis pantai hasil pengukuran dari
GPS lebih lebar dibandingkan dengan hasil overlay terhadap google earth hal tersebut
dikarenakan pengukuran dilakukan pada saat pasang terendah dimana garis pantai seharusnya
mengikuti muka air tinggi yang ditandai dengan adanya sampah, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ketika melakukan pengukuran terjadi galat karena tidak mengikuti track berdasarkan
muka air tinggi yang ditandai dengan adanya sampah, khususnya di bagian utara pulau yang
menyebabkan hasil overlay GPS lebih besar dibandingkan dengan hasil dari Google Earth.
21
22
23
Waktu
Lintang
Bujur
12.51
05o51'47
.83"
106o36'35.
97"
13.40
05o51'23
"
106o37'1.5
"
Pengambila
n ke
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
pH
6,97
8,18
7,575
8,96
8,71
8,835
DO
(mg/l)
5,42
5,43
5,425
11,03
9,56
10,295
Temperatur
(oC)
33,51
34,26
33,885
32,35
32,73
32,54
Salinitas
H
R
28,3
29
28,2
30
28,25
29,5
13,4
28
17
28
15,2
28
24
16.00
05 51'27
.9"
106 37'18.
4"
106o37'53.
8"
15.25
05o51'16
.5"
16.20
05o51'33
.9"
106o37'5.3
"
14.55
05o51'16
.8"
106o37'29.
4"
105o36'52.
9"
16.50
05o51'39
.9"
14.35
05o51'17
.1"
106o37'20.
7"
17.18
05o51'51
.0"
106o36'40.
8"
10
14.10
05o51'32
"
106o36'51.
1"
1
2
8,93
8,72
9,38
6,98
35,78
35,58
27,7
26,6
Rata-rata
8,825
8,18
35,68
27,15
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
8,9
9,09
8,995
8,78
8,72
8,75
8,22
8,71
7,19
8,27
7,73
7,77
8,04
7,905
9,44
6,63
35,59
35,72
35,655
34,26
34,36
34,31
34,61
35,42
28,9
28,7
28,8
25,4
25,3
25,35
25,6
27,5
Rata-rata
8,465
8,035
35,015
26,55
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
8,92
8,73
8,825
8,34
8,29
8,315
8,89
8,9
8,895
8,6
8,1
8,35
5,97
6,73
6,35
5,48
5,7
5,59
6,78
6,71
6,745
10,97
6,23
8,6
34,87
35,02
34,945
35,3
35,24
35,27
33,01
32,12
32,565
32,86
34,21
33,535
27,5
26,8
27,15
28,2
27,9
28,05
27,5
28,7
28,1
17
28,2
22,6
29,025
27,02
28,022
5
29
29
29
28,5
29
28,75
23,018
27,021
25,019
5
28
27
27,5
29
29
29
30
29
29,5
27
28
27,5
- Analisis
Berdasarkan data yang telah dicantumkan pada Tabel 4.1 Dapat dianalisis data untuk
setiap parameter sebagai berikut:
Analisis hubungan antara nilai yang didapat dengan kondisi lingkungan sekitar.
Dissolved Oxygen (DO)
Menurut Effendi (2008), kadar oksigen yang terlarut dalam perairan alami bervariasi,
tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan
ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin
kecil. Kadar oksigen juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada
percampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi,
dan limbah (effluent) yang masuk ke badan air.
25
Mukhtasor (2007) mengatakan bahwa oksigen terlarut akan menurun apabila banyak
limbah, terutama limbah organik, yang masuk ke perairan. Hal ini dikarenakan oksigen
tersebut digunakan oleh bakteri-bakteri aerobik dalam proses pemecahan bahan-bahan
organik yang berasal dari limbah yang mencemari perairan tersebut.
Hasil pengukuran DO air laut di Pulau Pari menunjukkan nilai yang cukup fluktuatif.
Kadar oksigen terlarut (DO) di 10 titik penelitian berkisar antara 5,425 mg/l 10,295 mg/l.
Berdasarkan referensi kadar oksigen terlarut (DO) di perairan laut berkisar antara 11
mg/l pada suhu 00C dan 7 mg/l pada suhu 250C (McNeely et al., 1979 dalam Effendi,
2008).Sehingga berdasarkan nilai yang tertera pada Tabel 1. ,Secara umum kadar oksigen
terlarut (DO) di 10 titik ini tergolong baik akan tetapi terdapat ketidaksesuaian antara kadar
DO dengan temperatur sesuai referensi yang digunakan, hal ini dikarenakan temperatur di 10
titik mencapai 32,540C -35,6550C. Hal tersebut disebabkan karena pengukuran yang
dilakukan pada saat siang hari , sehingga suhu meningkat menyebabkan air laut memiliki DO
yang rendah .
Pada suhu air laut yang tinggi aktifitas metabolisme akan meningkat sehingga pada
kondisi demikian konsumsi oksigen akan bertambah pula, sedangkan kelarutan oksigen (DO)
dalam air akan mengalami penurunan dengan bertambahnya suhu sehingga hal tersebut bisa
saja menyebabkan kematian bagi organisme tertentu.
Temperatur
Hasil pengukuran suhu air laut di Pulau Pari menunjukkan nilai yang cukup relevan.
Berdasarkan referensi pada tahun 2009, suhu permukaan di Kepulauan Seribu pada saat angin
muson Barat (Angin muson barat terjadi pada bulan Oktober Februari) berkisar antara
28,5C-30,0C. Sedangkan pada saat angin muson Timur (Angin ini disebut juga angin
muson tenggara dan bertiup pada bulan April sampai dengan Agustus) berkisar antara
28,5C-31,0C, sementara pengukuran yang kami lakukan pada tahun 2016 menunjukkan
nilai yang lebih tinggi dengan rentang 32,54 oC 35,68 oC.
Berkaitan dengan pemanasan global maupun adanya siklus alam, bumi menjadi lebih
panas pada 10 tahun terakhir, selain itu pengukuran ini dilakukan pada siang hari sehingga
intensitas cahaya matahari cukup tinggi, oleh karena itu hasil pengukuran suhu air laut pun
tinggi. Hal yang menyebabkan variasi suhu dari 10 titik pemantauan ini adalah lingkungan
26
yang lebih terbuka atau tidak sehingga permukaan air laut yang lebih mudah terkena sinar
matahari atau tidak. Dimana pada suatu lokasi , misalkan di daerah mangrove, tempat
pengambilan sample sangat terbuka dan terkena langsung cahaya matahari, sehingga suhu air
laut yang diambil menjadi sangat tinggi, yaitu rata-rata 35.68 oC. Dibandingkan dengan
daerah lain yang lebih rendah suhu air lautnya. Di samping itu, hasil pengukuran sangat
dipengaruhi oleh faktor lain seperti ketinggian permukaan laut, cuaca, kedalaman
pengambilan sample, sirkulasi udara dan penutupan awan.Oleh karena itu dapat kami
simpulkan bahwa hasil pengamatan suhu air laut yang diambil kurang merepresentasikan
karakteristik suhu air laut Pulau Pari yang sebenarnya.
Salinitas
Berdasarkan pembagian per titik pengamatan , pada pengamatan dalam menentukan
nilai salinitas ini digunakan dua buah alat yaitu WQC Horiba dan Refraktometer.Hasil
pengukuran menggunakan alat WQC Horiba menunjukkan perubahan nilai yang cukup
fluktuatif sedangkan hasil pengukuran dari Refraktometer lebih konstan. Menurut referensi,
variasi salinitas di perairan laut berkisar antara 3035 ppt (
).
system penyangga
perairan
tersebut
terganggu,
sebab sebenarnya
air
laut mempunyai kemampuan untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari
pH alami akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat
menimbulkan perubahan dan ketidak seimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan
27
kehidupan biota laut. pH air laut permukaan di Indonesia umumnya bervariasi dari lokasi ke
lokasi antara 6.0 8,5.Perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan
biota laut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Akibat langsung adalah kematian
ikan, burayak, telur, dan lain-lainnya, serta mengurangi produktivitas primer.
Dari data yang telah diperoleh, melihat persebaran nilai pH yang berada di Pulau Pari
menunjukkan perubahan nilai yang relatif konstan antar titik pemantauan. Nilai pH yang
seharusnya dimiliki oleh air laut adalah sekitar 6-8,5 (toleransi variasi pH) , pada Tabel 1
dapat dilihat bahwa nilai pH untuk setiap titik besarnya berkisar 7,575-8,995.
Analisis Spasial yaitu analisis dengan melihat posisi tiap titik kajian misal bagian utara
cenderung lebih rendah salinitasnya daripada di selatan.
Titik-titik kajian yang terletak di sebelah utara cenderung memiliki nilai dissolved
oxygen (DO) yang lebih tinggi dibandingkan titik-titik yang terletak di selatan pulau Pari
karena beberapa faktor yaitu:
a. limbah organik dan sampah yang berasal dari daratan kota Jakarta berakhir di
sebelah selatan pulau Pari sehingga menurunkan nilai oksigen terlarut (DO)
b. adanya wilayah konservasi lamun dan tumbuhan laut lainnya di sebelah selatan
pulau Pari yang akan menurunkan nilai pH sehingga akan menurunkan nilai oksigen
terlarut
Nilai pH di sebelah utara dan selatan juga berbeda. Titik-titik kajian di sisi selatan
cenderung memiliki nilai lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
a. limbah organik dan sampah yang berasal dari daratan kota Jakarta berakhir di
sebelah selatan pulau Pari sehingga menurunkan pH
b. adanya wilayah konservasi lamun dan tumbuhan laut lainnya di sebelah selatan
pulau Pari yang akan menurunkan nilai pH sehingga akan menurunkan pH
28
Analisis hasil pengukuran dan dibandingkan dengan baku mutu air laut Kementerian
Lingkungan Hidup
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004
tentang Baku Mutu Air Laut didapatkan bahwa parameter kualitas air laut untuk wisata
bahari sebagai berikut:
1. pH = 7-8,5 dimana diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH
29
2. Salinitas, bernilai alami dimana kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap
saat (siang, malam dan musim) dan diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan
<5% salinitas rata-rata musiman. Untuk nilai rata-rata salinitas permukaan berkisar
32,79
Waktu
12.51
Lintang
Bujur
05o51'47.83" 106o36'35.97"
Pengambilan ke
pH
DO (mg/l)
1
2
Rata-rata
6,97
8,18
7,575
memenuhi baku
mutu
8,96
8,71
8,835
tidak memenuhi
baku mutu
8,93
8,72
8,825
tidak memenuhi
baku mutu
8,9
9,09
8,995
tidak memenuhi
baku mutu
8,78
8,72
8,75
tidak memenuhi
baku mutu
8,22
8,71
8,465
memenuhi baku
mutu
8,92
8,73
8,825
tidak memenuhi
baku mutu
8,34
8,29
8,315
memenuhi baku
mutu
8,89
8,9
8,895
tidak memenuhi
baku mutu
8,6
8,1
8,35
memenuhi baku
mutu
5,42
5,43
5,425
memenuhi
baku mutu
11,03
9,56
10,295
memenuhi
baku mutu
9,38
6,98
8,18
memenuhi
baku mutu
7,19
8,27
7,73
memenuhi
baku mutu
7,77
8,04
7,905
memenuhi
baku mutu
9,44
6,63
8,035
memenuhi
baku mutu
5,97
6,73
6,35
memenuhi
baku mutu
5,48
5,7
5,59
memenuhi
baku mutu
6,78
6,71
6,745
memenuhi
baku mutu
10,97
6,23
8,6
memenuhi
baku mutu
13.40
05o51'23"
106o37'1.5"
1
2
Rata-rata
16.00
05o51'27.9"
106o37'18.4"
1
2
Rata-rata
15.25
05o51'16.5"
106o37'53.8"
1
2
Rata-rata
16.20
05o51'33.9"
106o37'5.3"
1
2
Rata-rata
14.55
05o51'16.8"
106o37'29.4"
1
2
Rata-rata
16.50
05o51'39.9"
105o36'52.9"
1
2
Rata-rata
14.35
05o51'17.1"
106o37'20.7"
1
2
Rata-rata
17.18
05o51'51.0"
106o36'40.8"
1
2
Rata-rata
14.10
05o51'32"
106o36'51.1"
1
2
Rata-rata
Temperatur
(oC)
33,51
34,26
33,885
tidak memenuhi
baku mutu
32,35
32,73
32,54
tidak memenuhi
baku mutu
35,78
35,58
35,68
tidak memenuhi
baku mutu
35,59
35,72
35,655
tidak memenuhi
baku mutu
34,26
34,36
34,31
tidak memenuhi
baku mutu
34,61
35,42
35,015
tidak memenuhi
baku mutu
34,87
35,02
34,945
tidak memenuhi
baku mutu
35,3
35,24
35,27
tidak memenuhi
baku mutu
33,01
32,12
32,565
tidak memenuhi
baku mutu
32,86
34,21
33,535
tidak memenuhi
baku mutu
Salinitas
H
R
28,3
29
28,2
30
28,25
29,5
memenuhi
memenuhi
baku mutu
baku mutu
13,4
28
17
28
15,2
28
memenuhi
memenuhi
baku mutu
baku mutu
27,7
29,025
26,6
27,02
27,15
28,0225
memenuhi
memenuhi
baku mutu
baku mutu
28,9
29
28,7
29
28,8
29
memenuhi
memenuhi
baku mutu
baku mutu
25,4
28,5
25,3
29
25,35
28,75
memenuhi
memenuhi
baku mutu
baku mutu
25,6
23,018
27,5
27,021
26,55
25,0195
memenuhi
memenuhi
baku mutu
baku mutu
27,5
28
26,8
27
27,15
27,5
memenuhi
memenuhi
baku mutu
baku mutu
28,2
29
27,9
29
28,05
29
memenuhi
memenuhi
baku mutu
baku mutu
27,5
30
28,7
29
28,1
29,5
memenuhi
memenuhi
baku mutu
baku mutu
17
27
28,2
28
22,6
27,5
memenuhi
memenuhi
baku mutu
baku mutu
30
31
Refraktometer alat ini bekerja berdasarkan indeks bias, dimana indeks bias berubah
untuk setiap perubahan brix.
Kekurangan:
Zat yang terlarut dianggap seluruhnya gula (untuk refraktometer sucrose) sedangkan
untuk refraktometer garam (salt) zat terlarutnya dianggap sebagai garam (NaCl)
seluruhnya.
Horiba U 50 series merupakan salah satu alat ukur kualitas air dengan berbagai
Nama Spesies
Avicennia sp.
10
25
7
1
5
33
79
65
Jumlah
Jumlah
Total
11
221
11
10
265
32
Jumlah individu total adalah 265 individu. Sedangkan luas area pengamatan
yang diambil berdasarkan kalkulasi Google Earth adalah 1190 m 2. Setelah dimasukkan
ke dalam rumus kerapatan didapat kerapatan pohon 0.22268 individu/m 2.
Jika dalam 1190 m 2 terdapat 265 individu, maka dalam 1 ha (hektar) terdapat
2226.8
2), kriteria baku mutu mangrove adalah baik (sangat padat) karena kerapatannya
1500
pohon/ha.
Potensi Regenerasi
Nama Spesies
Semai
Jumlah Individu
Pohon Muda Pohon Dewasa
Kriteria
Regenerasi
13
7
0
0
34
0
1
0
174
0
5
6
17
P
P
P
G
Kriteria:
G = Good regeneration (semai
F = Fair regeneration (semai
pohon muda
pohon dewasa)
No.
Nama Spesies
Penutupan (%)
Kriteria
1
2
6.896551724
Rusak (jarang)
Rusak (jarang)
17.24137931
Rusak (jarang)
20.68965517
Rusak (jarang)
37.93103448
Rusak (jarang)
Rhizophora sp.
17.24137931
Rusak (jarang)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kriteria baku mutu semua spesies yang
ditemukan di region barat Pulau Pari adalah rusak (jarang) karena kerapatan pohonnya
< 50%.
33
Analisis
Avicennia sp. merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung,
memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat pasangsurut, bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini merupakan salah satu jenis
tumbuhan yang paling umum ditemukan di habitat pasang-surut.
Rhizophora stylosa Griff. tumbuh pada habitat yang beragam di daerah pasang
surut: lumpur, pasir dan batu. Menyukai pematang sungai pasang surut, tetapi
juga sebagai jenis pionir di lingkungan pesisir atau pada bagian daratan dari
mangrove.
Pada umumnya hampir semua jenis mangrove yang ditemukan di region barat Pulau
Pari cocok di habitat pasang-surut, sesuai dengan kondisi pantai Pulau Pari. Itu artinya
secara ekologi, jenis-jenis tersebut seharusnya tumbuh baik di region barat Pulau Pari
namun dari hasil observasi didapat kriteria baku mutu semua jenis adalah rusak. Hal
tersebut disebabkan oleh jumlah pohon dewasa yang masih terlalu sedikit di region
tersebut.
Berdasarkan hasil observasi kerapatan pohon mangrove di region barat Pulau
Pari, Kepulauan Seribu, didapat bahwa kriteria baku mutu mangrove adalah baik
(sangat padat) dan dipadati oleh beberapa spesies mangrove, yaitu Aegiceras
corniculatum (L.) Blanco, Avicennia sp., Lumnitzera racemosa Willd., Rhizophora
mucronata Lmk., dan Rhizophora stylosa Griff. Dilihat dari jumlah individu semai, pohon
muda, dan pohon dewasa, didapat potensi regenerasi mangrove yang baik pada spesies
Aegiceras corniculatum (L.) Blanco dan Rhizophora stylosa Griff.
Sampah yang ada di kawasan mangrove akan menyebabkan pH air laut menjadi
asam, sedangkan baku mutu daerah mangrove yang baik ada pada kisaran pH 7-8. Kawasan
34
Sebagian besar jenis-jenis mangrove tumbuh dengan baik pada tanah berlumpur,
terutama di daerah dimana endapan lumpur terakumulasi (Chapman, 1977).
Jenis Rhizopora stylosa tumbuh dengan baik pada substrat berpasir, bahkan pada pulau
karang yang memiliki substrat berupa pecahan karang, kerang dan bagian-bagian dari
Halimeda (Ding Hou, 1958).
Beberapa jenis dapat tumbuh pada salinitas tinggi seperti Aegiceras corniculatum pada
salinitas 20 40 o/oo dan R. Stylosa pada salinitas 55 o/oo (Chapman, 1976a).
Pernyataan ini sesuai dengan kondisi air laut di region barat Pulau Pari yang memiliki
salinitas 28 - 30 .
35
Jenis
Kantong
hitam
tali rafia
botol
minuman
10
Tambang plastik
tali jemuran
Tutup botol
plastik
tutup aqua
12
karung
botol dan
gelas plastik
20
10
15
20
12
17
Kresek
Tali rafia
Botol kaca
Plastik
Kelompok 1
Jumlah Sampah
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Karung
Botol aqua tipis
Plastik mika
Sedotan
Botol shampo
Jerigen
Plastik kemasan
tebal
pembungkus
makanan
sedotan
botol
shampo
tutup ember
36
Kemasan/sachet
Styrofoam
Ember
Spanduk
Lain-lain
Alat makan
Logam
Kertas
Tutup botol
logam
Alat masak
Lain-lain
Buku
Kertas nasi
bungkus
Bungkus rokok
Tetrapack
Tekstil
Kaca
Alat makan
Cermin
Botol kaca
B3
Lampu dan
elektronik
Aki dan baterai
Medis
kemasan
mie
117
31
44
33
88
13
26
18
44
10
25
19
30
1
-
6
-
2
2
-
1
-
30
-
1
1
-
bohlam
baterai
bekas
makanan
ember
sandal,
sepatu
sendok
garpu
tutup botol
obat
centong
kertas nasi
bungkus
kertas rokok
susu dan teh
botol
sambal
37
4.4.2 Analisis
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu melalui analisis sampling
sampah melalui transek sejajar dengan garis pantai sepanjang 100 meter, di area ujung garis
transek yang terdapat mangrove di dalamnya memiliki jenis sampah yang relatif lebih
beragam dibandingkan dengan area yang berada di tengah. Area yang berada di tengah tidak
memiliki mangrove dan jenis sampah yang dihasilkan berdasar hasil sampling didominasi
oleh kemasan plastik. Hal ini diakibatkan oleh adanya mekanisme filtrasi oleh mangrove
sehingga sampah yang berasal dari darat maupun sampah kiriman dari pulau lain terbawa
gelombang yaitu sampah yang berukuran menengah hingga ukuran besar sehingga tertahan
di permukaan akar-akar mangrove seperti jenis sampah botol plastik, tutup ember, hingga
sepatu. Sedangkan di area yang tidak memiliki mangrove akan memiliki jenis sampah yang
ragamnya lebih sedikit karena sampah dapat dengan mudah terbawa gelombang dari daratan
menuju lautan lepas. Selain filtrasi, mangrove juga memiliki kemampuan mengendapkan
sedimen yang terbentuk sebagai output degradasi polutan ataupun sedimen hasil degradasi
biota perairan yang sudah mati sehingga dapat menurunkan turbiditas air laut (Furukawa et
al., 1997; Wolanski et al., 1997).
Berdasarkan hasil sampling sampah di lautan dihasilkan identifikasi jenis sampah
yaitu sebagian besar berupa sampah plastik yang dihasilkan dari sampah domestik rumah
tangga. Namun pada penelitian ini belum dapat diperkirakan secara pasti timbulan sampah
dominan penduduk Pulau Pari karena metode sampling harus dilakukan di area sumber
penghasil limbah secara langsung. Jenis sampah plastik menjadi dominasi dikarenakan
tingkat dekomposisinya lebih rendah dibandingkan jenis sampah organik. Semakin
kompleks senyawa pembentuk materi maka laju dekomposisi yang terjadi akan semakin
38
lambat (Petersen and Cummins, 1974). Dekomposisi material di laut dilakukan oleh detritus
natif yang berasal dari lautan. Laju dekomposisi sampah di lautan juga sangat dipengaruhi
oleh keberadaan oksigen terlarut (dissolved oxygen), semakin sedikit kadar oksigen terlarut
dapat menghambat aktivitas dekomposisi oleh detritus (Chauvet, 1997). Semakin tinggi
gelombang yang terjadi, dapat meningkatkan laju dekomposisi material sampah. Hal ini
dikarenakan pergerakan air akibat gelombang akan menyebabkan kontak antara air dan
udara sehingga dapat meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air.
Di Pulau Pari sudah terdapat tempat sampah terpilah untuk pewadahan sampah yang
dihasilkan, namun untuk proses pengelolaan sampah selanjutnya seperti pengumpulan dan
pengangkutan menuju ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) tidak dilakukan karena
tidak terdapat TPS di Pulau Pari. Sedangkan pengangkutan sampah dari Pulau Pari menuju
TPS yang berada di tempat lain yang belum terjangkau pelayanannya, sehingga masyarakat
Pulau Pari melakukan pengelolaan sampah melalui pembakaran dan dikubur di dalam tanah.
Jika sampah yang ada di lautan terlalu banyak dan melebihi daya tampung
lingkungan akan pencemaran, maka keadaan perairan berubah menjadi kondisi bentik
(anaerob) sehingga nutrien didalam air akan terdegradasi secara anaerobik sehingga
menghasilkan metana yang merupakan gas rumah kaca 21 kali lipat lebih banyak
dibandingkan karbon dioksida yang merupakan produk dari degradasi aerobik. Selain itu,
jika perairan dalam keadaan bentik, maka akan tumbuh algae dalam keadaan berlebihan dan
menyebabkan kompetisi konsumsi oksigen dengan biota perairan. Jika terus berlanjut akan
menyebabkan kematian biota laut.
Masyarakat Pulau Pari belum memiliki sistem pengolahan air limbah yang layak,
karena teknologi yang digunakan hanya cubluk, sehingga efluen limbah cair langsung
mengalir ke tanah hingga ke perairan lepas dan nutrien yang terkandung dalam efluen
limbah cair akan sangat mempengaruhu kualitas air laut. Untuk memenuhi kebutuhan air
bersih masyarakat Pulau Pari menggunakan air tanah untuk keperluan mandi dan cuci,
sedangkan kebutuhan air minum menggunakan air mineral karena air tanah yang ada di
Pulau Pari memiliki salinitas tinggi sehingga tidak memenuhi standar baku mutu air minum.
Di Pulau Pari belum tersedia saluran drainase sama sekali walaupun jika terjadi
hujan pemukiman penduduk tidak mengalami banjir, namun air yang menggenang terlalu
lama dapat mengakibatkan erosi terhadap fasilitas jalan dan berkurangnya nilai estetika serta
timbulnya jentik-jentik nyamuk yang dapat menularkan penyakit demam berdarah, malaria,
dan sebagainya.
39
Proses dekomposisi material di ekosistem akuatik terdiri dari tiga tahap yaitu
leaching, conditioning, dan fragmentation (Petersen and Cummins, 1974). Material sampah
dan limbah cair yang masuk ke perairan akan melepaskan senyawa-senyawa anorganik dan
organik yang akan mempengaruhi kualitas air laut. Sampah memiliki berbagai jenis senyawa
termasuk logam berat dan senyawa organik. Lahan basah (wetland) yang terdiri dari
mangrove merupakan sumber daya yang melibatkan mekanisme-mekanisme pada vegetasi,
tanah, dan aktivitas mikroorganisme untuk terjadinya proses purifikasi (ObarskaPempkowiak and Klimkowska, 1999). Ekosistem wetland mangrove ini berperan untuk
mendegradasi nutrien, logam berat, dan polutan lain yang ada di perairan. Nutrien dan
logam berat akan terakumulasi pada mangrove dan dikonversi menjadi biomassa (Jia-En
Zhang, 2009).
Minen
Usia
60 tahun
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Nelayan
Tempat Tinggal
Lama Tinggal
4 tahun
40
Data Narasumber 2
Nama
Yuniharti
Usia
33 tahun
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Pedagang
Tempat Tinggal
Lama Tinggal
33 tahun
*cat : dokumentasi bersama Ibu Yuniharti tidak kami dapatkan saat wawancara
Jawaban
No
Pertanyaan
Narasumber 1
Narasumber 2
Kondisi Alam
Bagaimana kondisi Pulau Pari Cukup terjaga, banyak
Cukup terjaga, hanya
sekarang? (keadaan pulaunya, orang
memanfaatkan
sampah yang hanyut
tercemar lingkungannya atau masih pantai untuk mencari
1
dari suatu kawasan
cukup terjaga, terjadi erosi atau ikan. Tidak pernah
tertentu.
tidak)
terjadi erosi.
Apa bencana alam yang pernah
terjadi dan adakah bencana alam Belum ada bencana
Tidak ada.
2
yang baru pertama terjadi di Pulau apapun yang terjadi.
Pari?
Skala : 4 5 m
Skala : Alasan : Ada reklamasi Alasan : Reklamasi (penambahan daratan
untuk
kebutuhan
3
baru) di sekitar Pulau Pari.
pengunjung, contohnya
berfoto-foto.
Karena hanya terdapat
nelayan
saja
yang
mencari ikan, dulu
Bagaimana keadaan laut di sekitar
Tidak ada pemukiman
kondisinya gelap karena
pulau
(apa
ada
perbedaan
pada
dulu
kala,
masih
merupakan
kecerahan laut antara dahulu
sekarang banyak usaha
4
hutan, jalan setapak
dengan sekarang? Hubungkan juga
home stay jadi banyak
sekarang sudah seperti
dengan sampah).
sampah.
di kota dan lebih cerah.
Sampah dulu tidak ada,
sekarang banyak.
Bagaimana dampak konservasi
5
mangrove di sekitar Pulau Pari?
Apakah terasa ada penambahan
penumpukan sampah disekitar
pulau? (Kapan waktu terjadinya Ya, setiap hari.
Konstan.
6
jumlah sampah kiriman itu paling
banyak)
Bagaimana
dampak
sampah Susah
dalam
7
terhadap jumlah tangkapan ikan memperoleh ikan, jadi
41
10
Sampah dikubur.
Tidak ada partisipasi
setelah ada petugas
kebersihan, dulu ada
kegiatan Jumat Bersih.
Hanya ada SD & SMP,
SMA terdapat di pulau
lain.
Sempat ada penyakit
malaria cukup lama,
banyak yang meninggal
pada saat itu.
Mencuci, memasak dari
air sumur, sedangkan
untuk
air
minum
membeli air galon.
42
ANALISIS
Kondisi Pulau Pari
Pulau Pari ini awalnya adalah tempat mencari ikan bagi nelayan Pulau Tidung yang
lama kelamaan akhirnya menetap di Pulau Pari hingga turun temurun sampai sekarang.
Sebelumnya, pulau ini merupakan pulau pengungsian bagi pelarian warga sekitar yang
menolak dijadikan pekerja paksa oleh Belanda. Kini, Pulau Pari menjadi sentra di bagian
Timur pulau ini merupakan wilayah pemukiman masyarakat, dan di Bagian Barat pulau ini
merupakan wilayah yang diperuntukan bagi kelestarian hayati dan penelitian di bawah
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
43
mengontaminasi ikan atau biota laut dengan toxic yang dikeluarkan oleh fitoplankton.
Adanya fitoplankton beracun yang muncul didalam perairan dapat membahayakan
kehidupan organisme konsumen seperti ikan dan biota laut lainnya, bahkan sampai pada
manusia yang kebetulan memakan produk laut yang mengandung racun yang berasal dari
fitoplankton. Hal ini disebabkan oleh suhu dan arus laut dan pencahayaan yang membuat
kondisi jenis fitoplankton tertentu hidup dan tumbuh lebih banyak dari biasanya.
Menurut Kepala Kantor Penanggulangan Bencana Kabupaten Kepulauan Seribu,
terjadi Blooming Algae di Perairan bagian selatan Pulau Pari, sehingga masyarakat sekitar
dihimbau agar tidak mengkonsumsi ikan yang ditemukan dalam keadaan mati karena dapat
mengakibatkan keracunan, mual, sakit kepala, bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Kantor
Penanggulangan
Bencana
Kabupaten
Kepulauan
Seribu
pun
telah
berkoordinasi dengan pihak LIPI untuk mengantisipasi dan menangani kejadian ini serta
telah mensosialisasikan kepada Camat, Lurah, RW, RT dan masyarakat di wilayah yang
terdampak agar nantinya dapat bahu-mambahu mengantisipasi dampak dari kejadian.
44
mangrove
yang
45
46
Sarana peribadatan yang ada di Pulau Pari terdiri dari 1 buah masjid dan 2 buah
musholla, tidak terdapat fasilitas peribadatanagama lain karena 100% penduduk Pulau Pari
memeluk Agama Islam. Masjid yang berada di Pulau Pari bernama Masjid Al-Ikhlas yang
dibangun pada tahun 1991 hasil swadaya masyarakat.
Sarana pendukung wisata bahari yang terdapat di Pulau Pari terdiri dari home stay
yang berjumlah 42 rumah, catering, kapal motor sewa, tempat penyewaan snorekling,
banana boat, dan tempat penyewaan sepeda.
Sarana sanitasi lingkungan di Pulau Pari sudah cukup baik. Sudah terdapat saluran
pembuangan air kotor dari rumah-rumah warga langsung ke laut sehingga air kotor limbah
rumah tangga tidak menggenang di sekitar rumah, namun sayang sekali masih belum ada
instalasi pengolahan untuk air buangan tersebut.
47
48
49
menggunakan air hasil penyulingan Reserve Osmosis (RO) yang dibeli dengan harga Rp
1.000,- per jerigen (20 liter). Fasilitas RO ini merupakan bantuan yang diberikan oleh
Pemda DKI Jakarta pada tahun 2005 yang pengelolaannya diserahkan kepada penduduk
Pulau Pari.
Dari hasil wawancara dari kedua narasumber, didapatkan hasil yang kurang akurat
karena terkadang jawaban dari keduanya berbeda. Serta terdapat subjektifitas dari jawaban
keduanya dikarenakan profesi yang berbeda. Pak Minen yang bekerja sebagai petani
mengaku bahwa berubahnya Pulau Pari menjadi tempat wisata menjadikan tangkapan
ikannya menjadi berkurang dan menjadikan mata pencahariaannya sulit untuk memperoleh
pendapatan seperti dahulu. Sedangkan Ibu Yuniharti yang berprofesi sebagai pedagang
mengatakan bahwa perekonomian menjadi meningkat akibat banyaknya wisatawan yang
datang maka terdapat peluang penghasilan dari berdagang yang cukup tinggi.
Kepedulian masyarakat terhadap keadaan lingkungan sekitar juga sudah cukup baik
karena kebersihan di sekitar tempat berdagang sudah terjaga dengan baik, akan tetapi
kepedulian untuk seluruh tempat masih minim dan kurangnya sosialisasi dari lembaga
pemerintah mengenai wabah, bencana yang terjadi di Pulau Pari, maupun pengolahan
limbah yang harusnya diinfokan kepada warga secara merata belum terlaksana.
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
6.4 Kesimpulan
1. Tipe pantai yang terdapat di pulau pari khusus nya di wilayah kajian dari kelompok 6
adalah tipe pantai pasir dan berlumpur, dimana tipe pantai berpasir ditemukan di
wilayah awal marking dengan GPS sampai ke wilayah tengah, sedangkan di wilayah
setelahnya terdapat perbedaan yang cukup signifikan dimana ditemukan pantai tipe
berlumpur pada wilayah marking dari tengah sampai akhir wilayah marking
kelompok 6.
2. Dari pengukuran di 10 titik pengamatan diperoleh hasil pengukuran salinitas,DO,pH,
dan temperatur sebagai berikut:
Untuk parameter pH hanya pada titik 1,6,7,8 yang memenuhi baku mutu Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air
Laut, sedangkan untuk parameter DO di semua titik yang memenuhi baku mutu,
51
untuk parameter temperatur di semua titik tidak memenuhi baku mutu dan untuk
nilai salinitas semua titik memenuhi baku mutu.
3. Pada pengukuran salinitas digunakan dua alat kerja yaitu refraktometer dan "water
quality checker" seperti Horiba. Ketelitian alat ukur refraktometer ini berkisar antara
0,5 hingga 0,05 . Alat ukur ini ringkas dan sangat praktis untuk digunakan di
lapangan dengan prinsip dimana cahaya yang menembus permukaan antara dua zat
yang berbeda berat jenisnya akan mengalami pembelokan arah penjalarannya.
Peristiwa ini dikenal dengan nama pembiasan cahaya. Perbandingan antara sinus
sudut datang dan sinus sudut bias cahaya disebut indeks bias. Indeks bias air laut
merupakan fungsi dari suhu dan salinitas serta panjang gelombang cahaya. Dengan
mengukur suhu dan indeks bias air laut untuk suatu panjang gelombang cahaya
tertentu, nilai salinitas air laut dapat ditentukan. Sedangkan untuk alat ukur "water
quality checker" seperti Horiba mengukur kualitas air dengan berbagai macam
parameter dimana hasil pengukurannya dapat diperlihatkan secara bersamaan.
Parameter-parameter tersebut adalah pH, ORP, DO, konduktivitas, salinitas, TDS,
Suhu, kekeruhan, dll
4. Kondisi lingkungan wilayah pesisir Pulau Pari adalah termasuk dalam keadaan yang
cukup baik dibanding 3 Pulau lain di Kepulauan Seribu dan kini dijadikan sebagai
objek wisata yang cukup sering dikunjungi.
5. Permasalahan masyarakat di wilayah pesisir adalah pengolahan sampah yang belum
terkelola dengan baik, serta pengolahan sanitasi yang langsung dibuang ke laut tanpa
diolah. Penyuluhan dan koordinasi warga dalam menjaga lingkungan masih kurang
terwadahi oleh badan pemerintahan.
6. Perilaku masyarakat yang inisiatif dalam pengelolaan wisata bahari menjadikan
keuntungan berada di tangan warga serta kesadaran masyarakat yang muncul
menjadikan Pulau Pari dinilai masih cukup indah dan bersih.
7. Pengelolaan sampah di Pulau Pari belum memenuhi standar yang ditetapkan
sehingga menyebabkan permasalahan lain seperti pencemaran laut dan pencemaran
udara akibat pembakaran sampah yang tidak sesuai prosedur.
8. Permasalahan sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menurunkan tingkat
kesehatan masyarakat Pulau Pari akibat emisi pembakaran sampah dan leachate
sampah yang dapat mencemari air tanah.
52
53
DAFTAR PUSTAKA
54
http://www.bdkjakarta.kemenag.go.id/file/media/LiputanDiklatMenambahWawasanRiset
MelaluiDiklatIPAAlamTerbukadiPulauPariKepulauanSeribu.pdf
diakses
24
55
LAMPIRAN
Minggu, 10 April 2016, merupakan waktu bagi kami untuk melepas penat sehabis
melaksanakan kuliah lapangan oseanografi lingkungan di Pulau Pari. Modul demi modul
telah kami lewati bersama, tibalah saatnya untuk plesiran ria di salah satu pulau terbesar di
kawasan Kepulauan Seribu ini. Pukul 05.00, kami bergegas untuk melihat sunrise di pantai
Perawan, Pulau Pari. Sayangnya, kami terlambat mengabadikan proses ciptaan Tuhan
tersebut. Namun demikian, bukan berarti kami tak dapat mengabadikan momen momen
ketika sang surya bergerak lebih jauh dari tempat peraduannya.
56
Waktu menunjukkan pukul 07.00, saatnya kami kembali bergegas menuju mess LIPI
guna mempersiapkan diri untuk menikmati keindahan bawah air pulau Pari. Singkat cerita,
kami telah tiba di pelabuhan dan naik ke kapal untuk menuju spot spot snorkeling di
Pulau Pari. Kualitas terumbu karang di Pulau Pari masih kalah jauh dengan destinasi
destinasi wisata yang favorit, semacam Bunaken, Derawan, Kakaban, maupun Raja Ampat.
Hal tersebut tak membuat kami menyesal karena kebersamaan lebih indah dari segalanya,
bukan?
Tak kurang dari dua spot telah kami telusuri untuk snorkeling dan sudah waktunya
untuk kami bergegas kembali ke Pulau Pari untuk persiapan kepulangan menuju Bandung.
Dua hari itu terlalu singkat untuk kami, namun apa daya tugas tugas lainnya telah menanti.
Selamat tinggal pulau Pari, semoga pengalaman kali ini akan lebih mengajarkan kami
mengenai pentingnya pelestarian terumbu karang demi anak cucu kami kelak.
57