Anda di halaman 1dari 9

lebih dari 1.

000 mg/dL, biasanya terjadi akibat infeksi atau obat-obatan), maka penderita
akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang
dan suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik. Mendiagnosis
Diabetes Mellitus Diagnosis diabetes ditegakkan berdasarkan gejalanya yaitu 3P (polidipsi,
polifagi, poliuri) dan hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan kadar gula darah yang
tinggi (tidak normal). Untuk mengukur kadar gula darah, contoh darah biasanya diambil
setelah penderita berpuasa selama 8 jam atau bisa juga diambil setelah makan. Perlu
perhatian khusus bagi penderita yang berusia di atas 65 tahun. Sebaiknya pemeriksaan
dilakukan setelah berpuasa dan jangan setelah makan karena usia lanjut memiliki
peningkatan gula darah yang lebih tinggi. Kriteria Diagnostik Gula darah (mg/dL) Puasa :
Bukan Diabetes (< 110) Pra Diabetes (110-125) Diabetes (> 126) Sewaktu : Bukan Diabetes
(< 110) Pra Diabetes (110-199) Diabetes (> 200) Pemeriksaan darah lainnya yang bisa
dilakukan adalah tes toleransi glukosa. Tes ini dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya
pada wanita hamil. Hal ini untuk mendeteksi diabetes yang sering terjadi pada wanita hamil.
Penderita berpuasa dan contoh darahnya diambil untuk mengukur kadar gula darah puasa.
Lalu penderita diminta meminum larutan khusus yang mengandung sejumlah glukosa dan 2-3
jam kemudian contoh darah diambil lagi untuk diperiksa. Hasil glukosa contoh darah
dibandingkan dengan kriteria diagnostik gula darah terbaru yang dikeluarkan oleh PERKENI
tahun 2006. Sebelum berkembang menjadi diabetes tipe 2, biasanya selalu menderita pradiabetes, yang memiliki gejala tingkat gula darah lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup
tinggi untuk didiagnosa diabetes. Setidaknya 20% dari populasi usia 40 hingga 74 tahun
menderita pra-diabetes. Penelitian menunjukkan beberapa kerusakan dalam jangka panjang,
terutama pada jantung dan sistem peredaran darah selama pra-diabetes ini. Dengan prediabetes, anda akan memiliki resiko satu setengah kali lebih besar terkena penyakit jantung.
Saat Anda menderita diabetes, maka risiko naik menjadi 2 hingga 4 kali. Akan tetapi, pada
beberapa orang yang memiliki pra-diabetes, kemungkinan untuk menjadi diabetes dapat
ditunda atau dicegah dengan perubahan gaya hidup. Diabetes dan pra-diabetes dapat muncul
pada orang-orang dengan umur dan ras yang beragam, tetapi ada kelompok tertentu yang
memiliki resiko lebih tinggi. Komplikasi Diabetes Bisa Mematikan Diabetes merupakan
penyakit yang memiliki komplikasi (menyebabkan terjadinya penyakit lain) yang paling
banyak. Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah yang tinggi terus menerus, sehingga
berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya. Zat kompleks yang
terdiri dari gula di dalam dinding pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah menebal
dan mengalami kebocoran. Akibat penebalan ini maka aliran darah akan berkurang, terutama

yang menuju ke kulit dan saraf. Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung
menyebabkan kadar zat berlemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya
aterosklerosis (penimbunan plak lemak di dalam pembuluh darah). Aterosklerosis ini 2-6 kali
lebih sering terjadi pada penderita diabetes. Sirkulasi darah yang buruk ini melalui pembuluh
darah besar (makro) bisa melukai otak, jantung, dan pembuluh darah kaki (makroangiopati),
sedangkan pembuluh darah kecil (mikro) bisa melukai mata, ginjal, saraf dan kulit serta
memperlambat penyembuhan luka. Penderita diabetes bisa mengalami berbagai komplikasi
jangka panjang jika diabetesnya tidak dikelola dengan baik. Komplikasi yang lebih sering
terjadi dan mematikan adalah serangan jantung dan stroke. Kerusakan pada pembuluh darah
mata bisa menyebabkan gangguan penglihatan akibat kerusakan pada retina mata (retinopati
diabetikum). Kelainan fungsi ginjal bisa menyebabkan gagal ginjal sehingga penderita harus
menjalani cuci darah (dialisa). Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa
bentuk. Jika satu saraf mengalami kelainan fungsi (mononeuropati), maka sebuah lengan atau
tungkai biasa secara tiba-tiba menjadi lemah. Jika saraf yang menuju ke tangan, tungkai dan
kaki mengalami kerusakan (polineuropati diabetikum), maka pada lengan dan tungkai bisa
dirasakan kesemutan atau nyeri seperti terbakar dan kelemahan. Kerusakan pada saraf
menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera karena penderita tidak dapat meradakan
perubahan tekanan maupun suhu. Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan
ulkus (borok) dan semua penyembuhan luka berjalan lambat. Ulkus di kaki bisa sangat dalam
dan mengalami infeksi serta masa penyembuhannya lama sehingga sebagian tungkai harus
diamputasi. Terapi Untuk Diabetes Mellitus Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah
untuk mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal. Namun, kadar gula
darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan. Meskipun demikian, semakin
mendekati kisaran yang normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara
maupun jangka panjang menjadi semakin berkurang. Untuk itu diperlukan pemantauan kadar
gula darah secara teratur baik dilakukan secara mandiri dengan alat tes kadar gula darah
sendiri di rumah atau dilakukan di laboratorium terdekat. Pengobatan diabetes meliputi
pengendalian berat badan, olah raga dan diet. Seseorang yang obesitas dan menderita diabetes
tipe 2 tidak akan memerlukan pengobatan jika mereka menurunkan berat badannya dan
berolah raga secara teratur. Namun, sebagian besar penderita merasa kesulitan menurunkan
berat badan dan melakukan olah raga yang teratur. Karena itu biasanya diberikan terapi sulih
insulin atau obat hipoglikemik (penurun kadar gula darah) per-oral. Diabetes tipe 1 hanya
bisa diobati dengan insulin tetapi tipe 2 dapat diobati dengan obat oral. Jika pengendalian
berat badan dan berolahraga tidak berhasil maka dokter kemudian memberikan obat yang

dapat diminum (oral = mulut) atau menggunakan insulin. Berikut ini pembagian terapi
farmakologi untuk diabetes, yaitu: 1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO) 2. Terapi Sulih Insulin
1. Obat hipoglikemik oral Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula
darah secara adekuat pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe I.
Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid dan klorpropamid. Obat ini menurunkan
kadar gula darah dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas dan meningkatkan
efektivitasnya. Obat lainnya, yaitu metformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin tetapi
meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri. Akarbos bekerja dengan cara
menunda penyerapan glukosa di dalam usus. Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan
pada penderita diabetes tipe II jika diet dan oleh raga gagal menurunkan kadar gula darah
dengan cukup. Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari), meskipun beberapa
penderita memerlukan 2-3 kali pemberian. Jika obat hipoglikemik per-oral tidak dapat
mengontrol kadar gula darah dengan baik, mungkin perlu diberikan suntikan insulin. 2.
Terapi Sulih Insulin Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga
harus diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui suntikan,
insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan per-oral (ditelan).
Bentuk insulin yang baru (semprot hidung) sedang dalam penelitian. Pada saat ini, bentuk
insulin yang baru ini belum dapat bekerja dengan baik karena laju penyerapannya yang
berbeda menimbulkan masalah dalam penentuan dosisnya. Insulin disuntikkan dibawah kulit
ke dalam lapisan lemak, biasanya di lengan, paha atau dinding perut. Digunakan jarum yang
sangat kecil agar tidak terasa terlalu nyeri. Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masingmasing memiliki kecepatan dan lama kerja yang berbeda: Insulin kerja cepat. Contohnya
adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling sebentar. Insulin ini seringkali
mulai menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit, mencapai puncaknya dalam waktu 2-4
jam dan bekerja selama 6-8 jam. Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang
menjalani beberapa kali suntikan setiap harinya dan disutikkan 15-20 menit sebelum makan.
Insulin kerja sedang. Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan.
Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam waktu 6-10 jam dan
bekerja selama 18-26 jam. Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk memenuhi
kebutuhan selama sehari dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan
sepanjang malam. Insulin kerja lambat. Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah
dikembangkan. Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam. Sediaan
insulin stabil dalam suhu ruangan selama berbulan-bulan sehingga bisa dibawa kemanamana. Pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung kepada: * Keinginan penderita

untuk mengontrol diabetesnya * Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan
menyesuaikan dosisnya * Aktivitas harian penderita * Kecekatan penderita dalam
mempelajari dan memahami penyakitnya * Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan
dari hari ke hari. Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sehari sekali dari
insulin kerja sedang. Tetapi sediaan ini memberikan kontrol gula darah yang paling minimal.
Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2 jenis insulin, yaitu insulin
kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan kedua diberikan pada saat makan malam atau
ketika hendak tidur malam. Kontrol yang paling ketat diperoleh dengan menyuntikkan insulin
kerja cepat dan insulin kerja sedang pada pagi dan malam hari disertai suntikan insulin kerja
cepat tambahan pada siang hari. Beberapa penderita usia lanjut memerlukan sejumlah insulin
yang sama setiap harinya; penderita lainnya perlu menyesuaikan dosis insulinnya tergantung
kepada makanan, olah raga dan pola kadar gula darahnya. Kebutuhan akan insulin bervariasi
sesuai dengan perubahan dalam makanan dan olah raga. Beberapa penderita mengalami
resistensi terhadap insulin. Insulin tidak sepenuhnya sama dengan insulin yang dihasilkan
oleh tubuh, karena itu tubuh bisa membentuk antibodi terhadap insulin pengganti. Antibodi
ini mempengaruhi aktivitas insulin sehingga penderita dengan resistansi terhadap insulin
harus meningkatkan dosisnya. Penyuntikan insulin dapat mempengaruhi kulit dan jaringan
dibawahnya pada tempat suntikan. Kadang terjadi reaksi alergi yang menyebabkan nyeri dan
rasa terbakar, diikuti kemerahan, gatal dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan
selama beberapa jam. Suntikan sering menyebabkan terbentuknya endapan lemak (sehingga
kulit tampak berbenjol-benjol) atau merusak lemak (sehingga kulit berlekuk-lekuk).
Komplikasi tersebut bisa dicegah dengan cara mengganti tempat penyuntikan dan mengganti
jenis insulin. Pada pemakaian insulin manusia sintetis jarang terjadi resistensi dan alergi.
Pengaturan diet sangat penting. Biasanya penderita tidak boleh terlalu banyak makan
makanan manis dan harus makan dalam jadwal yang teratur. Penderita diabetes cenderung
memiliki kadar kolesterol yang tinggi, karena itu dianjurkan untuk membatasi jumlah lemak
jenuh dalam makanannya. Tetapi cara terbaik untuk menurunkan kadar kolesterol adalah
mengontrol kadar gula darah dan berat badan. Semua penderita hendaknya memahami
bagaimana menjalani diet dan olah raga untuk mengontrol penyakitnya. Mereka harus
memahami bagaimana cara menghindari terjadinya komplikasi. Penderita juga harus
memberikan perhatian khusus terhadap infeksi kaki sehingga kukunya harus dipotong secara
teratur. Penting untuk memeriksakan matanya supaya bisa diketahui perubahan yang terjadi
pada pembuluh darah di mata. Mencegah Bahaya Komplikasi Pemantauan kadar gula darah
merupakan bagian yang penting dari pengobatan diabetes. Adanya glukosa bisa diketahui dari

air kemih; tetap pemeriksaan air kemih bukan merupakan cara yang baik untuk memantau
pengobatan atau menyesuaikan dosis pengobatan. Saat ini kadar gula darah dapat diukur
sendiri dengan mudah oleh penderita di rumah menggunakan alat pengukur glukosa darah.
Penderita diabetes harus mencatat kadar gula darah mereka dan melaporkannya kepada
dokter agar dosis insulin atau obat hipoglikemiknya dapat disesuaikan. Insulin maupun obat
hipoglikemik per-oral bisa terlalu banyak menurunkan kadar gula darah sehingga terjadi
hipoglikemia. Hipoglikemia (rendahnya kadar gula dalam darah) juga bisa terjadi jika
penderita kurang makan atau tidak makan pada waktunya atau melakukan olah raga yang
terlalu berat tanpa makan. Jika kadar gula darah terlalu rendah, organ pertama yang terkena
pengaruhnya adalah otak. Untuk melindungi otak, tubuh segera mulai membuat glukosa dari
glikogen yang tersimpan di hati. Proses ini melibatkan pelepasan epinefrin (adrenalin), yang
cenderung menyebabkan rasa lapar, kecemasan, meningkatnya kesiagaan dan gemetaran.
Berkurangnya kadar glukosa darah ke otak bisa menyebabkan sakit kepala. Hipoglikemia
harus segera diatasi karena dalam beberapa menit bisa menjadi berat, menyebabkan koma
dan kadang cedera otak menetap. Jika terdapat tanda hipoglikemia, penderita harus segera
makan gula. Oleh sebab itu, penderita diabetes harus selalu membawa permen, gula atau
tablet glukosa untuk menghadapi serangan hipoglikemia. Atau penderita segera minum
segelas susu, air gula atau jus buah, sepotong kue, buah-buahan atau makanan manis lainnya.
Penderita diabetes tipe I harus selalu membawa glukagon, yang bisa disuntikkan jika mereka
tidak dapat memakan makanan yang mengandung gula. Gejala-gejala dari kadar gula darah
rendah: * Rasa lapar yang timbul secara tiba-tiba * Sakit kepala * Kecemasan yang timbul
secara tiba-tiba * Badan gemetaran * Berkeringat * Bingung * Penurunan kesadaran, koma.
Ketoasidosis diabetikum merupakan suatu keadaan darurat. Tanpa pengobatan yang tepat dan
cepat, bisa terjadi koma bahkan kematian. Penderita harus dirawat di unit perawatan intensif.
Diberikan sejumlah besar cairan intravena dan elektrolit (natrium, kalium, klorida, fosfat)
untuk menggantikan yang hilang melalui air kemih yang berlebihan. Insulin diberikan
melalui intravena sehingga bisa bekerja dengan segera dan dosisnya disesuaikan. Kadar
glukosa, keton dan elektrolit darah diukur setiap beberapa jam, sehingga pengobatan yang
diberikan bisa disesuaikan. Contoh darah arteri diambil untuk mengetahui keasamannya.
Pengendalian kadar gula darah dan penggantian elektrolit biasanya bisa mengembalikan
keseimbangan asam basa, tetapi kadang perlu diberikan pengobatan tambahan untuk
mengoreksi keasaman darah. Pengobatan untuk koma hiperglikemik-hiperosmolar nonketotik sama dengan pengobatan untuk ketoasidosis diabetikum yaitu diberikan cairan dan
elektrolit pengganti. Kadar gula darah harus dikembalikan secara bertahap untuk mencegah

perpindahan cairan ke dalam otak. Kadar gula darah cenderung lebih mudah dikontrol dan
keasaman darahnya tidak terlalu berat. Jika kadar gula darah tidak terkontrol, sebagian besar
komplikasi jangka panjang berkembang secara progresif. Retinopati diabetik dapat diobati
secara langsung dengan pembedahan laser untuk menyumbat kebocoran pembuluh darah
mata sehingga bisa mencegah kerusakan retina yang menetap. Terapi laser dini bisa
membantu mencegah atau memperlambat hilangnya penglihatan. Penelitian terakhir
menunjukkan bahwa komplikasi diabetes dapat dicegah, ditunda atau diperlambat dengan
mengontrol kadar gula darah. Mengontrol kadar gula darah dapat dilakukan dengan terapi
misalnya patuh meminum obat. Hindari Diabetes dengan Ubah Gaya Hidup Faktor keturunan
memiliki pengaruh apakah seseorang dapat terkena diabetes atau tidak. Selain keturunan,
gaya hidup juga berperan besar. Diabetes tipe 2 sering terjadi pada orang yang mengalami
obesitas. Obesitas atau kegemukan merupakan pemicu terpenting penyebab diabetes.
Obesitas artinya berat badan berlebih minimal sebanyak 20% dari berat badan idaman. Juga
berarti indeks masa tubuh lebih dari 25 kg/m2. Lemak yang berlebih akan menyebabkan
resistensi terhadap insulin. Ini menjelaskan mengapa diet dan olahraga merupakan metode
penatalaksanaan untuk diabetes tipe 2. Dengan menurunkan berat badan dan meningkatkan
massa otot, akan mengurangi jumlah lemak sehingga membantu tubuh memanfaatkan insulin
dengan lebih baik. Ternyata ada hubungan antara diabetes tipe 2 dengan letak tumpukan
lemak terbanyak. Bila timbunan lemak terbanyak terdapat di perut maka risiko terkena
diabetes lebih tinggi. Para peneliti juga percaya bahwa gen yang membawa sifat obesitas ikut
berperan dalam menyebabkan diabetes. Gen yang bernama gen obes ini mengatur berat badan
melalui protein pemberi kabar apakah kita lapar atau tidak. Pada percobaan dengan tikus, bila
gen ini bermutasi maka tikus akan menjadi obes dan mengalami diabetes tipe 2. Penelitian
menunjukkan bahwa kegemukan berhubungan dengan waktu yang dihabiskan di depan TV
dan komputer. Menonton TV akan menyebabkan tidak bergerak juga berpengaruh terhadap
pola makan mengemil. Bagaimana cara mengatasi kegemukan untuk menghindari diabetes?
Caranya mudah, murah dan efektif, antara lain: 1. Membiasakan diri untuk hidup sehat 2.
Biasakan diri berolahraga secara teratur 3. Hindari menonton TV atau main komputer terlalu
lama 4. Jangan mengkonsumsi permen, coklat, atau snack dengan kandungan garam yang
tinggi. 5. Hindari makanan siap saji dengan kandungan kadar karbohidrat dan lemak tinggi. 6.
Konsumsi sayuran dan buah-buahan. Expert Review Umumnya, penderita diabetes
mengetahui dirinya mengidap diabetes setelah terjadi komplikasi. Hal ini diungkapkan oleh
Prof.DR.Dr. Sidartawan Soegondo, SpPD,KEMD,FACE di kantornya di Bagian Metabolik
dan Endokrin, FKUI/RSCM. Diabetes itu seperti rayap, bekerja diam-diam merusak organ di

dalam tubuh. Diabetes sering disebut sebagai The Silent Killer. Namun, sebenarnya
komplikasinya yang mematikan, bukan diabetesnya, jelas Prof. Sidartawan. Gejala diabetes
pun tidak menakutkan, seperti banyak makan (polifagi), banyak minum (polidipsi), dan
kencing lancar (poliuri). Menurut Prof. Sidartawan, dengan gejala seperti itu orang tidak
pergi ke dokter. Sebaliknya jika tidak mau makan dan susah kencing, baru orang pergi ke
dokter. Diabetes mellitus bukan satu penyakit tetapi beberapa penyakit yang memiliki gejala
kadar gulanya naik. Bisa disebabkan karena pankreasnya rusak (tipe 1), sekresi insulin
menjadi berkurang (tipe 2), obat-obatan yang mengakibatkan pankreasnya rusak dan diabetes
yang terjadi pada wanita hamil (gestational). Gaya hidup yang bersalah Mereka yang
memiliki risiko tinggi terkena diabetes adalah yang memiliki riwayat keluarga mengidap
diabetes, memasuki usia di atas 40 tahun, kegemukan, tekanan darah tinggi, selain tentu saja
pola makan yang salah. Jumlah penderita diabetes di daerah perkotaan di Indonesia pada
tahun 2003 adalah 8,2 juta orang, sedangkan di daerah pedesaan 5,5 juta orang. Diperkirakan,
1 dari 8 orang di Jakarta mengidap diabetes. Tingginya jumlah penderita di daerah perkotaan,
antara lain disebabkan karena perubahan gaya hidup masyarakatnya. Diabetes tidak dapat
disembuhkan Karena diabetes tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, sudah saatnya kita
melakukan tindakan pencegahan, antara lain tidak makan berlebihan, menjaga berat badan,
dan rutin melakukan aktivitas fisik. Olahraga juga dapat secara efektif mengontrol diabetes,
antara lain dengan melakukan senam khusus diabetes, berjalan kaki, bersepeda, dan
berenang. Diet dipadu dengan olahraga merupakan cara efektif mengurangi berat badan,
menurunkan kadar gula darah, dan mengurangi stres. Latihan yang dilakukan secara teratur
dapat menurunkan tekanan darah, kolesterol, dan risiko terkena serangan jantung, serta
memacu pengaktifan produksi insulin dan membuatnya bekerja lebih efisien. Komplikasi
diabetes justru mematikan Ancaman diabetes melitus terus membayangi kehidupan
masyarakat. Sekitar 1220% penduduk dunia diperkirakan mengidap penyakit ini dan setiap
10 detik di dunia orang meninggal akibat komplikasi yang ditimbulkan. Komplikasi diabetes
terjadi pada semua organ dalam tubuh yang dialiri pembuluh darah kecil dan besar dengan
penyebab kematian 50% akibat penyakit jantung koroner dan 30% akibat gagal ginjal. Selain
kematian, DM juga menyebabkan kecacatan. Sebanyak 30% penderita DM mengalami
kebutaan akibat komplikasi retinopati dan 10% harus menjalani amputasi tungkai kaki.
Bahkan DM membunuh lebih banyak dibandingkan dengan HIV/AIDS. Untuk penderita
diabetes, komplikasi bisa dicegah dengan mengendalikan gula darah. Dokter tidak langsung
meresepkan obat melainkan meminta pasien agar merubah lifestylenya. Ubah life style
dengan lebih aktif melakukan kegiatan jasmani dan mengatur makanan, kata Prof.

Sidaratawan. Terapi untuk diabetisi Bila ternyata mengubah gaya hidup tidak berhasil baru
kemudian diberikan obat. Pemberian obat ini tergantung tipe, komplikasinya (penyakit ginjal,
jantung, dll) dan berapa lama mengidap diabetes. Obat untuk diabetes disebut obat
hipoglikemik oral (OHO) terbagi menjadi 2 kelompok yaitu obat yang memperbaiki kerja
insulin (seperti metformin, glitazone, dan akarbose) dan obat yang meningkatkan produksi
insulin (seperti sulfonil, repaglinid dan natelinid dan insulin yang disuntikkan). Kelompok
pertama bekerja pada temapat dimana terdapat insulin yang mengatur gula darah seperti di
hati, usus, otot dan jaringan lemak. Kelompok kedua meningkatkan pelepasan insulin ke
sirkulasi, sedangkan insulin yang disuntikkan menambah kadar insulin di sirkulasi darah.
Ketidakpatuhan mengkonsumsi obat merupakan penyebab utama kegagalan terapi sehingga
penderita diabetes perlu diedukasi. Sebaiknya penderita diabetes melakukan konsultasi secara
berkala dengan dokter. Selain itu dituntut sikap disiplin dan kepatuhan dalam mengonsumsi
obat maupun suntik insulin agar tidak terjadi komplikasi penyakit. Cegah & Deteksi Diabetes
Di Indonesia, sekitar 95% kasus adalah diabetes tipe 2. Pada diabetes tipe 2 ini, penyebabnya
tidak hanya faktor keturunan tapi juga gaya hidup misalnya kegemukan yang terjadi akibat
gaya hidup makan kaya lemak dan tidak berolahraga. Faktor keturunan tidak bisa dicegah
tapi gaya hidup bisa diubah. Jangan sampai gemuk, jangan banyak makan makanan
berlemak dan manis serta banyaklah bergerak, saran Prof Sidartawan. Risiko diabetes setiap
tahunnya meningkat 30 persen, sehingga Prof. Sidartawan menyarankan agar melakukan
pemeriksaan gula darah setahun sekali jika kita termasuk dalam satu atau dua dari faktor
risiko diabetes. Pentingnya Pemantauan Pengujian Gula Darah bagi Diabetesi Pemantauan
kadar gula darah penderita diabetes (diabetesi) secara teratur merupakan bagian yang penting
dari pengendalian diabetes, terutama penderita DM tipe 1, DM tipe 2 dengan terapi insulin,
DM tipe 2 yang sering mengalami hipoglikemia dan DM Gestasonal. Pemantauan kadar gula
darah ini penting karena membantu menentukan penanganan medis yang tepat sehingga
mengurangi resiko komplikasi yang berat, dan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita
diabetes. Pemeriksaan kadar gula darah dapat dilakukan dengan berbagai cara baik di
laboratorium, klinik bahkan dapat dilakukan pemantauan kadar gula mandiri yang dapat
dilakukan pasien dirumah dengan menggunakan alat yang bernama Glukometer. Mengapa
Diabetesi harus monitor kadar gula darah dengan Glukometer? 1. Lebih ekonomis dan praktis
di banding pemeriksaan di laboratorium 2. Untuk menyesuaikan dosis obat, terutama bagi
pengguna insulin sehingga terhindar dari hipoglikemia 3. Kadar Gula penderita Diabetes
Mellitus tipe I sangat berfluktuasi dan cepat berubah Konsultasikan kepada dokter, kapan dan
seberapa sering Anda harus melakukan tes tersebut. Karena dapat bervariasi. Dianjurkan pagi

hari sebelum sarapan, dua jam setelah makan, dan malam hari sebelum tidur. Perlu pula
pengukuran pada saat tertentu lainnya. Contohnya pengukuran yang lebih ketat bila terjadi
hipoglikemia (menurunnya kadar gula darah secara tidak normal), saat sebelum olahraga dan
pada kehamilan. Simpan catatan dari tes darah, obat-obatan yang dikonsumsi, serta aktivitas
harian Anda. Dan bawa catatan tersebut bila Anda berkonsultasi ke dokter. Yang perlu
diperhatikan dalam memilih Alat Glukometer, adalah alat yang memiliki tingkat akurasi hasil
yang tinggi / mendekati hasil laboratorium, terpercaya serta mudah digunakan.
Copy the BEST Traders and Make Money : http://ow.ly/KNICZ

Anda mungkin juga menyukai