Para 0 Abortus 1 usia 23 tahun post SOD dan drilling salping sinistra atas indikasi
kistoma ovarii dextra dan hidrosalping bilateral
Pembimbing :
dr. Herman Sumawan, Sp.OG
Disusun Oleh:
Athifa Muthmainnah
Annisa Fatimah
G4A014119
G4A014120
Fitria Nurlaely
G4A014121
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi kasus dengan judul :
Para 0 Abortus 1 usia 23 tahun post SOD dan drilling salping sinistra atas
indikasi kistoma ovarii dextra dan hidrosalping bilateral
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian
di Bagian Obstetri dan Ginekologi Program Profesi Dokter
di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Disusun Oleh :
Athifa Muthmainnah
Annisa Fatimah
G4A014119
G4A014120
Fitria Nurlaely
G4A014121
Purwokerto,
Desember 2015
Mengetahui,
Dokter Pembimbing,
BAB I
PENDAHULUAN
Kista ovarii merupakan tumor pada ovarium yang dapat bersifat jinak
maupun ganas, dapat berupa tumor non neoplastik maupun neoplastik.
Kistadenoma serosum non papiliferum multilokuler merupakan salah satu tumor
ovarium neoplastik jinak yang berbentuk kistik (Prawirohardjo, 2009).
Prevalensi kista ovari berkisar 14-18% dari jumlah kista di bagian
gynekologi. Kista ovari lebih sering diderita oleh wanita nonproduktif dengan
18% wanita post menopause menderita kista ovari simpleks dan 21% menderita
tipe lain dari massa ovary. Penelitian yang dilakukan oleh Greenlee et al.(2011)
menyatakan bahwa prevalensi kista ovari pada wanita berusia 55-59 tahun
berkisar 16% dan wanita berusia 60 tahun berjumlah 13%. Kejadian kista
ovarium di negara industri barat yakni sekitar 1.4% (1 dari 70 wanita) akan
menderita penyakit ini. Sumber lain mencatat, jumlah tertinggi ada di negara
maju, dengan rata-rata 10 per 100.000. Insiden di Indonesia kista ovarium
ditemukan 2.39-11.7% pada semua masalah ginekologi.
Hidrosalping merupakan salah satu kondisi dari salphingo-ooforitis kronik.
Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba abdominale. Seringkali
ditemukan bilateral dan dapat berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping
follikularis. Pada hidrosalping simpleks hanya ada satu ruangan berdinding tipis
dan pada hidrosalping folikularis terdapat ruangan-ruangan kecil yang berisi
cairan (Prawirohardjo, 2009).
Insidensi hidrosalping bervariasi yang bergantung pada simptomatologi yang
dilaporkan. Sebuah penelitian yang melibatkan 200 wanita asimptomatik dan
menjalani sterilisasi laparoskopik, ditemukan 1.5% yang menderita hidrosalping.
Penelitian prospektif pada 378 pasien
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1
2.2
IDENTITAS PASIEN
a. Nama
: Ny. Jian Fitrasari
b. Usia
: 23 tahun
c. Alamat
: Kalilangkap RT 2/2 Bumiayu
d. Waktu datang
: 27 Oktober 2015
ANAMNESIS
a. Keluhan utama
Nyeri pada bagian perut sejak 1hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri
kepala dan nyeri dada menjalar
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Kandungan dan Kebidanan RSUD Prof. dr.
Margono Soekarjo Purwokerto untuk kontrol kista ovarium yang
terdiagnosis pada tahun 2013. Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan disertai nyeri kepala dan
nyeri dada menjalar. Pasien juga mengeluhkan nyeri saat menstruasi
hingga mengganggu aktivitas dan darah yang dikeluarkan banyak hingga
6-8 kali mengganti pembalut dalam satu hari. Keluhan keluar darah dari
jalan lahir di luar siklus menstruasi, keputihan, dangan gangguan saat
BAB/BAK disangkal.
Riwayat menstruasi: Menarche usia 13 tahun, siklus haid teratur 28 hari,
lama haid 7 hari, ganti pembalut 6-8 kali sehari, nyeri saat haid.
Riwayat obstetri: P0A1 kehamilan pertama abortus di usia kehamilan 3
bulan, tidak dikuret.
Riwayat nikah: 1 kali, sudah berlangsung selama 3 tahun 6 bulan
Riwayat kontrasepsi: tidak pernah menggunakan kontrasepsi.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat hipertensi
: disangkal
2. Riwayat asma
: disangkal
3. Riwayat alergi
: disangkal
4. Riwayat kencing manis
: disangkal
5. Riwayat penyakit jantung
: disangkal
6. Riwayat penyakit paru
: disangkal
7. Riwayat penyakit ginjal
: disangkal
8. Riwayat penyakit lain
: Kista ovarium terdiagnosis tahun
2013, tidak pernah kontrol.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat hipertensi
: disangkal
4
2.
3.
4.
5.
6.
Riwayat asma
Riwayat kencing manis
Riwayat penyakit jantung
Riwayat penyakit ginjal
Riwayat penyakit kandungan
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: Kakak dari ibu pasien memiliki
: Jarang
: Disangkal
: Jarang
: Pasien merasa stress karena belum
memiliki anak
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum/kesadaran : tampak sakit/compos mentis
b. Vital sign
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 76 x/menit
Respiratory Rate
: 20 x/menit
Suhu
: 36,7 0C
c. Tinggi Badan : 162 cm
Berat Badan : 77 kg
d. Pemeriksaan Kepala
Mata
: Ca (-/-) Si (-/-)
Hidung
: disch (-/-) nch (-/-)
Mulut
: Sian (-)
e. Pemeriksaan leher
Thyroid
: tak ada kelainan
f. Pemeriksaan dada
Cor
: S1>S2, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
: Suara Dasar Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)
Dinding dada : Simetris
g. Pemeriksaan abdomen
Dinding perut : cembung
Hepar/lien
: sulit dinilai
Usus
: bising usus (+) normal
h. Pemeriksaan punggung : tak ada kelainan
i. Pemeriksaan coxae : tak ada kelainan
j. Pemeriksaan genitalia eksterna : tak ada kelainan
k. Pemeriksaan ekstremitas :
Edema
PEMERIKSAAN LOKAL
a. Status lokalis abdomen
1. Inspeksi : cembung, distensi (+), umbilicus cembung, spider nevi
(-), caput medusa (-), venektasi kolateral (-)
2. Auskultasi : bising usus (+) normal
3. Perkusi
: redup
timpani timpani
2.5
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
Hitung Jenis
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
PT
APTT
HASIL
NILAI NORMAL
Darah Lengkap
13,2
11,2-15,7
H
14570
3980-10040
44
34-45
5,0
3.9-5,2
281.000
150.000450.000
87,5
79,0-99,0
L
26,6
27,0-31,0
L
20,3
33,0-37,0
H
15,3
11,5-14,5
H
11,2
7,2-11,1
H
L
0,5
0.0-1,0
5,0
2,0-4,0
0,5
2,0-5,0
64,2
40,0-70,0
25,7
25,0-40,0
4,1
2,0-8,0
9,7
9,9-11,4
32,9
29,0-40,2
Kimia klinik
SATUAN
g/dL
U/L
10^6/Ul
/uL
fL
Pg
fL
%
%
%
%
%
%
Detik
Detik
Glukosa sewaktu
84
<=200
Elektrolit
Natrium
140
136-145
Kalium
3,7
3,5-5,1
Klorida
102
98-107
Kalsium
8,5
8,4-10,2
Tabel 2. Pemeriksaan Darah (28 Oktober 2015)
PEMERIKSAAN
DARAH
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
HASIL
L
L
H
H
L
L
H
L
NILAI
NORMAL
Darah Lengkap
11,8
11,2-15,7
18640
3980-10040
39
34-45
4,6
3.9-5,2
258.000
150.000450.000
85,7
79,0-99,0
25,7
27,0-31,0
29,9
33,0-37,0
15,5
11,5-14,5
11,4
7,2-11,1
Hitung Jenis
0,3
0.0-1,0
0,7
2,0-4,0
0,5
2,0-5,0
83,4
40,0-70,0
11,5
25,0-40,0
3,6
2,0-8,0
mg/dL
mmol/L
mmol/L
mmol/L
mg/dL
SATUAN
g/dL
U/L
10^6/Ul
/uL
fL
Pg
fL
%
%
%
%
%
%
b. USG
Uterus agak membesar, dengan massa heterogen korpus posterior, massa
kistik di anterior uterus, multilokuler ukuran diameter 4 cm dan 3 cm.
Kesan suspek kista endometriosis. Diferensial diagnosis tubo-ovarian
2.6
2.7
abcess.
DIAGNOSA KLINIK DI POLIKLINIK KEBIDANAN
Para 0 Abortus 1 usia 23 tahun dengan kista ovarium dan uterus
miomatosus
TINDAKAN DAN TERAPI
Instruksi dr Sutrisno Sp.OG (tanggal 27 Oktober 2015)
a. Rawat Teratai
b. Program Laparotomi Eksplorasi
2.8
P
IVFD RL20
tpm
Program
laparotomi
eksplorasi
Infus RL D5
8
perut di
bagian
bekas
jahitan
operasi
baik/compos
mentis
TD: 110/70
mmHg
N: 88 x/mnt
RR: 20 x/mnt
S: 36,7 C
Status Generalis
Mata: CA -/- SI
-/Thoraks:
P/ SD ves +/+,
ST -/C/ S1>S2, reg,
ST
Status Lok.
Abd.
I: datar
A : BU (+)
normal
Per: redup
Pal: NT (+)
region
hipogastrik
Status GE:
PPV (-)
FA (-)
Status
Vegetatif :
BAB (-) BAK
(+) kateter
FL (+)
Lab
Hb : 11.8 g/dL
Leu: 18640 U/L
Ht : 39
Eri : 4,6 x
10^6/Ul
Trom:
258.000 /Ul
KU/ Kes:
baik/compos
mentis
TD: 110/70
mmHg
N: 80 x/mnt
RL D5
NaCl 0.9% 25
tpm
Klindamisin
2x300 mg
Metronidazole
2x500 mg
Ketorolak
2x30 mg
Ranitidin 2x1
tab
Boleh Pulang
RR: 20 x/mnt
S: 36,5 C
Status Generalis
Mata: CA -/- SI
-/Thoraks:
P/ SD ves +/+,
ST -/C/ S1>S2, reg,
ST
Status Lok.
Abd.
I: datar
A : BU (+)
normal
Per: redup
Pal: NT (+)
region
hipogastrik
Status GE:
PPV (-)
FA (-)
Status
Vegetatif:
BAB (-) BAK
(+)
FL (+)
2.9
DIAGNOSA AKHIR
Para 0 Abortus 1 usia 23 tahun post SOD dan drilling salping sinistra atas
indikasi kistoma ovarii dextra dan hidrosalping bilateral
2.10
PEMERIKSAAN PA
Ovarium Dextra : Kistadenoma Serosum Non Papiliferum Multilokuler
2.11
PROGNOSIS
Ad vitam
Ad sanationam
Ad functionam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
BAB III
MASALAH DAN PEMBAHASAN
10
Diagnosis awal kasus saat di Poliklinik Kandungan adalah Para 0 Abortus 1 usia
23 tahun dengan kista ovarium dan uterus miomatosus, pasien mengeluh nyeri
pada bagian perut sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (27 Oktober 2015).
Beberapa hal yang perlu dibahas berkaitan dengan diagnosis ini antara lain:
a. Riwayat obstetri Para 0 Abortus 1
Paritas adalah jumlah anak atau jumlah kelahiran hidup yang dimiliki oleh
seorang wanita. Wanita yang sudah pernah hamil atau multipara memiliki
resiko lebih rendah untuk mengalami kista ovarium daripada wanita yang
belum pernah hamil atau nullipara (Hunn & Rodriguez, 2012). Beberapa
hipotesis mengungkapkan bahwa menyebutkan bahwa pada saat terjadinya
ovulasi akan terjadi kerusakan pada epitel ovarium. Untuk proses perbaikan
kerusakan ini diperlukan waktu tertentu. Apabila kerusakan epitel ini terjadi
berkali-kali terutama jika sebelum penyembuhan sempurna tercapai, atau
dengan kata lain masa istirahat sel tidak adekuat, maka proses perbaikan
tersebut akan mengalami gangguan sehingga dapat terjadi transformasi
menjadi sel-sel neoplastik. Hal ini dapat menjelaskan bahwa wanita yang
memiliki paritas lebih dari 2 akan menurunkan risiko terjadinya kista ovarium
(Karst, 2009). Pada pasien ini, risiko terjadinya kista ovarium memang ada
mengingat pasien ini belum memiliki anak hidup sama sekali. Pasien hanya
pernah hamil satu kali setelah menikah 2 tahun dan mengalami abortus di usia
kehamilan 3 bulan.
b. Usia muda (gaya hidup)
Gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan yang
mengandung banyak lemak dan kurang serat, zat tambahan pada makanan,
kurang olahraga, merokok dan konsumsi alkohol serta stres mampu
menimbulkan gejala-gejala kista. Merokok dan alkohol dapat menyebabkan
peningkatan kerentanan terhadap kista ovarium 2x lipat dibandingkan dengan
yang tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol. Aktivitas fisik yang cukup
akan mengurangi timbulnya tumor. Namun bagi pasien yang memiliki obesitas
akan memiliki resiko terkena kista 2x lipat dibandingkan dengan yang tidak
obesitas (Oemiati et al., 2011). Gaya hidup yang tidak sehat dapat
11
12
13
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
4.1
Kista Ovarium
a. Definisi
Kista ovarii merupakan tumor pada ovarium yang dapat bersifat
jinak maupun ganas, dapat berupa tumor non neoplastik maupun
neoplastik.
Kistadenoma
serosum
non
papiliferum
multilokuler
14
b. Epidemiologi
Prevalensi kista ovari berkisar 14-18% dari jumlah kista di bagian
gynekologi. Sumber lain menyebutkan prevalensi kista ovari berjumlah
4% dari wanita dengan usia rata-rata 65 tahun. Kista ovari lebih sering
diderita oleh wanita nonproduktif dengan 18% wanita post menopause
menderita kista ovari simpleks dan 21% menderita tipe lain dari massa
ovari. Sebagian besar kista ovari didiagnosis sebagai tumor jinak
(Bottomley et al., 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Greenlee et al.
(2011) menyatakan bahwa prevalensi kista ovari pada wanita berusia 5559 tahun berkisar 16% dan wanita berusia 60 tahun berjumlah 13%.
Kejadian kista ovarium di negara industri barat yakni sekitar 1.4%
(1 dari 70 wanita) akan menderita penyakit ini. Sumber lain mencatat,
jumlah tertinggi ada di negara maju, dengan rata-rata 10 per 100.000,
kecuali di Jepang (6.4 per 100.000). Insiden di Amerika Selatan (7.7 per
100.000) relatif tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian di Asia
dan Afrika. Insiden di Indonesia kista ovarium ditemukan 2.39-11.7%
pada semua masalah ginekologi. Di RSU Dharmais, ditemukan penderita
kista ovarium sebanyak 30 kasus per tahun.
Tumor epitel ovari terdiri dari setengah dari semua kasus tumor,
40% diantaranya adalah jinak. Tumor serous jinak terdiri dari kista
adenoma, adenofibroma, dan kista adenofibroma. Sebanyak 25% dari
tumor jinak, 58% diantaranya merupakan jenis tumor ovari serosa
(Sujatha dan Sunkavalli, 2009).
c. Faktor resiko
1) Faktor genetik/ mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium
dan payudara.
2) Faktor lingkungan (polutan zat radio aktif)
3) Gaya hidup yang tidak sehat
4) Ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya
akibat penggunaan obat-obatan yang merangsang ovulasi dan obat
pelangsing tubuh yang bersifat diuretik.
(Winkjosastro, 2007).
d. Diagnosis
15
1. Anamnesis
Kista ovarii seringkali tidak menimbulkan gejala dan seringkali
ditemukan saat pemeriksaan pelvis atau USG rutin. Namun, beberapa
kista dapat menimbulkan gejala-gelaja seperti (Bottomley& Bourne,
2009):
a) Nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian bawah pusat
b) Nyeri hebat apa bila terjadi rupture dan torsi kista
c) Dispareunia
d) Mikturisi, jika menekan vesika urinaria
e) Siklus menstruasi tidak teratur
f) Pubertas prekoks dan menarche di usia muda
g) Rasa penuh di abdomen
h) Trias endometriosis, yaitu nyeri, disminorrhea, dan dispareunia jika
terdapat kista endometriosis (endometrioma)
i) Gejala polycystic ovarian syndrome (PCOS), seperti hirsutisme,
infertilitas, oligomenorrhea, obesitas, dan acne.
j) Tenesmus
k) Nyeri pelvis bilateral, mungkin terjadi pada kasus kista teka-lutein
l) Takikardi dan hipotensi dapat terjadi jika terdapat perdarahan
akibat rupturnya kista
m) Hiperpireksia, salah satu komplikasi yang dapat terjadi jika terjadi
torsio kista
n) Kakeksia dan penurunan berat badan, limfadenopati di leher, nafas
pendek, dan tanda-tanda efusi pleura apabila kista merupakan
keganasan.
2. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi abdomen, kista yang besar menyebabkan asites dan
dapat membuat perut menjadi cembung. Kista yang besar dapat teraba
saat palpasi abdomen, namun pada pasien obesitas dan asites berat,
palpasi sulit untuk dilakukan (Bottomley& Bourne, 2009).
3. Pemeriksaan penunjang
a) Ultrasonografi
Pada USG akan didapatkan massa anekoik, memiliki dinding tipis
dan kadang berseptum, terletak intraovarian. Dapat berupa massa
unilokulerata multilokuler, dapat pula ditemukan kista hemoragik
seperti pada endometrioma dan kista dermoid (Bottomley&
Bourne, 2009).
b) Tes Kehamilan
16
c) Darah lengkap
Dilakukan untuk mengetahui adanya anemia yang diakibatkan oleh
perdarahan akut.
d) Urinalisis
Untuk menyingkirkan penyebab nyeri abdomen atau nyeri pelvis
lain seperti infeksi saluran kemih dan batu ginjal
e) Swab endoserviks
Untuk menyingkirkan pelvic inflammatory
disease
yang
17
sel teka (Nogueira et al., 2007). Dalam ovarium normal, sistem interaktif
pertumbuhan folikel dan steroidogenesis menunjukkan bahwa sel
granulosa dan sel teka terlibat dalam sekresi hormon steroid melalui model
dua sel /dua gonadotropin. Dalam model ini, sel-sel granulosa memiliki
membran reseptor untuk follicle-stimulating hormone (FSHR) dan sel teka
memiliki reseptor untuk hormon luteinizing / choriogonadotropin
(LHCGR)
selama
tahap-tahap
awal
perkembangan
folikel.
Saat
bahwa
stres
sebagai
mekanisme
potensial
untuk
menghambat
sekresi
dari
gonadotropin-releasing
hormone.
18
akibat peningkatan frekuensi pulsasi pada hipotalamus gonadotropin releasing hormone (GnRH). Rangsangan oleh LH akan menstimulasi sel
teka ovarium untuk mensekresi androgen. Biosintesis androgen dimediasi
oleh sitokrom P-450c17, terdiri atas enzim: 17-hidroxylase dan 17,20lyase,
keduanya
Androgen
steroid
dibutuhkan
dalam
kemudian
pembentukan
diubah
oleh
androstenedion.
17-hidroxysteroid
19
pengecilan tumor.
Ada bagian padat pada dinding tumor.
Dinding tumor bagian dalam berjonjot.
Kista >10cm dan terjadi ascites.
Dugaan mengalami torsi atau rupture
Tindakan yang dilakukan pada tumor ovarium neoplastik yang tidak
20
2.
3.
ooforektomi).
Operasi kedua dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah
4.
5.
21
4.2
Hidrosalphing
a. Definisi
Hidrosalping merupakan salah satu kondisi dari salphingo-ooforitis
kronik. Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba abdominale.
Seringkali ditemukan bilateral dan dapat berupa hidrosalping simpleks dan
hidrosalping follikularis. Pada hidrosalping simpleks hanya ada satu
ruangan berdinding tipis dan pada hidrosalping folikularis terdapat
ruangan-ruangan kecil yang berisi cairan (Prawirohardjo, 2009).
b. Epidemiologi
Insidensi
hidrosalping
bervariasi
yang
bergantung
pada
sel-sel
inflamasi
dan
merangsang
produksi
mediator
f. Penatalaksanaan
1. Tindakan medis pada kasus sumbatan tuba proksimal adalah dengan
melakukan anastomosis tubokornual secara microsurgery. Tingkat
kerusakan tuba berhubungan langsung dengan hasil akhir, hasil yang
lebih baik pada pasien dengan adhesi ringan dan kerusakan yang
terbatas, dibandingkan dengan kelainan yang lebih berat. Tingkat
keberhasilan operasi tuba selain tergantung pada tingkat kerusakan
23
tuba, usia, lama infertilitas dan juga faktor infertilitas lainnya (Anwar,
2005).
2. Katerisasi tuba atau kanulasi
Tubal catheterization/canulation
menggunakan
digabung
pendekatan
dengan
tubal
dapat
radiografi
dilakukan
(selective
cannulation)atau
baik
dengan
salpingography
pendekatan
secara
24
1.
BAB V
KESIMPULAN
Kista ovarii merupakan tumor pada ovarium yang dapat bersifat jinak
2.
3.
4.
25
DAFTAR PUSTAKA
ACOG. 2015. Pelvic Inflammatory Disease. The American College Of
Obstetricians And Gynecologist
Anwar,
Ruswana.
2005.
Diagnostik
Klinik
dan
Penilaian
Fertilitas.
UNPAD:Bandung.
Balen, AH., Conway GS. 2005. Polycistic Ovary Syndrome. London : Taylor and
Francis Ltd. p : 47-67
Bhaumik, D.K., dan D. Bhaumik. 2015. Laparoscopic Evaluation of Female
Subfertility. J of Evidence Based Med & Hlthcare. 2 (48): 8374 8376.
Bontis, J.N. dan Theodoros D.T. 2006. Laparoscopic Management of
Hydrosalpinx. Ann. N. Y. Acad. Sci. 1092: 199-210.
Bottomley C, Bourne T. 2009. Diagnosis and management of ovarian cyst
accidents. Best Pract Res Clin Obstet Gynaecol. 23(5):711-24.
Bosetti C, Scotti L, Negri E, Talamini R, Levi F, Franceschi S, et al. 2006. Benign
ovarian cysts and breast cancer risk. Int J Cancer. 119(7):1679-82.
Committee opinion. 2011.The role of the obstetrician-gynecologist in the early
detection of epithelial ovarian cancer. Obstet Gynecol. 117(3):742-6.
Dolan, M., Scott C., dan Salameh. 2006. Laparoscopic Management of Gaint
Ovarian Cyst. Journal of the Society of Laparoendoscopic Surgeons,
vol.10: 254-256
Ehrman, David A. 2005. Polycystic Ovary Syndrome. The New England Journal
of Medicine. 352 : 1223 35
Hunn, J., dan Rodriguez, G.C. 2012. Ovarian Cancer: Etiology, Risk Factor, and
Epidemiology. Clinical Obstetrics and Gynecology. 55 (1): 3 23.
Karst, A.M., Drakin, R. 2009. Ovarian Cancer Pathogenesis: A Model in
Evolution. American Medical Journal. (10): 1-13.
26
27
obesity,
diabetes,
and
metabolic
syndrome.
Department
of
28