Disusun oleh:
Asterilia Pratiwi Nur Hayati (P174206130
Dian Hardiyanti Ningrum
(P174206130
(P174206130
Feri Fitriana
(P174206130
(P174206130
(P174206130
Umi Fadilah
(P174206130
Zuliyatul Fajriyah
(P174206130
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang
diridhoi Allah SWT.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami
tentang MEMAHAMI KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN LANJUT
USIA. Mudah-mudahan makalah ini bisa membantu bagi mahasiswa untuk bekal
nanti di lapangan.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis
yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.
Semarang,
Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB IPENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
Latar Belakang............................................................................................1
Rumusan Masalah.......................................................................................2
Tujuan ........................................................................................................2
Manfaat ......................................................................................................2
BAB IIPEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada
organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel
serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu dan proses
alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis
maupun sosial serta saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang
terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu,
kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations),
ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan
dialami bersamaan dengan proses kemunduran.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pelayanan lansia, yaitu
pelayanan konsultasi, pelayanan mediasi, dan pelayanan advokasi. Pelayanan
ini tidak lain untuk meningkatkan taraf kesejahteraan lansia, mewuujudkan
kemandirian usaha sosial ekonomi lansia.
Mengingat proyeksi penduduk lansia pada tahun 2020 akan meningkat
menjadi 11,37 % penduduk Indonesia, maka keperawatan gerontik memiliki
potensi kerja yang cukup besar di masa mendatang. Perawat perlu
membudayakan kegiatan penelitian dan pemanfaatan hasil-hasilnya dalam
praktik klinik keperawatan untuk mempersiapkan pelayanan yang prima.
Praktik yang bersifat evidence-based harus dibuat sebagai bagian integral dari
kebijakan organisatoris pelayanan kesehatan pada semua tingkatan agar
langkah-langkah tersebut dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kinerja
pelayanan kesehatan tersebut. Budaya ilmiah juga dapat dimanfaatkan sebagai
strategi akuntabilitas publik, justifikasi tindakan keperawatan, dan bahan
pengambilan keputusan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keperawatan gerontik?
2.
3.
4.
5.
6.
7.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi gerontik
2. Untuk mengetahui tujuan dari keperawatan gerontik
3. Untuk mengetahui fungsi dari perawat gerontik
4. Untuk mengetahui peran dari perawat gerontik
5. Untuk mengetahui model konseptual dalam keperawatan gerontik menurut
para ahli
D. Manfaat
1. Pembaca dapat mengetahui informasi tentang keperawatan gerontik
2. Perawat dapat mengetahui cara atau langkah yang dapat dilakukan dalam
memberikan asuhan keperawatan bagi lansia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keperawatan Gerontik
Keperawatan yang berkeahlian khusus merawat lansia diberi nama
untuk pertama kalinya sebagai keperawatan geriatric (Ebersole et al, 2005).
Namun, pada tahun 1976, nama tersebut diganti dengan gerontological.
Gerontologi berasal dari kata geros yang berarti lanjut usia dan logos berarti
ilmu. Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lanjut usia dengan
masalah-masalah yang terjadi pada lansia yang meliputi aspek biologis,
sosiologis, psikologis, dan ekonomi. Gerontologi merupakan pendekatan
ilmiah (scientific approach) terhadap berbagai aspek dalam proses penuaan
(Tamher&Noorkasiani, 2009).
Menurut Miller (2004), gerontologi merupakan cabang ilmu yg
mempelajari proses manuan dan masalah yg mungkin terjadi pada lansia.
Geriatrik adalah salah satu cabang dari gerontologi dan medis yang
mempelajari khusus aspek kesehatan dari usia lanjut, baik yang ditinjau dari
segi promotof, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang mencakup
kesehatan badan, jiwa, dan sosial, serta penyakit cacat (Tamher&Noorkasiani,
2009).
Sedangkan keperawatan gerontik adalah istilah yang diciptakan oleh
Laurie Gunter dan Carmen Estes pada tahun 1979 untuk menggambarkan
bidang ini. Namun istilah keperawatan gerontik sudah jarang ditemukan di
literature (Ebersole et al, 2005). Gerontic nursing berorientasi pada lansia,
meliputi seni, merawat, dan menghibur. Istilah ini belum diterima secara luas,
tetapi beberapa orang memandang hal ini lebih spesifik.
Menurut Nugroho (2006), gerontik adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan lanjut usia dengan segala permasalahannya, baik dalam
keadaan sehat maupun sakit. Menurut para ahli, istilah yang paling
menggambarkan keperawatan pada lansai adalah gerontological nursing
karena lebih menekankan kepeada kesehatan ketimbang penyakit. Menurut
Kozier (1987), keperawatan gerontik adalah praktek perawatan yang berkaitan
dengan
penyakit
pada proses
menua.
(CNS)
dan
perawat
gerontik
pelaksana/geriatric
nurse
ambulatori, fasilitas jangka panjang, dan independent practice. Hal ini sedikit
berbeda dengan peran perawat gerontik spesialis klinis. Perawat gerontik
spesialis klinis memiliki peran, diantaranya:
1. Provider of care
Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada klien, baik di
rumah sakit dengan kondisi akut, rumah perawatan, dan fasilitas
perawatan jangka panjang. Lansia biasanya memiliki gejala yang tidak
lazim yang membuat rumit diagnose dan perawatannya. Maka perawat
klinis perlu memahami tentang proses penyakit dan sindrom yang
biasanya muncul di usia lanjut termasuk faktor resiko, tanda dan gejala,
terapi medikasi, rehabilitasi, dan perawatan di akhir hidup.
2. Peneliti
Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau
baccalaureate level. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan
klien dengan metode evidence based practice. Penelitian dilakukan dengan
mengikuti literature terbaru, membacanya, dan mempraktekkan penelitian
yang dapat dipercaya dan valid. Sedangkan perawat yang berada pada
level undergraduate degrees dapat ikut serta dalam penelitian seperti
membantu melakukan pengumpulan data.
3. Manajer Perawat
Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan,
manajemen waktu, membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi
perubahan. Sebagai konsultan dan sebagai role model bagi staf perawat
dan
memiliki
jiwa
kepemimpinan
dalam
mengembangkan
dan
secara
perlahan-lahan
kemampuan
jaringan
untuk
buang
air
besar),
intellectual
impairment
(gangguan
menua, penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar
tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan. Akibat yang
paling sering dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bagian tertentu
dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada
kepala, luka bakar karena air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi.
Selain itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi
pergerakannya.
3. Beser
Beser buang air kecil (BAK) merupakan salah satu masalah yang
sering didapati pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam
jumlah dan kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau
sosial. Beser BAK merupakan masalah yang seringkali dianggap wajar
dan normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki
terjadi baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya. Akibatnya timbul
berbagai masalah, baik masalah kesehatan maupun sosial, yang
kesemuanya akan memperburuk kualitas hidup dari lansia tersebut. Lansia
dengan beser BAK sering mengurangi minum dengan harapan untuk
mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan lansia
kekurangan cairan dan juga berkurangnya kemampuan kandung kemih.
Beser bak sering pula disertai dengan beser buang air besar (BAB), yang
justru akan memperberat keluhan beser BAK tadi.
4. Gangguan intelektual
Merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi
intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan
terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari. Kejadian ini meningkat
dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun atau lebih, yaitu kurang dari
5% lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami dementia (kepikunan
berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini meningkat
mendekati 50%. Salah satu hal yang dapat menyebabkan gangguan
intelektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan gangguan
intelektual lainnya.
10
5. Infeksi
Merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia,
karena selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik
yang menyebabkan keterlambatan di dalam diagnosis dan pengobatan
serta risiko menjadi fatal meningkat pula. Beberapa faktor risiko yang
menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan
gizi, kekebalan tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ
tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang
menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat berkurang. Selain itu, faktor
lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh
mengalami infeksi.
6. Gangguan panca indera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit
Akibat proses menua semua panca indera berkurang fungsinya,
demikian juga gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan
untuk berbicara dapat menyebabkan terganggunya komunikasi, sedangkan
kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang
minimal.
11
pikiran
dan
perhatian,
kurangnya
minat,
hilangnya
9. Kurang gizi
Kekurangangizi
pada
lansia
dapat
disebabkan
perubahan
berkurang
ketidakmampuan
secara
tubuh
perlahan-lahan,
dalam
mengerjakan
yang
menyebabkan
atau
menyelesaikan
12
menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan paling sedikit tiga
syarat, yaitu :memiliki uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat tinggal yang
layak, mempunyai peranan di dalam menjalani masa tuanya.
11. Penyakit akibat obat-obatan
Salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita
penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih
banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka
waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya
penyakit akibat pemakaian obat-obat yang digunakan.
12. Gangguan tidur
Dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan
manusia adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan
tetapi karena sangat rutin maka kita sering melupakan akan proses itu dan
baru setelah adanya gangguan pada kedua proses tersebut maka kita ingat
akan pentingnya kedua keadaan ini. Jadi dalam keadaan normal (sehat)
maka pada umumnya manusia dapat menikmati makan enak dan tidur
nyenyak. Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh
para lansia, yakni sulit untuk masuk dalam proses tidur, tidurnya tidak
dalam dan mudah terbangun, tidurnya banyak mimpi, jika terbangun
sukar tidur kembali, terbangun dini hari, lesu setelah bangun dipagi hari.
13. Daya tahan tubuh yang menurun
Daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan salah satu
fungsi tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang
walaupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi
dapat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama
diderita (menahun) maupun penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang. Demikian juga
penggunaan berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi
organ-organ tubuh dan lain-lain.
14. Impotensi
13
Merupakan
ketidakmampuan
untuk
mencapai
dan
atau
14
6. Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lansia, hubungan seksual itu menurun,
minat, dorongan, gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang
7. Mitos ketidakproduktifan
Lansia dipandang sebagai usia tidak produktif
G. Pendekatan pada Lansia
1. Pendekatan fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik
melalui perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadian yang dialami
klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh,
tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan
penyakitnya yang dapat dicegah atau progresivitasnya. Perawatan fisik
umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:
a. Klien lanjut usia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang
masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam
kebutuhannya sehari-hari ia masih mampu melakukannya sendiri.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar
perawatan klien lanjut usia ini, terutama tentang hal yang terhubung
dengan
kebersihan
perseorangan
kesehatannya.
15
untuk
mempertahankan
2. Pendekatan psikis
Perawat
mempunyai
peranan
penting
untuk
mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lanjut usia. Perawat dapat berperan sebagai
pendukung dan interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, penampung
rahasia pribadi dan sahabat yang akrab.
Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam
memberi kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima
berbagai bdentuk keluhan agar lanjut usia merasa puas. Perawat harus
selalu memegang prinsip triple S yaitu sabar, simpatik dan service.
Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap
kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap.
Perawat harus mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi
sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban. Bila
perlu, usahakan agar mereka merasa puas dan bahagia di masa lanjut
usianya.
3. Pendekatan sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu
upaya perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan
untuk berkumpul bersama sesama klien lanjut usia berarti menciptakan
sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan sosial ini merupakan pegangan bagi
perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat
menciptakan hubungan sosial, baik antara lanjut usia maupun lanjut usia
dengan perawat.
Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lanjut usia
untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi. Lansia perlu
dirangsang untuk membaca surat kabar dan majalah.
Dengan demikian, perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi,
baik dengan sesama mereka maupun petugas yang secara langsung
berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, termasuk
asuhan keperawatan lansia dipanti sosial tresna wherda.
H. Tempat Pemberian Pelayanan Bagi Lansia
16
17
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan
pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional,
perencanaan, implementasi serta evaluasi.
Keperawatan gerontik bertujuan memberikan asuhan keperawatan yang
efektif terhadap klien yaitu lanjut usia. Asuhan diberikan agar klien
mendapatkan kenyamanan dalam hidup.
Peran perawat dalam gerontik adalah memberikan asuhan keperawatan
dan membantu klien dalam mengahadapi masalahnya dan membantu
memenuhi kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi sendiri oleh klien.
B. Saran
Dalam keperawatan gerontik, seorang perawat hendaklah mengetahui
asuhan keperawatan yang akan diberikan terhadap klien yaitu para lansia
sehingga lansia merasa tercukupi kebutuhannya secara lebih efektif.
Bagi keluarga klien juga hendaklah mengetahui tentang cara-cara
asuhan pada lansia sehingga lansia dapat menjalani masa tuanya dengan lebih
baik dan nyaman.
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2011). Konsep Dasar Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 23
Oktober
2012
dari
http://ebookbrowse.com/konsep-dasarkeperawatan-gerontik-doc-d189511678
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi SKM. (1995). Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : EGC
Potter & Perry. (2005). Fundamental of Nursing. Jakarta : EGC
Samsun, Ahmad. (2011). Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 22
Oktober 2012 dari http://id.scribd.com/doc/57506594/MakalahKeperawatan-Gerontik-i
Sri, Nina. (2010). Keperawatan Dasar. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2012
dari http://cheezabluesecret.multiply.com/journal