DERMATITIS SEBOROIK
Oleh :
Oky Fredy Ana Mahdi
09700093
Pembimbing :
dr.Buih A, Sp.KK
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, referat dengan judul Dermatitis
Seboroik dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Probolinggo,
O ktober
2015
Penyusun,
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan..........................................................................................................................i
Kata Pengantar................................................................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................................................iii
Daftar Gambar................................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
Pendahuluan....................................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Dermatitis Seboroik.....................................................................................................4
2.2 Epidemiologi Dermatitis Seboroik............................................................................................4
2.3 Etiologi dan Patogenesis Dermatitis Seboroik..........................................................................5
2.3.1 Teori Malassezia......................................................................................................6
2.3.2 Teori Hiperproliferasi..............................................................................................8
2.3.3 Teori Imunologi.......................................................................................................9
2.4 Faktor Pencetus Dermatitis Seboroik......................................................................................11
2.5 Gejala Klinis Dermatitis Seboroik.......................................................................................... 12
2.6 Diagnosis Dermatitis Seboroik................................................................................................13
2.7 Diagnosis Banding Dermatitis Seboroik.................................................................................14
2.8 Penatalaksanaan Dermatitis Seboroik.....................................................................................14
2.9 Prognosis.................................................................................................................................16
BAB III RINGKASAN
Ringkasan......................................................................................................................................17
Daftar Pustaka............................................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
Dermatitis seboroik merupakan penyakit peradangan kulit kronis yang
sangat umum, ditandai dengan skuama kuning keabu-abuan dan makula
eritematosa yang berbatas tidak jelas. Biasanya dapat disertai rasa gatal dan
terjadi di daerah yamg memiliki aktivitas kalenjar sebasea yang sangat aktif
seperti pada kulit kepala, wajah, daerah presternal, dan daerah lipatan tubuh. (1,2)
Dermatitis seboroik memiliki banyak variasi atau nama lain, yaitu sebopsoriasis,
seborrheic dermatitis, seborrheic eczema, dandruff, dan pityriasis capitis.(3)
Dandruff atau ketombe merupakan variasi yang lebih ringan dimana ditandai
dengan kering dan pengelupasan sisik atau skuama pada kulit kepala. (2) Beberapa
pasien dengan dermatitis seboroik juga dapat disertai dengan folikulitis
eritematosa dan blepharitis.(3)
Penyebab
dermatitis
tidak
diketahui
dan
merupakan
penyakit
jumlah CD4 dibawah 400 sel/mm3.(2) Seborrheic state istilah yang dipakai pada
pasien dengan imunokompeten dengan ditandai seboroik dan marginal blepharitis.
Mungkin juga berhubungan dengan psoriasis sebagai keadaan prepsoriasis dimana
nanti akan berkembang menjadi psoriasis. Pada beberapa pasien campuran ruamruam (skuama superfisial pada kulit kepala dan alis serta makula dengan skuama
polisiklik di trunkus) disarankan untuk menggunakan istilah seborrhiasis.(1)
Dermatitis seboroik juga sering terjadi pada pasien dengan Parkinsons
disease dan pada pasien yang mendapat pengobatan psikotropik seperti
haloperidol decanoate, lithium, buspirone, dan chlorpromazine,(2) tapi karena
dermatitis seboroik merupakan penyakit yang sering terjadi sehingga hal tersebut
belum dapat dibuktikan, dan stres emosional merupakan faktor yang diduga
sebagai penyebabnya.(1)
Gejala pada kulit yang dapat timbul berupa gatal dengan disertai ruam
orange-kemerahan atau abu-abu keputihan pada kulit, sering disertai minyak atau
makula putih kering berskuama, papula dengan ukuran bervariasi (5-20 mm), atau
patch dengan batas yang agak tegas. Krusta lengket dan fisura sering ditemukan
dilipatan belakang daun telinga.(1)
Diagnosis umumnya dapat ditegakkan dari gejala klinis, dengan anamnesa
dan hasil dari pemeriksaan klinis. Beberapa kondisi mungkin memiliki gambaran
yang sama dengan dermatitis seboroik, seperti pada psoriasis, dermatitis atopik,
dermatitis kontak, dan eritrasma. Dermatitis seboroik juga dapat menyerupai
rosasea dengan pola penyebaran yang mirip. Pada anak-anak, dermatitis seboroik
umumnya menyerupai tinea kapitis. Hal ini dapat dikonfirmasi dengan
pemeriksaan KOH.(2)
Etiologi dan patogenesa dari dermatitis seboroik belum diketahui dengan
pasti sehingga masih menjadi perdebatan.(3) Dikatakan bahwa Malassezia furfur
merupakan salah satu penyebabnya, sehingga muncul teori-teori tentang
etiopatogenesa dari dermatitis seboroik ini. (1,3)
Pada referat ini penulis ingin membahas tentang dermatitis seboroik,
terutama tentang teori-teori etiopatogenesa dari dermatitis seboroik yang masih
menjadi perdebatan. Diharapkan dengan adanya referat ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang patogenesa dari dermatitis seboroik ini, sehingga
referat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Dermatitis seboroik merupakan penyakit peradangan kulit kronis yang
sangat umum, ditandai dengan skuama kuning keabu-abuan dan makula
eritematosa yang berbatas tidak terlalu jelas. Biasanya dapat disertai rasa gatal
dan terjadi di daerah yang memiliki aktivitas kalenjar sebasea yang sangat aktif.
Misalnya, kulit kepala, wajah, daerah presternal, dan daerah lipatan tubuh.(1,2)
Dermatitis seboroik memiliki banyak variasi atau nama lain, yaitu sebopsoriasis,
seborrheic dermatitis, seborrheic eczema, dandruff, dan pityriasis capitis.(3)
Pada wajah dermatitis seboroik terutama mengenai bagian medial dari alis
mata, area di antara alis mata, dan bagian nasolabial. Dapat juga mengenai kulit
pada dada (umumnya bagian presternal) dan fleksura.(4)
2.2 Epidemiologi
Perkiraan dari prevalensi dermatitis seboroik dibatasi oleh tidak adanya
kriteria diagnostik yang di validasi serta skala penilaian keparahan, namun
sebagai salah satu kelainan kulit yang paling umum, dapat mengenai sekitar
11,6% dari populasi umum dan lebih dari 70% pada bayi di umur tiga bulan
pertama. Pada orang dewasa, angka kejadian paling tinggi pada dekade ketiga dan
keempat.(2,8) Angka kejadian sekitar 2% - 5% dari populasi dan paling sering
mengenai laki-laki.(1)
Penelitian secara cross-sectional di rumah sakit pendidikan Yunani antara
tahun 1995-2002, dilaporkan 2035 pasien di diagnose sebagai dermatitis seboroik,
memberikan prevalensi relatif keseluruhannya 4,05%.dibandingkan dengan data
dari pediatric cross-sectional menunjukkan bahwa prevalensi relatif dari pasien
rawat jalan di Yunani umur 0-15 tahun (2,5%) lebih rendah daripada di India
(11,3%) dan Cina (3,2%), sedangkan pada dewasa (4,05%), itu lebih rendah
daripada cina (7%), sama dengan Iran, dan lebih tinggi daripada populasi di
Inggris (2,35%).(3)
The National Ambulatory Medical Care Survey (NAMCS) meragukan data
mengenai kunjungan dari pasien rawat jalan dermatitis seboroik pada tahun 1996
sampai 2009. Selama periode tersebut, jumlah kunjungan pasien rawat jalan
dermatitis seboroik tiap tahun di Amerika Serikat sekitar 1 sampai 2 juta orang
tiap tahun. Rata-rata ada 1,4 juta orang penderita dermatitis seboroik per tahun,
dengan perempuan dilaporkan 53,8% dari seluruh kunjungan, dan laki-laki 46,3%.
(6)
dermatitis
tidak
diketahui
dan
merupakan
penyakit
multifaktorial yang perlu faktor pencetus endogen dan eksogen untuk terjadi.(3,4)
Sehingga pathogenesis dari dermatitis seboroik masih menjadi perdebatan.(3)
Gambar 1. Eritema dan skuama yang luas pada kulit kepala (3)
10
pengurangan
jamur
rekolonisasi
M.
slooffiae,
M.
sympodialis,
M.pachydermatis,
M.restricta,
bahwa spesies utama pada pasien dermatitis seboroik adalah M. globosa, berbeda
dengan M. sympodialis pada kulit normal. Penelitian lain menemukan M. globosa
dan M. restricta pada kulit yang sakit dan M. globosa paling banyak pada kulit
normal. Penelitian ketiga menemukan M. sypodialis pada pasien dengan
dermatitis seboroik dan pada orang normal. Beberapa telah menyatakan bahwa M.
globosa yang utama, tapi juga menemukan M. restricta atau M. sympodialis yang
menjadi spesies paling umum pada lesi dermatitis seboroik. Variasi dari prevalensi
relatif pada enam spesies lipofilik mungkin berdasarkan pada wilayah geografi.
Setidaknya sebagian menjelaskan tentang hasil yang bertentangan. (3)
Analisis pada genom lengkap pada M. globosa dan sebagian genom pada
M. restricta yang telah disajikan enzim penyandi gen lipase dan fosfolipid dapat
menjelaskan ketergantungan lemak pada genus tersebut. Sekresi enzim oleh jamur
patogenik telah dianggap merupakan faktor penting pada invasi dan penyebaran
pada host. Dengan demikian diperkirakan bahwa lipase dan fosfolipid terlibat
pada mekanisme patogenesis dari Malassezia spesies. Hal tersebut telah diusulkan
bahwa lipase mungkin berhubungan dengan ditemukannya dermatitis seboroik
dan dapat dianggap sebagai faktor virulensi. Beberapa penulis mengusulkan
bahwa enzim-enzim ini memberikan kemampuan untuk memetabolisme lemak
dan untuk mengubah asam lemak menjadi dinding sel jamur dan sangat penting
untuk pertumbuhan.(3)
Kerokan kulit dan analisis mikologi telah memperlihatkan bahwa pasien
dengan dermatitis seboroik biasanya mengalami peningkatan jumlah M.furfur
dibandingkan dengan individu normal. Mekanisme pasti pada lesi kulit yang
terkena belum diketahui. Reaksi positif tes tempel terhadap M.furfur sering
didapatkan pada dermatitis atopik dan jarang pada dermatitis seboroik.(3)
2.3.2 Teori Hiperproliferasi
Dahulu telah diusulkan bahwa jamur marupakan penyebab peradangan
awal pada kulit. Hal ini menghasilkan peningkatan perubahan sel dan peradangan
pada epidermis, sama halnya seperti psoriasis. Bukti yang digunakan dalam
mendukung teori ini termasuk dalam kegagalan pada pasien dengan ketombe
dalam merespon amphotericin B topikal dan respon pengobatan keratolitik dan
anti-inflamasi, seperti asam salisilat dan kortikosteroid. Penyakit psoriasis adalah
kelainan peradangan kulit yang memiliki beberapa karakteristik klinik
menyerupai dermatitis seboroik. Psoriasis ditandai dengan batas tegas, makula
eritematosa berskuama dengan skuama keperakan yang tebal pada kulit kepala,
trunkus, dan tungkai, terutama pada siku dan lutut. Ketika psoriasis dan dermatitis
seboroik secara khusus terdapat pada kulit kepala dengan tidak ada bagian kulit
lain yang terlibat, walau dilakukan biopsi kulit tidak mungkin dapat membedakan
kedua
keadaan
tersebut.
Sebuah
penelitian
retrospektif
mengevaluasi
CD4+/CD8+ yang rendah sekitar 68% pada pasien, sedangkan penelitian lain
menemukan perbandingan normal pada seluruh pasien dengan dermatitis
seboroik. Penelitian lain juga menemukan perbandingan normal CD4+/CD8+, tapi
dilaporkan jumlah sel B yang menurun pada 28% pasien dan jumlah sel natural
killer yang meningkat pada 48% pasien. Peningkatan persentase dari CD8+ T sel
ditemukan pada 60% pasien dan perbandingan persentase CD4+/CD8+ menurun
pada 70 pasien, dimana dinyatakan bahwa pasien dermatitis seboroik
memperlihatkan ketidakcocokan imun seluler. Perubahan pada populasi CD8+ T
sel mungkin sebagai hasil dari pelepasan sitokin. Pada pasien dengan dermatitis
seboroik, kerusakan tidak spesifik pada fungsi T sel terlihat dapat menjelaskan
hubungan dengan infeksi HIV, atau tidak ada bukti kontak sensitisasi pada pasien
dermatitis seboroik.(3,10)
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa jamur Malassezia secara
signifikan menurunkan produksi sitokin, dimana berhubungan dengan keberadaan
lapisan mikrofibrilar kaya lemak yang menyelubungi jamur. Jumlah lemak yang
banyak mungkin mencegah sel jamur memacu peradangan dan menetap dengan
status komensal mereka. Penelitian lebih lanjut dengan kelompok yang sama
menggambarkan bahwa pengeluaran lemak dinding sel terbalik dengan
kemampuan mereka untuk mengurangi tingkat proinflamasi sitokin. Pada
dermatitis seboroik, jamur ini gagal memiliki lapisan lemak karena perubahan
ketersediaan nutrisi pada permukaan lemak. Perubahan lapisan lemak pada
dermatitis seboroik mungkin dapat menjelaskan sifat peradangan pada penyakit
ini.
(3,11)
Peran respon imun pasien dalam patogenesis dermatitis seboroik tidak
pasti. Sebuah respon host khusus untuk Malassezia belum teridentifikasi, tetapi
angka dermatitis seboroik tinggi pada orang positif HIV menunjukkan proses
dimediasi oleh sistem kekebalan tubuh, meskipun respon dari dermatitis seboroik
pada keberhasilan pengobatan antriretroviral masih belum terbukti.(10)
abnormal
asam
lemak
esensial
telah
dipikirkan
sebagai
kemungkinan.
2.5 Gejala Klinis Dermatitis Seboroik(7,13)
A Pada bayi (usia 2 minggu 10 minggu)
1
Pada kepala (daerah frontal dan parietal) khas disebut cradle cap, dengan
krusta tebal pecah-pecah dan berminyak tanpa ada dasar kemerahan dan
kurang atau tidak gatal.
Pada lokasi lain lesi tampak kemerahan atau merah kekuningan yang
tertutup skuama berminyak dan kurang atau tidak gatal.
Pada daerah genitalia sering dalam bentuk krusta kuning dan lesi
psoriasiform.
B. Pada dewasa (pada usia pubertas, rata-rata pada usia 18-40 tahun, dapat pada
usia tua)
1
Umumnya gatal
Pada area seboroik, berupa makula atau plakat, folikular, perifolikular atau papula
kemerahan atau kekuningan dengan derajat ringan sampai berat, inflamasi,
skuama dan krusta tipis sampai tebal yang kering, basah atau berminyak.
Bercak kemerahan pada area dahi (seboroik korona), lipatan nasolabial, alis mata
dan glabella, atau dikenal dengan butterfly.
Penatalaksanaan(7,13)
A Umum:
1
Edukasi kepada pasien bahwa penyakit ini tidak dapat sembuh total dan
mudah kambuh
18
B. Khusus:
1
Losio kortikosteroid
Zinc atau coal tar dalam shampo atau mandi dengan sabun zinc
Benzoil peroksida
19
Krim Ketoconazole 2%
Krim Pimecrolimus 1%
Terapi sistemik
a
Asam retinoat
Pada kasus yang berat, pemberian asam retinoat 0,5 1 mg/kgBB
sangat efektif
Kapsul Itrakonazol
Pada kasus dermatitis seboroik yang lebih ringan, dosis 1 kapsul
Itrakonazol (100 mg) dengan pemberian 2 kali sehari selama 2
minggu juga efektif
Tablet Ketoconazole
Dosis 1 tablet (200 mg) sehari 1 kali selama 3 minggu
20
BAB III
RINGKASAN
Dermatitis seboroik merupakan penyakit peradangan kulit kronis yang
sangat umum, ditandai dengan skuama kuning keabu-abuan dan makula
eritematosa yang berbatas tidak jelas. Biasanya dapat disertai rasa gatal dan
terjadi di daerah yamg memiliki aktivitas kalenjar sebasea yang sangat aktif.
Misalnya, kulit kepala, wajah, daerah presternal, dan daerah lipatan tubuh.
Dermatitis seboroik memiliki banyak variasi atau nama lain, yaitu sebopsoriasis,
seborrheic dermatitis, seborrheic eczema, dandruff, dan pityriasis capitis.
Dermatitis seboroik umumnya dapat mengenai sekitar 11,6% dari populasi
umum dan lebih dari 70% pada bayi di umur tiga bulan pertama. Pada orang
dewasa, angka kejadian paling tinggi pada dekade ketiga dan keempat. Angka
kejadian sekitar 2% - 5% dari populasi dan paling sering mengenai laki-laki.
Sekresi kelenjar sebaceous, dampak oportunistik dari Malassezia furfur
dan respon imun penderita semua dapat berkontribusi pada patogenesis dermatitis
seboroik. Dermatitis seboroik ini dapat bertambah buruk lagi apabila terdapat
faktor predisposisi seperti status seboroik, keaktifan gandula sebasea, faktor
kelelahan, stress emosional, infeksi, dan defisiensi imun.
Diagnosis dermatitis seboroik biasanya dibuat berdasarkan gejala klinis
yang khas dan bila diperlukan dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
menyingkirkan diagnosis banding, misalnya pemeriksaan KOH 10-20% untuk
menyingkirkan diagnosis dermatofitosis atau pemeriksaan lampu Wood untuk
menyingkirkan diagnosis eritrasma.
Penatalaksanaan farmakologis meliputi preparat anti fungi untuk
menurunkan kolonisasi yeast yang bersifat lipofilik dan preparat anti inflamasi.
Selain penatalaksanaan farmakologis. Edukasi pada pasien dermatitis seboroik
juga penting, misalnya informasikan kepada pasien bahwa penyakit ini tidak dapat
sembuh total dan mudah kambuh, sering membersihkan dengan sabun agar
minyak dapat terangkat dan memberi perbaikan pada daerah yang terserang,
lakukan aktivitas di luar rumah, terutama selama musim panas juga memberi
22
DAFTAR PUSTAKA
1
23
Seboroik korona
Jawab:
bercak yang berbatas tegas dan diskret atau meliputi sebagian besar kulit kepala dan di luar
batas tumbuh rambut pada bagian frontal kepala
Scalp Psoriasis
Dermatitis seboroik
Disarankan untuk mencukur habis rambut yang terkena DS, dan apabila skuama tebal
dll
Dianjurkan untuk sering aktivitas diluar dan terkena kontak matahari
9 Apa yang menyebabkan dermatitis seboroik tidak bisa sembuh total? (distama)
Jawab:
Ditenggarai adanya suatu keturunan meskipun belum dapat dibuktikan
Dari dalam pasien sndiri misal higienitas kulit tidak dijaga dengan baik, kulit berminyak,
gampang stress dan kelelahan, dan juga biasanya ada penyakit imun penyerta misalnya HIV
10 Apa faktor predisposisi pada penyakit ini, apa semua orang bisa terkena? (Nurmakiah)
Jawab:
faktor predisposisi, timbulnya dermatitis seboroik dapat disebabkan oleh faktor kelelahan,
stress, emosional, infeksi, atau defisiensi imun. Kondisi ini dapat diperburuk dengan
meningkatnya keringat dan peningkatan aktivitas kelenjar sebasea pada produksi sebum,