Anda di halaman 1dari 13

FELINE INFECTIOUS PERITONITIS (FIP)

Anamnesa
Kucing bernama King datang ke University Veterinary Hospital (UVH)
pada tanggal 22 September 2015 dengan keluhan pemilik kucing flu tidak sembuh
sejak 2-3 bulan yang lalu, tidak mau makan 2 hari,perut kembung (ascites) sejak
sebulan yang lalu dan hipoksia. Pemilik membawa pasien ke private clinic pada
tanggal 15 September 2015 dan telah diberikan obat laksansia. Pemilik hanya
memelihara satu kucing dan King dilepas berkeliaran di luar rumah pada siang
hari.

Gambar 1 Kucing bernama King


Signalemen
Tanggal masuk
Nama
Jenis hewan/spesies
Ras/breed
Warna bulu & kulit
Jenis kelamin
Umur
Berat badan
Tanda khusus

: 22 September 2015
: King
: Kucing
: Domestic Short Hair
: Putih Coklat muda
: Jantan
: 3 tahun
: 4.5 kg
:Hasil Pemeriksaan Fisik

Status Present
Keadaan Umum
Perawatan
Habitus/tingkah laku
Gizi

: Baik
: Kiposis /jinak
: Sedang

Pertumbuhan Badan
Sikap berdiri
Suhu tubuh
Frekuensi nadi
Frekuensi nafas

: Sedang
: Menumpu pada empat kaki
: 38.2C
: 120 x/menit
: 18 x/menit

Adaptasi Lingkungan

: Baik

Kepala dan Leher


Inspeksi
Ekspresi wajah
Pertulangan kepala
Posisi tegak telinga
Posisi kepala
Palpasi
Turgor kulit

: Apatis
: Tampak tegas
: Berdiri tegak keduanya
: Kepala lebih tinggi dari tulang punggung
: 3 detik (Dehidrasi)

Mata dan Orbita Kiri


Palpabrae
Silia
Konjungtiva
Membran nictitans

: Membuka dan menutup sempurna


: Mengarah keluar dengan sempurna
: Rose, licin, mengkilat basah tidak ada perlukaan
: Tersembunyi

Mata dan Orbita Kanan


Palpabrae
Silia
Konjungtiva
Membran nictitans

: Membuka dan menutup sempurna


: Mengarah keluar dengan sempurna
: Rose, licin, mengkilat basah tidak ada perlukaan
: Tersembunyi

Bola Mata Kiri


Sklera
Kornea
Iris
Limbus
Pupil
Refleks pupil
Vasa injeksio

: Putih
: Bening
: Tidak ada perlekatan
: Rata
: Tidak ada perubahan
: Positif
: Tidak ada

Bola mata Kanan


Sklera
Kornea
Iris

: Putih
: Bening
: Tidak ada perlekatan

Limbus
Pupil
Refleks pupil
Vasa injeksio
Hidung dan sinus-sinus

: Rata
: Tidak ada perubahan
: Positif
: Tidak ada
: Lembab / sinus nyaring

Mulut dan Rongga Mulut


Mukosa
: Pucat, tidak ada perlukaan
Gigi
: Lengkap
Lidah
: Pucat, tidak ada ulkus
Leher
Perototan
Trakea
Esophagus

: Simetris
: Tidak ada batuk
: Kosong, tidak ada perluasan

Pendengaran dan Keseimbangan (Telinga)


Posisi
: Tegak
Bau
: Bau khas serumen
Permukaan daun telinga
: Rata (kotor) adanya kutu
Krepitasi
: Tidak ada
Refleks panggilan
: Ada
Thorak
Sistem Pernafasan
Inspeksi
Bentuk rongga thoraks
Tipe pernapasan
Ritme
Intensitas
Frekuensi
Palpasi
Penekanan rongga thorax
Palpasi intercostal
Perkusi
Lapangan paru-paru
Gema perkusi
Auskultasi
Suara pernapasan
Suara ikutan antara
ins dan eks

: Simetris
: Costalis
: Teratur
: Dalam
: 18 x/menit
: Tidak ada reaksi sakit, tidak batuk
: Tidak ada reaksi sakit
: Tidak ada perubahan
: Nyaring
: Bronkial inspirasi > vesikular terdengar jelas saat
ekspirasi
: Tidak ada

Sistem Sirkulasi
Inspeksi
Ictus cordis
Perkusi
Lapangan jantung
Auskultasi
Frekuensi
Intensitas
Ritme
Suara sistol dan diastol
Ekstrasistolik
Lapangan jantung
Pulsus dan jantung
Sistem pencernaan
Inspeksi
Besarnya
Bentuk
Suara peristaltik lambung
Palpasi
Epigastrikus
Mesogastrikus
Hypogastrikus
Isi usus halus
Isi usus besar
Auskultasi
Peristaltik usus
Anus
Sekitar anus
Refleks sphincter ani
Pembesaran kolon-kucing
Kebersihan daerah perineal
Sistem Urogenitalis
Mukosa vagina
Sistem Urogenitalis
Preputium
Penis

: Tidak terlihat

: Tidak ada kelainan


: 120 x/menit
: Kuat
: Teratur
: Terdengar jelas
: Tidak ada
: Tidak ada perubahan
: Seirama

: Porposional
: Simetris
: Ada suara cerna
: Tidak ada kelainan
: Tegang (ascites)
: Tegang (ada reaksi sakit)
: Kosong
: Kosong
: Ada (terdengar)
: Bersih
: Ada
: Tidak ada kelainan
: Bersih

: Pucat,bersih, tidak ada perlukaan, tidak ada


pembengkakan
: Bersih
: Pucat, licin, basah

Glans penis
Besar
Bentuk
Sensitivitas
Kebersihan
Scrotum

: Tidak ada kebengkakan


: Tidak ada perubahan
: Sensitif
: Bersih
: Bersih, tida ada kebengkakan

Alat gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan
Perototan kaki belakang
Spasmus otot
Tremor
Spasmus otot
Sudut persendian
Cara berjalan/berlari

: Simetris
: Simetris
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Proposional
: Koordinatif

Palpasi
Struktur pertulangan
Kaki kiri depan
Kaki kanan depan
Kaki kiri belakang
Kaki kanan belakang
Konsistensi tulang
Reaksi saat palpasi
Panjang kaki depan ka/ki
Panjang kaki blkg ka/ki

: Tegas
: Tegas
: Tegas
: Tegas
: Tegas dan keras
: Tidak ada rasa sakit
: Simetris
: Simetris

Diagnosa penunjang
Diagnosa
Diagnosa banding
Prognosa

: Rivalta test, abdominocentesis, sitologi cairan


abdomen, hematologi, FCoV immunocont test.
: Feline Infectious Peritonitis (FIP wet type)
: Protein Losing Nephropathy (PLN), Protein
Losing Enteropathy (PLE), penyakit jantung
: Dubius
PEMBAHASAN

Pasien kucing bernama King datang ke University Veterinary Hospital


(UVH) pada tanggal 22 September 2015 dengan keluhan pemilik kucing flu tidak
sembuh sejak 2-3 bulan yang lalu, tidak mau makan 2 hari, perut kembung
(ascites) sejak sebulan yang lalu dan hipoksia. Pemilik membawa pasien ke
private clinic pada tanggal 15 September 2015 dan telah diberikan obat laksansia

kerana diduga kucing mengalami konstipasi. Pada saat pemeriksaan, suhu kucing
berada pada kisaran normal yaitu 38.2C. Ditemukuan adanya kutu pada rambut
kucing dan adanya pembesaran pada abdomen kucing. Saat dilakukan palpasi,
terasa adanya undulasi yang mengindikasikan bahwa adanya penimbunan cairan
pada rongga abdomen. Selain itu, turgor kulit kucing lama kembali ke bentuk
semula yaitu lebih 3 detik sehingga dapat dikatakan kucing tersebut mengalami
dehidrasi. Presentasi dehidrasi yang terjadi pada kucing adalah 5%. Parameter
terhadap adanya dehidrasi selain turgor kulit adalah kondisi mukosa yang pucat,
kering, tersembulnya membrana nictitans dan lethargi (Meyer dan Harvey 1998).
Seterusnya dokter hewan yang bertugas mengambil cairan rongga perut pasien
sebanyak 3 ml dan dilakukan Rivalta Test. Dapat dilihat cairan abdomen yang
ditampung berwarna keruh kekuningan. Rivalta test adalah pemeriksaan kimia
untuk membedakan transudat dan eksudat dimana prinsip kerjanya adalah
seromucin yang terdapat di dalam eksudat akan bereaksi dengan asam asetat
glasial menimbulkan kekeruhan yang nyata dan dari hasil Rivalta Test kucing
King positif dimana adanya kabut awan. Dengan itu dokter hewan bertugas
mendiagnosa awal kucing King suspek Feline Infectious Peritonitis (FIP) tipe
basah.
Feline Infectious Peritonitis (FIP) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh Feline Coronavirus (FcoV) yang termasuk ke dalam golongan
virus RNA dan mudah bermutasi (Addie 2000). Penyebaran atau penularan virus
ini melalui kontak langsung dengan kucing yang terinfeksi, kucing yang terinfeksi
menyebarkan virus melalui feses dan air liurnya. Induk kucing juga sebagai
carrier atau pembawa virus yang dapat menularkan virus ke anaknya. Virus ini
dapat bertahan hidup pada permukaan kering dengan suhu ruangan selama kurang
lebih 2-3 minggu (Pederson 2009). Gejala umum pada kasus FIP adalah lethargy,
anoreksia, berat badan menurun drastis, demam yang naik turun, pertumbuhan
tidak normal dan ikterus. FIP terbagi kepada dua tipe yaitu tipe basah dan tipe
kering. Jenis tipe ditentukan dari bentuk klinis yang terlihat (Kipar et al. 2005).
Apabila menunjukkan bentuk klinis effusive (wet) terjadinya akumulasi cairan di
rongga dada dan rongga perut sehingga akan menyebabkan pembengkakan daerah
perut, manakala non effusive (dry) cairan yang menumpuk pada rongga perut dada
dan perut relatif sedikit dan gejala yang muncul terlihat pada organ yang tenfeksi
virus antaranya gejala radang mata dan gangguan syaraf sperti kejang-kejang, cara
berjalan yang tidak stabil, bahkan boleh menyebabkan kelumpuhan (Pederson
2009).
Terdapat beberapa diagnosa penunjang yang dilakukan untuk kucing King
untuk meneguhan diagnosa diantaranya abdominocentesis, sitologi cairan
abdomen, hematologi dan FcoV immunocomb. Penunjang diagnosa awal yang
dilakukan adalah
abdominocentesis. Abdominocentesis dilakukan untuk
mengurangi ketegangan pada abdomen dan pada kasus ini sebanyak 500ml cairan

cairan diambil menggunakan jarum kupu-kupu yang dihubungkan dengan syringe


20ml dan kidney bowl untuk menampung cairan abdomen. Cairan yang telah
ditampung menunjukkan warna kuning terang, jernih dan viskositas yang terlihat
rendah (cair) (Gambar 2). Cairan abdominocentesis tersebut berwarna kuning
karena adanya bilirubin akibat kondisi hyperbilirubinemia dan hyperbilirubinuria.
Efusi FIP tipe basah pada umumnya terlihat keruh, viskositas yang tinggi dan
memiliki protein yang tinggi. Pada umumnya efusi FIP disebut juga trasudat yang
mengandung cukup banyak sel termasuk makrofag, netrofil, sedikit limfosit,
sedikit RBC dan sedikit fibrin. Cairan yang bersifat transudat berasal dari plasma
yang berefusi dari pembuluh darah akibat gangguan keseimbangan protein. Efusi
FIP berbeda dengan eksudat peritonitis akibat infeksi bakteri. Cairan akibat
infeksi bakteri disebut juga purulenta dengan jumlah netrofil yang sangat tinggi
(Pederson 2014).

Gambar 2 Cairan hasil abdominocentesis


Abdominocentesis yang dilakukan sebanyak 500ml dapat mengganggu
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Oleh kerana itu hewan diberikan
terapi cairan yang juga untuk mengurangu dehidrasi yang didera kucing King.
Infus cairan yang diberikan adalah cairan ringer laktat yang dapat mengembalikan
keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan shock hipovelemik. Terapi
cairan yang diberikan untuk hewan tersebut 27 tetes per menit. Berikut adalah
perhitungan terapi cairan :
Vol. Pengganti
Vol. Maintenance

: 4.5 (wt/kg) x 5% dehidrasi = 225 ml


: 60 (ml/kg) x 4.5 (wt/kg)
= 370 ml
Total = 495 ml (-120ml)
Vol. Yang harus diberikan 495/14 jam
= 30ml /hari atau 0.45ml/menit
Apabila yang diinginkan microdrip
= 0.45 ml/ menit x 60
= 27 tetes/menit

Selanjutnya dilakukakn pemeriksaan darah lengkap meliputi hematologi


(Tabel 1) dan biokimiawi darah (Tabel 2).
Tabel 1 Hasil pemeriksaan hematologi darah King
Haemogram
Eritrosit (x 1012/L)
Hb (g/L)
PCV (L/L)
MCV (f/L)
MCHC (g/L)
Leukosit (x 109/L)
Neutrofil band (x 109/L)
Neutrofil segmen (x 109/L)
Limfosit (x 109/L)
Monosit (x 109/L)
Eosinofil (x 109/L)
Retikulosit (/100 RBC)
Trombosit (x 109/L)
Plasma protein (g/L)
Ikterus index (unit)

Hasil
4.01
73.4
0.21
52
350
7.77
0.08
6.45
0.54
0.62
0.08
0.1
14.9
114
7.5

Referensi
5-10
80-150
0.24-0.45
39-55
300-360
5.5-19.5
< 0.3
2.5-12.5
1.5-7.0
0.2-0.8
0.1-1.5
0.5-1.5
300-700
60-80
< 10

Tabel 2 Hasil pemeriksaan biokimiawi darah King


Biokimiawi
Urea (mmol/L)
Kreatinin (mol/L)
Total protein (g/L)
Albumin (g/L)
Globulin (g/L)
A/G (unit)

Hasil
6.9
95
111.3
26.2
85.1
0.3

Normal
3.0-10.0
60-193
55-75
25-40
25-45
0.5-1.4

Hasil pemeriksaan darah pada kucing King menunjukkan penurunan


eritrosit, hemoglobin dan PCV. Dengan demikian kucing King mengalami anemia
menurut Bijanti et al. (2010) seekor hewan dikatakan mengalami anemia jika
terjadi pengurangan jumlah eritrosit, kuantitas hemoglobin dan volume PCV.
Terjadi penurunan limfosit, eosinofil, retikulosit, trombosit dan plasma protein
dan menurut Paltrinieri et al. (2001) abnormalitas profil CBC dan kimia darah
pada kucing yang menderita FIP meliputi anemia non regeneratif dengan
gambaran sel darah merah mikrositik hipokromik, neutrofilik leukositosis dengan
limfositopenia, eosinopenia dan monositosis, serta hipoalbuminemia dan
hiperglobulinemia dengan penurunan rasio albumin/globulin.
Selanjutnya dilakukan juga pemeriksaan penunjang menggunakan
ImmunoComb Test yang dirancang untuk menentukan titer antibody terhadap
feline coronavirus penyebab FIP.

Gambar 3 Komponen utama ImmunoComb (a) plastik, Plate multi kompertemen (b)

Comb plastik sebanyak 12 gigi dipasangkan sesuia nomor yang sama


dengan sumur dalam plate. Satu gigi digunakan untuk satu kali diagnosa.
Diagnosa kali ini menggunakan kolom 8 yang harus dipasangkan dengan comb
plastik nomor 8. Spesimen yang digunakan dapat berupa darah (10 l), serum atau
plasma (5l). Pada kasus King digunakan spesimen darah dan selanjutkannya
dimasukkan ke dalam sumur A dan diaduk secara perlahan, setelah itu comb
disimpan selama 10 menit. Sumur A disebut juga larutan ekstraksi, apabila
terdapat antibodi spesifik pada spesimen, akan terbentuk ikatan dengan antigen
pada titik test. Selanjutnya dua menit, comb dipindahkan ke kolom C yang
mengandung enzim untuk mengikat kompleks antigen antibody selama 10 menit.
Comb selanjutnya dipindahkan ke kolom D dan E masing-masing selama 2 menit
untuk di cuci. Terakhir, comb dipindahkan ke sumur F yang mengandung
kromogen sehingga warna akan berkembang melalui reaksi enzimatis. Hasil akan
terlihat pada titik paling bawah, sedangkan titik atas adalah kontrol internal dan
titik tengah adalah kontrol positif.
Hasil intensitas warna akan berhubungan dengan level antibodi dari
spesimen. Hasil yang didapatkan dapat disesuaikan dengan comb scale yang
tersedia bersamaan dengan ImmunoComb Test KIT. Hasil pembacaaan
ImmunoComb Test dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4 Hasil ImmunoComb tes, (a) warna titik tengah yang harus berada pada posisi S3, (b)
warna titik bawah dengan posisi penggaris kuning yang tidak diubah dari
penyesuaian titik tengah berada diantara S4 dan S5.

Cara pembacaan hasil diperlukan dua komponen utama yaitu comb scale
dan penggaris kuning. Pembacaan hasil melalui dua tahap, pertama adalah
penyesuaian warna pada titik tengah dengan comb scale. Setelah menemukan
warna yang sesuai, angka S3 pada penggaris kuning harus diposisikan di tempat
yang sejajar (Gambar 4a). Tahap selanjutnya, hasil titik bawah disesuaikan dengan

warna pada comb scale dan hasilnya dapat terlihat yaitu berada pada kisaran 4 dan
5 yang berarti hewan tersebut terinfeksi feline coronavirus (Tabel 3).
Tabel 3 Hasil diagnosa FIP menggunakan ImmunoComb test
Hasil
S0
S1
S2
S3
S3
S5

Interpretasi
(disesuaikan dengan gejala klinis pada kucing)
Hasil negatif, Tidak ada reaksi FcoV
Reaksi non spesifik, Negatif
Reaksi positif rendah
Reaksi positif medium FIP
Reaksi positif FIP
Reaksi positif tinggi FIP

Pada kasus FIP, belum ada pengobatan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi infeksi virus tersebut. Berbagai pengobatan dengan menggunakan
obat-obatan antiviral, imunomodulasi, dan imunosupresi kurang menunjukkan
hasil. Hampir semua kucing yang didiagnosa terkena FIP pada akhirnya akan
mati. Pada kucing yang terkena FIP jenis basah sering dapat bertahan hidup
sekitar dua bulan dan pada jenis kering dapat bertahan hidup hingga setahun.
Kucing yang menderita FIP dengan kondisi tubuh yang masih bagus dapat
ditolong dengan obat-obatan untuk membuatnya lebih nyaman. Obat0obatan yang
bisa digunakan untuk penderita FIP menurut Eldredge et al. (2008) yaitu
cyclophosphamid atau imunosupresif, suplemen vitamin khususnya vitamin C,
beberapa kucing menjadi lebih baik dengan pemberian aspirin dosis rendah untuk
mengurangi terjadinya inflamasi, beberapa dokter juga sering menggunakan
pentoxifylline (Trental) untuk mengurangi kerusakan pembuluh darah akibat
virus. Pada kucing yang menderita FIP dengan kondisi yang sudah memburuk,
maka tindakan euthanasi merupakan tindakan yang tepat dilakukan. Tindakan
preventif yang dapat dilakukan untuk menghindari FIP yaitu mengurangi tingkat
stress fisik dan lingkungan kucing agar imunitas kucing terjaga dan lebih kuat
terhadap infeksi virus, selain itu penting juga diperhatikan nutrisi yang diberikan,
kontrol parasit, dan grooming secara teratur (Eldredge et al. 2008). Tabel 4
menunjukkan kondisi perawatan kucing King.
Tabel 4 Kondisi harian perawatan kucing King
Tanggal

Kondisi harian

22 September 2015

T = 38.2 C
Tidak nafsu makan
Sedikit minum
Ascites (suspect FIP wet type)
Dehidrasi 5 %

Terapi

Pemeriksaan hematologi
Abdominocentesis (cairan
sebanyak 500ml, warna
kuning terang, viskositas
sedang, cairan jernih)
Analisis cairan abdomen
Frontline spot on
Infus RL 200 ml (IV) +

23 September 2015

T= 38,1
Mulai mau makan
Sedikit minum
Defekasi/Urinasi : +
Respon baik

24 September 2015

T=38,4
Nafsu makan : ++
Sedikit minum
Defekasi/Urinasi : +

Duphalyte
Prednisolone 50 g 1 tab (PO)
Clavamox 1 tab (PO)
Bromhexine tab (PO)
Vit B Complex 1 tab (PO)
Abdominocentesis (cairan
sebanyak 500ml, warna
kuning terang, viskositas
sedang, cairan jernih)
Infus RL 200 ml (IV) +
Duphalyte
Prednisolone 50 g 1 tab (PO)
Clavamox 1 tab (PO)
Bromhexine tab (PO)
Vit B Complex 1 tab (PO)
Tes FcoV ImmunoComb :
positif FIP
Abdominocentesis (cairan
sebanyak 500ml, warna
kuning terang, viskositas
sedang, cairan jernih)
Infus RL 200 ml (IV) +
Duphalyte
Prednisolone 50 g 1 tab (PO)
Clavamox 1 tab (PO)
Bromhexine tab (PO)

Pada hari pertama perawatan (22 September 2015) kucing King dilakukan
pemeriksaan darah, abdominosintesis, analisis cairan abdome dan diberikan
Frontline spot on. Frontline diberikan untuk membunuh Flea dalam waktu 24 jam
dan Tick dalam waktu 48 jam. Frontline juga berfungsi untuk membunuh Flea
selama 5 minggu pada kucing dan pencegahan sampai 15 minggu. Terapi obat
yang diberikan pada hari pertama adalah dengan pemberian Prednisolon dengan
dosis 50g 1 tab secara per oral dan pemasangan infus Ringer Laktat (RL)
sebanyak 200ml secara intra vena (IV) serta ditambahkan dalam cairan infus
Duphalyte sebanyak 0.5ml (IV), Clavamox 62.5g 1 tab per oral, Bromhexidine
tab per oral dan vit B complex 1 tab per oral. Prednisolon merupakan jenis obat
kortikosteroid atau lebih dikenal obat steroid. Obat ini digunakan untuk mengatasi
kondisi autoimun, alergi, gangguan pernafasan dan sebagian jenis kanker.
Clavamox adalah antibiotik kombinasi yang mengandung amoksisilin dan asam
klavulanat. Amoksisilin adalah antibiotik turunan penisilin semisintetik,
mempunyai spektrum luas, efektif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif
manakala amoksisilin bekerja dengan cara menghambat sintesa dinding sel bakteri
dan bersifat bakterisidal. Asam klavulanat adalah penghambat enzim

betalaktamase yang diproduksi oleh bakteri-bakteri tertentu. Bromhexine bekerja


dengan mengencerkan sekret pada saluran pernafasan dengan jalan
menghilangkan serat-serat mukoprotein dan mukopolisakarida yang terdapat pada
sputum/dahak.
Hari berikutnya (23 September 2015) kucing terlihat membaik dan sudah
mau makan dan minum. Terapi obat yang diberikan masih sama seperti hari
pertama. Dilakukan Tes FcoV ImmunoComb dan hasil menunjukkan postif (S5)
dimana reaksi tinggi terhadap FIP. Dilakukan juga abdoiminosintesis cairan
abdomen dan hasil terlihat cairan berwarna kuning terang, viskositas sedang,
cairan jernih. Pada hari ketiga kondisi kucing sudah membaik sehingga dokter
membolehkan kucing tersebut pulang kerumah. Penyakit FIP tipe basah ini
termasuk ke dalam tipe fatal dan mematikan, namun pengobatan yang tepat dapat
memperlambat infeksi virus pada hewan. Untuk mencegah infeksi FcoV
sebaiknya hewan di vaksin sehingga dapat mencegah kematian akibat FIP
sebanyak 50-75%. Selain itu hewan tidak didekatkan dengan hewan lainnya dan
menjaga sanitasi kandang merupakan langkah utama pencegahan. Pencegahan FIP
dapat juga dilakukan dengan mengurangi stress pada kucing akibat lingkungan
agar imunitas tubuh tidak mengalami penurunan (Addie 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Addie DD. 2000. Clustering of feline coronaviruses in multicat households. The
Veterinary Journal 159, 8-9
Addie DD. 2005. Prevention of FIP in Cat Shelters. The North American
Veterinary Conference Proceedings. 8-12 Januari 2015. Orlando, Florida.
Bijanti R, Yuliani MGA, Wahjuni RS, Utomo RB. 2010. Buku Ajar Patologi
Klinik Veteriner Edisi Pertama. Surabaya (ID): Airlangga University Press.
Brown MA, Troyer JL, Pecon SJ, Roelke ME, OBrien SJ. 2009. Genetics and
Pathogenesis of Feline Infectious Peritonitis Virus. The Emerging Deasease
15, 1445-1452
Eldredge DM, Carlson DG, Carlson LD, Giffin JM. 2008. Cat Owners Home
Veterinary Handbook. New Jersey: Wiley Publishing.
Kipar A, May H, Menger S, Weber M, Leukert W, Reinacher M. 2005.
Marphologic features and development of granulatomatous vasculities in
feline infectious peritonitis. Veterinary Pathology 42. 321-330
Meyer DJ dan Harvey JW 1998. Veterinary Laboratory Medicine : Interpretation
and Diagnosis. WB Saunders Co. Philadelphia.
Paltrinieri V, Grieco V, Comazzi S, Cammarata Parodi M. 2001. Laboratory
profiles in cats with different pathological and immunohistochemical
findings due to feline infectious peritonitis (FIP). J Feline Med Surg. 3:149
159.
Pederson NC. 2014. Feline Infectious Peritonitis : Diagnostics and Therapeutics.
The Veterinary Journal. Vol 201: 133-141.

Anda mungkin juga menyukai