PENDAHULUAN
yang berasal dari kelenjar tiroid. Adapun hipertiroidisme subklinis, secara definisi
diartikan kasus dengan kadar hormone normal tetapi TSH rendah. Di kawasan
Asia dikatakan prevalensi lebih tinggi disbanding yang non Asia (12% versus
2.5%) (Djokomoeljanto, 2010).
Penyakit Graves merupakan penyebab utama dan tersering tirotoksikosis
(80-90%), sedangkan yang disebabkan karena tiroiditis mencapai 15% dan 5%
karena toxic nodular goiter. Prevalensi penyakit Graves bervariasi dalam populasi
terutama tergantung pada intake yodium (tingginya intake yodium berhubungan
dengan peningkatan prevalensi penyakit Graves). Penyakit Graves terjadi pada
2% wanita, namun hanya sepersepuluhnya pada pria. Kelainan ini banyak terjadi
antara usia 20-50 tahun, namun dapat juga pada usia yang lebih tua (Fauci, et al.,
2008).
Hipertiroidisme sering ditandai dengan produksi hormone T3 dan T4 yang
meningkat, tetapi dalam persentase kecil (kira-kira 5%) hanya T3 yang
meningkat, disebut sebagai tirotoksikosis T3 (banyak ditemukan di daerah dengan
defisiensi yodium). Status tiroid sebenarnya ditentukan oleh kecukuan sel atas
hormon tiroid dan bukan kadar normal hormone tiroid dalam darah. Ada
beberapa prinsip faali dasar yang perlu diingat kembali. Pertama bahwa hormon
yang aktif adalah free hormone, kedua bahwa metabolism sel didasarkan atas
tersedianya free T3 bukan free T4, ketiga bahwa distribusi deiodinase I, II, dan III
di berbagai organ tubuh berbeda (D1 banyak di hepar, ginjal dan tiroid, DII di
otak, hipofisis, dan DIII di jaringan fetal, otak, plasenta), namun hanya D1 yang
dapat dihambat oleh PTU (Djokomoeljanto, 2010).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid berkembang dari endoderm yang berasal dari sulcus
pharyngeus pertama dan kedua. Tempat pembentukan kelenjar tiroid ini menjadi
foramen sekum di pangkal lidah. Jaringan endodermal ini turun ke leher sampai
setinggi cincin trakea kedua dan ketiga yang kemudian membentuk dua lobus.
Penurunan ini terjadi pada garis tengah janin. Saluran pada struktur endodermal
ini tetap ada dan menjadi duktus tiroglosus atau mengalami obliterasi menjadi
lobus piramidalis kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid janin secara fungsional mulai
mandiri pada minggu ke-12 masa kehidupan intrauterine.
Kelenjar tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia colli media dan fascia
prevertebralis. Di dalam ruang sama terdapat trakea, esophagus, pembuluh darah
besar dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia pretrachealis, dan
melingkari trakea dua pertiga bahkan sampai tiga perempat lingkaran. Keempat
kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid,
tetapi letak dan jumlah kelenjar ini dapat bervariasi. Arteri karotis komunis, vena
jugularis interna dan nervus vagus terletak bersama dalam suatu sarung tertutup di
laterodorsal tiroid. Nervus recurrens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk
laring. Nervus phrenicus dan trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam ruang
antara fasia media dan prevertebralis.
Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari empat sumber, arteri carotis
superior dextra dan sinistra, cabang arteri karotis eksterna dextra dan sinistra dan
kedua arteri tiroidea inferior dextra dan sinistra, cabang arteri brachlialis. Kadang
kala dijumpai arteri tiroidea ima, cabang dari trunkus brakiosefalika. Sistem vena
terdiri atas vena tiroidea superior yang berjalan bersama arteri, vena tiroidea
media di sebelah lateral, dan vena tiroidea inferior. Terdapat dua macam saraf
yang mensarafi laring dengan pita suara (plica vocalis) yaitu nervus rekurens dan
cabang dari nervus laringeus superior.
2.2 Regulasi Hormon Tiroid
a. TRH (Thyrotropin Releasing Hormone)
Hormon ini disintesa dan dibuat di hipotalamus. TRH ini dikeluarkan lewat
sistem hipotalamohipofiseal ke sel tirotrop hipofisis.
b. TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
Suatu glikoprotein yang terbentuk oleh sub unit ( dan ). Sub unit sama
seperti (TSH, LH, FSH dan Human Chorionic Gonadotropin / hCG) dan
penting untuk kerja hormone secara aktif. Tetapi sub unit adalah khusus
untuk setiap hormone. TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat
reseptor di permukaan sel tiroid TSH receptor (TSH-r) dan terjadilah efek
iodinasi
DIT + DIT
DIT
kondensasi
T4
oksidatif
DIT + MIT
kond - oks
T3
d. T. Penimbunan
Produk hormon disimpan extraseluler koloid TG dikeluarkan
bila dibutuhkan. Distribusi rata2 senyawa beriodium :
23 % MIT ; 35 % T4
33 % DIT ; 7 % T3
e. T. Deyodinasi
Untuk menghemat pemakaian yodium (daerah GAKI) Yodo tirosin
yang terbentuk mengalami de yodinasi yodida + TG + residu tirosin
f. Proteolisis
Gambar 3.
Sintesa
Hormon
Tiroid
Source : Sibernagl Pathophysiology, 2007
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) yang
kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3). Iodium non
organik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormone tiroid.
kebutuhan
seluler
akan
oksigen
pada
hipotiroidisme
pasien
hipertiroid
dengan
fungsi
adrenal
normal
sehingga
darah
sebelum
dialirkan
ke
sel.
Tiroid
membantu
tiroid
diatur
oleh
hormon
Tropik,
hormon
yang
TSH
oleh
hipofisis
anterior
dipacu
TRH
hipotalamus.
Inhibisi balik dari sekresi TRH dan TSH terjadi dengan kadar tinggi hormon atau
yodium yang beredar. Sebagian besar hormon ( T3 dan T4) terikat dengang
lobulin pengikat tiroksin dalam plasma.
3.Farmakokinetik
T4 dan T3 diabsorbsi setelah pemberian peroral. T4 diubah menjadi T3
oleh dua jenis deiodinase berbeda, tergantung pada jaringannya. T3 bergabung
dengan reseptor untuk memacu sintesis protein lanjutan yang diperlukan untuk
metabolisme normal. Hormon ini kemudian di metabolisme melaluisistem P-450.
Obat obat seperti penitoin, rifampin, penobarbital dsb, yang memacu enzim P450 mempercepat metabolisme hormon tiroid.
2.4 Definisi Hipertiroid
Hipertiroid atau Hipertiroidesme adalah suatu keadaan atau gambaran
klinis akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang
terlalu aktif. Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin dari lodium, maka
lodium radiaktif dalam dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya
(mengurangi intensitas fungsinya). Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu
kelenjar tiroid yang terlalu aktif menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari
hormon-hormon tiroid yang beredar dalam darah.
Thyrotoxicosis adalah suatu kondisi keracunan yang disebabkan oleh suatu
kelebihan hormon-hormon tiroid dari penyebab mana saja. Thyrotoxicosis dapat
disebabkan oleh suatu pemasukan yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid
atau oleh produksi hormon-hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid adalah subtansi kimia yang diproduksi oleh kelenjar tiroid
dan dilepaskan kedalam aliran darah. Hormon tiroid saling berinteraksi dengan
hampir seluruh sel tubuh, yang menyebabkan sel tubuh untuk meningkatkan
aktivitas metabolisme mereka. Kelainan banyaknya hormon tiroid ini yang secara
khas mempercepat metabolisme tubuh. Metabolisme adalah proses kimia dan
fisika yang menciptakan unsur dan menghasilkan energi yang diperlukan untuk
fungsi sel, pertumbuhan dan divisi. Hipertiroid atau Hipertiroidisme biasanya
dapat diatasi dengan obat-obatan. Pilihan lainnya adalah pembedahan untuk
mengangkat kelenjar tiroid atau pemberian yodium radiaktif. Setiap pengobatan
memiliki kelebihan dan kekurangan. Agar bekerja sebagaimana mestinya, kelenjar
tiroid memerlukan sejumlah kecil yodium : Jumlah yodium yang berlebihan bisa
menurunkan jumlah hormon yang dibuat dan mencegah pelepasan hormon tiroid.
Karena itu untuk menghentikan pelepasan hormon tiroid yang berlebihan, bisa
diberikan yodium dosis tinggi. Pemberian yodium terutama bermanfaat jika
hipertirodisme harus segera dikendalikan (misalnya jika terjadi badai tiroid atau
sebelum dilakukan tindakan pembedahan). Yodium tidak digunakan pada
pengobatan rutin atau pengobatan jangka panjang. Propiltiourasil atau metimatol
merupakan obat yang paling sering digunakan untuk mengobati hipertiroidisme.
Obat ini memperlambat fungsi tiroid dengan cara mengurangi pembentukan
hormon tiroid oleh kelenjar. Kedua obat tersebut diberikan per-oral (ditelan),
dimulai dengan dosis tinggi. Selanjutnya disesuaikan dengan hasil pemeriksaan
darah terhadap hormon tiroid.
Tiroiditis adalah radang kelenjar tiroid yang biasanya diikuti dengan gejala
hipertiroid. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita setelah melahirkan,
yang beberapa bulan kemudian timbul gejala hipotiroid. Sebagian besar akan
pulih kembali menjadi normatiroid. Setelah pengobatan dengan radiasi yodium
radiaktif, atau setelah tindakan beda, jaringan tiroid menjadi tidak berdungsi atau
terambil semua oleh operasi mata akan timbul gejala hipotiroid. Hormon-hormon
tiroid menstimulasi metabolisme dari sel-sel. Mereka diproduksi oleh kelenjar
tiroid. Kelenjar tiroid bertempat pada bagian bawah leher, dibawah Adam's apple.
Kelenjar membungkus sekeliling saluran udara (trachea) dan mempunyai suatu
bentuk yang menyerupai kupu-kupu yang dibentuk oleh dua sayap (lobes) dan
dilekatkan oleh suatu bagian tengah (isthmus). Kelenjar tiroid mengambil yodium
dari darah (yang kebanyakan datang dari makanan-makanan seperti seafood, roti,
dan garam) dan menggunakannya untuk memproduksi hormon-hormon tiroid.
Dua
hormon-hormon
tiroid
yang
paling
penting
adalah
thyroxine
(T4)triiodothyronine (T3) mewakili 99.9% dan 0.1% dari masing-masing hormonhormon tiroid. Hormon yang paling aktif secara biologi (contohnya, efek yang
paling besar pada tubuh) sebenarnya adalah T3. Sekali dilepas dari kelenjar tiroid
kedalam darah, suatu jumlah yang besar dari T4 dirubah ke T3 - hormon yang
lebih aktif yang mempengaruhi metabolisme sel-sel. dan
Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut
pituitari. Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang
beredar dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar
pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang disebuthipothalamus, juga suatu
bagian dari otak.
Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin
releasing hormone (TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari untuk
melepaskan thyroid stimulating hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim
sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang
berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu jumlah
hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian
berakibat pada hipertiroid.
Angka atau kecepatan produksi hormon tiroid dikontrol oleh kelenjar
pituitari. Jika tidak ada cukup jumlah hormon tiroid yang beredar dalam tubuh
untuk mengizinkan fungsi yang normal, pelepasan TSH ditingkatkan oleh pituitari
dalam suatu usahanya untuk menstimulasi tiroid untuk memproduksi lebih banyak
hormon tiroid. Sebaliknya, ketika ada suatu jumlah berlebihan dari hormon tiroid
Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan
penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan.
Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit
autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid
stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan
TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok,
radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa
seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision.
Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi
rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah,
kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
b.
satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu
tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
c.
kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada
pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga
timbul efek samping.
d.
e.
pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan
kemudian keluar gejala hpotiroid.
f.
Patofisiologi
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu
(Glasspool, 1990)
akan terlihat dengan mata telanjang bila keadaannya sudah parah. Pembesaran
kelenjar tiroid tadi jugaakan mengakibatkan konsumsi O2 yang lebih banyak.
3.Hipersekresi T3 oleh sel folikel tiroid pada pasien hipertiroid juga
mengakibatkan Peningkatan jumlah Reseptor adrenergik . Oleh karena itu, terjadi
Respon terhadap Reseptor adrenergik berlebih saat hormon T3 dilepaskan ke
jaringan. Dan saat terjadistimulasi terhadap medula adrenal untuk biosintesis
katekolamin oleh hormon T3 dansaat hormon katekolamin itu dilepaskan, maka
berikut adalah efeknya :
a.Saat hormon Epinefrin dan Norepinefrin dilepaskan ke jaringan dan berikatan
dengan reseptor 1, mengakibatkan :
1.Pada jantung, akan mengakibatkan peningkatan kerja otot jantung, sehingga
denyut jantung meningkat bersamaan dengan meningkatnya cardiac output. Oleh
karena itu, terjadi takikardia yang menyebabkan metabolisme basal semakin
meningkat. Karena metabolisme basal naik dan tertimbunnya panas tubuh yang
semakin lama semakin berlebih, maka terjadi intoleransi terhadap panas dari
lingkungan. Oleh karena itu, pada pasien yang terkena hipertiroid umumnya
cenderung memilih yang dingin. Selain itu, takikardi tadi juga akan berbanding
lurus dengan peningkatan tekanan darah, serta palpitasi pada pasien hipertiroid
umumnya.
2.Pada sistem saraf, akan terjadi aksi system saraf perifer yang lebih cepat.
Mekanisme kontraksi otot perifer umumnya dikontrol lewat serebelum dan
ganglion basalis. Namun pada pasien hipertiroid, terjadi rangsangan berlebihan
terhadap ganglion basalis. Oleh karena itu, pada otot yang ada di ekstremitas
terjadi kontraksi berlebih saat ada kegiatan yang akan mengakibatkan tremor.
Tremor ini bebeda dengan tremor pada pasien Parkinson, oleh karena, pada pasien
Parkinson tremor akan meningkat pada keadaan istirahat.
b. Saat hormon Epinefrin dan Norepinefrin dilepaskan ke jaringan dan berikatan
denganreseptor 1 dan 2 mengakibatkan peningkatan Glukoneogenesis, lipolisis
danglikogenolisis. Oleh karena itu, pada pasien hipertiroid umumnya berat badan
mereka akan mengalami penurunan. Selain itu, Vasodilatasi perifer pun terjadi di
extremitas yang mengakibatkan tangan sering berkeringat.
Dalam sebuah penelitian, didapatkan pula bahwa pada pasien hipertiroid,
terbentuk suatu antibody terhadap kelenjar tiroidnya itu sendiri, yang bernama
cytotoxicantibody yang merangsang peningkatan TSH-R (Thyroid Stimulating
Hormone-Receptor) yang ada di fibroblast mata dan sel folikel tiroid. Peningkatan
TSH-R itu juga akan merangsang limfosit sehingga mengakibatkan radang pada
otot extraocular, proptosis dan diplopia yang meliputi kemerahan, kongesti dan
periorbital edema sehingga mengakibatkan eksopthalmus pada pasien hipertiroid .
Retensi ion Na juga diketahui sebagai penyebab eksopthalmus ini (Price, 1995).
(Sudoyo, 2006)
a. Penyakit graves
Penyakit graves biasanya terjadi pada tahun tiga puluhan dan empat puluhan dan
lebih sering ditemukan pada wanita dari pada pria. Terdapat predisposisi familial
terhadap penyakit graves dan sering ada kaitannya dengan bentuk-bentuk
endokrinopati autoimun lainya. Pada penyakit grave terdapatgambaran utama
tiroidal dan ekstratiroidal, dan keduanya tidak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa
goiter, diakibatkan oleh hiperplasia kelenjar tirod dan hipertiroidisme yang
diakibatkan karena sekresi hormon tiroid yang berlebihan. Gejala-gejala
hipertiroidisme berupa manifestasi dan hipermetabolisme dan aktivitas simpatis
yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas dan waktu
udara panas keluar keringat semakin banyak, kulit lembab, berat badan turun,
sering disertai nafsu makan yang meningkat, palpitasi, takikardia, diare dan
kelemahan atrofi otot (Shahab, 2008) .
Manifestasi ekstratiroidal berupa: oftalmofati dan infiltrasi kulit lokal yang
biasanya bertangkai bawah. Oftalmofati yang ditemukan pada 50 sampai 80%
pasien ditandai dengan yang melotot, celah pelpebra melebar, kedipan berkurang,
kelopak mata seakan tertarik ke belakang dan kegagalan konvergensi. Manifestasi
kelopak mata berupa gerakan kelopak mata relative lebih lambat dibandingkan
dengan bola matanya waktu pasien diminta perlahan-lahan melihat ke bawah.
Jaringan orbita, dan otot-otot mata diinfiltrasi oleh limposit, mast sel dan sel-sel
plasma yang mengakibatkan aksoftalmos (proptosis bola mata: bola mata
menonjol keluar). Okulopati kongastif dan kelemahan gerakan akstakular.
Oftalmopati dapat hebat sekali dan pada kasus yang ekstrim penglihatan mungkin
terancam (Shahab, 2008).
(Glasspool, 1990)
Gambar
6.Manifestasi Klinis Hipertiroid
Source : Sibernagl Pathophysiology, 2007
atrium. Secara pasti mekanisme ini belum dapat diketahui, namun kejadiannya
mungkin diinisiasi oleh beberapa faktor pencetus seperti kontraksi prematur
atrium, terutama pada penderita yang memiliki substrat pokok yang rentan
pada atrium. Ada kalanya fibrilasi atrium dapat disebabkan olah peletusan
fokus, atrium secara rnendadak.
Secara normal bagian atrium yang saling berbatasan mempunyai periode
refrakter yang sama(waktu setelah depolarisasi ketika miokardium tidak dapat
direstimulisasi) dan menyebabkan penyebaran gelombang yang terdepolarisasi
secara teratur diseluruh atrium. Reentry dan fibrilasi atrial dipermudah jika
bagian atrium yang saling berbatasan memiliki periode refrakter yang berbeda,
sehingga sebuah gelombang yang terdepolarisasi menjadi terpecah karena
menghadapi baik refrakter maupun miokardium yang mudah terangsang, Hal
ini membuat gelombang yang terdahulu membalik dan menstimulasi
miokardium yang sebelumnya refrakter, tapi sekarang terepolarisasi, sehingga
menyebabkan perambatan yang tak henti-hentinya dari gelombang terdahulu
dan reentry.
Hormon tiroid memberikan efek multipel pada jantung. Sebagian disebabkan
oleh kerja langsung T3 pada miosit, tetapi interaksi antara hormon-hormon
tiroid, katekolamin, dan sistem saraf simpatis juga dapat mempengaruhi fungsi
jantung, dan juga perubahan hemodinamika dan peningkatan curah jantung
yang disebabkan oleh peningkatan umum metabolisme.
Hipotesis, bahwa fibrilasi atrial akibat hipertiroid berkaitan dengan perubahan
ekspresi gen (mRNA) merupakan suatu penjelasan dimana efek hormon tiroid
pada ekspresi mRNA meningkat sebesar 1,5Kv dan menurunkan channel
kalsium pada ekspresi mRNA. Hormon tiroid berpotensi memberikan efek
adrenergik pada jantung. Konsetrasi Catecholamine dapat normal atau
berkurang pada penderita hipertiroidism. Mekanisme kerja catecholamines
yaitu meningkatkan kepekaan jaringan memalui peningkatan reseptor
adrenergi.
Hyperthyroidism
berhubungan
dengan
aktifitas
vagal
dan
fibrilasi akan diikuti dengan penurunan kadar hormon T3. Penurunan hormon
tersebut berpengaruh pada transkripsi myosin a dan yang merupakan
pembentuk utama otot jantung kontraktil, protein retikulum sarkoplasmik,
Ca2+ ATP-ASE dan fosfo lamban. Masing-masing protein tersebut tergantung
pada transkripsi genetik yang diregulasi oleh T3. Dilain pihak penurunan T3
juga dapat menyebabkan peningkatan Ca2+ intraseluler, yang pada akhirnya
akan berpengaruh terhadap kinerja otot jantung maupun kemungkinan
timbulnya penyulit atrial fibrilasi melalui terjadinya stunned myocardium dan
hybernating cardiac. Pengaruh hormon tiroid terhadap waktu aksi potensial
otot jantung juga berpeluang terhadap
Dapat disimpulkan bahwa sistem hormon tiroid secara cepat mengalami
down-regulation saat terjadi fibrilasi atrial. Kejadian ini bisa bermanfaat saat
terjadinya iskemia akut. Pasien dengan angina memiliki kadar interleukin-6
dan protein reaktif C yang lebih tinggi serta sistem hormon tiroid yang lebih
tertekan. Penekanan kadar tiroid pada pasien dengan angina mungkin telah
terjadi sebelum proses infark dimulai. Temuan baru ini membutuhkan evaluasi
lebih lanjut dengan penelitian yang lebih besar untuk lebih memastikan
hubungan sebab akibatnya.
Diagnosis Hipertiroid
-
banyak
normal setelah tiroidektomi total, kecuali bila ada metastasis. Kadar Tg rendah
menunjukkan tidak ada jaringan karsinoma atau metastasis lagi. Kadarnya akan
meningkat kembali jika terjadi metastasis setelah terapi .
Pada penyakit Graves ditemukan antibodi yang mmpengaruhi resepor TSH dari
sel tiroid dan merangsang produksi hormon tiroid. Antibodi ini disebut thyroid
stimulating immunoglobulins (TSI). Selain TSI, ada immunoglobulin yang
merangsang pertumbuhan kelenjar tiroid tanpa mempengaruhi produksi hormon.
Antibodi ini disebut thyroid growth immunoglobulins (TGI) .
TES UNTUK MONITORING TERAPI
Untuk memonitoring terapi tiroid maka diperlukan tes T4 Total, T3 , FT4,
FT3 dan TSH seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tujuan tes monitoring
terapi untuk melihat perkembangan terapi berdasarkan status tiroid.
NILAI RUJUKAN DAN INTERPRETASI
1. TES T4
Nilai Rujukan :
-
Interpretasi :
- Meningkat : hipertiroidisme, tiroiditis akut, kahamilan, penyakit hati kronik,
penyakit ginjal, diabetes mellitus, neonatus, obat-obatan: heroin, methadone,
estrogen.
- Menurun : hipotiroidisme, hipoproteinemia, obat2an seperti androgen,
kortikosteroid, antikonvulsan, antitiroid (propiltiouracil) dll.
2. TES T3
Nilai Rujukan:
Dewasa
antitiroid
pada
hipertiroidisme,
hipertiroidisme
sekunder
karena
Interpretasi
- Meningkat : hipotiroidisme pimer, tiroiditis (penyakit autoimun Hashimoto),
terapi
antitiroid
pada
hipertiroidisme,
hipertiroidisme
sekunder
karena
Pemeriksaan penunjang
1. Ultrasonografi
Pemeriksan ini dapat membedakan kelainan kistik atau solid pada tiroid.
Pengobatan Hipertiroid
Hormon tiroid yang berlebih dalam sirkulasi berhubungan dengan
sejumlah penyakit termasuk penyakit grave, adenoma toksik, struma dan tiroiditis.
Tujuan terapi adalah menurunkan sintesis atau pengeluaran hormon tambahan.
Hal ini dilakukan dengan menghilangkan sebagian atau seluruh jaringan
tiroid,menghambat sintesis hormon atau menghambat pengeluarn hormon dari
folikel.Pengobatan hipertiroid dilaksanakan dengan tujuan untuk membatasi
produksihormon tiroid yang berlebihan.Pengobatan yang dimaksud antara lain :
1. Mengobati Gejala Hipertiroid
Biasanya diberi obat untuk menghilangkan gejala jantung yang
berdetak sangat cepat, misalnya Propanolol atau Atenolol. Kadang diperlukan
obat penenang dan tambahan vitamin. Propanolol sebagai penyekat- efektif
untuk menghambat perluasan stimulasi simpatis yang terjadi pada hipertiroidisme.
2. Obat antitiroid.
Biasanya diberikan sekitar 18 - 24 bln.Contoh obatnya: Propil Tio Urasil
(PTU). PTU dipekatkan dalam tiroid tempathormon ini menghambat proses
oksidatif yang diperlukan untuk iodinasi gugustirosil dan pasangan iodotirosin
ini
tidak
mempengaruhi
tiroglobulin
yang
sudah
tersimpandalam kelenjar, karena itu pengamatan efek klinik dari obat-obat itu
mungkinterlambat sampai simpanan tiroglobulin habis terpakai. Tioamid
mudahdiabsorbsi dalam pencernaan, tetapi mempunyai waktu paruh yang
pendek beberapa dosis PTU diperlukan setiap harinya, sedangkan dosis
dalam
terapi
tunggal.
Namun,
diberikan
untuk
mengobati
krisistirotoksik yang fatal (badai tiroid) atau sebelum tindakan bedah, karena obat
ini akan mengurangi vaskularitas kelenjar tiroid. Iodium tidak digunakan untuk
terapi jangka panjang, karena tiroid tidak responsif terhadap obat setelah beberapa
minggu, Iodium diberikan oral. Efek samping relatif kecil dan termasuk bisul
dimulut dan tenggorokan, ruam, ulserasi membran mukosa dan rasa logam dalam
mulut.
7. Pengobatan Alternatif untuk Hipertiroid
Pengobatan
alternatif
untuk
hipertiroid
dengan
mengkonsumsi
disebabkan
metabolisme
terganggu,
dengan
dalam
proses
metabolisme
melalui
proses
methylation
tubuh
memenghasilkan
manusia.
terlalu
Seseorang
banyak
hormon
yang
tiroid
menderita
yang
hipertiroidis
menyebabkan
aktivitas berlebihan, cemas, tremor pada tangan, kehilangan bobot, dan kadang
kadang mata menonjol. Hipotiroidisme, atau kekurangan hormon tiroid, dapat
menyebabakan kelenjar tiroid membesar dalam upaya menghasilkan lebih
banyak hormon, menyebabkan gondok. Gejala yang terlihat meliputi pertambahan
bobot,rambut kasar dan kering serta wajah membengkak. Bayi baru lahir yang
propiltiourasil dan
metimazol.
1.Interaksi Obat TiroidTiroid Antikoagulan
Efek
antikoagulan
dapat
meningkat.
Antikoagulan
digunakan
tiroid
satu
jam
sebelum
atau
empat
jam
sesudah
tiroid
berinteraksi
dengan
banyak
obat
lain.
Jika
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell, Richard. Anatomi Klinik. Penerbit Buku Kedokteran.Jakarta. 2006
2. Djokomoeljanto,R. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Kelenjar Tiroid,
Hipitiroidisme dan Hipertiroidsme. Pusat Penerbit FKUI. Jakarta. 2006
3. Ereschenko, V. Atlas Histologi di Fiore. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta . 2003.
4. Sherwood, L .Fisiologi Manusia. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.2001
5. National Endocrine and Metabolic Diseases Information Service.
Hyperthyroidsme. 2007; 573-582
6. Rani, A. Panduan Pelayanan Medik. Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta. 2009
7. Donangelo, Ines. Update on Subclinical Hyperthyroidsm. 2011; 934-938
8. American Thyroid Association. Hyperthyroidsm. 2012; 1-4
9. Brand, Frans. A Critical Review and Meta-Analysis of The Association
Between Overt Hyperthyroidsm and Mortality. 2011; 491-497
10. David S. Cooper, M.D. Antithyroid Drugs, N Engl J Med 2005;352:905-17
11. Mansjoer, arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid 1.
Media Aesculapius : Jakarta
12. Shahab A. Penyakit Graves (struma diffusa toksik) diagnosis dan
penatalaksanaannya. Bullletin PIKI4 : seri endokrinologi-metabolisme.
2002:9-18.
13. Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam edisi 13. Jakarta EGC
2000;5:2144-2151.