Anda di halaman 1dari 7

Dinding Datar

Penerapan Hukum Fourier pada dinding datar didapat dari mengintegralkan


persamaan menjadi :
q=
Dimana

kA
(T 2T 1 )
x

adalah tebal dinding plat datar, T1 dan T2 adalah suhu di

permukaan dinding datar, k adalah konduktivitas termal bahan, dan A adalah luas
penampang dari plat datar.
Aliran panas dilewatkan pada bidang dataryang disusun berlapis-lapis
dengan bahanyang berbeda-beda. Aliran panas masuk dengan suhu T1 dankeluar
dengan suhu T4. Suhu antar mukamasing-masingnya adalah T2 dan T3. Contoh :
pada konstruksi furnace, boiler,dll.

Gambar 1 Aliran panas pada plat berlapis


[Sumber: Holman, Jack Phillipe. 2010. Heat Transfer Tenth Edition New York: McGraw-Hill]

Analogi listrik bahan yang disusun secara seri :

Gambar 2 Analogi listrik pada aliran plat berlapis


[Sumber: Holman, Jack Phillipe. 2010. Heat Transfer Tenth Edition New York: McGraw-Hill]

Persamaan aliran panas untuk seluruh bidang datar adalah :


q=

T menyeluruh

Rth

T
R a+ R b + Rc

q=

T 1 T 4
Xa Xb X c
+
+
Ka A K b A Kc A

Isolasi dan Nilai R


Isolator

bekerja

dengan

mengurangi

aliran

panas

dan

memberi

resisitansi/hambatan yang kuat terhadap aliran panas. Insulasi merupakan suatu


bahan atau material yang mempunyai kegunaan sebagai pemisah atau pelindung
suatu area yang diinsulasi dan untuk menetralisir gangguan dari luar. Insulasi
dinilai berdasarkan resisitansi termal-nya, disebut nilai R, yang menandakan
resistansi terhadap aliran panas juga nilai kebalikan dari konduktivitas termal,
yang dapat didefinisikan sebagai
R

T
q A

R=

T
q/ A

Satuan nilai R adalah oC.m2/W atau oF.ft2.h/Btu (menggunakan aliran kalor


persatuan luas).Semakin tinggi nilai R, semakin efektif insulasi yang diberikan.
Nilai R bergantung pada jenis material, ketebalannya, dan densitas. Dalam
menghitung nilai R dari isolator multi-lapisan, maka nilai R dari isolator
individual dijumlahkan sesuai dengan banyaknya insulasi.
Koefisien Perpindahan-Kalor Menyeluruh
Suatu sistem alir kalor dimana pada satu sisi terdapat fluida A yang panas
dan pada sisi lainnya terdapat fluida B ang lebih dingin, mak perpindahan kalor
dinyatakan dengan persamaan
q=h1 A ( T A T 1 )=h2 A ( T 2T B )=

kA
( T T )
X 1 2

Jika 1/hA adalah tahanan konveksi dan x/kA adalah


tahan konduksi, maka persamaan sebelumnya bisa
diubah menjadi
Gambar.3. Sistem dengan
dua sisi terdapat fluida
berbeda
[Sumber: Holman, Jack
Phillipe. 2010. Heat Transfer
Tenth Edition New York:
McGraw-Hill]

q=

T A T B
1 X
1
+
+
h1 A kA h 2 A
1 X 1
+
+
h1 k h2

Dimana

merupakan

koefisien

perpindahan

kalor

menyeluruh (U), sehingga peramaan sebelumnya menjadi


q=UA T menyeluruh
Jika sistem berupa silinder dengan rongga didalamnya yang terdapat fluida
pada sisi dalam dan luar seperti pada gambar diatas, maka persamaan laju
kalornya adalah
q=

T A T B
r
ln ( o )
ri
1
1
+
+
hi Ai 2 kL ho A o

Sesuai dengan alir thermal seperti gambar 4, besaran Ai dan Ao merupakan


luas permukaan dalam dan luar tabung dalam.
Koefisien menyeluruh daoat didasarkan pada
bidang dalam atau luar tabung, yaitu
U i=

Gambar 4. Sistem silinder dengan rongga


didalam
[Sumber: Holman, Jack Phillipe. 2010. Heat
Transfer Tenth Edition New York: McGraw-

1
r
A i ln ( o )
ri
A
1
+
+ i
hi
2 kL
ho Ao

Hill]

U 0=
Ao
+
hi A i

ro
)
ri
1
+
2 kL
ho

A o ln (

Tahanan Kontak Termal


Jika dua batangan padat yang masing-masing memiliki konduktivitas yang
berbeda, dihubungkan secara paralel kemudian sisi-sisinya diisolasi, maka akan
menyebabkan

terjadinya

penurunan

temperature

secara

tiba-tiba

pada

persinggungan keduanya. Hal ini terjadi karena adanya tahanan kontak termal
(thermal contact resistance), dimana nilai kekasaran permukaan bidang kontak

akan mempengaruhi laju perpindahan kalor. Ada dua faktor yang menentukan
perpindahan kalor pada suatu singgungan, yaitu:

Konduksi antara zat padat dengan zat padat lainnya pada titik-titik

Persinggungan (contact spot).


Konveksi melalui gas yang terkurung pada ruang-ruang lowong yang
terbentuk karena persinggungan (air gap).

Kedua faktor tersebut diperkirakan memberikan pengaruh utama terhadap


aliran kalor, seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
Tahanan kontak akan meningkat jika
tekanan gas sekitar diturunkan hingga
dibawah nilai dari lintasan bebas ratarata molekul (mean free path). Hal
tersbut terjadi karena konduktans termal

Gambar 5. Ilustrasi efek tahanan kontak

efektif gas yang terkurung akan menurun pada

termal: (a) situasi fisis ; (b) profil suhu

keadaan inI. Sebaliknya, tahanan termal

[Sumber: Holman, Jack Phillipe. 2010. Heat

kontak akan menurun jika tekanan sambungan

Transfer Tenth Edition New York: McGraw-

ditingkatkan,

karena

menyebabkan

adanya

hal

ini

deformasi

akan

Hill]

kontak

(perubahan luas kontak) dan dengan demikian memperluas bidang kontak antar
dua zat padat tersebut.
Sistem Kapasitas Kalor Tergabung
Sistem ini menganggap bahwa terdapat distribusi suhu yang merata di
dalam suatu benda yang dimungkinkan dengan koefisien perpindahan panas
konveksi pada permukaan. Jadi sistem kapasitas kalor tergabung mengandaikan
bahwa tahanan dalam benda dapat diabaikan terhadap tahanan luar atau tahanan
luarlah yang diperhitungkan.
Rugi kalor konveksi dari suatu benda terlihat dari penurunan energi dalam
benda itu, seperti pada gambar di bawah, dimana A adalah luas permukaan
konveksi, V adalah volume, dan = variabel waktu :
Keadaan awal T = To pada = 0 , sehingga persamaan menjadi


hA
T T
e cV
T0 T

Gambar 6. Nomenklatur untuk Sistem

Sistem termal dianggap sebagai


sistem listrik, system mula-mula
dimuati pada potensial To dengan

Kapasitas Kalor Tergabung Tunggal.


[Sumber: Holman, Jack Phillipe. 2010. Heat
Transfer Tenth Edition New York: McGrawHill]

menutup sakelar S. Kemudian bila


sakelar itu dibuka, energi yang tersimpan dbuang melalui tahanan 1/hA. Dalam
sistem termal kita menyimpan energi, sedangkan dalam sistem listrik kita
menyimpan muatan listrik. Aliran energi disebut kalor, pada aliran muatan listrik
disebut arus listrik.
Syarat analisis kapasitas kalor tergabung dapat dipenuhi dan diketahui jika

A 0,1

hV

Soal Pemicu
Suatu sistem isolasi dipilih untuk dinding tanur yang suhunya 1000 oC dengan
menggunakan lapisan blok wol mineral dan diikuti dengan lapisan papan kaca
serat. Bagian luar isolasi berada dalam lingkungan dengan suhu 40 oC dan h = 15
W/m2.oC. Hitunglah tebal masing-masing lapisan isolasi jika suhu antar lapisan
tidak lebih dari 400 oC dan suhu bagian luar tidak lebih dari 55 oC.
Diketahui :
T1= 1000 oC
T2= 400 oC
T3= 55 oC
T= 40 oC
h = 15 W/m2.oC
Asumsi

Gambar 7. Ilustrasi soal

Kondisi Tunak
Dinding tanur berbentuk dinding datar.
Luas permukaan kontak tiap lapisan sama

Proses perpindahan kalor yang terjadi pada sistem hanya konduksi dan
konveksi
Nilai suhu didalam tiap lapisan merupakan suhu rata-rata yang didapat dari
tiap batas-batas suhu yang ada pada lapisan tersebut.

Soal tersebut dapat dikerjakan dengan persamaan berikut:


T T 2
T T 3 T 3T
q
=k bwm 1
=k pks 2
=
A
x bwm
x pks
1/h
Kita bisa mendapatkan nilai acuan perpindahan kalor per satuan luas dengan
menggunakan nilai koefisien perpindaha konveksi yang didapat dari soal.

q T 3T 5540
=
=
=225 W /m2
A
1/h
1/15
Untuk bisa mendapatkan nilai tebal tiap lapisan kita harus mengetahui nilai konduktivitas
termal masing-masing isolator dengan cara menginterpolasikan suhu rata-rata tiap lapisan
dengan data yang didapatkan pada Tabel. 2.1 Insulation Types and Applications
(Holman, Jack Phillipe. 2010. Heat Transfer Tenth Edition New York: McGraw-

Hill. Halaman 30) suhu rata-rata blok wool mineral adalah 700 oC dan papan kaca
sebesar 227,5 oC
Didapat nilai konduktivitas termal tiap lapisan sebesar
k bwm =0,087

W
W
0,09
m
m

k pks =0,042

W
m

Sehingga langsung didapat nilai tebal tiap lapisan


x bmw =k bmw

x pks=k pks

T 1T 2
1000400
=0,09
=0,24 m
q/ A
225

T 2T 3
40055
=0,042
=0,0644 m
q/ A
225

Daftar Pustaka

Holman, J.P. 1997. Perpindahan Kalor edisi keenam (terj). Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai