Anda di halaman 1dari 36

BAHAYA KEBAKARAN

Tujuan Instruksional Khusus


Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip kebakaran,
klasifikasi kebakaran dan pemadamnya.

Pengertianpengertian
1. Kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki
2. Mencegah kebakaran adalah segala upaya
untuk menghindari terjadinya kebakaran.
3. Resiko kebakaran adalah perkiraan tingkat
keparahan apabila terjadi kebakaran.
4. Mengurangi
resiko
kebakaran
adalah
pertimbangan syarat K3 untuk dapat menekan
resiko ketingkat level yang lebih rendah.

4. Memadamkan kebakaran adalah suatu teknik


menghentikan reaksi pembakaran/nyala api.
5. Nyala api adalah suatu proses perubahan zat
menjadi zat yang baru melalui reaksi kimia
oksidasi eksotermal.
6.
Jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran
adalah
sarana
berbentuk
konstruksi permanen pada bangunan gedung
dan tempat kerja yang dirancang aman
untuk waktu tertentu sebagai jalan atau rute
penyelamatan penghuni apa bila terjadi
keadaan darurat kebakaran.

7. Sarana proteksi kebakaran aktif adalah


berupa alat atau intalasi yang disiapkan
untuk mendektsi dan memadamkan
kebakaran seperti: sistem deteksi dan
alarm, APAR, hydrant, springkler, dll yang
dirancang
berdasarkan
tingkat
bahayanya.
8.Sarana proteksi kebakaran pasif adalah
berupa
alat
sarana
atau
metoda
mengendalikan penyebaran asap panas
dan gas berbahaya bila terjadi kebakaran
seperti sistem kompartemen, sarana
pengendalian asap, sarana evakuasi, dll.

Fenomena
Kebakaran
Temperature
Full Fire

5)

3 10 menit
Flashover
Growth
Decay 6)
Initiation

Time

3)

2)

Source energy

1)

Diagram Fenomena Kebakaran

4)

Penjelasan:
Ada sumber awal pencentus (source
energy), yaitu potensi energi yang
tidak terkendali.
Potensi energi yang tidak terkendali
kontak dengan zat yang dapat terbakar
maka akan terjadi penyalaan tahap
awal (initiation).
Apabila pada periode awal kebakaran
tidak terdeteksi maka nyala api akan
berkembang lebih besar (growth).

Intensitas menyala api akan meningkat


dan menyebarkan pada kesemua arah
dengan cara konduksi, konveksi, dan
radiasi hingga waktu 3 10 menit atau
setelah temperatur mencapai 300 0C akan
terjadi penyalaan api serentak yang
disebut flashover.
Setelah
flashover
nyala
api
akan
membara yang disebut periode kebakaran
mantap
(full
development
fire).
Temperatur mencapai 600 1000 oC.
Setelah melampaui puncak pembakaran,
intensitas nyala akan berkurang yang
disebut periode surut (decay)

Teori dan Anatomi


Api
Teori api.
Nyala api adalah suatu fenomena yang
dapat diamati gejalanya yaitu adanya
cahaya dan panas dari suatu bahan yang
sedang terbakar, adanya perubahan
bentuk fisik dan kimia.
Teori Sigitiga Api (Triangle of Fire)
Unsur pokok terjadinya api atau proses
nyala api adalah adanya tiga unsur pokok
yaitu: bahan yang mudah terbakar,
Oksigen (O2), dan panas (sumber nyala).

Gambar teori
segitiga api

O2

Sumber

Nyala

Bahan yang mudah terbakar

Teori Piramida Bidang Empat


(Tetrahedron of Fire).
Teori ini merupakan penyempurnaan
teori segitiga api, dimana terjadinya
api atau proses nyala api adalah
adanya tiga unsur pokok yaitu:
bahan
yang
mudah
terbakar,
Oksigen (O2), dan panas (sumber
nyala) ditambah adanya reaksi
berantai.

Nyala api akan dapat berlangsung


apabila ada keseimbangan besaran
angka-angka fisika yang berhubungan
dengan segitiga api, yaitu: flash point,
ignition temperature dan flammable
range.
Flash point adalah suhu minimal yang
diperlukan untuk menghasilkan sejumlah
uap minimal dari bahan bakar.
Apabila uap tersebut diberi nyala akan
terbakar sesaat karena jumlah uap yang
terbentuk belum cukup untuk terus
menyala.

Flammable range adalah prosentasi


uap bahan bakar di udara (antara batas
atas dan batas bawah) dimana pada
batas itu uap tersebut dapat terbakar
bila ada sumber pemicu nyala.
Ignition temperature adalah suhu
terendah dimana suatu bahan akan
terbakar atau menyala sendiri tanpa
diberikan sumber nyala.
Fire point adalah keseimbangan siklus
panas yang sanggup membangkitkan
generasi uap secara terus menerus.

Prinsip Teknik
Pemadaman Api
Terdapat tiga pemahaman penting dalam
prinsip pemadaman api yaitu:
Pemahaman Pertama.
Berdasarkan Teori Sigitiga Api (Triangle
of Fire), ada tiga elemen pokok dapat
terjadi nyala api, yaitu:
Bahan bakar
Oksigen
Panas/sumber nyala
Tindakan pengendalian dapat dilakukan
dengan memisahkan unsur-unsur
tersebut di atas.

Pemahaman Kedua.
Dari ketiga elemen dalamTeori Sigitiga Api
(Triangle of Fire) menuntut adanya
persyaratan besaran fisika tertentu yang
menghubungkan sisi-sisi segitiga api, yaitu:
Flash point
Flammable range
Fire point
Ignition point
Tindakan pengendalian dapat dilakukan
dengan penerapan sistem pengendalian
dengan peralatan dekteksi besaran angkaangka tersebut diatas.

Pemahaman Ketiga
Berdasarkan Teori Piramida Bidang Empat
(Tetrahedron of Fire), terdapat elemen
keempat yaitu reaksi berantai.
Teknik pemadaman dapat dilakukan dengan
4 prinsip yaitu:
Prinsip mendinginkan (cooling), misalnya
dengan menyemprotkan air.
Prinsip menutup bahan yang terbakar
(starvation), misalnya menutup dengan
busa
Prinsip mengurangi oksigen (Dilution),
misalnya dengan menyemprotkan gas CO2.
Prinsip memutuskan rantai reaksi api
dengan media kimia.

Klasifikasi
Kebakaran
Terdapat beberapa standar yang berlaku
dalam menentukan klasifikasi jenis
kebakaran, seperti di Inggris (LPC)
menetapkan klasifikasi kebakaran dibagi
dalam kelas A, B, C, D, E sedangkan di
Amerika (NFPA) dibagi menurut kelas A, B,
C, D.
Di Indonesia klasifikasi kebakaran
mengacu pada standar Amerika.

Klasifikasi
kebakaran

STANDAR AMERIKA (NFPA)


Kelas

Jenis Kebakaran

STANDAR INGGRIS (LPC)


Kelas

Jenis Kebakaran

Bahan padat kecuali


logam, seperti kayu,
arang, kertas, tekstil,
plastik dan sejenisnya

Bahan padat kecuali


logam, seperti kayu,
arang, kertas, tekstil,
plastik dan sejenisnya

Bahan cair dan gas,


seperti bensin, solar,
minyak tanah, aspal,
gemuk, alkohol, gas alam,
dll.

Bahan cair , seperti


bensin, solar, minyak
tanah, aspal, gemuk,
alkohol, dll

Peralatan listrik yang


bertegangan.

Bahan gas, seperti gas


alam, dll.

Bahan logam seperti


magnesium, aluminium,
dll.

Bahan logam seperti


magnesium, aluminium,
dll.

Peralatan listrik yang


bertegangan.

--

Klasifikasi kebakaran di Indonesia ditetapkan


melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI Nomor: Per-04/MEN/1980
tentang syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan
alat pemadam api ringan.
Klasifikasi kebakaran Indonesia adalah:
Kelas A, untuk
bahan padat non logam.
Kebakaran yang melibatkan benda padat, api
yang ditimbulkan bisa berbentuk bara. Benda
padat tersebut biasanya berasal dari bahan
organic, seperti kayu, kertas, tekstil, plastic,
dan lain-lain.
Kelas B, untuk bahan cair dan gas, seperti
bensin, solar, minyak tanah, dan lain-lain.
Kelas C, untuk instalasi listrik.
Kelas D, untuk bahan logam. Kebakaran yang
melibatkan logam, magnesium, sodium,
titanium, zirconium.

Jenis-jenis Pemadam
Kebakaran
Media pemadam, yaitu:
Media padat: pasir, tanah, tepung
kimia.
Media cair : air, busa.
Media gas : gas asam arang
(karbon dioksida/CO2), nitrogen
(N2).

Pasir dan tanah

Pasir dan tanah sesuai untuk


kebakaran kecil, seperti
tumpahan atau ceceren minyak.
Teknik pemadamannya adalah :
Taburkan pasir atau tanah ke
permukaan yang terbakar.
Tutupi hingga ke seluruh
permukaan.

Air

Air paling banyak dipakai untuk


memadamkan kebakaran bahan padat
non logam dan cair atau gas. Air cocok
untuk memadamkan material yang
mengandung karbon (C), seperti:
kertas, kayu, kain, dan sebagainya.
Cara kerja air dalam proses
pemadaman adalah :
Mendinginkan; air dapat menyerap
panas dalam jumlah besar.
Menyelimuti; uap air yang timbul
dapat memisahkan oksigen dari
bahan bakar.

Tepung kimia
Tepung
kimia
cocok
untuk
pemadaman kebakaran dari berbagai
sumber atau kelas. Keuntungan
tepung ini tidak beracun dan tidak
menghantarkan
listrik.
Tetapi
kelemahannya
mengganggu
pernafasan,
menghalangi
pandangan, dan merusak instalasi
listrik.

Cara kerja tepung kimia berdasarkan teori


Bidang Empat Api, yaitu memutuskan
rantai reaksi dan menyelimuti bahan
bakar. Teknik pemadamannya adalah :
Pemadamannya dilakukan diatas angin.
Arahkan media ke pangkal api.
Penyemprotan dilaksanakan dengan
cara mengibas-ngibaskan media hingga
menutupi seluruh permukaan yang
terbakar.

Busa
Busa merupakan gelembung cairan
yang ringan dan selalu berada di
permukaan
suatu
benda.
Sifat
mengapung dan dingin dimanfaatkan
untuk memadamkan kebakaran.
Cara kerja busa dalam pemadaman
adalah :
Menyelimuti bahan bakar, sehingga oksigen
sulit berhubungan dengan bahan bakar.
Mendinginkan.

Gas
Gas CO2 bersifat tidak berwarna, tidak
berbau,
tidak
beracun,
tidak
menghantarkan listrik, tidak membeku
dalam tabung penyimpan, lebih berat
dari udara. Setelah dipakai, CO2 tidak
meninggalkan bahan pencemar atau
karat.
Dalam
pemadaman,
CO2
menyelimuti api (memisahkan oksigen)
dan mendinginkan. CO2 kurang sesuai
untuk pemadaman di area terbuka.

Kelas Kebakaran Media


Pemadam
Media Pemadam
A
Pasir, tanah
Tepung kimia biasa
Tepung kimia serba
guna
Tepung kimia khusus
Air
Busa
CO2, N2

Kelas
B
C
V
V
V
V
V

V
V
V

V
V
V

Sarana pemadam
kebakaran
Kebakaran bisa dicegah, kalau saja manusia
sebagai penggerak memiliki kemampuan
untuk memakai sarana pemadam kebakaran.
Sarana kebakaran adalah alat yang telah
dipersiapkan
untuk
memadamkan
kebakaran. Sarana tersebut dibedakan
menjadi 3 (tiga) yaitu:
Alat pemadam api ringan (APAR).
Pemadam api bergerak.
Sistem pemadam api tetap.

Alat pemadam api ringan


(APAR)
Jenis APAR berdasarkan beratnya , yaitu :
APAR dengan berat kurang dari 25 kg,
sehingga mudah diangkat.
APAR dengan berat lebih dari 25 kg,
dilengkapi dengan roda.
Jenis APAR ditinjau dari dorongannya, yaitu :
Storage Pressure ; media disimpan dalam
tabung diberi tekanan.
Gas Cartidge; kedalam tabung ditambahkan
gas bertekanan untuk mendorong media bila
APAR di pakai. Gas yang dipakai umumnya
adalah CO2.

Teknik pemadaman dengan APAR:


Turunkan APAR dari tempatnya.
Cabut pen pengamanan dan bebaskan
selang.
Uji ditempat dengan menggunakan semburan
keatas agar tidak membahayakan orang lain.
Langkah ini tidak perlu dilakukan, bila anda
sudah dekat sekali dengan lokasi kebakaran.
Menuju lokasi kebakaran. Ambil posisi diatas
angin dan jarak sekitar 3 meter dari api.
Sikap posisi kuda-kuda. Arahkan nozzle pada
pangkal api. Tekan tuas penyemprot (handle),
semprotkan APAR dengan cara dikibaskibaskan.

Teknik pemadaman dengan APAR CO2


Langkahnya sama dengan cara diatas,
kecuali cara memegang nozzle harus
pada pangkal nozzle. Akan terjadi
pembekuan ketika penyemprotan,
tangan bisa lengket bila memegangnya.

Cara menempatkan APAR


Posisi meletakkan APAR sangat menentukan
kecepatan pemadaman awal. Menyimpan
APAR di tempat tersembunyi akan merugikan.
Cara penempatan APAR yang benar adalah :
Tempatkan APAR pada tempat yang bisa
cepat diambil, jika terjadi kebakaran. Dapat
diletakkan dekat pintu atau tangga darurat.
Tempatkan APAR pada lokasi yang akan
dilindungi.
APAR mudah dilihat dari jauh. Buang benda
yang menghalangi pandangan pada APAR.
Warna APAR yang menyolok juga membantu
mempercepat menemukan APAR.

Usahakan kondisi sekitar tidak bersifat merusak,


sehingga APAR bisa tahan lama. Adanya tetesan
air,
terkena
hujan,
debu,
suhu
panas,
merupakan kondisi yang tidak menguntungkan,
untuk menghadapi kondisi tersebut APAR
sebaiknya diletakkan dalam kotak. Kotak
tersebut terbuat dari bahan tembus pandang
dan aman bila kotak dipecahkan. Kotak biasanya
terbuat dari mika.
Apabila lokasi yang dilindungi cukup luas,
tempatkan APAR secara merata.
APAR bisa dipasang pada dinding atau tiang
dengan ketentuan :
Setinggi 120 cm dari puncak APAR ke lantai,
atau
Setinggi 15 cm dari alas APAR ke lantai.

Pemadaman api
bergerak
Pemadam api bergerak berupa kendaraan,
sehingga
mudah
bergerak
dan
mengangkut
orang
yang
bertugas
memadamkan kebakaran. Di dalam bagasi
kendaraan
terdapat
alat-alat
untuk
keperluan pemadaman seperti media
pemadaman dan tangki penyimpangannya,
selang dan rel mulut penyemprot (nozzle),
pompa utama, pompa ringan, tangga, alat
perusak, baju tahan api, APAR, dan lain-lain.

Berdasarkan kapasitasnya, kendaraan


pemadam bisa dibedakan menjadi 4 jenis,
yaitu:
Kendaraan pemadam kecil, berupa
kendaraan jenis jeep (fire jeep). Kapassitas
tangki penyimpanan media pemadam
sekitar 450 liter.
Kendaraan pemadam menengah, juga
berupa jeep. Kapasitas tangki sekitar 600
sampai dengan 1.000 liter.
Kendaraan pemadam besar, berupa
kendaraan truk (fire truck). Kapasitas tangki
sekitar 1.500 sampai dengan 4.000 liter.
Kendaraan pemadam sangar besar atau
disebut tanker truck. Mampu menyimpan
media melebihi 10.000 liter.

Pemadaman kebakaran dengan


mengunakan pemadam api bergerak
(kendaraan) dalam prakteknya menemui
beberapa kendala, yaitu:
Kendala Pertama, mobil pemadam
terlambat datang akiabt jalan macet atau
jalan yang dilalui sempit.
Kendala Kedua, Lokasi sempit atau
semrawut seperti pasar tradisional,
pemukiman padat penduduk dan kumuh.
Kendala Ketiga, Peralatan pemadam
tidak berfungsi atau tidak sesuai.

Kendala Keempat, asap tebal.


Kebakaran yang terjadi sudah lama dan
mengeluarkan asap tebal dan hitam.
Kendala Kelima, kekurang sumber air.
Kendala Keenam, partisipasi
masyarakat yang salah.

Anda mungkin juga menyukai