Pendahuluan
Depresi sering terjadi dengan prevalensi antara 5 hingga 10%. Diperkirakan dua pertiga
orang dewasa akan menderita depresi pada suatu masa dalam kehidupannya. Depresi terjadi
lebih sering pada laki-laki dengan perbandingan 2:1 dan biasanya muncul pada usia akhir dua
puluhan. Faktor resiko depresi meliputi riwayat depresi sebelumnya, riwayat menderita
penyakit medis berat dan penyakit psikiatrik lainnya. Diagnosis depresi ditegakkan jika
ditemukan minimal dua dari tiga gejala utama (mood rendah, anhedonia, dan kelelahan)
setidaknya selama dua minggu. Derajat depresi dibagi menjadi ringan (4 gejala), sedang (5
atau lebih gejala), dan berat ( 7 atau lebih gejala). Adanya gejala-gejala psikotik seperti
halusinasi atau waham (mood kongruen) menunjukan gangguan depresi berat.1
Perubahan besar terjadi dalam hidup seseorang setelah mengidap penyakit Diabetes Melitus.
Penderita tidak dapat mengkonsumsi makanan tanpa aturan dan tidak dapat melakukan
aktifitas bebas tanpa khawatir kadar gulanya akan naik pada saat kelelahan. Selain itu
penderita DM juga harus mengikuti terapi dari dokter, pemeriksaan kadar gula darah secara
rutin dan pemakaian obat sesuai aturan, sehingga biaya yang harus dikeluarkan juga ikut
meningkat, sementara nilai produktivitas dari orang tersebut menurun akibat penyakit yang
dideritanya telah berkomplikasi. Seseorang yang menderita DM memerlukan banyak sekali
penyesuaian di dalam hidupnya sehingga penyakit DM ini tidak hanya berpengaruh secara
fisik namun juga berpengaruh secara psikologis.2
Page 1
Gangguan Afektif
Gangguan afektif adalah gangguan dengan gejala utama adanya perubahan suasana perasaan
(mood) atau afek, biasanya ke arah depresi dengan atau tanpa ansietas yang menyertainya,
atau ke arah elasi (suasana perasaan meningkat).3
Gangguan afektif dibedakan atas:3
-
Etiologi
Dasar umum untuk gangguan ini tidak diketahui. Penyebabnya merupakan interaksi antara
faktor biologis, faktor genetik, dan faktor psikososial. Kelainan metabolit amin biogenik
seperti 5-hydroxyndoleacetic acid (5 HIAA), homovanillic acid (HVA), 3-metoksi-4hidroksifenilglikol (MHPG) dalam darah, urin, dan cairan serebrospinal dilaporkan
ditemukan pada pasien. Pola penurunan genetika terjadi melalui mekanisme yang kompleks.
Bukan hanya tidak mungkin untuk menyingkirkan faktor psikososial, namun faktor
nongenetik mungkin memainkan peranan kausatif dalam perkembangan gangguan ini pada
sekurangnya beberapa orang pasien.3
Manifestasi klinis
Episode manik
Pada kelompok ini terdapat afek yang meningkat, disertai peningkayan dalam jumlah dan
kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya
untuk satu episode manik tunggal (yang pertama), termasuk gangguan afektif bipolar, episode
manik tunggal. Termasuk: hipomania, mania tanpa gejala psikotik dan mania dengan gejala
psikotik.3
Gangguan afektif bipolar
Gangguan ini memiliki episode berulan (sekurang-kurangnya dua episode) di mana afek
pasien dan tingkat afektifitasnya jelas terganggu. Pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan
afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania) dan pada waktu lain
berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).3
Yang khas biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya
mulai tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi
cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1
tahun kecuali ada orang berusia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah
peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain.3
Page 2
Episode depresi
Gejala utama:3
-
Afek depresi
Kehilangan minat dan kegembiraan, serta
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya:3
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Untuk episode depresi, dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan sekurang-kurangnya
2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan
jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.3
Termasuk:3
1. Episode depresi ringan
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
Tidak boleh ada gejala berat di antaranya
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya
2. Episode depresi sedang
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama
Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu
Mengalami kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan
urusan rumah tangga
3. Episode depresi berat tanpa gejala psikotik
3 gejala utama harus ada
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa di
antaranya harus berintensitas berat
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu melaporkan
banyak gejalanya secara terperinci
Biasanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, tetapi
bila gejala amat berat dan muncul sangat cepat bisa kurang dari 2 minggu
Sangat tidak mungkin pasien mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan,
atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas
4. Episode depresi berat dengan gejala psikotik
PBL BLOK 22 SARAF DAN PERILAKU
Page 3
Terapi kognitif
PBL BLOK 22 SARAF DAN PERILAKU
Page 4
Terapi ini bertujuan untuk menghilangkan simptom depresi melalui usaha yang sistematis
yaitu merubah cara pikir maladaptif dan otomatik pada pasien-pasien depresi. Dasar
pendekatannya adalah suatu asumsi bahwa kepercayaan-kepercayaan yang mengalami
distorsi tentang diri sendiri, dunia, dan masa depan dapat menyebabkan depresi. Pasien harus
menyadari cara berpikirnya yang salah. Kemudian, ia harus belajar cara merespons cara pikir
yang salah tersebut dengan cara yang lebih adaptif. Dari perspektif kognitif, pasien dilatih
untuk mengenal dan menghilangkan pikiran-pikiran negatif dan harapan-harapan negatif.4
Terapi Perilaku
Intervensi perilaku terutama efektif untuk pasien yang menarik diri dari sosial dan anhedonia.
Terapi ini sering digunakan bersama-sama dengan terapi kognitif. Tujuan terapi perilaku
adalah meningkatkan aktivitas pasien, mengikutkan pasien dalam tugas-tugas yang dapat
meningkatkan perasaan yang menyenangkan.4
Terapi Biologik
Sebagian besar penderita membutuhkan antidepresan (70%-80% pasien berespons terhadap
antidepresan), walaupun yang mempresipitasi terjadinya depresi jelas terlihat atau dapat
diidentifikasi. Mulailah dengan SSRI atau salah satu antidepresan terbaru. Bila tak berhasil,
pertimbangkan antidepresan trisiklik, atau MAOI. Setelah sembuh dari episode depresi
pertama, obat dipertahankan untuk beberapa bulan, kemudian diturunkan. Beberapa pasien
membutuhkan obat pemeliharaan untuk periode jangka panjang. Anti depresan saja (tunggal)
tidak dapat mengobati depresi.4
Lithium : bermanfaat dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa depresi unipolar.
Ia cukup efektif pada bipolar serta untuk mempertahankan remisi dan begitu pula pada
beberapa pasien unipolar.4
Antikonvulsan: terlihat juga sama baiknya dengan lithium untuk mengobati kondisi akut,
meskipun kurang efektif untuk pemeliharaan. Antidepresan dan lithium dapat dimulai secara
bersama-sama dan agitasi membutuhkan antipsikotik, tunggal atau bersama-sama dengan anti
depresan, lithium, antipsikotik atipik juga terlihat efektif4
Terapi Kejang Listrik
Terapi pilihan bila:
1.
2.
3.
4.
Page 5
Delirium
Sindrom yang memiliki banyak penyebab dan berhubungan dengan derajat kesadaran serta
gangguan kognitif tanda yang khas adalah penruunan kesadaran dan gangguan kognitif.
Adanya gangguan mood (suasana hati), persepsi dan perilaku gejala dari defisit kejiwaan.
Tremor nistagmus, inkoordinasi dan inkontinensia urin merupakan gejala defisit neurologis:4
1. Penyebab-penyebab delirium yang umumnya reversibel:
Hipoksi
Hipoglikemi
Hipertermi
Delirium antikolinergik
Sindrom putus zat karena alkohol atau sedatif
2. Penyebab lain:
Infeksi
Gangguan metabolik
Lesi struktural otak
Pascaoperasi
Intoksikasi
3. Demensia
4. Delirium yang berhubungan dengan operasi
Gejala-gejala utama:4
PBL BLOK 22 SARAF DAN PERILAKU
Page 6
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kesadaran berkabut
Kesulitan mempertahankan atau mengalihkan perhatian
Disorientasi
Ilusi
Halusinasi
Perubahan kesadaran yang berfluktuasi
Gejala-gejala neurologis:4
1.
2.
3.
4.
5.
Disfasia
Disartria
Tremor
Asteriksis pada enseelopati hepatikum dan uremia
Kelainan motorik
Demensia
Demensia adalah ditandai dengan penurunan fungsi kognitif, perubahan kepribadian,
kerusakan memori, penurunan fungsi intelektual dan perubahan mood serta kemampuan
pengambilan keputusan. Demensia terjadi secara bertahap, memakan waktu berbulan bulan
hingga bertahun-tahun.5
Tahapan disorientasi pada lanjut usia dengan demensia:5
1. Malorientation
Nampak tidak terjadi apa-apa. Mereka tidak suka berada diantara orang-orang yang
mengalami disorientasi karena sebenarnya mereka terancam akan kondisi yang
mereka alami. Mereka mengingkari perasaannya dan mneyalahkan orang lain atas
kodisi mereka.
2. Time confusion
Ketika lanjut usia menjadi semakin terdisorientas, mereka akan menarik diri dari
dunia nyata dan hidup di dunianya. Dalam fase ini lanjut usia mengalami kehilangan
sensasi waktu dan berespon terhadap sensasi waktu yang muncul dalam dirinya.
3. Repetitive motion
Jika lanjut usia dengan demensia terus mundur dari dunia nyata, mereka akan
memasuki tahap repetitive motion. Pada tahap ini, setiap gerakan dan suara akan
diulangi secara konstan.
4. Vegetation
Tahap akhir adalah disorientasi dan menarik diri.
Skizofrenia
Bentuk psikosis fungsional paling berat, dan menimbulkan disorginisasi personalitas yang
terbesar. Dalam kasus berat, pasien tidak mempunyai kontak dengan realitas , sehingga
pemikiran dna perilakunya abnormal. Gejala yang timbul sangat bervariasi tergantung pada
tahapan perjalanan penyakitnya. Ada gejala yang dapat ditemukan dalam kelainan lain, ada
yang paling sering timbul pada skizofrenia gejala nilah yang merupakan tanda utama
diagnosis;6
Kelainan pikiran: pikirannya berbelit dan menyebar-nyebar
PBL BLOK 22 SARAF DAN PERILAKU
Page 7
Kelainan emosi: reaksi emosi dan afek yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan keadaan atau
pikiran pasien.
Kelainan kemauan: ada kehilangan kehendak, kelemahan dan tak ada dorongan, terlihat dari
kegagalan dalam pekerjaan rumah, pelajaran dan pekerjaan.
Katatonia: kelainan gerakan mungkin timbul dalam bentuk kekauan, gerakan yang kurang
terkooordinasi serta gaya berjalan, menyeringai, sikap dan dalam kasusu ekstrim, flesibilitas
serea dan ekopraksia
Halusinasi: keadaan kesadaran yang jernih.
Waham
Gangguan ekspresi: kelainan pikiran dan halusinasi sering dicerminkan dalam percakapan
(neologisme, word salad), tulisan tangan dibuat-buat, lukisan dan sajak yang aneh.
Penarikan diri: sebagai akibat timbulnya gejala-gejala di atas, penarikan diri dari kontak
sosial normal dan aktivitas sering merupakan gejala dini.
Gangguan Ansietas
Ansietas (cemas) dapat ditemukan di mana-mana; tidak demikian dengan gangguang
ansietas. Ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat
dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas
terkandung unsur penderitaan bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh
kecemasan tersebut. Gangguan ansietas dapat ditandai hanya dengan rasa cemas, atau dapat
juga memperlihatkan gejala lain seperti fobia atau obsesif dan kecemasan muncul bila gejala
utama tersebut dilawan. Rasa takut juga bersifat universal dan dapat menimbulkan gambaran
gejala ansietas yang akut; tetapi berbeda dengan ansietas, penyebab rasa takut biasanya jelas
dan dapat dipahami. Suatu gambaran yang lazim pada semua gangguan ansietas adalah
kualitas gejala yang tidak menyenangkan dan tidak alami (ansietas, fobia, obsesi).7
Tentamen suicide
Percobaan bunuh diri cenderung dilakukan oleh wanita muda dari kelas sosila bawah, jarang
disertai dengan depresi besar dan bersifat impulsif. Telah menjadi epidemi di antara orang
muda pada tahun 1950-an, peristiwa meracuni diri sendiri meningkat sekitar 10 % tiap tahum
sampai akhir tahun 1970an dan setelah itu mulai mendatar. Pada tahun-tahun ini lebih dari
90% percobaan bunuh diri diseababkan karena kelebihan dosis obat, tetapi penggunaan
barbiturat menurun tajam dan obat psikotropik meningkat. Di samping benzodiazepin dan
antidepresi, analgesik juga sering digunakan. Delapan puluh persen obat yang dminum
diresepkan oleh dokter.6
Tindakan percobaan bunuh diri ni khas pada wanita yang menikah di usia remaja, mereka
yang mempunyai hutang, mereka yang baru mengalami kekerasan dna pada mereka yang
secara impulsif meminum dosis obat dengan berkelebihan di bawah pengaruh alkohol. Pada
kebanyakan kasus, tak ada kelainan psikiatri serius, tetap ada beberapa yang mempunyai
PBL BLOK 22 SARAF DAN PERILAKU
Page 8
masalah dengan obat dan alkohol serta memilii kelainan kepribadian, baik dalam bentuk
kepribadian tidak matang, agresif atau antisosial. Dalam satu penelitiann Glasgow, 70 % dari
semua kasus peracunan diri sendiri telah memnum alkohol sebelum melakukannya.
Peracunan diri sendiri juga lazim dalam penderita epilepsi dan terutama yang sering berulang.
Juga pada beberapa pasien skizofrenia.6
motifnya campuran, di samping keinginan untuk mati, banyak yang mencari perhatian atau
bantua, beberapa menghukum atau memanipulasi keluarga atau teman, beberapa yang lain
ingin berjudi dengan nasib.6
Kesimpulan
Diagnosis depresi ditegakkan jika ditemukan minimal dua dari tiga gejala utama (mood
rendah, anhedonia, dan kelelahan) setidaknya selama dua minggu. Derajat depresi dibagi
menjadi ringan (4 gejala), sedang (5 atau lebih gejala), dan berat ( 7 atau lebih gejala).
Adanya gejala-gejala psikotik seperti halusinasi atau waham (mood kongruen) menunjukan
gangguan depresi berat.
Gangguan psikologis yang sering dijumpai pada pasien DM adalah depresi dan ansietas, hal
ini terjadi akibat meningkatnya tekanan pasien yang dialami dari penyakitnya yang kronik.
Peningkatan produksi kortisol juga didapat pada penderita DM dan depresi. Bahan biologi
lain yang sama-sama didapat adalah gangguan metabolisme neurotransmitter, norepinefrin
dan serotonin, berkurangnya pemakaian glukosa dan meningkatnya resistensi insulin.
Pengobatan paling efektif adalah kombinasi farmakoterapi dan psikoterapi
Daftar Pustaka
1. Gleadle J. At a Glance: Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Penerbit
Erlangga. 2007. h49-52
PBL BLOK 22 SARAF DAN PERILAKU
Page 9
2. Maulana NN. Tingkat Gejala Depresi pada Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit
Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh. Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala: Darussalam, Banda Aceh.2012. h27-8
3. Arif M, Kuspuji T, Kakhmi S, et al. Kapita Selekta Kedokteran. ed3 jilid I. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Media Aesculapius. 2009. h200-4
4. Amir N. Depresi: Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. 2005. h71-5
5. George D, et al. Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta:
EGC. 2009. h8-11
6. Dewi, Rhosma S. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. ed1 cetakan 1. Yogyakarta:
Deepublish.2014.h111-2
7. Ingram IM, Timbury GC, Mowbray RM. Psikiatri: Catatan Kuliah. Jakarta: EGC.
1995. 102-3
8. David A. Buku Saku Psikiatri. ed6. Jakarta: EGC. 2003. h96
9.
Page 10