Anda di halaman 1dari 36

1.

ANAMNESIS
Anamnesis merupakan langkah awal dalam melakukan diagnosis sesuatu penyakit
secara keseluruhan. Dalam anamnesis untuk penyakit mioma uteri, perlu ditanyakan
beberapa soalan seperti:
Usia
Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan pada usia
35 tahun keatas. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang. Orang
dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam menyesuaikan diri terutama
terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya akibat tindakan TAH-BSO.
Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena
terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah biasanya
berlangsung 24-48 jam dan di kaji pada rasa nyeri tersebut dari lokasi nyeri, intensitas
nyeri, waktu dan durasi dan kualitas nyeri.
Riwayat Reproduksi
Haid: Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak
pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa menopause.
Hamil dan Persalinan: Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana
mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen,
pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar. Jumlah kehamilan dan anak yang
hidup mempengaruhi psikologi klien dan keluarga terhadap hilangnya organ kewanitaan.
Data Psikologi
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional
klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ reproduksi
merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi sebagai lambang
feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bisa dirasakan sebagai hilangnya perasaan
kewanitaan.
Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani. Beberapa
wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya kepuasan.
Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan psikologi
klien.

Status Respiratori
Respirasi bisa meningkat atau menurun. Pernafasan yang ribut dapat terdengar
tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh ke belakang atau akibat terdapat
sekret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat sekret pada saluran nafas. Usaha
batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi
general.
Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus dijawab
oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai dari
siuman sampai ngantuk, harus di observasi dan penurunan tingkat kesadaran merupakan
gejala syok.
Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang
hidrasinya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah
output urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat
anestesi.
Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan,
tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori dan
kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.
2. PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik, mioma uteri dapat ditemukan melalui pemeriksaan
ginekologi rutin.
Pada pemeriksaan abdomen luar kemungkinan tidak didapatkan kelainan, namun
dapat juga ditemukan pada palpasi bimanual uterus yang bentuknya tidak regular, tidak
lunak atau penonjolan yang berbenjol-benjol yang keras pada palpasi.
Pada pemeriksaan Ginekologik (PDV) teraba massa yang keluar dari OUE
(kanalis servikalis), lunak, mudah digerakkan, bertangkai serta mudah berdarah. Melalui
pemeriksaan inspekulo terlihat massa keluar OUE (kanalis servikalis) berwarna pucat.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan uterus
yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang perlu
dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb.
(Hb: turun, Albumin: turun, Leukosit: turun / meningkat, Eritrosit: turun)
Pemeriksaan Radiologi
Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan
adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang
kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi melalui ultrasonografi
transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang
mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi
ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik
ditandai adanya daerah yang hipoekoik.
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi
jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan
dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang
dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi
alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.
Foto BNO/IVP
Pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi
ginjal dan perjalanan ureter.
Pemeriksaan Lain
Histerografi dan histeroskopi
Digunakan untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas.
Adalah merupakan suatu tindakan pembedahan. Pada histeroskopi akan ditemukan massa
yang abnormal pada uterus sekaligus dapat dilakukan

pengangkatan myoma uteri

menggunakan resectoscope. Modalitas endoskopi dengan kuasa elektik berferekuensi


tinggi bisa digunakan. Pasien harus di anastesi lokal atau general.

Laparoskopi
Adalah suatu tindakan pembedahan yang memerlukan insisi kecil pada tumor.
Kemudian modalitas laparoskopi dimasukkan dan menggunakan alatan bedah lain untuk
mengangkat myoma uteri.
Vaginal Toucher
Pada pemeriksaan ini didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa,
konsistensi dan ukurannya.

3. WORKING DIAGNOSIS
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat,
kenyal, batas jelas, mempunyai pseudokapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel.
Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine
fibroid. Dikenal dua tempat asal mioma uteri yaitu serviks uteri dan korpus uteri.
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya
adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah
pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain:
1. Mioma submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini
dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan
perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan
perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan.
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan
adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan
histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor.
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa
pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan
nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi,
ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis
karena proses di atas.

2. Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena pertumbuhan
tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang mengelilingi
tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan
mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang
terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan
mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
3. Mioma subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan
uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut
wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu
uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga ostium
uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot polos
dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern) dengan
pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan.
Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa
(48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).

Gambar 1: Gambar Jenis-jenis Mioma Uteri


5

Sumber: http://digilib.unsri.ac.id/download/Biomolekuler%20Mioma%20Uteri.pdf
GEJALA KLINIS
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi, arah
pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 20-50% saja mioma
uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun.
Hipermenore, menometroragia adalah merupakan gejala klasik dari mioma uteri. Dari
penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita ditemukan 44 % gejala
perdarahan, yang paling sering adalah jenis mioma submukosa, sekitar 65% wanita
dengan mioma mengeluh dismenore, nyeri perut bagian bawah, serta nyeri pinggang.
Tergantung dari lokasi dan arah pertumbuhan mioma, maka kandung kemih, ureter dan
usus dapat terganggu, dimana peneliti menemukan keluhan disuri (14%), keluhan
obstipasi (13%). Mioma uteri sebagai penyebab infertilitas hanya dijumpai pada 2-10%
kasus. Infertilitas terjadi sebagai akibat obstruksi mekanis tuba falopi. Abortus spontan
dapat terjadi bila mioma menghalangi pembesaran uterus, dimana menyebabkan
kontraksi uterus yang abnormal, dan mencegah terlepas atau tertahannya uterus di dalam
panggul.
DAMPAK KEHAMILAN DAN PERSALINAN TERHADAP MYOMA UTERI
Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk dan mudah
terjadi gangguan sirkulasi didalamnya, sehingga terjadi perdarahan dan nekrosis di
tengah tumor. Tumor tampak merah (degenarasi merah) atau tampak seperti daging
(degenerasi karnossa). Perubahan ini menyebabkan rasa nyeri di perut yang disertai
dengan gejala rangsangan peritonium dan gejala peradangan, walaupun dalam hal ini
peradangan bersifat suci hama (steril). Lebih lagi komplikasi ini terjadi dalam masa nifas
karena sirkulasi dalam tumor mengurang akibat perubahan sirkulasi yang dialami oleh
wanita setelah bayi lahir. Tumor tumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertropi
dan edema, terutama dalam bulan-bulan pertama, mungkin karena pengaruh hormonal
setelah kehamilan 4 bulan, tumor tidak bertambah besar lagi. Mioma Subserosa yang
bertangkai dapat mengalami putaran tangkai akibat desakan uterus yang makin lama
makin membesar. Kemungkinan abortus lebih besar karena distorsi dari rongga uterus,
khususnya pada mioma submukosa. Dalam kehamilan mioma kadang-kadang sangat
membesar sehingga menekan pada organ-organ sekitarnya. Kelainan letak janin dalam

rahim, terutama pada mioma submukosa dan intramural. Sedangkan mioma uteri selama
kehamilan dapat mengganggu kehamilan itu sendiri berupa kelainan letak bayi dan
plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat kontraksi rahim, pendarahan yang
banyak setelah melahirkan dan gangguan pelepasan plasenta. Persalinan dapat terhalang
apabila mioma yang terletak pada bagian bawah korpus uteri atau pada serviks
merintangi turunnya kepala janin dalam rongga pelvis.
4. DIAGNOSIS BANDING
I.

ADENOMIOSIS

PEMERIKSAAN
i)

Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan abdomen

Dilakukan inspeksi dan dilihat permukaan perut itu rata atau pun atau ada benjolan.
Dilakukan palpasi dan diraba apakah teraba benjolan. Sekirannya teraba, kira-kira
berapakah anggaran saiz benjolan tersebut. Turut diraba apakah konsistensinya lunak atau
pun keras dan mobilitasnya.
b. Pemeriksaan pelvik
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai perut bagian bawah
dan genitalia eksterna, vagina, leher rahim (termasuk sitologi serviks), uterus, adneksa,
anus, dan rektum.
Pemeriksaan biasanya dimulai dengan inspeksi dan palpasi lembut perut bagian bawah
untuk massa, kelunakan, distensi, hernia, dan sayatan. Perhatikan juga harus terbuat dari
rambut kemaluan dan distribusi serta jumlah dan distribusi rambut wajah dan aksila.
Diperlukan sinar cahaya yang baik untuk menilai alat kelamin eksternal. Dengan tangan
kiri, menggunakan jari telunjuk dan jari tengah genitalia eksterna diperiksa. Setiap lesi,
seperti pertumbuhan kutil, massa, maag, atau apapun, harus diperiksa dengan hati-hati.
Ukuran klitoris dan pengembangan majora labia minora dan harus dicatat. Kulit antara

fourchette vagina posterior dan anus (perineum tubuh) harus diperiksa. Inspeksi daerah
perianal anus dan juga harus dilakukan. Wilayah kelenjar Bartholin di bagian bawah labia
mungkin teraba antara jari jempol dan telunjuk tangan kiri dengan menempatkan jari
telunjuk hanya dalam introitus vagina. Biasanya, normal kelenjar Bartholin tidak dapat
dirasakan.
Jari-jari dimasukkan sepanjang dinding vagina anterior ke dasar kandung kemih dengan
tekanan perusahaan diarahkan simfisis, jari-jari tersebut kemudian dibawa turun terhadap
uretra. Sementara uretra sedang dilucuti dari atas ke bawah, pemeriksa harus
memperhatikan munculnya nanah di meatus uretra eksternal. Perhatikan setiap
kelembutan atau indurasi jaringan paraurethral atau kelenjar.
Dengan dua jari di vagina, orang juga bisa meraba batas medial dari otot levator. Otototot ini biasanya tidak lembut saat teraba.. Beberapa kesan dari kekuatan dan kompetensi
otot-otot ini dapat diperoleh dengan meminta pasien untuk menekan erat jari pemeriksa di
vagina. Pasien mungkin membantu untuk mengidentifikasi otot-otot ini jika dia
mengingatkan bahwa ini adalah otot-otot yang sama yang digunakan untuk menghentikan
aliran urin di tengah jalan.
Spekulum sekarang harus dimasukkan. Itu harus nyaman hangat dan dibasahi dengan air
sajaIni harus dimasukkan lebih dari dua jari menekan perineum posterior sepanjang
dinding vagina posterior. Dinding anterior vagina lebih sensitif.. Oleh karena itu, ujung
spekulum harus diarahkan jauh dari dinding vagina anterior. Spekulum kemudian dibuka.
Adalah penting untuk menggunakan spekulum ukuran yang tepat. Sebuah spekulum, tipis
sempit dapat digunakan untuk gadis-gadis muda dan wanita yang lebih tua. Kebanyakan
wanita dewasa dapat diperiksa memuaskan dengan spekulum Graves menengah. Hanya
kadang-kadang akan hal itu perlu menggunakan spekulum besar. Periksa leher rahim
dengan hati-hati. Cari erosi, eversi, kista, polip, laserasi, ulcerations, pembesaran leher
rahim, perdarahan, dan debit menstruasi. Lepaskan spekulum secara perlahan dan benarbenar memeriksa dinding vagina
Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan bimanual. Pemeriksaan genitalia
interna dilakukan dengan kedua tangan (bimanual), dua jari atau satu jari dimasukkan ke

dalam vagina, atau satu jari ke dalam rektum, sedang tangan lain (biasanya 4 jari)
diletakkan di dinding perut. Sebelum tangan kanan dimasukkan, vulva dibersihkan
dengan kapas sublimat atau kapas detol. Waktu tangan kanan akan dimasukkan ke dalam
vagina, jari telunjuk dan jari tengah diluruskan ke depan, ibu jari lurus ke atas, dan dua
jari lainnya dalam fleksi. Vulva dibuka dengan dua jari tangan kiri. Mula-mula jari tengah
dimasukkan ke dalam introitus vagina, lalu kommisura posterior ditekan ke belakang
supaya introitus menjadi lebih lebar. Baru kemudian jari telunjuk dimasukkan juga. Cara
ini dimasukkan untuk menghindari rasa nyeri, apabila dinding belakang urethra tertekan
terlampau keras oleh kedua jari yang dimasukkan sekali gus. Ini tentu tidak berlaku pada
multipara dengan introitus dan vagina yang sudah lebar. Pada nulipara dan virgo, apabila
memang mutlak diperlukan pemeriksaan dalam dilakukan hanya dengan satu jari (jari
telunjuk), pada virgo jikalau perlu dalam narkosis.Pemeriksaan dilakukan untuk meraba
vulva dan perineum, vagina dan dasar panggul, serviks, korpus uteri, parametrium dan
adneksanum.
Pemeriksaan panggul tidak lengkap kecuali pemeriksaan bimanual telah dilakukan
dengan jari di rektum. Ini bagian dari pemeriksaan memungkinkan untuk pemeriksaan
lebih baik panggul karena jari dubur dapat mencapai luar fornix vagina posterior dan
karena itu dapat meraba ligamen uterosakral, jaringan paraservikal, ligamen luas, indung
telur, dinding samping panggulTinja yang melekat dengan sarung tangan menutupi jari
dubur harus diperiksa untuk bukti lendir dan darah segar atau tua.
Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium
a. Diagnosis jaringan
-

Diagnosis jaringan dalam beberapa bentuk tetap satu-satunya


metode definitif untuk mendiagnosa adenomiosis. Jika
diagnosa dicurigai pra-bedah, maka laparoskopi dan biopsi
jarum panjang dapat dilakukan, dimana jarum dimasukkan ke
bagian belakang rahim untuk mengumpulkan sampel jaringan
untuk pengujian patologis.

Pemeriksaan radiologi
a. Transvaginal ultrasonography
-

USG transvaginal adalah jenis USG panggulHal ini digunakan


untuk melihat organ reproduksi wanita, termasuk rahim,
indung

telur, leher rahim, dan vagina. Transvaginal berarti seluruh atau


melalui vagina. Anda akan berbaring di atas meja dengan lutut ditekuk dan kaki di
pemegang disebut sanggurdi.. Penyedia perawatan kesehatan akan menempatkan probe,
yang disebut transducer, ke dalam vagina. Probe ditutupi dengan kondom dan gel. Probe
mengirimkan gelombang suara, yang mencerminkan dari struktur tubuh. Sebuah
komputer menerima gelombang ini dan menggunakan mereka untuk membuat gambar.
Dokter dapat langsung melihat gambar pada monitor TV di dekatnya.
b. MRI
-

Pada saat, ini bisa membedakan adenomyomas dari tumor fibroid, tapi sekali
lagi, dokter ahli radiologi yang berpengalaman dan memiliki pelatihan yang
ekstensif diperlukan.

DIAGNOSIS
Adenomyosis adalah keadaan tisu endometrial tisu yang selalunya ada pada dinding
uterus itu hadir dan berkembang dai dalam jaringan otot uterus. Kelihatan seperti fibroid
pada pemeriksaan dan sering tertukar dengan fibroid pada sonogram. Adenomyosis
mungkin ringan dan tidak menimbulkan gejala sama sekali, atau, dalam bentuk yang
lebih parah, mungkin mengakibatkan pendarahan berat dan parah kram selama periode
menstruasi. Adenomiosis hadir dalam sekitar 10 persen wanita dan, oleh karena itu,
kurang umum dari fibroid.

10

Gambar 1. Perbandingan antar uterus normal dan adenomyosis


Diagnosis adenomiosis diduga jika rahim membesar dan terasa lembut menyentuh selama
pemeriksaan panggul. Namun, diagnosis adenomiosis berdasarkan temuan ini sering
tidak akurat, dan penyebab lain-fibroid, endometriosis, atau polip-sering ditemukan
sebagai penyebab perdarahan atau ketidaknyamanan.
Seringkali yainya tidak menunjukkan gejala namun antara manifestasi klinik bagi
adenomyosis adalah seperti berikut :

Berat atau perdarahan menstruasi yang berkepanjangan

Kram atau tajam parah, nyeri panggul pisau seperti selama menstruasi
(dismenore)

Kram menstruasi yang berlangsung sepanjang periode dan memburuk seiring


bertambahnya usia

Sakit selama hubungan seksual

Berdasarkan kasus, ibu tersebut mengalami haid yang sangat banyak, terdapat tumor di
atas simfisis pubis sebesar kepala bayi, konsistensi kenyal, dan mudah digerakkan. Ciriciri ini hampir sama dengan ademyosis. Namun, untuk membedakan adenomyoma
daripada myoma uteri dilakukan pemeriksaan makroskopik yang memperlihatkan pada
myometrium itu terdapatnya sarang-sarang kecil putih kuning yang merupakan jaringan
endomtrium basal dan kadang-kadang terdapatnya hemosiderosis. Ini merupakan ciri
khas buat adenomyoma.
ETIOLOGI
Penyebab adenomyosis sehingga kini masih belum diketahui pasti. Beberapa pendapat
mengatakan bahwa adenomyosis disebabkan oleh :

Pertumbuhan invasif jaringan


-

Beberapa ahli pakar mempercayai bahwa adenomyosis ini merupakan hasil


dari invasi sel endometrial dari permukaan uterus ke dalam jaringan otot yang

11

membentuk dinding uteri. Insisi uterine yang dilakukan semasa operasi seksio
sesaria bisa menyebaban invasi direk sel endometrial ke dalam dinding uterus.

Asal pembentukan
-

Selain itu, pakar juga membuat spekula bahwa adenomyosis berasal dari
dalam otot uterine dari tisu endometrial yang terbentuk ketika uterus pertama
kali terbentuk pada janin perempuan.

Inflamasi uterine yang berkaitan dengan melahirkan


-

Teori lain yang menghubungkan adenomyosis dengan melahirkan. Radang


dinding rahim selama periode postpartum dapat menyebabkan ada perubahan
pada sel-sel yang melapisi rahim.

EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini hanya dapat didiagnosis dengan kepastian 100% dengan melakukan biopsi
dari otot rahim.. Tergantung pada studi melaporkan berbagai diterbitkan, telah tercatat
terjadi pada 8-62% wanita yang memiliki histerektomi. 12% wanita dengan adenomiosis
juga memiliki Endometriosis di lokasi lain seperti dinding panggul, ovarium, saluran tuba
dll insiden tertinggi terlihat pada wanita di pertengahan ke atas empat puluhan, dan
meskipun penyakit ini dapat menyebabkan infertilitas, sering muncul pada wanita yang
sudah memiliki anak.
PATOFISIOLOGI
Adenomiosis adalah kondisi non-kanker rahim yang dapat meniru banyak tanda dan
gejala fibroid. Ini hasil kondisi dari sel-sel dinding rahim tumbuh secara langsung ke otot
dinding rahim. Ketika sel-sel yang melapisi rahim berdarah pada saat periode menstruasi,
sel-sel ini tersalah dalam otot berdarah juga. Dan perdarahan langsung ke otot
menyebabkan rasa sakit. Sebagai darah terakumulasi, otot sekitarnya membengkak dan
bentuk jaringan ikat dalam menanggapi iritasi. Daerah ini bengkak di dalam otot dinding
rahim, yang disebut adenomyoma
PENATALAKSANAAN
i)

Medika mentosa
12

Anti-inflammatory drugs
-

NSAIDS dapat menghilangkan rasa sakit yang berkaitan dengan adenomyosis.


Selalunya mula diambil pada pertama atau kedua sebelum permulaan
menstruasi dan diteruskan sehingga hari pertama atau kedua menstruasi.

Terapi hormon
-

Mengontrol siklus menstruasi dengan menggunakan kontraseptif oral


estrogen-progestin akan mengurangkan perdarahan berat dan rasa sakit yang
berkaitan dengan adenomyosis. Kontrasepsi progestin sahaja, seperti alat
intrauterine yang mengandungi progestin atau pil kontrol kehamilan secara
berterusan sering menimbulkan amenorrhea. Siklus menstruasi yang tidak ada
akan memberikan kelegaan.

ii)

Non medika mentosa

Berendam dalam air hangat

Letakkan heating pad pada abdomen

iii)

Terapi bedah
Histerectomy
-

Sekiranya rasa sakit itu parah sekali dan menghampiri masa menopause,
dokter bisa memberi cadangan untuk mengangkat uterus. Hal ini terbukti
100% berkesan.

KOMPLIKASI
Walaupun tidak membahayakan, rasa sakit dan perdarahan yang berlebihan berhubungan
dengan adenomyosis bisa menyebabkan efek negatif pada gaya hidup. Pasien sering
menghindarkan diri dari aktiviti yang dulunya digemari karena tidak tahu bila atau
dimana pasien akan mulai mengalami perdarahan. Rasa sakit yang amat sangat akan turut

13

memberi kesan pada pekerjaan harian dan perhubungan sosial. Rasa sakit yang berulang
bisa menyebakan rasa depresi, gelisah, dan rasa tidak tertolong. Justeru penting untuk
mencari evaluasi medis jika seseorang itu mensuspek dirinya mempunyai adenomyosis.
Sekiranya seseorang itu mengalami gejala ini untuk jangka masa yang lama, maka akan
terjadinya perdarahan yang hebat dan anemia kronik.
PROGNOSIS
Dengan penanganan dan kontrol yang dilakukan dini dan tepat maka prognosis adalah
baik.

II.

KISTA OVARI

Pemeriksaan
Ultrasonografi Kista Ovarium
-

Dapat membantu untuk mengetahui karakteristik dari kista ovarium

Kista unilokuler dan memiliki dinding tipis yang mengelilingi suatu kavitas yang
terdiri dari terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam
kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista . Kista ini tidak
mungkin menjadi suatu kanker. Sebagian besar kista tersebut adalah folikular
fungsional atau kista luteal kistadenoma serosa atau kista inklusi.

Kista kompleks memiliki lebih dari satu ruangan/septa (multiokular) , dinding


tebal, proyeksi ke dalam lumen atau pada permukaan atau kondisi abnormal
dalam isi kista. Kista maligna biasanya termasuk dalam kategori ini.

Kista hemoragik, endometrioma dan dermoid pada pemeriksaan sonogram


memiliki karakteristik yang dapat membantu untuk membedakannya dari kista
maligna kompleks.

Sonogram tidak dapat membantu untuk membedakan hidrosalpin, paraovarian,


dan kista tuba dari kista ovarium.

Ultrasonografi endovaginal dapat menguraikan secara rinci struktur morfologi


pelvis.

Ultrasonografi transabdominal lebih baik daripada endovaginal ultrasonografi


untuk evaluasi besarnya massa dan menilai struktur intraabdominal lain seperti

14

ginjal, hati, dan asites. Syarat pemeriksaan transabdominal sonogram dilakukan


dalam keadaan vesica urinaria terisi/penuh.
Patologi Anatomi Kista Ovarium
Kista ovarium yaitu suatu kantong abnormal yang berisi cairan atau setengah cair yang
tumbuh dalam indung telur. Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus oleh selaput
semacam jaringan. Bentuknya kistik dan ada pula yang berbentuk seperti anggur.
Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal di sekitarnya dan tidak dapat
menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Ini adalah kista benigna ovarium. Kemungkinan kista ini adalah kista folikuler. Kadangkadang kista dapat mencapai ukuran tertentu dalam sentimeter dan, jika terjadi ruptur
dapat menyebabkan nyeri pada perut.

Teratoma ovarium atau dermoid cyst terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak
dibuahi kemudian tumbuh menjadi beberapa jaringan seperti rambut, tulang, lemak. Kista
dapat terjadi pada kedua indung telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit
bila kista terpuntir/pecah.
Diagnosis
KISTA OVARIUM
Tanda dan gejala klinis

15

Dari gambaran klinis, kista ovarium yang berukuran kecil biasanya tidak menunjukan
gejala atau rasa sakit, kecuali kalau pecah atau terpuntir yang menyebabkan perdarahan
intraperitoneum dan gejala akut abdomen ,sakit yang hebat di daerah perut bagian bawah,
dan kaku.
1.

Sering tanpa gejala.

2.

Nyeri saat menstruasi.

3.

Nyeri di perut bagian bawah.

4.

Nyeri pada saat berhubungan badan.

5.

Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.

6.

Terkadang disertai nyeri saat buang air kecil dan/atau buang air besar.

7.

Siklus menstruasi tidak teratur; bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.

Kista yang berukuran besar atau berjumlah banyak dapat menimbulkan gejala seperti:

rasa sakit pada panggul,

sakit pinggang,

sakit saat berhubungan seksual,

pendarahan rahim yang abnormal.

Kista Follikel
Kista ini berasal dari follikel yang menjadi besar semasa proses atresia folliculi.
Setiap bulan sejumlah besar follikel menjadi mati, disertai kematian ovum, disusul
dengan degenerasi dari epitel follikel. Pada masa ini tampaknya sebagai kista-kista kecil.
Tidak jarang ruangan follikel di isi dengan cairan yang banyak, sehingga terbentuklah
kista yang besar, yang dapat ditemukan pada pemeriksaan klinis. Biasanya besarnya tidak
melebihi sebuah jeruk. Sering terjadi pada pubertas, climacterium, dan sesudah
salpingektomi.
Gejala-gejala
Kista jenis ini tidak memberikan gejala yang karakteristik, bahkan kadang-kadang
tidak menunjukkan gejala-gejala apapun. Kurve suhu basal bersifat monofasis. Bila
mencapai ukuran yang cukup besar, kista tersebut dapat memberikan rasa penuh dan
tidak enak pada daerah yang dikenai. Seperti pada semua tumor ovarii dapat
menyebabkan torsi. Kadang-kadang walaupun jarang, dapat terjadi rupture spontan,
16

dengan disertai tanda-tanda perdarahan intra abdominal sehingga gambaran klinisnya


dapat menyerupai suatu kehamilan ektopik yang terganggu. Yang paling sering terjadi
ialah cairan kista tersebut mengalami resorpsi secara spontan setelah satu atau dua siklus.
Diagnosa
Diagnosa hanya dapat ditentukan dengan palpasi dari tumor tersebut. Tetapi kita
tidak akan dapat menentukan dengan sekali pemeriksaan, apakah kista ini neoplastik atau
non neoplastik, kecuali bila ukurannya sangat besar.
Terapi
Biasanya tak memerlukan terapi karena mengalami resorpsi spontan. Bila harus
diadakan operasi oleh karena adanya salah satu gangguan klinis atau oleh karena indikasi
lain, sebaiknya tindakannya disesuaikan dengan keadaan. Bila kista kecil dapat dilakukan
punksi atau eksisi saja. Bila besar sebaiknya di enukleasi dengan meninggalkan jaringan
ovarium yang normal.
Kistadenoma Ovarii Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin berasal
dari suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemenelemen lain. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan
germinativum, sedang penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang sama
dengan tumor Brenner.
Gambaran Klinik
Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan berbagala
(lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar, lebih-lebih pada
penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi dapat ditemukan
jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga ditemui
yang bilateral.
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat terjadi torsi
yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan
dalam kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya perlekatan kista
dengan omentum, usus-usus dan peritoneum parietale.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini
khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada

17

pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna
kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak
tinggi dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya sel-sel yang membundar karena
terisi lendir (goblet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai
potensi untuk tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru,
yang menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan pada dinding kista,
maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan dengan
sekresinya menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudomiksoma peritonei
ialah timbulnya penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan
banyak perlekatan. Akhirnya, penderita meninggal karena ileus dan atau inanisi. Pada
kista kadang-kadang dapat ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempattempat tersebut perlu diteliti dengan seksama oleh karena di situ dapat ditemukan tandatanda ganas. Keganasan ini terdapat dalam kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum.
Penanganan
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah
cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya dilakukan
pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada waktu mengangkat
kista sedapat-dapatnya diusahakan mengangkatnya in toto tanpa mengadakan pungsi
dahulu, untuk mencegah timbulnya pseudomiksoma peritonei karena tercecernya isi
kista. Jika berhubung dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk mengecilkan
tumor, lubang pungsi harus ditutup dengan rapi sebelum mengeluarkan tumor dari rongga
perut. Setelah kista diangkat, harus dilakukan pemeriksaan histologik di tempat-tempat
yang mencurigakan terhadap kemungkinan keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain
perlu diperiksa pula.
Kistadenoma Ovarii Serosum
Berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ovarium). Bila kista terdapat
implantasi pada peritonium disertai asites maka harus dianggap sebagai neoplasma yang
ganas, dan 30% sampai 35% akan mengalami keganasan.
Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan
dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula
berbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya

18

berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi
pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan
kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran
darah. Tidak jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan
pertumbuhan papiler (solid papilloma).
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin membedakan gambaran
makroskopik kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan
pemeriksaan mikroskopik pun tidak selalu memberi kepastian. Pada pemeriksaan
mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak yang
rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena
tumor ini barasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephithelium), maka bentuk
epitel pada papil dapat beraneka ragam tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel
bulu getar, seperti epitel tuba.
Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya
yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan bahwa kista adalah
kistadenoma ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak bahwa tumor itu ganas.
Kistadenoma Ovarii Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin berasal dari
suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen-elemen
lain. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan germinativum,
sedang penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal yang sama dengan tumor
Brenner.
Gambaran Klinik
Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan berbagala
(lobulated). Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar, lebih-lebih pada
penderita yang datang dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak lagi dapat ditemukan
jaringan ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga ditemui
yang bilateral.
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat terjadi torsi yang
mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan dalam
kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan
omentum, usus-usus dan peritoneum parietale.

19

Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini khususnya
bila terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada pembukaan
terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning
sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.
Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi
dengan inti pada dasar sel; terdapat di antaranya sel-sel yang membundar karena terisi
lendir (goblet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi
untuk tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang
menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan pada dinding kista, maka
sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan dengan
sekresinya menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat pseudomiksoma peritonei
ialah timbulnya penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan menyebabkan
banyak perlekatan. Akhirnya, penderita meninggal karena ileus dan atau inanisi. Pada
kista kadang-kadang dapat ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempattempat tersebut perlu diteliti dengan seksama oleh karena di situ dapat ditemukan tandatanda ganas. Keganasan ini terdapat dalam kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum.
Penanganan
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah
cukup besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya dilakukan
pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada waktu mengangkat
kista sedapat-dapatnya diusahakan mengangkatnya in toto tanpa mengadakan pungsi
dahulu, untuk mencegah timbulnya pseudomiksoma peritonei karena tercecernya isi
kista. Jika berhubung dengan besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk mengecilkan
tumor, lubang pungsi harus ditutup dengan rapi sebelum mengeluarkan tumor dari rongga
perut. Setelah kista diangkat, harus dilakukan pemeriksaan histologik di tempat-tempat
yang mencurigakan terhadap kemungkinan keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain
perlu diperiksa pula.
Kistadenoma Ovarii Serosum
Berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ovarium). Bila kista terdapat implantasi
pada peritonium disertai asites maka harus dianggap sebagai neoplasma yang ganas, dan
30% sampai 35% akan mengalami keganasan.
Gambaran Klinik

20

Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan dengan
kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula
berbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya
berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi
pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan
kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran
darah. Tidak jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan
pertumbuhan papiler (solid papilloma).
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak mungkin membedakan gambaran
makroskopik kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan
pemeriksaan mikroskopik pun tidak selalu memberi kepastian. Pada pemeriksaan
mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik atau epitel torak yang
rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap warnanya. Karena
tumor ini barasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephithelium), maka bentuk
epitel pada papil dapat beraneka ragam tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel
bulu getar, seperti epitel tuba.
Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya yang
dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan bahwa kista adalah
kistadenoma ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak bahwa tumor itu ganas.
Etiologi
Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan hormon pada
hipotalamus, hipofise, atau indung telur itu sendiri. Kista indung telur timbul dari folikel
yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi.
Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak sampai saat
menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung estrogen sebagai respon
terhadap hipersekresi folikel stimulation hormon(FSH) dan luteinizing hormon (LH)
normalnya ditemui saat menopause berdiameter 1 -10 cm (folikel normal berukuran
maximum 2,5 cm); berasal dari folikel ovarium yang gagal mengalami involusi atau
gagal meresorpsi cairan. Dapat multipel dan bilateral. Biasanya asimtomatik.
Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung telur yang fungsional
dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan
saat fase pendarahan dari siklus menstruasi.

21

Kista theka-lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti
jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari tumor indung telur, serta terapi
hormon.
Faktor resiko terjadinya kista ovarium

Riwayat kista ovarium sebelumnya

Siklus menstruasi yang tidak teratur

Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas

Menstruasi dini (usia 11 tahun atau lebih muda)

Tingkat kesuburan

Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang

Terapi tamosifen pada kanker mamma

Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan kegagalan
pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium
tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone
hipofisa dalam jumlah yang tepat.
Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk
secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan
dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena
itu terbentuk kista di dalam ovarium.
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel
de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm
akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang
pada saat matang memiliki struktur 1,5 2 cm dengan kista ditengah-tengah.
Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan
pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan
membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa kista folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista
theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.

22

Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas
terhadap gonadotropin yang berlebih. Kista folikel dan luteal, kelainan yang tidak
berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak pecah atau folikel yang sudah pecah
dan segera menutup kembali.
Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan serosa
yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan
serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai
mencapai diameter 4-5 cm, sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah
pelvis.
Penatalaksaan
Kista biasa ditemukan secara kebetulan saat dokter melakukan pemeriksaan USG.
Umumnya kista fungsional pada wanita usia subur akan menghilang dengan sendirinya
dalam 1 sampai 3 bulan tanpa pengobatan. Beberapa diantaranya pecah spontan, namun
tidak menimbulkan gejala yang berarti. Akan tetapi jika kista pecah, timbul perdarahan di
dalam rongga perut dan hal ini menyebabkan nyeri hebat. Dalam situasi ini diperlukan
tindakan operasi segera, karena jika tidak dilakukan penghentian perdarahan melalui
operasi, maka penderita akan banyak kehilangan darah. Ini yang disebut sebagai kista
perdarahan. Meskipun demikian, kista ovarium yang ditemukan memerlukan pengawasan
ketat terhadap perkembangan kista sampai dengan beberapa siklus menstruasi. Bila
ternyata tidak bermakna maka kista dapat diabaikan karena akan menghilang sendiri.
Pemeriksaan USG sangat berperanan dalam pengawasan kista ovarium. Dengan USG
dapat dilihat perkembangan besarnya kista, perubahan bentuk dan isi kista.
Jika memang kista ovarium tumbuh membesar dan menimbulkan keluhan maka perlu
dipertimbangkan untuk melakukan operasi pengangkatan kista dan memeriksakan
jaringan kista ke laboratorium patologi anatomi untuk mengetahui kemungkinan kista
tersebut berkembang menjadi kanker.

Pendekatan
Jika wanita usia reproduksi yang masih ingin hamil, berovulasi teratur dan tanpa gejala,
dan hasil USG menunjukkan kista berisi cairan, dokter tidak memberikan pengobatan

23

apapun dan menyarankan untuk pemeriksaan USG

ulangan secara periodic untuk

melihat apakah ukuran kista membesar. Pendekatan ini juga menjadi pilihan bagi wanita
pascamenopouse jika kista berisi cairan dan diameternya kurang dari 5 cm.
Pil Kontrasepsi
Jika terdapat kista fungsional, pil kontrasepsi yang digunakan untuk mengecilkan ukuran
kista. Pemakaian pil kontrasepsi juga mengurangi peluang pertumbuhan kista.
Pembedahan
Jika kista ovarium tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi, semakin besar,
lakukan pemeriksaan ultrasound, nyeri, pada masa postmenopouse, dokter harus segera
mengangkatnya. Ada 2 tindakan bedah yang utama, yaitu: Laparoskopi dan Laparatomy.
Laparoskopi merupakan pilihan untuk mengangkat kista ovarium dengan banyak
keuntungan dibandingkan dengan operasi konvensional, karena perlengketan pasca
operasi yang lebih minimal, begitu pula nyeri pasca operasi, pemulihan lebih cepat, dan
sisi kosmetik luka operasi yang minimal pula.
Pembedahan dimulai dengan teknik pembedahan atau operasi yang dilakukan dengan
membuat lubang kecil 3 buah lubang (berdiameter 5-10 milimeter) di sekitar perut
pasien. Satu lubang pada pusar digunakan untuk memasukkan sebuah alat yang
dilengkapi kamera untuk memindahkan gambar dalam rongga perut ke layar monitor,
sementara dua lubang yang lain untuk peralatan bedah yang lain, misalnya laser yang
akan mengangkat kista ovarium.

Komplikasi
Kista ovarium tidak berbahaya selama kondisi jinak, tetapi kista dapat membesar yang
menyebabkan nyeri di bagian perut. Pada beberapa kasus penyakit ini dapat menggangu
produksi hormon-hormon dari ovarium dan menghasilkan perdarahan iregular dari vagina
dan peningkatan rambut tubuh. Jika kista atau tumor membesar dan menekan kandung
kemih, Anda akan berkemih lebih sering karena kapasitas kandung kemih berkurang.
Kista ovarium dapat berbahaya bilamana kista berubah menjadi ganas, karena itu semua
kista harus diperiksa oleh dokter.

24

Prognosis
Prognosis baik untuk jinak. Namun untuk kista yang dapat berkembang untuk menjadi
kanker ovarium angka kelangsungan hidup 5 tahun (5 Years survival rate).

5. ETIOLOGI
Etiologi pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara pertumbuhan tumor
dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri, serta
adanya faktor predisposisi yang bersifat herediter dan faktor hormone pertumbuhan dan
Human Placental Lactogen. Pada ilmuwan telah mengidentifikasi kromosom yang
membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Beberapa
ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal. Mioma biasanya
membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah menopause, sehingga diperkirakan
dipengaruhi juga oleh hormon-hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron.
Selain itu, sangat jarang ditemukan sebelum menarke, dapat tumbuh dengan cepat selama
kehamilan dan kadang mengecil setelah menopause.
Tabel 1: Faktor-faktor predisposisi mioma uteri
Faktor predisposisi mioma uteri
Umur

Keterangan
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang
dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada
wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor
ini paling sering memberikan gejala klinis

Paritas

antara 35-45 tahun.


Lebih sering terjadi pada nullipara atau
pada wanita yang relatif infertil, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakah
infertil menyebabkan mioma uteri atau
sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan
infertil, atau apakah kedua keadaan ini

Faktor ras dan genetik

saling mempengaruhi.
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita
berkulit hitam, angka kejadiaan mioma
uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras,
25

kejadian tumor ini tinggi pada wanita


dengan

riwayat

keluarga

ada

yang

menderita mioma.
Diperkirakan ada korelasi antara hormon

Fungsi ovarium

estrogen dengan pertumbuhan mioma, di


mana mioma uteri muncul setelah menarke,
berkembang

setelah

kehamilan

dan

mengalami regresi setelah menopause.


Tabel 2: Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor
Faktor-faktor

yang

pertumbuhan tumor
1. Estrogen

mempengaruhi Keterangan

Mioma

uteri

dijumpai

setelah

menarke.

Seringkali terdapat pertumbuhan


tumor yang cepat selama kehamilan
dan terapi estrogen eksogen.

Mioma uteri akan mengecil pada


saat menopause dan pengangkatan
ovarium .

Adanya hubungan dengan kelainan


lainnya yang tergantung estrogen
seperti

endometriosis

(50%),

perubahan fibrosistik dari payudara


(14,8%), adenomyosis (16,5%) dan
hiperplasia endometrium (9,3%).

Mioma uteri banyak ditemukan


bersamaan
ovarium

dengan
dan

wanita

anovulasi
dengan

sterilitas.

17B hidroxydesidrogenase: enzim


ini mengubah estradiol (sebuah

26

estrogen

kuat)

menjadi

estron

(estrogen lemah). Aktivitas enzim


ini

berkurang

pada

jaringan

miomatous, yang juga mempunyai


jumlah reseptor estrogen yang lebih
banyak

daripada

miometrium

normal.
2. Progesteron

Progesteron merupakan antagonis


natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor
dengan dua cara yaitu:

a)

mengaktifkan

17B

hidroxydesidrogenase
b)

menurunkan
reseptor

jumlah

estrogen

pada

tumor.
3. Hormon pertumbuhan

Level

hormon

pertumbuhan

menurun selama kehamilan, tetapi


hormon yang mempunyai struktur
dan aktivitas biologik serupa yaitu
Human Placenta Lactogen (HPL),
terlihat pada periode ini, memberi
kesan bahwa pertumbuhan yang
cepat

dari

leiomioma

selama

kehamilan mingkin merupakan hasil


dari aksi sinergistik antara HPL dan
Estrogen.

6. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak.
Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia

27

mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua penderita ginekologi yang
dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 45 tahun (kurang
lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang
sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma
inidibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik
menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau
hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras,
kegemukan dan nullipara.
7. PATOFISIOLOGI
Mioma uteri banyak ditemukan pada usia reproduktif dan angka kejadiannya
rendah pada usia menopause, dan belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche.
Diduga penyebab timbulnya myoma uteri paling banyak oleh stimulasi hormon steroid
ovarium terutama estrogen. Tumor ini tumbuh secara perlahan dan tidak diketahui oleh
penderitanya. Tumor biasa diketahui setelah berusia akhir 30an dan 40 tahun. Myoma
uteri berasal dari jaringan otot polos uterus (miometrium). Mulanya satu sel, kemudian
membelah berkali-kali dan membentuk massa pucat, berbatas tegas, dan kenyal, yang
berbeda dengan jaringan di sekitarnya. Hormon estrogen sangat mempengaruhi
timbulnya mioma uteri. Dari penelitian ditemukan bahwa reseptor estrogen pada mioma
uteri lebih banyak didapatkan dibandingkan dengan miometrium normal. Estrogen
memicu proliferasi sel otot polos dan progestron meningkatkan produksi protein yang
mengganggu proses apoptosis (programe cell death). Mioma uteri juga memiliki
kandungan growth factor yang lebih tinggi yang mampu menstimulasi produksi
fibrinolektin dan kolagen (komponen utama matriks ekstraselular yang khas pada myoma
uteri).
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari
penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan
dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat,
dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi
sejumlah kecil genyang mengalami mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel
miometrial normal. Penelitian menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan
aberasi kromosom yaitu t(12;14)(q15;q24).

28

Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genitoblast. Percobaan
Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan
tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek
fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testoster.
Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat
mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin
berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor
pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen.
Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen
lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada
perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini
tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka.
Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan
setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.
8. PENATALAKSANAAN
Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi
dan ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara
cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum,
penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif.
Penanganan Konservatif
Dilakukan apabila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause tanpa
gejala tidak memerlukan pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya.
Tabel 3: Cara penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif
Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan
Bila anemia (Hb < 8gr/dl) lakukan transfusi PRC
Pemberian zat besi
Pemberian agonis hormon pelepas gonadotropin (GnRHa) yaitu Leuprolid asetat
3,75 mg intramuscular pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak 3 kali.
Terapi Medikamentosa

29

Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan mioma


uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi medikamentosa masih
merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif.
Preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog GnRH,
progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin, agen-agen lain
(gossipol,amantadine).
GnRH analog
Penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita dengan mioma uteri
yang diberikan GnRHa leuprorelin asetat selam 6 bulan, ditemukan pengurangan volume
uterus rata-rata 67% pada 90 wanita didapatkan pengecilan volume uterus sebesar 20%
dan pada 35 wanita ditemukan pengurangan volume mioma sebanyak 80%.
Efek maksimal dari GnRHa baru terlihat setelah 3 bulan dimana cara kerjanya menekan
produksi estrogen dengan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah menyerupai kadar
estrogen wanita usia menopause. Setiap mioama uteri memberikan hasil yang berbedabeda terhadap pemberian GnRHa.
Mioma submukosa dan mioma intramural merupakan mioma uteri yang paling
rensponsif terhadap pemberian GnRH ini.
Tabel 4: Keuntungan pemberian pengobatan medikamentosa dengan GnRHa
Keuntungan pemberian pengobatan medikamentosa dengan GnRHa
1. Mengurangi volume uterus dan volume mioma uteri.
2. Mengurangi anemia akibat perdarahan.
3. Mengurangi perdarahan pada saat operasi.
4. Tidak diperlukan insisi yang luas pada uterus saat pengangkatan mioma.
5. Mempermudah tindakan histerektomi vaginal.
6. Mempermudah pengangkatan mioma submukosa dengan histeroskopi.
Progesteron
Goldhiezer, melaporkan adanya perubahan degeneratif mioma uteri pada
pemberian progesteron dosis besar. Dengan pemberian medrogestone 25 mg per hari
selama 21 hari dan tiga pasien lagi diberi tablet 200 mg, dan pengobatan ini tidak
mempengaruhi ukuran mioma uteri, hal ini belum terbukti saat ini.
Danazol
Merupakan progesteron sintetik yang berasal dari testosteron. Dosis substansial
didapatkan hanya menyebabkan pengurangan volume uterus sebesar 20-25% di mana di

30

peroleh fakta bahwa danazol memiliki substansi androgenik. Tamaya, dkk melaporkan
reseptor androgen pada mioma terjadi peningkatan aktifitas 5-reduktase pada
miometrium dibandingkan endometrium normal. Mioma uteri memiliki aktifitas
aromatase yang tinggi dapat membentuk estrogen dari androgen.
Gestrinon
Merupakan suatu trienik 19-nonsteroid sintetik, juga dikenal dengan R 2323 yang
terbukti efektif dalam mengobati endometriosis. Menurut Coutinho(1986), melaporkan
97 wanita, A(n=34) menerima 5 mg gestrinon peroral 2x seminggu, kelompok B(n=36)
menerima 2,5 mg gestrinon peroral 2x seminggu, dan kelompok C(n=27) menerima 2,5
mg gestrinon pervaginam 3x seminggu. Data masing-masing dievaluasi setelah 4 bulan
didapatkan volume uterus berkurang 18% pada kelompok A, 27% pada kelompok B,
tetapi pada kelompok C meningkat 5%. Setelah masa pengobatan selama 4 bulan
berakhir, 95% pasien amenore, Coutinho menyarankan penggunaan gestrinon sebagai
terapi preoperatif untuk mengontrol perdarahan menstruasi yang banyak berhubungan
dengan mioma uteri.
Tamoksifen
Merupakan turunan trifeniletilen yang mempunyai khasiat estrgenik maupun
antiestrogenik, dan dikenal sebagai selective estrogen receptor modulator (SERM).
Beberapa peneliti melaporkan pada pemberian tamoksifen 20 mg tablet perhari untuk 6
wanita premenopause dengan mioma uteri selama 3 bulan dimana volume mioma tidak
berubah, dimana kerjanya konsentrasi reseptor estradiol total secara signifikan lebih
rendah. Hal ini terjadi karena peningkatan kadar progesteron bila diberikan berkelanjutan.
Goserelin
Merupakan suatu GnRH agonis, dimana ikatan reseptornya terhadap jaringan
sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah berada cukup lama. Pada pemberian
goserelin dapat mengurangi setengah ukuran mioma uteri dan dapat menghilangkan
gejala menoragia dan nyeri pelvis. Pada wanita premenopause dengan mioma uteri,
pengobatan jangka panjang dapat menjadi alternatif tindakan histerektomi terutama
menjelang menopause. Pemberian goserelin 400 mikrogram 3 kali sehari semprot hidung
sama efektifnya dengan pemberian 500 mikrogram sehari sekali dengan cara pemberian
injeksi subkutan.
Untuk pengobatan mioma uteri, dimana kadar estradiol kurang signifikan
disupresi selama pemberian goserelin dan pasien sedikit mengeluh efek samping berupa

31

keringat dingin. Pemberian dosis yang sesuai, agar dapat menstimulasi estrogen tanpa
tumbuh mioma kembali atau berulangnya peredaran abnormal sulit diterima. Peneliti
mengevaluasi efek pengobatan dengan formulasi depot bulanan goserelin dikombinasi
dengan

Hormon

Replacement

Theraphy

(estrogen

konjugasi

0,3

mg)

dan

medroksiprogesteron asetat 5 mg pada pasien mioma uteri, parameter yang diteliti adalah
volume mioma uteri, keluhan pasien, corak perdarahan kandungan mineral, dan fraksi
kolesterol. Kadar HDL kolesterol meningkat selama pengobatan, sedangkan plasma
trigliserid meningkat selama pemberian terapi.
Antiprostaglandin
Dapat mengurangi perdarahan yang berlebihan pada wanita dengan menoragia,
dan hal ini beralasan untuk diterima atau mungkin efektif untuk menoragia yang
diinduksi oleh mioma uteri.
Ylikorhala dan rekan-rekan, melaporkan pemberian Naproxen 500-1000 mg
setiap hari untuk terapi selama 5 hari tidak memiliki efek pada menoragia yang diinduksi
mioma, meskipun hal ini mengurangi perdarahan menstruasi 35,7% wanita dengan
menoragia idiopatik.
Operasi mioma uteri
Miomektomi (operasi pengangkatan mioma), dilakukan pada penderita infertil
atau yang masih menginginkan anak. Pendekatan pada tumor dilakukan melalui dinding
uterus dimana mioma dibuka dengan diseksi tajam dan tumpul, pseudokapsul dapat
mengakibatkan diseksi sulit untuk dilakukan. Mioma diangkat dengan bantuan obeng
mioma, rongga yang terbentuk akibat mioma kemudian dijahit dan dinding uterus dilipat
untuk membawa garis jahitan serendah mungkin sehingga mengurangi resiko perlekatan
dengan vesika urinaria.
Histerektomi (operasi pengangkatan rahim), dilakukan pada pasien yang tidak
menginginkan anak lagi. Histerektomi dikerjakan pada pasien dengan gejala dan keluhan
yang jelas mengganggu. Histerektomi bisa dilakukan pervaginam pada ukuran tumor
yang kecil. Tetapi pada umumnya histerektomi dilakukan perabdomial karena lebih
mudah dan pengangkatan sarang mioma dapat dilakukan lebih bersih dan teliti.
Tabel 5: Jenis-jenis Histerektomi
Jenis histerektomi
Histerektomi abdominal

Indikasi
Dilakukan bila tumor besar terutama
mioma intraligamenter, torsi dan akan

32

Histerektomi vaginal

dilakukan ooforektomi.
Dilakukan bila tumor kecil (ukuran <
uterus gravid 12 minggu) atau disertai
dengan

kelainan

di

vagina

misalnya

rektokel, sistokel atau enterokel.


Embolisasi arteri uterus
Suatu tindakan yang menghambat aliran darah ke uterus dengan cara
memasukkan agen emboli ke arteri uterina.
Dewasa ini embolisasi arteri uterina pada pasien yang menjalani pembedahan
mioma. Arteri uterina yang mensuplai aliran darah ke mioma dihambat secara permanen
dengan agen emboli (partikel polivynil alkohol). Keamanan dan kemudahan embolisasi
arteri uterina tidak dapat dipungkiri, karena tindakan ini efektif.
Proses embolisasi menggunakan angiografi digital substraksi dan dibantu
fluoroskopi. Hal ini dibutuhkan untuk memetakan pengisian pembuluh darah atau
memperlihatkan ekstrvasasi darah secara tepat. Agen emboli yang digunakan adalah
polivinyl alkohol adalah partikel plastik dengan ukuran yang bervariasi. Katz dkk
memakai gel form sebagai agen emboli untuk embolisasi arteri uterina.
Tingkat keberhasilan penatalaksanaan mioma uteri dengan embolisasi adalah 8590%.
Penanganan Radioterapi
Radioterapi hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient). Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu dan bukan jenis
submukosa. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum. Radioterapi tidak
dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause. Maksud dari
radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.

9. KOMPLIKASI
Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari
seluruh kasus mioma uteri serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.

33

Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah di
angkat. Komplikasi ini dicurigai jika ada keluhan nyeri atau ukuran tumor yang semakin
bertambah besar terutama jika di jumpai pada penderita yang sudah menopause.
Anemia
Anemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami perdarahan
pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus mioma uteri akan
mengakibatkan anemia defisiensi besi.
Torsi
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian timbul sindroma abdomen akut,
mual, muntah dan shock.
Infertilitas
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri submukosa juga memudahkan terjadinya
abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Penegakkan diagnosis infertilitas yang
dicurigai penyebabnya adalah mioma uteri maka penyebab lain harus disingkirkan.
Nekrosis dan infeksi
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi darah padanya.
10. PROGNOSIS
Terapi bedah bersifat kuratif. Kehamilan di masa yang akan datang tidak akan
dibahayakan oleh miomektomi, walaupun seksio sesarea akan diperlukan setelah diseksi
lebar untuk masuk ke dalam rongga uterus.

KESIMPULAN
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot jaringan ikat,
yang mana etiologi dari mioma ini belum diketahui. Manifestasi klinis pada mioma

34

antara lain perdarahan abnormal, rasa nyeri, gejala dan tanda penekanan, abortus spontan
dan infertilitas. Walaupun mioma uteri adalah neoplasma jinak, tidak menuntut
kemungkinan bergenerasi menjadi ganas dan tidak jarang terjadi torsi. Untuk
pemeriksaan

dilakukan

USG

abdominal

dan

transvaginal

serta

laparoskopi.

Penatalaksanaannya yaitu dilakukan miomektomi tanpa ataupun dengan histerektomi.

DAFTAR PUSTAKA

35

1. Crum MD, Christopher P & Kenneth RL. Tumors of the Myometrium dalam
Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Elsevier Saunders, Boston,
2003.
2. Sutoto JSM. Tumor Jinak Pada Alat-alat Genital dalam Ilmu Kandungan. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2005; Edisi ke-3: 355-61.
3. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC, Wenstrom
KD. Uterine Leiomyomas dalam Williams Obstetrics. Mc Graw-Hill. New York,
2005; Edisi ke-22.
4. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC, Wenstrom
KD. Alih bahasa, Hartono A, Joko YS. Obstetri William. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 2005; Edisi ke-21: 1036-37.
5. Callahan MD , Tamara L. Benign Disorders of the Upper Genital Tract dalam
Blueprints Obstetrics & Gynecology. Blackwell Publishing, Boston, 2005.
6. Chelmow

MD

dan

David.

Gynecologic

Myomectomy.

Diunduh

dari

www.emedicine.com, 2 Juni, 2011.


7. Djuanna A. Paradigma Baru Mengenai Miomektomi Pada Saat Seksio Sesarea.
Diunduh dari http://www.med.unhas.ac.id, 1 Juni 2011.

36

Anda mungkin juga menyukai