Anda di halaman 1dari 28

Ibarat memasak menu yang spesial, ada komposisi bahanbahan, serta cara meramu yang khusus dalam menghasilkan

hidangan yang lezat. Demikian juga dengan desain grafis.


Ada unsur-unsur yang harus dipahami oleh desainer grafis
agar dapat menghasilkan komposisi desain yang estetik,
harmonis, komunikatif dan menyenangkan untuk dinikmati
audiens.
Unsur-unsur tersebut di antaranya, garis (line), bidang
(shape), warna (color), gelap terang (value), tekstur
(texture) dan format (format).
#1: GARIS (LINE)
Garis dapat dimaknai sebagai jejak sesuatu. Goresan pensil,
pena atau mouse di komputer dan lain sebagainya. Garis
tidak memiliki kedalaman (depth), hanya memiliki
ketebalan dan panjang. Oleh karena itu, garis adalah elemen
satu dimensi.
Wujud garis dangat bervariasi. Garis lurus mengesankan
kaku dan formal, garis lengkung memberikan kesan lembut
dan luwes, garis zig-zag berarti keras dan dinamis, garis
tidak beraturan berarti fleksibel dan tidak formal.
Kemudian, garis horizontal mengesankan pasif, tenang dan
damai. Garis vertikal memiliki kesan stabil, gagah dan
elegan. Garis diagonal dapat diartikan sebagai makna aktif,

dinamis dan menarik perhatian. Masih banyak variasi


lainnya yang biasa digunakan, seperti garis putus-putus,
gradasi, tebal tipis, dan sebagainya.

Dengan mengubah tekanan, lekukan, dan ketebalan pada sebuah garis, dapat memberikan
perbedaan dalam perasaan dan juga dalam menstimulus ataupun mengeksekusi sebuah
ide. (sumber: sitepoint.com)

Penggunaan garis dalam desain komunikasi visual tidak


terikat pada aturan dan ketentuan, karena pada dasarnya
garis adalah elemen visual yang dapat dipakai di mana saja,
asalkan bertujuan memperjelas dan mempermudah
audiens, atau sekedar pemanis yang bisa disusun
sedemikian rupa.

Penggunaan variasi garis pada poster film ini sangat bagus dan memiliki nilai estetika yang
baik. (sumber: sitepoint.com)

Dalam layout majalah, penggunaan garis-garis yang pas juga berperan untuk menambah
unsur estetika dan kenyamanan baca. (sumber: magicwan.com)

Bangunan bernama Cubic House yang berada di Netherland ini pun menggunakan unsurunsur garis yang sangat kental dalam desain arsitekturnya. (sumber: unusualarchitecture.com)

Garis dalam pemahaman semiotika, memiliki arti yang lebih


luas lagi, yaitu elemen yang tidak selalu tergores di atas
kertas. Deretan tiang lampu, repetisi pepohonan di jalan,
kemudian kolom-kolom arsitektur juga dapat dimaknai
sebagai garis.
Penggunaan garis perlu diperhitungkan secara cermat,
sehingga tidak terkesan asal-asalan dan dipaksakan. Tujuan
dari desain komunikasi visual adalah untuk menyajikan
informasi baik verbal maupun visual, agar dapat ditangkap
dengan mudah, menarik dan menyenangkan sekaligus

mengesankan. Selain itu, desainer grafis dapat


menggunakan garis sebagai ilustrasi.
#2: BIDANG (SHAPE)
Shape atau bidang adalah segala bentuk apapun yang
memiliki dimensi tinggi dan lebar. Bidang dapat berupa
bentuk-bentuk geometris (lingkaran, segitiga, segiempat,
elips, setengah lingkaran dan sebagainya) dan bentukbentuk yang tidak beraturan.
Bidang geometris memiliki kesan formal, sebaliknya, bidang
non geometris memiliki kesan tidak formal dan dinamis.
Dalam dunia desain grafis, pengertian bidang tidak terbatas
hanya itu saja. Area kosong yang berada di antara elemenelemen visual dan space yang mengelilingi gambar/foto,
bisa juga disebut sebagai bidang. Blank space (bidang
kosong) bahkan bisa dianggap sebagai elemen desain.
Bidang kosong dimaksudkan untuk menambah
kenyamanan baca (legibility) dan menimbulkan gairah
membaca juga memberikan kesan nyaman dan bernafas
dan memberikan tekanan kepada obyek visual yang ada
dalam sebuah desain.

Contoh penggunaan bidang tak beraturan sebagai poster. (sumber: behance.net)

Contoh penggunaan bidang geometris pada kaver buku. (sumber: behance.net)

#3: WARNA (COLOR)


Warna adalah elemen visual penarik perhatian paling
utama. Bila penggunaan pada warna salah, maka kualitas,
citra, keterbacaan, pun akan salah. Sebagai contoh adalah
warna yang lembut akan memancarkan kesan romantis dan
ketenangan. Sedangkan warna-warna tegas dan kuat akan
memberi kesan dinamis. Penggunaan yang salah tempat
tentu akan menimbulkan kesan di benak audiens yang
salah.

Perbedaan penggunaan warna akan menghasilkan kesan visual yang berbeda.


(sumber: devoxsols.com)

Tentukan warna sesuai temanya, apakah vintage, modern, dan lain sebagainya.
(sumber: devoxsols.com)

Warna memiliki karakteristik, kegunaan, dan makna


masing-masing. Dalam seni rupa, warna kemudian dibagi
menjadi tiga dimensi, yaitu:

DIMENSI PERTAMA: HUE


Pembagian warna berdasarkan nama-nama warna, seperti
merah, biru, hijau, kuning, dan seterusnya.
Berdasarkan Hue, warna kemudian dibagi lagi menjadi tiga
golongan, yaitu:

Primary Colors (Warna Primer)

Warna primer terdiri dari merah, kuning, dan biru.

Secondary Colors (Warna Sekunder)

Warna sekunder merupakan campuran dua warna primer


dengan perbandingan seimbang (1:1), yang kemudian
menghasilkan warna oranye (hasil percampuran merah dan
kuning), hijau (hasil percampuran kuning dan biru),
kemudian ungu (hasil percampuran biru dan merah).
Bila warna sekunder kemudian dicampur dengan warna
primer, yang terjadi kemudian adalah warna tersier
(tertiary colors), yaitu kuning-oranye, merah-oranye,
merah-ungu, biru-ungu, biru-hijau, dan kuning-hijau.
Dalam percetakan, warna yang digunakan adalah empat
warna pokok yang biasa disebut dengan CMYK, yang
merupakan kependekan dari Cyan (light blue), Magenta
(pinky red), Yellow, dan Black. Semua hasil cetak yang

berwarna-warni hanyalah hasil percampuran empat warna


itu.

Primary colors, secondary colors


dan CMYK colors..
Secara visual, warna dibagi menjadi dua golongan,
yaitu Warm Color (warna panas), dan Cool
Color (warna dingin). Warna-warna yang masuk
kategori Warm Color contohnya adalah merah, merahoranye, kuning-oranye, kuning, kuning-hijau, ataupun
merah-ungu yang bila ditampilkan pada sebuah visual
menghasilkan kesan hangat.

Sedangkan warna-warna yang masuk kategori Cool


Colorcontohnya adalah warna hijau, biru, hijau-biru, biruungu, dan ungu. Warna-warna tersebut bila divisualkan
akan menghasilkan kesan warna yang statis, kalem, pasif,
dan tidak mengundang perhatian lebih heboh.

enggunaan warm color dan cool color pada sebuah


desain. (sumber: inspirefirst.com)
DIMENSI KEDUA: VALUE
Yaitu terang-gelapnya warna. Pada dasarnya, semua warna
dapat diterangkan (yang kemudian muncul kesan lebih
muda), ataupun digelapkan (yang kemudian muncul kesan
lebih tua).
Contohnya adalah warna biru. Apabila dimudakan atau
diterangkan, hasilnya adalah biru muda yang segar, dan
apabila dituakan atau digelapkan hasilnya adalah biru tua
yang tegas. Warna-warna yang dimudakan dengan cara
menambahkan unsur-unsur putih disebut dengan
warna Tint. Sedangkan, warna yang dituakan dengan cara
menambahkan sedikit unsur hitam disebut dengan
warna Shade.
Dalam komputer, cara melembutkan warna adalah dengan
mengurangi presentase unsur-unsur warnanya atau dengan
menambah sedikit unsur warna hitamnya untuk membuat
warna makin ke arah gelap.
Misalnya adalah dengan warna hijau yang unsur Cyan dan
Blacknya 100%, dapat diubah dengan Cyan (20%) dan
Yellow (20%). Hasilnya akan didapati warna hijau yang
lebih muda. Atau, bila ingin warna hijau tersebut menjadi

lebih tua, cukup ditambahkan Cyan (100%), Yellow (100%)


dan Black (30%).
DIMENSI KETIGA: INTENSITY
Yaitu Tingkat kemurnian atau kejernihan warna (brigtness
of color). Warna-warna yang belum dicampur dan masih
murni disebut pure hue. Para seniman lukis umumnya
kurang menyukai warna-warna murni, karena terlalu
mentah untuk diaplikasikan dalam sebuah lukisan.
#4: GELAP-TERANG (VALUE)
Salah satu cara terbaik untuk memudahkan unsur
penangkapan pesan dalam visual grafis adalah dengan
mengatur gelap dan terangnya. Ada dua pembagian dalam
kategori ini, yaitu Low Contrast Value yang berarti
penggunaan warna-warna yang kurang kontras. Visual yang
dihasilkan akan cenderung kalem, statis, dan sederhana
serta tenang. Sedangkan yang kedua adalah High Contrast
Value, yaitu penggunaan warna-warna kontras dengan
ekstrim, sehingga menghasilkan visual yang enerjik, ceria,
dinamis, dramatis, dan penuh gairah.

Penggunaan low contrast value yang sangat menarik. (sumber:smashingmagazine.com)

Penggunaan high contrast value dalam desain web, antara kuning mencolok dengan hitam
yang sangat kontras dan menarik perhatian audiens. (sumber:smashingmagazine.com)

Penggunaan prinsip value pada sebuah desain.


(sumber: exergian.com)

Berdasarkan nilai dalam gelap dan terangnya, warna dibagi


menjadi beberapa tingkatan. Paling terang adalah warna
putih, kemudian warna tergelap adalah hitam.
Aturannya, warna gelap akan terbaca jika ditempatkan
padabackground terang.
Begitu pula sebaliknya, warna terang akan sangat mudah
terbaca jika ditempatkan pada background gelap.
#5: TEKSTUR (TEXTURE)
Tekstur merupakan nilai raba atau lebih mudahnya adalah
halus dan kasarnya sebuah permukaan benda. Dalam desain
grafis, penggunaan tekstur dapat dimayakan untuk
memberikan visual yang lebih berkarakter. Tekstur sering
digunakan untuk mengatur keseimbangan dan kontras
dalam sebuah desain komunikasi visual.

Penggunaan background dengan tekstur halus pada sebuah desain karya Soad2k.
(sumber:inspirefirst.com)

Penggunaan background tekstur kasar pada desain web. (sumber:smashingmagazine.com)

Beragam contoh tekstur halus dan kasar.


(sumber: smashingmagazine.com)

#6: FORMAT (FORMAT)

Panjang dan pendek, tinggi dan rendah, serta besar dan


kecilnya suatu elemen visual perlu diperhatikan. Tujuannya
agar keterbacaan (legibility) dapat tersajikan dengan baik.
Untuk mengatur format dalam sebuah desain visual perlu
dibuat yang namanya Visual Hierarchy (skala prioritas).
Caranya adalah dengan mengurutkan hal-hal penting untuk
ditampilkan lebih utama, baru kemudian yang tidak
penting. Tujuannya agar pembaca tahu bagian mana yang
harus dibaca atau dilihat terlebih dahulu. Demikian pula
dengan peletakan font, warna, bentuk, posisi, dan semuanya
yang perlu menjadi bagian mana yang bagian utama dan
bagian pendukung.

Penggunaan
format yang baik akan membuat keterbacaan lebih
mudah dicerna. (sumber: designboom.com)
Perbedaan ukuran yang diperhitungkan secara proporsional
akan membantu audiens dalam memilih informasi yang
perlu didahulukan. Tidak semua informasi yang
disampaikan itu penting, sehingga semua elemen berukuran

besar dan mencolok. Desain yang seperti itu akan sangat


riuh, dan sangat membingungkan. Oleh itulah perlu
diperhatikan skala prioritasnya, mulai dari bagian mana
yang sangat penting, penting, hingga yang kurang penting.[]

Anda mungkin juga menyukai