Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan Acara 4

Hasil Acara 4
No.

Jenis
Kelapa

Tinggi
Pohon

1
2
3
4
5
6
Rerata

Genjah
Genjah
Genjah
Genjah
Genjah
Genjah

9,31
8,72
7,02
7,98
7,63
6,43
7,85

Jumlah
Buah/Janjan
g
8
4
7
8
5
8
6,67

Jumlah
Janjang/Poho
n
3
5
5
5
5
5
4,67

Jumlah
Panen/Tahu
n
4
4
4
4
4
4
4

Produktivitas
(butir/pohon/tahun)
96
80
140
160
100
160
122,6666667

A. Identitas Petani
Nama : Sunaryo
Umur : 40 tahun
Alamat: Gedangan
Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
B. Luas Lahan : 3000m2
C. Jumlah Pohon yang dimiliki : 40
D. Teknis Budidaya
a) Asal Bibit : Bantuan
b) Jarak tanam : 5 m
c) Pemeliharaan : Dilakukan perawatan pada pohon setiap sebulan sekali, seperti ?
plis tambhanin sendiri yg pembahasan acara 4 (IKA, coba tanya yg wawancara)
d) Hama dan Penyakit, serta perawatannya : Hama yang ada di lapangan adalah
hama wereng dan ulat. Sejauh ini tidak dilakukan pengendalian hama karena
kerusakan tidak sampai ambang batas ekonomi. Penyakit tidak ditemukan pada
pohon kelapa
e) Pengendalian Gulma : Pengendalian gulma belum maksimal, sehingga gulma
tumbuh dengan bebas.
f) Pemupukan : Lahan dipupuk dengan KCl sebulan sekali dan diberi pupuk
kandang.
g) Pemanenan : Panen dilakukan oleh Pak Sunaryo setiap 2 bulan sekali dengan hasil
kurang lebih 50 buah/pohon/tahun. Janjang yang dihasilkan tanaman berkisar dari
1-5, dan ada 10 tanaman kelapa yang belum produksi.
h) Pasca Panen : Kegiatan pasca panen hanya berupa penjualan hasil.
Hasil panen kelapa berkisar 80-100 buah/pohon/tahun, dan beragam sesuai dengan
varietasnya. Varietas kelapa genjah (Dwarf) menghasilkan 70-80 buah/pohon/tahun, varietas

kelapa dalam (Tall) menghasilkan 80-100 buah/pohon/tahun, dan varietas hibrida menghasilkan
100-130 buah/pohon/tahun (Anonymous,2016). Perkiraan produktivitas kelapa genjah milik Pak
Sunaryo di Kulonprogo mencapai rerata 122,6 buah/pohon/tahun. Hal ini menandakan
produktivitas yang cukup baik, bahkan melebihi batas normal untuk kelapa genjah. Angka
perkiraan tersebut merupakan hasil perkalian dari jumlah janjang, banyak buah per janjang, dan
jumlah panen per tahun. Pada praktiknya belum tentu seluruh jenjang tanaman ataupun seluruh
buah dalam jenjang dipetik setiap panen.
Nilai perkiraan produktivitas tersebut dianggap terlalu tinggi terutama mengenal jenis
varietas kelapa genjah. Menurut Banzon dan Velasco (1982), pematangan buah kelapa dapat
mencapai 12-13 bulan, terutama untuk kelapa yang diolah menjadi kopra. Dalam industry
kelapa, panen dilakukan setiap 2-3 bulan sekali. Pemanenan kelapa dapat dilakukan 1 janjang
per bulan. Tetapi pada umunya dilakukan dengan memanen 2 -3 janjang setiap 2 bulan, sehingga
dalam setahunnya dapat dipanen sebanyak 6 kali. Sehingga dengan rerata buah per jenjang
adalah 6,67 buah, seharusnya produktivitas berkisar pada 80-120 buah/pohon/tahun ( 6,67 pohon
x 2-3 jenjang x 6 kali pemanenan). Sehingga perkiraan produktifitas potensial di lapangan (122,6
buah/pohon/tahun) lebih besar dari dari produktivitas potensial yang ada pada teori (80-120
buah/pohon/tahun).
Hasil tersebut perkiraan tersebut perlu disesuaikan dengan keadaan teknis pemanenan di
lapangan. Menurut hasil wawancara, produktivitas hanya mencapai 50 buah/pohon/tahun.
Produktivitas actual kelapa jauh lebih kecil dari perkiraan produktivitas potensialnya. Hasil
tersebut dianggap normal jika dikaitkan dengan perawatan dan pemeliharaan yang dilakukan.
Pengolahan lahan dan penyiangan gulma yang minim dapat menjadi salah satu factor rendahnya
produktivitas. Salah satu teknik budidaya yang dapat dilakukan adalah membajak tanah yang
bertujuan untuk memecah masa tanah menjadi butiran yang lebih kecil dan berakibat pada
peningkatan aerasi dan drainasi. Pembajakan tanah juga dapat mengurangi peryumbuhan gulma.
Beberapa pohon kelapa yang tidak produktif dapat diperbaiki dengan pembajakan yang
dilakukan tidak lebih dalam dari 20cm. Beberapa akar dapat terpotong dalam proses pembajakan,
hal ini akan berakibat pada stimulasi pertumbuhan cabang akar oleh hormon traumatic (Banzon
and Velasco,1982).
Produktifitas kelapa dapat ditentukan oleh iklim disekitarnya. Kecendruangan
produktivitas akan berubah sesuai dengan kondisi iklim yang berubah ubah. Peningkatan

produktifitas biasanya terjadi dengan adanya peningkatan suhu (hingga tingkat tertentu) dan
curah hujan (Kumar and Aggarwal,2013). Peningkatan irigasi tidak memberikan pengaruh yang
signifikan pada hasil kelapa. Peningkatan volume air irigasi hanya menyebabkan peningkatan
produktivitas buah berkisar dari 3.2%-12%. Dengan demikian, penggunaan air dalam
perkebunan perlu disesuaikan dengan efisiensi penggunaan air (Azevedo et al,2006). Pengairan
di lapangan tidak terlihat memadai, dengan tidak adanya parit dan drainase yang cukup buruk,
dapat dilihat dari banyaknya genangan air.
Tanaman kelapa di lahan hanya menggunakan pupuk KCl dan terkadang diberi pupuk
kandang dengan jumlah yang tidak diketahui. Kelapa layaknya tanaman lainya memerlukan
unsur hara esensial dan non-esensial. Pemupukan biasanya dilakukan setelah tahun kelima,
dengan aplikasi 50 kg pupuk kandang atau kompos, 1.3 kg urea. 2 kg P 2O5 , 2 kg K2O setiap
Juni-Juli dan Desember-Januari. Pupuk diaplikasikan dalam parit melingkar pada jarak 1.8 m
dari pangkal pohon dan kemudian diberi irigasi. Bila perlu fertigasi dapat dilakukan setiap
bulanya dengan 75% dari dosis pupuk diatas (Anonymoius,2016). Pemupukan yang kurang
efektif akan menyebabkan pertumbuhan tanaman dan produktifitas yang berkurang.
Menurut Mathes and Marika (2004) Janjang kelapa yang sudah matang siap dipanen.
Janjang matang yang tidak dipanen secara langsung tidak memberikan pengaruh positif,
melainkan dianggap sebagai janjang yang tidak diinginkan dan harus segara dipanen.
Produktivitas tanaman yang dipanen pada interval 1 bulan mengindikasikan peningkatan hasil.
Dalam penelitiaanya pada tahun 1993-2003 menunjukan bahwa kelapa yang dipanen dalam
interval 1 bulan mengalami peningkatan 22.6 kelapa per pohon/tahun, dibandingkan dengan
kelapa yang di panen dalam interval 2 bulan. Peningkatan tersebut berkisar 30.9% .
Daftar Pustaka
Anonymous.

2016.

Harvest

and

Post

http://agridr.in/expert_system/coconut/coconut/coconut_harvest_postharvest.html#top.

Harvest.
Diakses

pada 9 Maret 2016.


Azevedo,P.V., I.F. Sousa, B.B Silva, and V.P.R. Silva. 2006. Water-use efficiency of dwarf-green
coconut (Cocos nucifera L.) orchards in northeast Brazil. Agricultural water Management
84:259-264.

Banzon, J.A., and J.R.Velasco. 1982. Coconut:Production and Utilization. Philippine Coconut
Research amd Development Foundation.Inc, Manila.
Kumar,S.N and P.K. Aggarwal.2013. Climate Change and coconut plantation in India : Impact
and potential adaptation gains. Agricultural System 117:45-54.
Mathes,D.T and J.M.N .Marikka.2004. THE IMPACT OF HARVESTING COCONUTS AT
MONTHLY INTERVALS. COCOS: 16, 56 64

Anda mungkin juga menyukai