Anda di halaman 1dari 41

Nelson Mandela

Nelson Rolihlahla Mandela (pengucapan Xhosa: [xoliaa mandela]; lahir di Mvezo,


Afrika Selatan, 18 Juli 1918 meninggal di Johannesburg, Afrika Selatan, 5 Desember 2013
pada umur 95 tahun) adalah seorang revolusioner anti-apartheid dan politisi Afrika Selatan yang
menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan sejak 1994 sampai 1999. Ia adalah orang Afrika
Selatan berkulit hitam pertama yang memegang jabatan tersebut dan presiden pertama yang
terpilih melalui keterwakilan penuh, dalam sebuah pemilu multiras. Pemerintahannya berfokus
pada penghapusan pengaruh apartheid dengan memberantas rasisme, kemiskinan dan
kesenjangan, dan mendorong rekonsiliasi rasial. Selaku nasionalis Afrika dan sosialis
demokratik, ia menjabat sebagai Presiden Kongres Nasional Afrika (ANC) pada 1991 sampai
1997. Selain itu, Mandela pernah menjadi Sekretaris Jenderal Gerakan Non-Blok pada 1998
sampai 1999.
Terlahir dari keluarga kerajaan Thembu dan bersuku Xhosa, Mandela belajar hukum di
Fort Hare University dan University of Witwatersrand. Ketika menetap di Johannesburg, ia
terlibat dalam politik anti-kolonial, bergabung dengan ANC, dan menjadi anggota pendiri Liga
Pemuda ANC. Setelah kaum nasionalis Afrikaner dari Partai Nasional berkuasa tahun 1948 dan
menerapkan kebijakan apartheid, popularitas Mandela melejit di Defiance Campaign ANC tahun
1952, terpilih menjadi Presiden ANC Transvaal, dan menghadiri Congress of the People tahun
1955. Sebagai pengacara, ia berulang kali ditahan karena melakukan aktivitas menghasut dan,
sebagai ketua ANC, diadili di Pengadilan Pengkhianatan pada 1956 sampai 1961, namun
akhirnya divonis tidak bersalah. Meski awalnya berunjuk rasa tanpa kekerasan, ia dan Partai
Komunis Afrika Selatan mendirikan militan Umkhonto we Sizwe (MK) tahun 1961 dan
memimpin kampanye pengeboman terhadap target-target pemerintahan. Pada 1962, ia ditahan
dan dituduh melakukan sabotase dan bersekongkol menggulingkan pemerintahan, dan dihukum
penjara seumur hidup di Pengadilan Rivonia.
Mandela menjalani masa kurungan 27 tahun, pertama di Pulau Robben, kemudian di Penjara
Pollsmoor dan Penjara Victor Verster. Kampanye internasional yang menuntut pembebasannya
membuat Mandela dibebaskan tahun 1990. Setelah menjadi Presiden ANC, Mandela
menerbitkan otobiografi dan bernegosiasi dengan Presiden F.W. de Klerk untuk menghapuskan
apartheid dan melaksanakan pemilu multiras tahun 1994 yang kelak dimenangkan ANC. Ia
terpilih sebagai Presiden dan membentuk Pemerintahan Persatuan Nasional. Selaku Presiden, ia
menyusun konstitusi baru dan membentuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi untuk
menyelidiki pelanggaran-pelanggaran HAM sebelumnya. Ia juga memperkenalkan kebijakan
reformasi lahan, pemberantasan kemiskinan, dan perluasan cakupan layanan kesehatan. Di luar
negeri, ia bertindak sebagai mediator antara Libya dan Britania Raya dalam pengadilan
pengeboman Pan Am Penerbangan 103 dan mengawasi intervensi militer di Lesotho. Ia menolak
mencalonkan diri untuk kedua kalinya dan digantikan oleh wakilnya, Thabo Mbeki. Ia kemudian

menjadi negarawan ulung yang berfokus pada aktivitas amal demi memberantas kemiskinan dan
HIV/AIDS melalui Nelson Mandela Foundation.

Kontroversial nyaris sepanjang hayatnya, para kritikus sayap


kanan menyebut Mandela teroris dan simpatisan komunis.
Meski begitu, ia memperoleh pengakuan internasional atas
sikap anti-kolonial dan anti-apartheidnya, menerima lebih dari
250 penghargaan, termasuk Hadiah Perdamaian Nobel 1993,
Medali Kebebasan Presiden Amerika Serikat, dan Order of
Lenin dari Uni Soviet. Ia sangat dihormati di Afrika Selatan dan
lebih dikenal dengan nama klan Xhosa-nya, Madiba atau tata.
Nelson Mandela sering dijuluki "bapak bangsa". Kehidupan

awal
Masa kecil: 19181936
Mandela lahir tanggal 18 Juli 1918 di desa Mvezo di Umtatu, waktu itu terletak di Provinsi Cape,
Afrika Selatan.[1] Dengan nama depan Rolihlahla, istilah Xhosa yang berarti "pembuat masalah",
[1]
ia nantinya justru lebih dikenal dengan nama klannya, Madiba. [2] Kakek buyut dari ayahnya,
Ngubengcuka, adalah penguasa suku Thembu di Teritori Transkei yang saat ini menjadi provinsi
Eastern Cape di Afrika Selatan.[3] Salah satu putranya, Mandela, menjadi kakek Nelson dan
sumber nama belakangnya.[4] Karena Mandela adalah satu-satunya putra raja yang ibunya berasal
dari klan Ixhiba, "Dinasti Tangan Kiri", keturunan cabang kadet keluarga kerajaannya bersifat
morganatik, artinya tidak berhak mewarisi takhta tetapi diakui sebagai anggota dewan kerajaan
yang jabatannya turun temurun.[4] Karena itu, ayahnya, Gadla Henry Mphakanyiswa, merupakan
kepala suku setempat dan anggota dewan kerajaan; ia dilantik tahun 1915 setelah pendahulunya
dituduh korupsi oleh hakim kulit putih yang berkuasa waktu itu. [5] Pada tahun 1926, Gadla juga
dituduh melakukan korupsi dan Nelson kelak diberitahu bahwa ayahnya dipecat karena
bersikukuh menolak permintaan hakim yang tidak masuk akal.[6] Sebagai penyembah dewa
Qamata,[7] Gadla adalah seorang poligamis yang memiliki empat istri, empat putra, dan sembilan
putri, yang tinggal di beberapa desa. Ibu Nelson, Nosekeni Fanny, adalah istri ketiga Gadla yang
merupakan putri Nkedama dari Dinasti Tangan Kanan dan anggota klan amaMpemvu.[8]
"Tak satupun di keluargaku yang pernah bersekolah [...] Pada hari pertama sekolah, guruku, Miss Mdingane,
memberikan nama Inggris kepada setiap murid. Ini adalah kebiasaan orang Afrika waktu itu dan tentunya
dikarenakan pengaruh Britania pada pendidikan kami. Hari itu, Miss Mdingane memberitahuku bahwa nama
baruku adalah Nelson. Aku tidak tahu mengapa ia memilih nama itu."
Mandela, 1994.[9]

Sempat menyebut kehidupan awalnya didominasi "adat, ritual, dan tabu", [10] Mandela tumbuh
bersama dua saudarinya di kraal ibunya di desa Qunu, tempat Mandela bekerja sebagai gembala
sapi dan menghabiskan waktunya bersama anak-anak lain.[11] Kedua orang tuanya buta huruf,

namun merupakan penganut Kristen yang taat. Ibunya mengirimkan Mandela ke sekolah
Methodis setempat ketika menginjak usia 7 tahun. Dibaptis sebagai Methodis, Mandela diberi
nama depan Inggris "Nelson" oleh gurunya.[12] Saat Mandela kira-kira berusia 9 tahun, ayahnya
menetap di Qunu dan meninggal akibat penyakit yang tidak diketahui yang diyakini Mandela
sebagai penyakit paru-paru.[13] Merasa "terabaikan", ia kelak mengaku mewarisi "sifat
pemberontak bangga" dan "rasa keadilan yang keras" dari ayahnya.[14]
Ibunya membawa Mandela ke istana "Great Place" di Mqhekezweni, lalu dipercayakan untuk
asuhan bupati Thembu, Kepala Suku Jongintaba Dalindyebo. Meski ia tidak akan melihat ibunya
lagi selama sekian tahun, Mandela merasa bahwa Jongintaba dan istrinya Noengland
memperlakukannya seperti anak sendiri, membesarkannya bersama putra-putri mereka, Justice
dan Nomafu.[15] Karena Mandela sering menghadiri misa setiap Minggu bersama orang tua
asuhnya, Kristen menjadi bagian utama hidupnya. [16] Ia mengenyam pendidikan di sekolah misi
Methodis dekat istana tersebut. Di sana ia belajar bahasa Inggris, Xhosa, sejarah, dan geografi. [17]
Ia mulai tertarik dengan sejarah Afrika, mendengarkan cerita-cerita yang diujarkan para
pengunjung istana yang tua, dan terpengaruh retorika anti-imperialis Kepala Suku Joyi. [18] Waktu
itu, ia tetap saja menganggap kolonialis Eropa sebagai penolong, bukan penindas. [19] Pada usia 16
tahun, ia, Justice, dan teman-temannya berangkat ke Tyhalarha untuk menjalani ritual sunat yang
secara simbolis menandakan mereka sudah dewasa. Seusai ritual, Mandela diberi nama
"Dalibunga".[20]

Clarkebury, Healdtown, dan Fort Hare: 19361940

Mandela, sekitar 1937


Untuk mendapatkan keterampilan supaya bisa menjadi anggota dewan penasihat untuk keluarga
raja Thembu, Mandela mengenyam pendidikan menengah di Clarkebury Boarding Institute di
Engcobo, institusi bergaya Barat yang merupakan sekolah Afrika berkulit hitam terbesar di
Thembuland.[21] Dirancang supaya murid-muridnya saling bersosialisasi setiap hari, ia

mengklaim kehilangan sikap "tertutupnya" dan berteman baik dengan wanita untuk pertama
kalinya; ia mulai berolahraga dan merintis kecintaannya dalam berkebun. [22] Setelah
menyelesaikan Junior Certificate selama dua tahun,[23] pada tahun 1937 ia pindah ke Healdtown,
perguruan Methodis di Fort Beaufort yang juga dihadiri sebagian besar anggota keluarga raja
Thembu, termasuk Justice.[24] Kepala sekolah menekankan superioritas budaya dan pemerintahan
Inggris, namun Mandela semakin tertarik dengan budaya Afrika pribumi dan berteman untuk
pertama kalinya dengan orang non-Xhosa, seorang penutur bahasa Sotho, dan dipengaruhi salah
satu guru favoritnya, seorang Xhosa yang mematahkan tabu dengan menikahi orang Sotho. [25]
Selain menghabiskan waktu luangnya dengan berlari dan tinju, pada tahun keduanya Mandela
memutuskan menjadi prefek.[26]
Dengan bantuan Jongintaba, Mandela mengambil gelar Bachelor of Arts (BA) di University of
Fort Hare, institusi kulit hitam elit di Alice, Eastern Cape dengan kurang lebih 150 mahasiswa.
Di sana ia belajar bahasa Inggris, antropologi, politik, pemerintahan pribumi, dan hukum
Belanda Romawi pada tahun pertamanya, dan ingin menjadi penerjemah atau juru tulis di
Departemen Urusan Pribumi.[27] Mandela menetap di asrama Wesley House, berteman dengan
Oliver Tambo dan sesama anggota sukunya, K.D. Matanzima.[28] Melanjutkan ketertarikannya di
bidang olahraga, Mandela mengambil kelas tari ballroom, [29] dan terlibat dalam pementasan
drama tentang Abraham Lincoln.[30] Sebagai anggota Students Christian Association, ia
memimpin kelas Injil untuk masyarakat setempat[31] dan menjadi pendukung Britania Raya ketika
Perang Dunia Kedua pecah.[32] Meski teman-temannya memiliki hubungan dengan Kongres
Nasional Afrika (ANC) dan gerakan anti-impterialis, Mandela tidak mau terlibat. [33] Setelah
membantu mendirikan House Committee untuk mahasiswa tahun pertama yang melawan
dominasi mahasiswa tahun kedua,[34] di akhir tahun pertamanya ia terlibat aksi boikot Students'
Representative Council (SRC) terhadap kualitas makanan, sehingga ia diskors sementara dari
universitas; ia meninggalkan kuliahnya tanpa gelar.[35]

Tiba di Johannesburg: 19411943


Sepulangnya ke Mqhekezweni bulan Desember 1940, Mandela mengetahui bahwa Jongintaba
telah mengatur dua pernikahan untuk Mandela dan Justice; karena tidak senang, mereka pergi ke
Johannesburg melalui Queenstown dan tiba bulan April 1941.[36] Mandela bekerja sebagai
pengawas malam di Crown Mines, "pemandangan kapitalisme Afrika Selatan pertama[nya]",
tetapi dipecat setelah induna (mandor) mengetahui ia kabur dari rumah. [37] Setelah menetap di
rumah sepupunya di George Goch Township, Mandela diperkenalkan pada pemasar rumah dan
aktivis ANC Walter Sisulu, yang memberinya pekerjaan sebagai articled clerk di firma hukum
Witkin, Sidelsky and Edelman. Perusahaan ini dioperasikan oleh seorang Yahudi liberal, Lazar
Sidelsky, yang simpati terhadap perjuangan ANC. [38] Di firma tersebut, Mandela berteman
dengan Gaur Redebe, anggota ANC dan Partai Komunis bersuku Xhosa, dan Nat Bregman,
komunis Yahudi yang menjadi teman kulit putih pertamanya. [39] Dengan menghadiri pertemuanpertemuan komunis, Mandela terpesona melihat orang Eropa, Afrika, India dan Kleurlinge
berbaur begitu saja. Akan tetapi, ia kemudian mengaku tidak bergabung dengan Partai tersebut
karena sifat ateismenya bertentangan dengan keyakinan Kristen Mandela, dan karena ia
memandang perjuangan Afrika Selatan lebih berbasis ras alih-alih kesejahteraan kelas.[40]
Semakin terpolitisasi, bulan Agustus 1943 Mandela mendukung boikot bus demi menggagalkan
kenaikan tarif.[41] Untuk melanjutkan pendidikan tingginya, Mandela mengikuti kursus

korespondensi di University of South Africa dan mengerjakan tugas akhirnya pada malam hari.
[42]

Dengan upah kecil, Mandela menyewa kamar di rumah keluarga Xhoma di Alexandra Township;
meski penuh kemiskinan, kejahatan, dan polusi, Alexandra selalu menjadi "tempat berharga"
baginya.[43] Walaupun malu dengan kemiskinan yang dialaminya, ia sempat merayu seorang
wanita Swazi sebelum gagal merayu putri tuan tanahnya.[44] Setelah menemukan kamar sewa
yang lebih murah, Mandela pindah ke markas Witwatersrand Native Labour Association, tinggal
bersama para penambang dari berbagai suku dan bertemu Ratu Basutoland.[45] Pada akhir 1941,
Jongintaba mengunjungi Mandela dan memaafkan kelakuannya. Sepulangnya ke Thembuland,
sang bupati meninggal dunia pada musim dingin 1942, Mandela dan Justice terlambat sehari
untuk menghadiri pemakamannya.[46] Pasca wisuda awal 1943, Mandela kembali ke
Johannesburg untuk menjadi pengacara alih-alih anggota dewan penasihat di Thembuland. [47] Ia
kelak berkata bahwa saat itu ia tidak sadar, tapi "mengetahui diriku sedang melakukannya dan
tidak bisa melawan."[48]

Aktivitas revolusi
Studi hukum dan ANC Youth League: 19431949
Saat belajar hukum di University of Witwatersrand, Mandela adalah satu-satunya orang pribumi
Afrika di fakultas tersebut, dan meski menghadapi rasisme ia berteman dengan sejumlah
mahasiswa Eropa, Yahudi, dan India liberal dan komunis, termasuk Joe Slovo, Harry Schwarz,
dan Ruth First.[49] Setelah bergabung dengan ANC, Mandela semakin dipengaruhi Sisulu dan
menghabiskan waktunya bersama aktivis lain di rumah Sisulu di Orlando, termasuk teman
lamanya Oliver Tambo.[50] Tahun 1943, Mandela bertemu Anton Lembede, seorang nasionalis
Afrika yang sangat menentang front ras bersatu terhadap kolonialisme dan imperialisme atau
aliansi dengan kaum komunis.[51] Meski berteman dengan orang non-kulit hitam dan komunis,
Mandela mendukung pandangan Lembede, percaya bahwa orang Afrika kulit hitam harus
terbebas sepenuhnya dalam perjuangan mendapatkan penentuan nasib sendiri secara politik. [52]
Merasa perlunya sayap pemuda untuk memobilisasi penduduk Afrika secara besar-besaran dalam
penentangan penindasan mereka, Mandela ikut dalam delegasi yang memberitahu Presiden ANC
Alfred Bitini Xuma soal rencana tersebut dirumahnya di Sophiatown; African National Congress
Youth League (ANCYL) didirikan pada Minggu Paskah 1944 di Bantu Men's Social Centre di
Eloff Street; Lembede menjadi Presiden dan Mandela menjadi anggota komite eksekutif.[53]

Mandela dan Evelyn tahun 1944


Di rumah Sisulu, Mandela bertemu Evelyn Mase, seorang aktivis ANC dan perawat dari
Engcobo, Transkei. Menikah tanggal 5 Oktober 1944, setelah awalnya tinggal bersama kerabat
Evelyn, mereka menyewa Rumah no. 8115 di Orlando pada awal 1946. [54] Anak pertama mereka,
Madiba "Thembi" Thembekile, lahir bulan Februari 1946, sementara seorang putri bernama
Makaziwe lahir tahun 1947 namun meninggal 9 bulan kemudian akibat meningitis.[55] Mandela
menikmati kehidupan rumah tangga, mengajak ibu dan saudarinya Leabie untuk tinggal
bersamanya.[56] Pada awal 1947, masa kerjanya di Witkin, Sidelsky and Edelman selama tiga
tahun berakhir dan ia memutuskan menjadi mahasiswa purnawaktu, bergantung pada pinjaman
dari Bantu Welfare Trust.[57]
Bulan Juli 1947, Mandela melarikan Lembede ke rumah sakit, tempat ia meninggal dunia;
Lembede digantikan sebagai presiden ANCYL oleh Peter Mda yang lebih moderat dan sepakat
bekerja sama dengan kaum komunis dan non-kulit hitam. Mda menunjuk Mandela sebagai
sekretaris ANCYL.[58] Pada Desember 1947, Mandela tidak sependapat dengan pendekatan Mda
untuk mendukung upaya pengusiran kaum komunis dari ANCYL, karena ideologi mereka
dianggap tidak Afrikawi; upaya ini terbukti gagal.[59] Tahun 1947, Mandela terpilih masuk komite
eksekutif ANC Transvaal di bawah presiden regional C.S. Ramohanoe. Ketika Ramohanoe
bertindak melawan keinginan Komite Eksekutif Transvaal dengan bekerja sama dengan orang
India dan komunis, Mandela termasuk salah satu yang memaksanya mengundurkan diri.[60]
Pada pemilihan umum Afrika Selatan 1948 yang hanya boleh diikuti penduduk kulit putih, Partai
Herenigde Nasionale yang didominasi Afrikaner pimpinan Daniel Franois Malan menang dan
bergabung dengan Partai Afrikaner menjadi Partai Nasional. Karena rasialis secara terbuka,
partai ini meresmikan dan memperluas segregasi ras melalui undang-undang apartheid yang
baru.[61] Semakin meningkat pengaruhnya di ANC, Mandela dan kader-kadernya mulai
menyerukan aksi langsung terhadap apartheid, seperti boikot dan mogok, yang dipengaruhi oleh
taktik masyarakat India Afrika Selatan. Xuma tidak mendukung aksi ini dan didepak dari kursi
presiden melalui pemungutan suara tidak percaya dan digantikan oleh James Moroka dan kabinet
yang lebih militan yang terdiri dari Sisulu, Mda, Tambo, dan Godfrey Pitje; Mandela kelak
berkata bahwa "Kami sekarang telah memandu ANC ke jalur yang lebih radikal dan
revolusioner."[62] Karena meluangkan waktunya untuk politik, Mandela gagal pada tahun

terakhirnya sebanyak tiga kali di Witwatersrand; gelarnya akhirnya ditahan permanen pada
Desember 1949.[63]

Defiance Campaign dan Presiden ANC Transvaal: 19501954

Bendera triwarna Kongres Nasional Afrika


Mandela menggantikan Xuma sebagai Eksekutif Nasional ANC pada bulan Maret 1950. [64] Bulan
itu, Defend Free Speech Convention diadakan di Johannesburg dan meminta para aktivis Afrika,
India, dan komunis melakukan mogok massal anti-apartheid. Mandela menentang mogok
tersebut karena tidak dipimpin ANC, tetapi mayoritas pekerja berkulit hitam terlibat, sehingga
kepolisian terpaksa meningkatkan aksi kekerasan dan memperkenalkan Undang-Undang
Pemberantasan Komunisme 1950 yang memengaruhi aksi semua kelompok pengunjuk rasa. [65]
Pada tahun 1950, Mandela terpilih sebagai presiden nasional ANCYL; di konferensi nasional
ANC Desember 1951, ia terus menentang front ras bersatu, sayangnya ia kalah jumlah suara. [66]
Sejak itu, ia mengubah seluruh sudut pandangnya dan beralih ke pandangan tadi; dipengaruhi
teman-temannya seperti Moses Kotane dan dukungan Uni Soviet terhadap perang pembebasan
nasional. Ketidakpercayaan Mandela terhadap komunisme juga patah. Ia terpengaruh tulisantulisan Karl Marx, Friedrich Engels, Vladimir Lenin, Joseph Stalin, dan Mao Zedong, dan
menganut materialisme dialektik.[67] Pada April 1952, Mandela mulai bekerja di firma hukum
H.M. Basner,[68] meski komitmen kerja dan aktivismenya yang meningkat berarti ia
menghabiskan lebih sedikit waktunya untuk keluarga.[69]
Tahun 1952, ANC memulai persiapan Defiance Campaign gabungan terhadap apartheid dengan
kelompok India dan komunis dan mendirikan National Voluntary Board untuk merekrut voluntir.
Tentang jalur pemberontakan non-kekerasan yang dipengaruhi Mohandas Gandhi, beberapa
pihak menganggapnya pilihan yang etis, tetapi Mandela menganggapnya pragmatis. [70] Di rapat
umum Durban tanggal 22 Juni, Mandela menyampaikan pidato di hadapan 10.000 orang,
memulai protes kampanye, yang karena itu ia ditangkap dan ditahan sementara di penjara
Marshall Square.[71] Seiring berlanjutnya protes, keanggotaan ANC meledak dari 20.000 menjadi
100.000; pemerintah menanggapi dengan penangkapan massal dan memperkenalkan UndangUndang Keselamatan Umum 1953 supaya bisa menerapkan darurat militer.[72] Bulan Mei, pihak
berwenang melarang Presiden ANU Transvaal J. B. Marks tampil di hadapan publik; karena
gagal mempertahankan posisinya, ia menyarankan agar Mandela menggantikannya. Meski
kelompok ultra-Afrikanis Bafabegiya menentang pencalonannya, Mandela terpilih sebagai
presiden regional pada bulan Oktober October.[73]

Pada awal 1950-an, Mandela dipengaruhi


pemikiran anti-kolonialis sayap kiri, termasuk
olah tokoh-tokoh seperti Karl Marx (kiri) dan
Jawaharlal Nehru (kanan).
Tanggal 30 Juli 1952, Mandela ditangkap di bawah UU Pemberantasan Komunisme dan diadili
sebagai bagian dari 21 orang terdakwatermasuk Moroka, Sisulu, dan Dadoodi
Johannesburg. Dinyatakan bersalah karena "komunisme menurut undang-undang", hukuman
kerja paksa mereka selama sembilan bulan diperpanjang menjadi dua tahun. [74] Bulan Desember,
Mandela dijatuhkan larangan menghadiri pertemuan atau berbicara kepada lebih dari satu orang
dalam satu waktu selama enam bulan, sehingga kepresidenan ANU Transvaal-nya menjadi tidak
praktis. Defiance Campaign berangsur-angsur selesai.[75] Bulan September 1953, Andrew Kunene
membacakan pidato "No Easy Walk to Freedom" Mandela di sebuah pertemuan ANC Transvaal;
judulnya diambil dari kutipan pemimpin kemerdekaan India Jawaharlal Nehru, kelak
memengaruhi pemikiran Mandela. Pidato ini menetapkan rencana cadangan seandainya ANC
dibubarkan. Rencana Mandela (Mandela Plan) atau M-Plan ini terdiri dari pembelahan
organisasi menjadi struktur sel dengan kepemimpinan yang lebih tersentralisasi.[76]
Mandela mendapatkan pekerjaan sebagai pengacara untuk firma Terblanche and Briggish
sebelum pindah ke Helman and Michel yang liberal dan lulus tes kualifikasi untuk menjadi
pengacara penuh.[77] Pada Agustus 1953, Mandela dan Oliver Tambo membuka firma hukumnya
sendiri, Mandela and Tambo, yang beroperasi di pusat kota Johannesburg. Sebagai satu-satunya
firma hukum milik orang Afrika di negara itu, firma ini populer di kalangan orang kulit hitam
yang merasa dirugikan dan sering menangani kasus kebrutalan polisi. Karena tidak disukai pihak
berwenang, firma ini dipaksa pindah ke lokasi terpencil setelah izin pendiriannya dicabut sesuai
Group Areas Act; akibatnya, pengguna jasa mereka menyusut.[78] Walau putri kedua, Makaziwe
Phumia, lahir pada Mei 1954, hubungan Mandela dengan Evelyn merenggang dan Evelyn
menuduhnya selingkuh. Bukti-bukti muncul bahwa ia selingkuh dengan anggota ANC Lillian
Ngoyi dan sekretaris Ruth Mompati; klaim kuat namun tanpa bukti menandakan Mompati
memiliki anak dengan Mandela. Karena jijik akan kelakuan putranya, Nosekeni pulang ke
Transkei, sedangkan Evelyn memeluk Saksi-Saksi Yehuwa dan menentang obsesi politik
Mandela.[79]

Kongres Rakyat dan Pengadilan Pengkhianatan: 19551961

"Kami,
rakyat
Afrika
Selatan,
menyatakan
kepada
seluruh
negeri
dan
dunia:
Bahwa Afrika Selatan adalah milik semua orang yang tinggal di dalamnya, hitam dan putih, dan tak satu
pemerintahan pun yang dapat mengklaim kekuasaan kecuali berdasarkan keinginan rakyat."
Kalimat pembuka Piagam Kebebasan[80]

Mandela berpendapat bahwa ANC "tidak punya alternatif terhadap pemberontakan bersenjata
dan keras" setelah terlibat dalam unjuk rasa yang gagal mencegah penggusuran kota pinggiran
berpenduduk kulit hitam Sophiatown, Johannesburg, pada Februari 1955.[81] Ia menyarankan
Sisulu agar meminta persenjataan dari Republik Rakyat Tiongkok, tetapi meski mendukung
perjuangan anti-apartheid, pemerintah Cina percaya gerakan ini tidak cukup siap untuk perang
gerilya.[82] Dengan keterlibatan South African Indian Congress, Coloured People's Congress,
South African Congress of Trade Unions dan Congress of Democrats, ANC berencana
mengadakan Kongres Rakyat, meminta semua warga Afrika Selatan mengirimkan proposal
untuk zaman pasca-apartheid. Berdasarkan tanggapan-tanggapan ini, Piagam Kebebasan
dirancang oleh Rusty Bernstein yang isinya meminta pembentukan negara demokratis nonrasialis disertai nasionalisasi industri besar. Saat piagam ini diadopsi pada konferensi Juni 1955
di Kliptown yang dihadiri 3000 delegasi, polisi membubarkan acara, namun ini tetap menjadi
bagian utama ideologi Mandela.[83]
Setelah akhir pelarangan kecua bulan September 1955, Mandela cuti kerja ke Transkei untuk
membahas dampak Undang-Undang Otoritas Bantu 1951 bersama ketua-ketua suku setempat. Ia
juga menjenguk ibunya dan Noengland sebelum melanjutkan perjalanan ke Cape Town.[84] Pada
Maret 1956, ia dijatuhkan larangan tampil di hadapan publik untuk ketiga kalinya, melarangnya
masuk Johannesburg selama lima tahun, tetapi sering ia langgar.[85] Pernikahannya berakhir
setelah Evelyn meninggalkan Mandela, membawa anak-anak mereka ke rumah saudaranya. Saat
memulai sidang cerai bulan Mei 1956, ia mengklaim Mandela menyiksanya secara fisik; ia
menolak tuduhan-tuduhan tersebut dan berjuang mendapatkan hak asuh anak-anaknya. Evelyn
menarik petisi perceraiannya pada November, namun Mandela meminta cerai pada Januari 1958;
perceraian ini akhirnya diputuskan bulan Maret yang hasilnya anak-anak berada di bawah asuhan
Evelyn.[86] Selama sidang cerai, Mandela mulai merayu dan melakukan politisasi terhadap
seorang pekerja sosial, Winnie Madikizela, yang ia nikahi di Bizana tanggal 14 Juni 1958.
Madikizela kelak terlibat dalam aktivitas ANC dan sempat dipenjara selama beberapa minggu.[87]

Sistem apartheid membatasi berbagai bidang kehidupan.


Pada tanggal 5 Desember 1956, Mandeal ditahan bersama sebagian besar eksekutif ANC karena
"pengkhianatan tinggi" terhadap negara. Pada sidang di Penjara Johannesburg yang dipenuhi
unjuk rasa massal, mereka menjalani pemeriksaan sementara di Drill Hall tanggal 19 Desember
sebelum dibebaskan dengan jaminan.[88] Sidang sanggahan terdakwa dimulai tanggal 9 Januari
1957, melibatkan pengacara terdakwa Vernon Berrang, dan berlanjut sampai ditangguhkan pada
bulan September. Pada Januari 1958, hakim Oswald Pirow ditunjuk untuk menangani kasus ini,
dan pada Februari ia memutuskan bahwa ada "bukti yang cukup" supaya para terdakwa diadili di
Mahkamah Agung Transvaal.[89] Pengadilan Pengkhianatan resmi dimulai di Pretoria bulan
Agustus 1958 dan para terdakwa berhasil meminta ketiga hakimsemuanya terlibat dengan
Partai Nasional yang berkuasadiganti. Pada Agustus, satu tuduhan dicabut, dan pada Oktober
jaksa menarik dakwaannya dan mengirim rancangan baru pada November yang berpendapat
bahwa pemimpin ANC melakukan pengkhianatan tinggi dengan menyerukan revolusi kekerasan,
tuduhan yang ditolak mentah-mentah oleh terdakwa.[90]
Pada April 1959, para militan Afrikanis yang tidak puas dengan pendekatan front bersatu ANC
mendirikan Pan-African Congress (PAC); teman Mandela Robert Sobukwe terpilih menjadi
presiden, meski Mandela menganggap kelompok ini "tidak dewasa".[91] Kedua partai menyerukan
kampanye anti-pas pada bulan Mei 1960, yaitu pembakaran pas yang wajib dibawa ke manamana oleh penduduk Afrika. Salah satu demonstrasi PAc dibubarkan polisi dan menewaskan 69
pengunjuk rasa dalam pembantaian Sharpeville. Sebagai bentuk solidaritas, Mandela membakar
pasnya ketika kerusuhan pecah di seluruh Afrika Selatan, sehingga pemerintah memberlakukan
darurat militer.[92] Di bawah kondisi Keadaan Darurat, Mandela dan sejumlah aktivis lain
ditangkap pada tanggal 30 Maret, dipenjara tanpa tuduhan di penjara lokal Pretoria yang kotor,
sementara ANC dan PAC dibubarkan pada bulan April. [93] Hal ini membuat para pengacaranya
sulit menghubungi mereka dan disepakati bahwa tim terdakwa untuk Pengadilan Pengkhianatan
harus mengundurkan diri sebagai bentuk protes. Mewakili mereka di pengadilan, para terdakwa
dibebaskan dari penjara ketika keadaan darurat dicabut pada akhir Agustus. [94] Mandela
memanfaatkan waktu luangnya untuk mengadakan All-In African Conference dekat
Pietermaritzburg, Natal, pada bulan Maret yang dihadiri 1.400 delegasi anti-apartheid dan
menyepakati protes mogok kerja untuk memperingati 31 Mei, hari ketika Afrika Selatan menjadi
negara republik.[95] Tanggal 29 Maret 1961, setelah pengadilan berlangsung selama enam tahun,
para hakim menjatuhkan vonis tidak bersalah yang lantas mempermalukan pemerintah.[96]

Umkhonto we Sizwe dan tur Afrika: 19611962

Ruang beralas jerami di Liliesleaf Farm, tempat Mandela bersembunyi


Menyamar sebagai sopir, Mandela berkeliling Afrika Selatan secara rahasia dan menyusun
struktur sel baru ANC dan mogok kerja massal pada 29 Mei. Dijuluki "Black Pimpernel" di
mediamengutip novel Emma Orczy tahun 1905 The Scarlet Pimpernelpolisi mengeluarkan
surat perintah penangkapannya.[97] Mandela mengadakan beberapa rapat rahasia dengan
wartawan, dan setelah pemerintah gagal mencegah mogok tersebut, ia memperingatkan mereka
bahwa banyak aktivis anti-apartheid yang beralih ke aksi kekerasan melalui kelompok-kelompok
seperti Poqo PAC.[98] Ia yakin bahwa ANC harus membentuk kelompok bersenjata untuk
menyalurkan aksi-aksi kekerasannya dan meyakinkan ketua ANC Albert Luthuliyang secara
moral menentang kekerasandan kelompok aktivis sekutu tentang perlunya hal tersebut.[99]
Terinspirasi oleh Gerakan 26 Juli Fidel Castro dalam Revolusi Kuba, pada tahun 1961 Mandela
ikut mendirikan Umkhonto we Sizwe ("Tombak Bangsa", disingkat MK) bersama Sisulu dan
komunis Joe Slovo. Ketika menjabat sebagai ketua grup militan ini, ia mendapatkan sejumlah ide
dari literatur ilegal tentang perang gerilya karya Mao dan Che Guevara. Setelah terpisah secara
resmi dari ANC, pada tahun-tahun berikutnya MK menjadi sayap bersenjata dari grup tersebut.
[100]
Kebanyakan anggota awal MK adalah komunis berkulit putih; setelah bersembunyi di flat
Wolfie Kodesh di Berea, Mandela pindah ke Liliesleaf Farm milik komunis di Rivonia dan
bergabung dengan Raymond Mhlaba, Slovo, dan Bernstein, yang sama-sama menyusun
konstitusi MK.[101] Beroperasi dengan struktur sel, MK sepakat melakukan sabotase demi
memberi tekanan besar terhadap pemerintah dengan korban kecil, mengebom instalasi militer,
pembangkit listrik, kabel telepon, dan jalur transportasi pada malam hari ketika tidak ada warga
sipil. Mandela mencatat bahwa jika taktik-taktik tersebut gagal, MK akan beralih ke "peperangan
gerilya dan terorisme."[102] Sesaat setelah pemimpin ANC Luthuli mendapatkan Hadiah
Perdamaian Nobel, MK mengumumkan keberadaan mereka ke publik dan rencana 57
pengeboman pada Hari Dingane (16 Desember) 1961, diikuti serangan-serangan lain pada
Malam Tahun Baru.[103]
ANC setuju mengirim Mandela sebagai perwakilan mereka di pertemuan Pan-African Freedom
Movement for East, Central and Southern Africa (PAFMECSA) Addis Ababa, Ethiopia, Februari
1962.[104] Bepergian secara rahasia, Mandela bertemu Kaisar Haile Selassie I dan berpidato
setelah pidato Selassie di konferensi tersebut.[105] Pasca konferensi, ia mengunjungi Kairo, Mesir,
menyukai reformasi politik Presiden Gamal Abdel Nasser, dan pergi ke Tunis, Tunisia, tempat
Presiden Habib Bourguiba memberinya dana 5000 untuk persenjataan. Ia kemudian
melanjutkan perjalanan ke Maroko, Mali, Guinea, Sierra Leone, Liberia, dan Senegal, sambil

menerima bantuan dana dari Presiden Liberia William Tubman dan Presiden Guinea Ahmed
Skou Tour.[106] Di London, Inggris, ia bertemu para aktivis anti-apartheid, wartawan, dan
politikus kiri ternama.[107] Di Ethiopia, ia mengikuti kursus perang gerilya selama enam bulan,
namun hanya sempat menyelesaikan dua bulan saja sebelum dipanggil pulang ke Afrika Selatan.
[108]

Penahanan
Penangkapan dan pengadilan Rivonia: 19621964
Pada 5 Agustus 1962, polisi menangkap Mandela dan Cecil Williams dekat Howick.[109] Ditahan
di penjara Marshall Square, Johannesburg, ia dituduh menghasut mogok buruh dan ke luar negeri
tanpa izin. Mewakili dirinya sendiri ditemani Slovo sebagai penasihat hukum, Mandela hendak
memanfaatkan pengadilan ini untuk menunjukkan "penentangan moral ANC terhadap rasisme"
sementara para pendukungnya berdemo di luar pengadilan.[110] Setelah dipindahkan ke Pretoria,
tempat yang bisa dijangkau Winnie, Mandela mulai mengambil studi korespondensi untuk
mendapatkan gelar Bachelor of Laws (LLB) dari University of London dari dalam selnya.[111]
Sidang dengar pendapatnya dimulai tanggal 15 Oktober, tetapi ia mengganggu jalannya sidang
dengan mengenakan kaross tradisional, menolak memanggil saksi mata, dan mengganti
permohonan keringanannya menjadi pidato politik. Dinyatakan bersalah, Mandela dihukum
penjara lima tahun; ketika ia keluar dari ruang sidang, para pendukungnya menyanyikan Nkosi
Sikelel iAfrika.[112]
"Dengan cara yang belum pernah kupahami sebelumnya, aku menyadari peran yang kumainkan di pengadilan
dan kemungkinan di hadapanku selaku terdakwa. Aku adalah simbol keadilan di pengadilan para penindas,
perwakilan ide-ide agung kebebasan, keadilan, demokrasi di dalam masyarakat yang memandang rendah nilainilai tersebut. Aku kemudian sadar dan di sanalah aku dapat melanjutkan perjuangan meski berada di benteng
musuh."
Mandela, 1994[113]

Tanggal 11 Juli 1963, polisi menggeledah Lilielsleaf Farm, menahan semua orang di sana, dan
menyita berkas-berkas aktivitas MK, beberapa di antaranya menyebut nama Mandela.
Pengadilan Rivonia langsung diselenggarakan di Mahkamah Agung Pretoria pada tanggal 9
Oktober. Mandela dan rekan-rekannya dituduh empat kali melakukan sabotase dan konspirasi
untuk menggulingkan pemerintah. Kepala jaksa penuntut Percy Yutar menuntut mereka dihukum
mati.[114] Hakim Quartus de Wet menutup kasus jaksa dengan alasan bukti tidak cukup, tetapi
Yutar menyusun ulang tuntutannya dan mengajukan kasus baru sejak Desember sampai Februari
1964 dengan melibatkan 173 saksi mata dan ribuan dokumen dan foto.[115]
Kecuali James Kantor, yang dinyatakan tidak bersalah atas semua tuduhan, Mandela dan
terdakwa lainnya mengaku melakukan sabotase namun menolak pernah sepakat melancarkan
perang gerilya terhadap pemerintah. Mereka menegaskan tujuan politik mereka di pengadilan ini;
salah satu pidato Mandelaterinspirasi pidato "History Will Absolve Me" oleh Castrodiliput
besar-besaran oleh pers meski ada sensor dari pemerintah.[116] Pengadilan ini mendapat perhatian
internasional; banyak pihak di seluruh dunia meminta pembebasan para terdakwa, termasuk

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan World Peace Council. University of London Union menyerukan
agar Mandela menjadi presiden dan misa malam untuknya diadakan di St. Paul's Cathedral,
London.[117] Apa daya, karena dianggap penyerobot komunis, pemerintah Afrika Selatan
mengabaikan tuntutan-tuntutan tersebut, dan pada 12 Juni 1964 de Wet menetapkan empat
tuduhan kepada Mandela dan dua terdakwa dan menjatuhkan vonis penjara seumur hidup, bukan
hukuman mati.[118]

Pulau Robben: 19621982

Tambang batu kapur di Pulau Robben


Mandela dan terdakwa lainnya dipindahkan dari Pretoria ke penjara di Pulau Robben dan
dikurung di sana sampai 18 tahun selanjutnya. [119] Terisolasi dari tahanan-tahanan non-politik di
Section B, Mandela ditahan di sel beton lembap berukuran 8 feet (2.4 m) kali 7 feet (2.1 m) yang
dilengkapi tikar jerami untuk tidur.[120] Selain sering ditindas secara verbal dan fisik oleh penjaga
berkulit putih, para tahanan Pengadilan Rivonia menghabiskan waktu dengan memecah batu
sampai akhirnya dipindahtugaskan ke tambang batu kapur pada Januari 1965. Mandela awalnya
dilarang memakai kaca mata, sehingga sinar batu kapur tersebut merusak penglihatannya secara
permanen.[121] Malamnya, ia belajar demi mendapatkan gelar LLB tetapi dilarang membaca surat
kabar. Ia sempat beberapa kali ditahan di kurungan soliter akibat menyelundupkan kliping berita.
[122]
Dengan level tahanan terendah, Kelas D, Mandela hanya boleh dijenguk sekali dan mengirim
sepucuk surat saja setiap enam bulan, walaupun semua surat yang keluar masuk disensor besarbesaran.[123]
Para tahanan politik bekerja dan mogok makancara terakhir dianggap tidak efektif oleh
Mandelademi memperbaiki kondisi penjara dan melihatnya sebagai dunia perjuangan antiapartheid berukuran kecil.[124] Para tahanan ANC mengangkat Mandela sebagai anggota "High
Organ" bersama Sisulu, Govan Mbeki, dan Raymond Mhlaba. Mandela juga terlibat dalam
sebuah grup yang mewakili semua tahanan politik di pulau itu, Ulundi; dari situ ia membina
hubungan dengan anggota PAC dan Yu Chi Chan Club.[125] Setelah merintis "University of
Robben Island," tempat para tahanan berceramah tentang bidang yang dikuasainya, ia
memperdebatkan topik-topik seperti homoseksualitas dan politik dengan teman-temannya
sampai terlibat perdebatan panas soal politik dengan penganut Marxis seperti Mbeki dan Harry
Gwala.[126] Meski rajin menghadiri misa Minggu, Mandela juga mempelajari Islam. [127] Ia juga
belajar bahasa Afrikaans dengan harapan mampu membuat penjaga penjara mengerti dan
mendukung perjuangannya.[128] Sejumlah pejabat menjenguk Mandela, termasuk perwakilan

parlemen liberal Helen Suzman dari Partai Progresif yang melanjutkan perjuangan Mandela di
luar penjara.[129] Pada September 1970, Mandela dijenguk AP Partai Buruh Britania Raya Dennis
Healey.[130] Menteri Kehakiman Afrika Selatan Jimmy Kruger berkunjung bulan Desember 1974,
namun Healey dan Mandela gagal menemuinya. [131] Ibu Mandela berkunjung tahun 1968 dan
meninggal tidak lama kemudian. Putra pertama Mandela, Thembi, meninggal dunia akibat
kecelakaan mobil setahun berikutnya; Mandela dilarang menghadiri pemakaman ibu maupun
putranya.[132] Istrinya jarang menjenguk karena sering dipenjara akibat aktivitas politiknya,
sementara putri-putrinya pertama menjenguk Mandela bulan Desember 1975; Winnie keluar
penjara tahun 1977 namun dipaksa menetap di Brandfort, sehingga tidak bisa menjenguk
ayahnya.[133]

Sel Mandela dan lapangan penjara di Pulau Robben


Sejak 1967, kondisi penjara membaik, tahanan berkulit hitam diberikan celana panjang
(sebelumnya celana pendek), permainan boleh diselenggarakan, dan kualitas makanan
meningkat.[134] Pada 1969, rencana kabur untuk Mandela disusun oleh Gordon Bruce, namun
dibatalkan setelah diketahui agen South African Bureau of State Security (BOSS) yang ingin
melihat Mandela ditembak saat kabur.[135] Tahun 1970, Komandan Piet Badenhost mengambil
alih kendali. Merasa penyiksaan fisik dan mental terhadap tahanan meningkat, Mandela
menyampaikan keluhannya ke hakim-hakim yang berkunjung; Badenost akhirnya
dipindahtugaskan.[136] Ia digantikan oleh Komandan Willie Willemse yang membina hubungan
baik dengan Mandela dan mau memperbaiki standar penjara. [137] Pada 1975, Mandela menjadi
tahanan Kelas A,[138] sehingga ia berhak mendapat jatah kunjungan dan surat yang lebih besar; ia
menghubungi para aktivis anti-apartheid seperti Mangosuthu Buthelezi dan Desmond Tutu.[139]
Tahun itu pula, ia mulai menulis otobiografi yang kemudian diselundupkan ke London, namun
tidak diterbitkan; otoritas penjara menemukan beberapa lembar halaman dan hak belajar
Mandela dihentikan selama empat tahun.[140] Ia lantas menghabiskan waktunya dengan berkebun
dan membaca sampai melanjutkan studi LLB-nya tahun 1980.[141]
Pada akhir 1960-an, ketenaran Mandela dikalahkan oleh Steve Biko dan Black Consciousness
Movement (BCM). Menganggap ANC tidak efektif, BCM menyerukan aksi militan, tetapi
setelah pemberontakan Soweto tahun 1976 banyak aktivis BCM yang dipenjara di Pulau
Robben.[142] Mandela mencoba membangun hubungan dengan radikal-radikal muda ini, meski
kritis terhadap rasialisme dan ketidaksukaan mereka terhadap aktivis anti-apartheid berkulit
putih.[143] Ketertarikan dunia internasional terhadap perjuangannya bermula bulan Juli 1978,
bertepatan dengan ulang tahun Mandela ke-60.[144] Ia mendapatkan gelar doktoral kehormatan di
Lesotho, Nehru Prize for International Understanding di India tahun 1970, dan Freedom of the
City di Glasgow, Skotlandia, tahun 1980.[145] Pada Maret 1980, slogan "Free Mandela!"
dicetuskan oleh jurnalis Percy Qoboza dan mengawali kampanye internasional yang memaksa

Dewan Keamanan PBB menuntut pembebasannya.[146] Walaupun tekanan luar negeri sangat
besar, pemerintah menolak dan bergantung pada sekutu Perang Dingin yang kuat seperti
Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan dan Perdana Menteri Britania Raya Margaret Thatcher;
Thatcher menganggap Mandela teroris komunis dan mendukung penekanan terhadap ANC.[147]

Penjara Pollsmoor: 19821988


Bulan April 1982, Mandela ditransfer ke Penjara Pollsmoor di Tokai, Cape Town bersama
sejumlah pemimpin senior ANC Walter Sisulu, Andrew Mlangeni, Ahmed Kathrada, dan
Raymond Mhlaba; mereka yakin sedang diisolasi demi menghapus pengaruh mereka terhadap
aktivis-aktivis muda.[148] Kondisi di Pollsmoor lebih baik ketimbang Pulau Robben, tetapi
Mandela merasa rindu camaraderie dan pemandangan pulau tersebut. [149] Berteman dengan
kepala sipir Pollsmoor, Brigadir Munro, Mandela diizinkan membuat kebun atap,[150] serta
membaca besar-besar dan mendapat jatah 52 surat setahun. [151] Ia ditunjuk sebagai pelindung
gerakan multiras Front Demokratik Bersatu (UDF) yang didirikan untuk melawan reformasi
pemerintahan Presiden Afrika Selatan P.W. Botha. Pemerintah Partai Nasional pimpinan Botha
mengizinkan warga Kleurlinge dan India memilih perwakilannya sendiri yang kelak mengatur
pendidikan, kesehatan, dan perumahan, namun orang Afrika kulit hitam dikecualikan dari sistem
ini; layaknya Mandela, UDF memandang hal ini sebagai upaya memecah gerakan anti-apartheid
di sektor ras.[152]

Patung Mandela di Southbank, London, dipasang oleh Greater London Council yang dipimpin
sosialis Ken Livingstone tahun 1985

Kekerasan di seluruh negeri meningkat. Banyak orang mengkhawatirkan pecah perang saudara.
Di bawah tekanan lobi internasional, bank-bank multinasional berhenti berinvestasi di Afrika
Selatan, mengakibatkan stagnasi ekonomi. Beberapa bank dan Thatcher menuntut Botha
membebaskan Mandelapada puncak ketenaran internasionalnyauntuk meredam situasi yang
tidak stabil ini.[153] Walaupun menganggap Mandela "Marxis besar" yang berbahaya,[154] pada
Februari 1985 Botha menawarkan pembebasannya dari penjara dengan syarat ia "menolak
kekerasan tanpa syarat sebagai senjata politik". Mandela menolaknya dan merilis pernyataan
melalui putrinya, Zindzi, bahwa "Kebebasan apa yang sedang ditawarkan kepadaku jika
organisasi rakyat [ANC] tetap dilarang? Hanya orang bebas yang dapat bernegosiasi. Seorang
tahanan tidak boleh terlibat kesepakatan."[155]
Pada tahun 1985, Mandela menjalani operasi terhadap pembesaran kelenjar prostat sebelum
ditempatkan di sel soliter baru di lantai bawah. [156] Ia bertemu "tujuh orang penting", yaitu
delegasi internasional yang dikirimkan untuk menegosiasikan penyelesaian kasus, tetapi
pemerintah Botha menolak kerja sama. Bulan Juni tahun itu, pemerintah menyatakan keadaan
darurat dan mengizinkan polisi meredam kerusuhan tersebut. Pemberontak anti-apartheid
melawan; ANC melakukan 231 serangan tahun 1836 dan 235 serangan tahun 1987. Dengan
pasukan darat dan paramiliter sayap kanan untuk melawan pemberontak, pemerintah diam-diam
mendanai gerakan nasionalis Zulu, Inkatha, untuk menyerang anggota-anggota ANC yang lantas
memperparah tindak kekerasan.[157] Mandela meminta diskusi dengan Botha tapi ditolak, malah
bertemu secara rahasia dengan Menteri Kehakiman Kobie Coetsee pada 1987, lalu bertemu lagi
sebanyak 11 kali selama 3 tahun. Coetsee mengatur negosiasi antara Mandel dengan satu tim
beranggotakan empat pejabat pemerintah sejak Mei 1988; tim sepakat membebaskan tahanan
politik dan mengesahkan ANC dengan syarat mereka tidak boleh lagi melancarkan aksi
kekerasan, memutus hubungan dengan Partai Komunis, dan tidak memaksakan kekuasaan
mayoritas. Mandela menolak semuanya dan menegaskan bahwa ANC hanya akan mengakhiri
pemberontakan bersenjata jika pemerintah menghentikan kekerasan.[158]
Ulang tahun Mandela ke-70 bulan Januari 1988 menarik perhatian internasional. BBC
mengadakan konser musik Nelson Mandela 70th Birthday Tribute di Wembley Stadium, London.
[159]
Meskipun dijadikan tokoh heroik di seluruh dunia, ia menghadapi masalah pribadi ketika
para pemimpin ANC memberitahunya bahwa Winnie menjadi ketua geng penjahat, "Mandela
United Football Club", yang bertanggung jawab atas penyiksaan dan pembunuhan lawan
termasuk anak-anakdi Soweto. Walau banyak orang memaksa Mandela menceraikannya, ia
tetap setia sampai Winnie dinyatakan bersalah oleh pengadilan.[160]

Penjara Victor Verster dan pembebasan: 19881990

Mandela di prangko peringatan Soviet tahun 1988


Sepulihnya dari tuberkulosis yang disebabkan kondisi sel yang lembap, [161] pada Desember 1988
Mandela dipindahkan ke Penjara Victor Verster dekat Paarl. Di sini, ia tinggal di rumah sipir
yang lebih nyaman dengan koki pribadi; Mandela memanfaatkannya untuk menyelesaikan studi
LLB-nya.[162] Diizinkan banyak pengunjung, Mandela melakukan komunikasi rahasia dengan
pemimpin ANC yang terasingkan, Oliver Tambo.[163] Tahun 1989, Botha menderita stroke, tetap
menjadi presiden tetapi mundur sebagai ketua Partai Nasional dan digantikan oleh F. W. de Klerk
yang konservatif.[164] Tanpa diduga, Botha mengundang Mandela minum teh pada Juli 1989;
Mandela menyebutnya undangan yang hangat.[165] Botha digantikan sebagai presiden oleh de
Klerk enam minggu kemudian; presiden baru ini percaya bahwa apartheid tidak berkelanjutan
dan membebaskan semua tahanan ANC tanpa syarat kecuali Mandela. [166] Setelah runtuhnya
Tembok Berlin bulan November 1989, de Klerk memanggil kabinetnya untuk membicarakan
legalisasi ANC dan pembebasan Mandela. Meski beberapa anggota kabinet sangat menentang
renccananya, de Klerk bertemu Mandela pada Desember untuk mendiskusikan situasi ini, sebuah
pertemuan yang dianggap bersahabat oleh kedua orang tersebut, sebelum membebaskan Mandela
tanpa syarat dan mengesahkan semua partai politik yang sebelumnya dibubarkan pada 2 Februari
1990.[167]
Setelah keluar dari Victor Verster pada 11 Februari, Mandela menggandeng tangan Winnie di
hadapan kerumunan dan pers; acara ini disiarkan langsung di seluruh dunia. [168] Di Balai Kota
Cape Town, ia menyampaikan pidato yang menyatakan komitmennya terhadap perdamaian dan
rekonsiliasi dengan kaum minoritas kulit putih, tetapi menegaskan bahwa pemberontakan
bersenjata ANC belum berakhir dan akan terus berlanjut sebagai "aksi defensif murni terhadap
kekejaman apartheid". Ia berharap pemerintah akan menyepakati negosiasi sehingga
"pemberontakan bersenjata tidak diperlukan lagi" dan memaksa bahwa fokus utamanya adalah
membawa perdamaian ke kalangan mayoritas kulit hitam dan memberi mereka hak suara di

pemilu nasional dan lokal.[169] Ketika tinggal di rumah Desmond Tutu beberapa hari selanjutnya,
Mandela bertemu teman-teman, aktivis, dan pers, dan berpidato di hadapan 100.000 orang di
Soccer City, Johannesburg.[170]

Akhir apartheid
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Negosiasi untuk mengakhiri apartheid di Afrika
Selatan

Negosiasi pertama: 19901991

Shell House di Johannesburg yang menjadi kantor pusat ANC pada 1991
Mandela melanjutkan tur Afrikanya, bertemu banyak pendukung dan politikus di Zambia,
Zimbabwe, Namibia, Libya, dan Aljazair, kemudian ke Swedia untuk reuni dengan Tambo, lalu
London, tempat ia tampil di konser Nelson Mandela: An International Tribute for a Free South
Africa di Wembley Stadium.[171] Ketika mendorong negara-negara asing untuk mendukung sanksi
terhadap pemerintah apartheid, di Perancis ia disambut Presiden Franois Mitterrand, di Kota
Vatikan ia disambut Paus Yohanes Paulus II, dan di Inggris ia bertemu Margaret Thatcher. Di
Amerika Serikat, ia bertemu Presiden George H.W. Bush, berpidato di Kongres, dan berkunjung
ke delapan kota; ia populer di kalangan masyarakat Afrika-Amerika. [172] Di Kuba, ia bertemu
Presiden Fidel Castro yang sudah lama digemarinya; keduanya bersahabat. [173] Di Asia ia bertemu
Presiden R. Venkataraman di India, Presiden Suharto di Indonesia dan Perdana Menteri Mahathir

Mohamad di Malaysia, sebelum mengunjungi Australia dan Jepang. Ia justru tidak mengunjungi
Uni Soviet, pendukung lama ANC.[174]
Pada Mei 1990, Mandela memimpin delegasi multirasial ANC dalam negosiasi pendahuluan
dengan delegasi 11 pria Afrikaner pemerintah. Mandela membuat mereka terkesan dengan
diskusinya seputar sejarah Afrikaner, dan negosiasi ini berujung pada Groot Schuur Minute,
yaitu pemeirntah mencabut keadaan darurat. Bulan Agustus, Mandelamengakui kekurangan
militer ANC yang sangat besarmenawarkan gencatan senjata, Pretoria Minute, yang karena
itulah ia dikritik habis-habisan oleh aktivis MK. [175] Ia menghabiskan banyak waktu untuk
menyatukan dan membangun ANC, tampil di konferensi Johannesburg bulan Desember yang
dihadiri 1.600 delegasi, kebanyakan menganggap Mandela lebih moderat daripada yang
diharapkan.[176] Pada konferensi nasional ANC Juli 1991 di Durban, Mandela mengakui
kekurangan-kekurangan partai ini mengumumkan rencananya untuk membangun "satuan tugas
yang kuat dan kokoh" agar memperoleh kekuasaan mayoritas. Di konferensi tersebut, ia diangkat
sebagai Presiden ANC, menggantikan Tambo yang sakit, dan eksekutif nasional multigender dan
multiras dipilih bersama-sama.[177]
Mandela diberikan kantor di markas ANC yang baru dibeli di Shell House, Johannesburg pusat,
dan pindah bersama Winnie ke rumahnya yang besar di Soweto. [178] Pernikahan mereka semakin
renggang setelah ia tahu perselingkuhan Winnie dengan Dali Mpofu, tetapi ia mendukungnya
saat Winnie diadili dengan tuduhan penculikan dan penyerangan. Ia mendapatkan dana untuk
pembelaan Winnie dari International Defence and Aid dan pemimpin Libya Muammar Gaddafi,
namun pada Juni 1991 Winnie dinyatakan bersalah dan dihukum penjara enam tahun, dikurangi
menjadi dua di pengadilan banding. Tanggal 13 April 1992, Mandela mengumumkan
perpisahannya dengan Winnie, sedangkan ANC memaksa Winnie mengundurkan diri dari
eksekutif nasional karena menyalahgunakan dana ANC; Mandela pindah ke pinggiran
Johannesburg yang didominasi kulit putih, Houghton.[179] Reputasi Mandela semakin hancur
akibat peningkatan kekerasan "hitam-ke-hitam", terutama antara pendukung ANC dan Inkatha di
KwaZulu-Natal yang menewaskan ribuan orang. Mandela bertemu pemimpin Inkatha Buthelezi,
tetapi ANC mencegah perundingan lebih lanjut mengenai masalah ini. Mandela mengakui bahwa
ada "pasukan ketiga" di dalam dinas intelijen negara yang mengompori "pembantaian rakyat"
dan secara terbuka menyalahkan de Klerkyang semakin tidak ia percayaiatas pembantaian
Sebokeng.[180] Pada bulan September 1991, konferensi perdamaian nasional diadakan di
Johannesburg. Mandela, Buthelezi, dan de Klerk menandatangani perjanjian damai, tetapi
kekerasan tetap berlanjut.[181]

Diskusi CODESA: 19911992


Convention for a Democratic South Africa (CODESA) diselenggarakan bulan Desember 1991 di
Johannesburg World Trade Center, dihadiri oleh 228 delegasi dari 19 partai politik. Meski Cyril
Ramaphosa memimpin delegasi ANC, Mandela masih menjadi tokoh penting, dan setelah de
Klerk menggunakan pidato penutupnya untuk mengutuk kekerasan ANC, ia naik panggung dan
menyebut de Klerk "pemimpin rezim minoritas yang tidak sah dan terdiskreditkan". Karena
didominasi Partai Nasional dan ANC, tidak banyak perundingan yang tercapai. [182] CODESA 2
diadakan bulan Mei 1992. De Klerk memaksa Afrika Selatan pasca-apartheid harus memakai
sistem federal dengan rotasi presiden untuk menjamin keselamatan etnis minoritas; Mandela

menolaknya dan menuntut sistem kesatuan yang dikuasai kaum mayoritas.[183] Setelah
pembantaian Boipatong oleh militan Inkatha yang dibantu pemerintah terhadap aktivis-aktivis
ANC, Mandela membatalkan negosiasi tersebut sebelum menghadiri pertemuan Organisation of
African Unity di Senegal. Di sana ia meminta agar Dewan Keamanan PBB mengadakan sidang
istimewa dan pasukan penjaga perdamaian PBB diterjunkan di Afrika Selatan untuk mencegah
"terorisme negara". PBB langsung mengirim utusan khusus Cyrus Vance ke negara ini untuk
membantu proses negosiasi.[184] Menyerukan aksi massal dalam negeri, pada bulan Agustus ANC
mengadakan mogok terbesar dalam sejarah Afrika Selatan dan para pendukungnya memadati
jalanan Pretoria.[185]

De Klerk dan Mandela bersalaman di World Economic Forum, 1992


Pasca pembantaian Bisho, yaitu penembakan oleh Ciskei Defence Force terhadap 28 pendukung
ANC dan 1 tentara saat unjuk rasa, Mandela menyadari bahwa aksi massal berujung pada
kekerasan lebih lanjut dan melanjutkan negosiasi pada bulan September. Ia menyetujuinya
dengan syarat semua tahanan politik dibebaskan, senjata tradisional Zulu dilarang, dan hostelhostel Zulu dipagari, dua syarat terakhir bertujuan mencegah serangan Inkatha selanjutnya;
karena ditekan terus-menerus, de Klerk mau tidak mau setuju. Negosiasi ini menyepakati pemilu
multiras akan diselenggarakan, yang kemudian membentuk pemerintahan koalisi persatuan
nasional selama lima tahun dan majelis konstitusional yang memberi Partai Nasional pengaruh
besar. ANC juga setuju melindungi pekerjaan para pegawai negeri kulit putih; konsesi semacam
itu dikritik habis-habisan di dalam negeri. [186] Keduanya menyetujui konstitusi interim, menjamin
pemisahan kekuasaan, mendirikan pengadilan konstitusi, dan undang-undang hak asasi manusia
bergaya Amerika Serikat. Negosiasi ini juga membagi negara ini menjadi sembilan provinsi,
masing-masing dengan pemimpin dan pelayanan sipilnya sendiri, kesepakatan di antara
keinginan federalisme de Klerk dan pemerintah kesatuan Mandela.[187]
Proses demokratis ini terancam oleh Concerned South Africans Group (COSAG), aliansi partaipartai Afrikaner sayap kanan dan kelompok separatis kulit hitam seperti Inkatha; pada Juni 1993,
kelompok supremasis kulit putih Afrikaner Weerstandsbeweging (AWB) menyerang Kempton
Park World Trade Centre.[188] Pasca pembunuhan ketua ANC Chris Hani, Mandela berpidato
untuk meredam kerusuhan, sesaat setelah muncul di pemakaman massal di Soweto mewakili
Tambo yang meninggal akibat stroke.[189] Bulan Juli 1993, Mandela dan de Klerk sama-sama
berkunjung ke Amerika Serikat, bertemu Presiden Bill Clinton secara terpisah dan masingmasing mendapatkan Liberty Medal.[190] Tidak lama kemudian, mereka sama-sama mendapatkan
Hadiah Perdamaian Nobel di Norwegia.[191] Dipengaruhi ketua ANC yang muda, Thabo Mbeki,

Mandela mulai bertemu tokoh-tokoh bisnis besar dan membungkam dukungannya untuk
nasionalisasi, khawatir ia akan menakut-nakuti investor asing yang sangat diperlukan. Meski
dikritisi anggota-anggota ANC yang sosialis, ia didorong memboyong perusahaan swasta oleh
anggota partai Komunis Cina dan Vietnam di World Economic Forum Januari 1992 di Swiss.[192]
Mandela juga tampil kameo sebagai guru sekolah yang membacakan salah satu pidato Malcolm
X di adegan terakhir film Malcolm X (1992).[193]

Pemilihan umum: 1994


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pemilihan umum Afrika Selatan, 1994

Mandela memberikan suara pada pemilu 1994.


Dengan penetapan pemilu pada tanggal 27 April 1994, ANC mulai berkampanye, membuka 100
posko pemilu, dan mempekerjakan penasihat Stanley Greenberg. Greenberg merancang pondasi
People's Forums di seluruh negeri, sehingga Mandela bisa tampil; meski merupakan pembicara
publik yang buruk, Greenberg adalah tokoh terkenal dengan status tinggi di kalangan penduduk
kulit hitam Afrika Selatan.[194] ANC mengampanyekan Reconstruction and Development
Programme (RDP), yaitu program pembangunan satu juta rumah dalam lima tahun, penciptaan
pendidikan gratis universal, dan perluasan akses air bersih dan listrik. Slogan partai ini adalah "a
better life for all" (kehidupan yang lebih baik untuk semua), walaupun tidak dijelaskan dari mana
pendanaannya.[195] Selain Weekly Mail dan New Nation, pers Afrika Selatan menentang
pencalonan Mandela, mengkhawatirkan konflik etnis, dan mendukung Partai Nasional atau
Partai Demokrat.[196] Mandela menghabiskan banyak waktu untuk menggalang dana untuk ANC,
keliling Amerika Utara, Eropa, dan Asia untuk bertemu donatur-donatur kaya, termasuk mantan

pendukung rezim apartheid.[197] Ia juga mengusulkan pengurangan batas usia memberi suara dari
18 tahun menjadi 14; setelah ditolak ANC, kebijakan ini menjadi bahan tertawaan.[198]
Khawatir bahwa COSAG akan mengacaukan pemilu, terutama pasca Pertempuran Bop dan
Pembantaian Shell Housemasing-masing kekerasan yang melibatkan AWB dan Inkatha
Mandela bertemu beberapa politikus dan jenderal Afrikaner, termasuk P.W. Botha, Pik Botha,
dan Constand Viljoen, membujuk mereka untuk ikut sistem demokrasi, dan de Klerk meyakinkan
Buthelezi dari Inkatha untuk ikut pemilu alih-alih melancarkan perang separatis. [199] Selaku ketua
kedua partai besar tersebut, de Klerk dan Mandela tampil dalam acara debat televisi; meskipun
de Kler dianggap luas sebagai pembicara terbaik di acara ini, tawaran Mandela untuk bersalaman
mengejutkannya, sehingga banyak komentator menganggap Mandela-lah yang menang.[200]
Pemilihan umum berlangsung dengan sedikit aksi kekerasan, termasuk bom mobil sel AWB yang
menewaskan 20 orang. Mandela memberi suara di Ohlange High School di Durban, dan meski
menjadi Presiden terpilih, ia mengaku secara terbuka bahwa pemilu ini penuh penipuan dan
sabotase.[201] Dengan 62% suara nasional, ANC tinggal sedikit lagi mencapai dua pertiga
mayoritas yang diperlukan untuk mengubah konstitusi. ANC juga menang di 7 provinsi,
sementara masing-masing Inkatha dan Partai Nasional 1 provinsi.[202]

Kepemimpinan di Afrika Selatan: 19941999


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kepresidenan Nelson Mandela
Pelantikan Mandela dilangsungkan di Pretoria pada tanggal 10 Mei 1994, disiarkan ke satu
miliar penonton di seluruh dunia. Acara ini dihadiri 4.000 tamu, termasuk pemimpin dunia dari
berbagai latar belakang.[203] Selain Presiden Afrika Selatan berkulit hitam pertama, Mandela juga
menjadi kepala Pemerintah Persatuan Nasional yang didominasi ANCyang justru tidak punya
pengalaman di pemerintahantetapi juga melibatkan perwakilan Partai Nasional dan Inkatha.
Sesuai perjanjian sebelumnya, de Klerk menjadi Wakil Presiden pertama, sedangkan Thabo
Mbeki sebagai wakil pada masa jabatan kedua. [204] Meski Mbeki bukan pilihan pertamanya untuk
jabatan ini, Mandela menjadi sangat bergantung padanya sepanjang masa pemerintahannya dan
mengizinkan Mbeki menyusun rincian kebijakan. [205] Setelah pindah ke kantor presiden di
Tuynhuys di Cape Town, Mandela mengizinkan de Klerk tetap di kediaman kepresidenan di puri
Groote Schuur, bukan di puri Westbrooke yang berganti nama menjadi "Genadendal" yang
berarti "Lembah Pertolongan" dalam bahasa Afrikaans.[206] Selain mempertahankan rumahnya di
Houghton, ia juga membangun rumah di kampung halamannya, Qunu. Ia sering berkunjung ke
Qunu, jalan-jalan di sana, bertemu warga setempat, dan memutuskan sengketa suku.[207]

Mandela pindah ke Kantor Kepresidenan Tuynhuys, Cape Town.


Pada usia 76 tahun, ia menghadapi berbagai penyakit, dan walaupun memiliki cukup tenaga, ia
merasa terisolasi dan ditinggal sendirian.[208] Ia sering menghibur selebritis, seperti Michael
Jackson, Whoopi Goldberg, dan Spice Girls. Ia juga berteman dengan sejumlah pebisnis kaya
seperti Harry Oppenheimer dari Anglo-American, dan ratu Britania Raya Elizabeth II dalam
kunjungan kenegaraannya ke Afrika Selatan bulan Maret 1995, sehingga Mandela dihujani kritik
dari penganut anti-kapitalis di ANC.[209] Meski orang-orang sekitarnya hidup berkecukupan,
Mandela hidup sederhana dan menyumbangkan sepertiga gaji tahunannya sebesar 552.000 rand
ke Nelson Mandela Children's Fund yang ia dirikan tahun 1995.[210] Walaupun berbicara lantang
mendukung kebebasan pers dan berteman dengan banyak jurnalis, Mandela kritis terhadap
sebagian besar media di negaranya karena dimiliki dan dioperasikan penduduk kulit putih kelas
menengah dan yakin mereka terlalu fokus menakut-nakuti penonton dengan berita kejahatan. [211]
Setelah duduk di kursi presiden, Mandela ganti baju beberapa kali sehari dan salah satu merek
dagang Mandela adalah kemeja batiknya yang dikenal sebagai "kemeja Madiba". Ia selalu
memakainya bahkan dalam suasana formal.[212]
Bulan Desember 1994, otobiografi Mandela, Long Walk to Freedom, akhirnya diterbitkan.[213]
Pada akhir 1994, ia menghadiri konferensi ANC ke-49 di Bloemfontein. Di sana Eksekutif
Nasional yang lebih militan dipilih, termasuk di antaranya Winnie Mandela; meski Winnie
tertarik rujuk, Nelson memulai proses perceraian pada Agustus 1995.[214] Tahun 1995, ia menjalin
hubungan dengan Graa Machel, aktivis politik Mozambik yang 27 lebih muda dan merupakan
janda mantan presiden Samora Machel. Mereka pertama bertemu bulan Juli 1990 ketika Machel
masih berduka, namun persahabatan mereka berkembang menjadi pasangan kekasih. Machel
sering menemani Mandela dalam kunjungannya ke luar negeri. Ia menolak lamaran pernikahan
pertama Mandela karena ingin lebih bebas dan bisa membagi waktunya antara Mozambik dan
Johannesburg.[215]

Rekonsiliasi nasional
Memimpin transisi dari kekuasaan minoritas apartheid ke demokrasi multikultural, Mandela
melihat rekonsiliasi nasional sebagai tugas utama pemerintahannya. [216] Setelah melihat negaranegara Afrika pasca-kolonial hancur akibat ditinggalkan elit kulit putih, Mandela berusaha
menjamin populasi kulit putih Afrika Selatan bahwa mereka dilindungi dan diwakili di "Bangsa
Pelangi" ini.[217] Mandela berupaya menciptakan koalisi seluas mungkin di kabinetnya. De Klerk
menjadi Wakil Presiden pertama, sedangkan pejabat-pejabat Partai Nasional lainnya menjadi

menteri Pertanian, Energi, Lingkungan, dan Mineral dan Energi, dan Buthelezi menjadi Menteri
Dalam Negeri.[218] Jabatan kabinet yang lain diduduki anggota ANC, kebanyakan di antaranya
seperti Joe Modise, Alfred Nzo, Joe Slovo, Mac Maharaj, dan Dullah Omaradalah teman
seperjuangan, meski yang lainnya seperti Tito Mboweni dan Jeff Radebe justru jauh lebih muda.
[219]
Hubungan Mandela dengan de Klerk renggang; Mandela menduga de Klerk sengaja
provokatif, sementara de Klerk merasa ia sengaja dipermalukan oleh presiden. Pada Januari
1995, Mandela mengkritik habis-habisan de Klerk karena memberikan amnesti kepada 3.500
polisi tepat sebelum pemilu, dan kemudian mengkritiknya karena melindungi mantan Menteri
Pertahanan Magnus Malan yang dituduh melakukan pembunuhan.[220]

Bendera Afrika Selatan, diadopsi April 1994


Mandela secara pribadi bertemu tokoh-tokoh senior rezim apartheid, termasuk janda Hendrik
Verwoerd Betsie Schoombie dan pengacara Percy Yutar; menekankan pemberian maaf dan
rekonsiliasi pribadinya, ia mengumumkan bahwa "orang-orang berani tidak takut memberi maaf
demi perdamaian."[221] Ia mendorong penduduk kulit hitam Afrika Selatan mendukung tim
nasional rugbi yang sebelumnya dibenci, Springboks, saat Afrika Selatan menjadi tuan rumah
Piala Dunia Rugbi 1995. Setelah Springboks memenangkan final melawan Selandia Baru,
Mandela mempersembahkan trofinya ke kapten Francois Pienaar, seorang Afrikaner, sambil
mengenakan baju Sprinboks dengan nomor 6 miliki Pienaar di belakangnya. Hal ini dipandang
luas sebagai loncatan besar rekonsiliasi penduduk kulit putih dan hitam Afrika Selatan; seperti
yang dikatakan de Klerk, "Mandela memenangkan hati jutaan penggemar rugbi berkulit
putih."[222] Upaya rekonsiliasi Mandela meredam rasa takut masyarakat kulit putih, namun juga
mendapat kritik dari kaum militan kulit hitam. Mantan istrinya, Winnie, menuduh ANC lebih
tertarik memuaskan orang kulit putih ketimbang membantu orang kulit hitam.[223]
Kontroversialnya lagi, Mandela terlibat dalam pembentukan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
untuk menyelidiki kejahatan-kejahatan era apartheid oleh pemerintah dan ANC dan menunjuk
Desmond Tutu sebagai ketuanya. Untuk mencegah munculnya martir, Komisi ini memberikan
amnesti individu dengan imbalan kesaksian kejahatan yang dilakukan selama era apartheid.
Didirikan bulan Februari 1996, Komisi ini mengadakan dengar pendapat selama dua tahun yang
merincikan kasus pemerkosaan, penyiksaan, pengeboman, dan pembunuhan, sebelum
menerbitkan laporan terakhirnya pada Oktober 1998. Baik de Klerk dan Mbeki menuntut
sebagian laporan tersebut dihapus, tetapi hanya tuntutan de Klerk yang dipenuhi. [224] Mandela
memuji kerja Komisi sambil menyatakan mereka "telah membantu kita beralih dari masa lalu
untuk berkonsentrasi di masa kini dan masa depan".[225]

Program dalam negeri

Mandela mengunjungi Brasil tahun 1998


Pemerintahan Mandela mewarisi negara dengan kesenjangan kekayaan dan jasa yang sangat
besar di kalangan masyarakat kulit putih dan hitam. Dengan populasi 40 juta orang, kurang lebih
23 juta di antaranya tidak terhubung dengan listrik atau sanitasi memadai, 12 juta orang tidak
punya suplai air bersih, dan 2 juta anak tidak bersekolah dan sepertiga penduduknya buta huruf.
33% rakyat menganggur dan nyaris separuh populasi hidup di bawah garis kemiskinan. [226]
Cadangan keuangan pemerintah hampir habis dan seperlima anggaran nasional dihabiskan untuk
bayar utang, artinya cakupan Program Rekonstruksi dan Pembangunan (RDP) yang dijanjikan
harus disusutkan dan tidak ada nasionalisasi atau penciptaan lapangan kerja.[227] Pemerintah
malahan mengadopsi kebijakan ekonomi liberal untuk mempromosikan investasi asing,
mengikuti "konsensus Washington" yang dikeluarkan Bank Dunia dan International Monetary
Fund.[228]
Di bawah pemerintahan Mandela, anggaran kesejahteraan naik 13% tahun 1996/97, 13% tahun
1997/98, dan 7% tahun 1998/99.[229] Pemerintah memperkenalkan kesetaraan bantuan untuk
masyarakat, termasuk bantuan orang cacat, bantuan perawatan anak, serta dana pensiun lansia,
yang sebelumnya diberi tingkatan-tingkatan untuk berbagai kelompok ras Afrika Selatan. [229]
Tahun 1994, layanan kesehatan gratis diberikan untuk anak-anak di bawah usia 6 tahun dan ibu
hamil, suatu peraturan yang cakupannya diperluas sampai semua pengguna layanan kesehatan
sektor publik tingkat dasar pada tahun 1996. [230] Pada pemilu 1999, ANC mengatakan bahwa
karena kebijakan mereka, 3 juta orang terhubung ke telepon, 1,5 juta anak mengenyam
pendidikan, 500 klinik diperbarui atau dibangun, 2 juta orang terhubung ke listrik, akses air

bersih diperluas samapai 3 juta orang, dan 750.000 rumah dibangun dengan total penghuni nyaris
3 juta orang.[231]
Undang-Undang Pengembalian Lahan 1994 memungkinkan masyarakat yang kehilangan
propertinya akibat Undang-Undang Tanah Prbumi 1913 mengklaim balik tanah mereka. Puluhan
ribu orang berhasil menyelesaikan klaim tanah mereka. [232] UU Reformasi Lahan 3 tahun 1996
melindungi hak-hak penyewa pekerja yang tinggal dan menanam hasil bumi atau beternak di
peternakan. Undang-undang ini menjamin penyewa tidak dapat diusir tanpa perintah pengadilan
atau usianya melebihi 65 tahun.[233] UU Pengembangan Kemampuan 1998 menetapkan
serangkaian mekanisme untuk mendanai dan mempromosikan pengembangan kemampuan di
tempat kerja.[234] UU Hubungan Tenaga Kerja 1995 mempromosikan demokrasi di tempat kerja,
perundingan bersama secara tertib, serta penyelesaian efektif sengketa tenaga kerja. [235] UU
Persyaratan Dasar Pekerjaan 1997 memperbaiki mekanisme kerja serta memperluas "cakupan"
hak ke semua pekerja,[235] sedangkan UU Kesetaraan Pekerjaan 1998 disahkan untuk mengakhiri
diskriminasi tidak adil dan menjamin implementasi tindakan yang disetujui di tempat kerja.[235]
Sayangnya banyak masalah di dalam negeri. Sejumlah kritikus seperti Edwin Cameron menuduh
pemerintah Mandela berbuat sedikit untuk meredam wabah HIV/AIDS di negara itu; tahun 1999,
10% penduduk Afrika Selatan dinyatakan positif mengidap HIV. Mandela kelak mengakui
bahwa ia secara pribadi mengabaikan masalah ini dan menyutuh Mbeki menanganinya. [236]
Mandela juga mendapat kritik karena gagal memberantas kejahatan, karena itu pula Afrika
Selatan memiliki salah satu tingkat kejahatan tertinggi di dunia; ini juga alasan utama yang
dikatakan 750.000 orang kulit putih yang beremigrasi pada akhir 1990-an. [237] Pemerintahan
Mandela dibanjiri skandal korupsi dan Mandela sendiri dianggap "lembek" terhadap korupsi dan
kerakusan.[238]

Hubungan luar negeri

Mandela bersama Presiden AS Bill Clinton. Meski secara terbuka mengkritik Clinton, Mandela
menyukai Clinton, dan secara pribadi mendukungnya saat sidang pemakzulannya.[239]
Mencontoh Afrika Selatan, Mandela mendorong negara-negara lain menyelesaikan konflik
melalui diplomasi dan rekonsiliasi.[240] Ia mengulang seruan Mbeki untuk "Renaisans Afrika" dan
sangat memedulikan masalah di benua ini. Ia mengambil pendekatan diplomatik lembut untuk
menurunkan junta militer Sani Abacha di Nigeria namun justru menjadi tokoh utama yang
menuntut sanksi ketika rezim Abacha terus-terusan melanggar hak asasi manusia. [241] Tahun
1996, ia ditunjuk sebagai Ketua Southern African Development Community (SADC) dan

memulai negosiasi pengakhiran Perang Kongo Pertama di Zaire yang kemudian terbukti gagal.
[242]
Dalam operasi militer pasca-apartheid pertama Afrika Selatan, Mandela memerintahkan
tentara masuk Lesotho pada September 1998 untuk melindungi pemerintahan Perdana Menteri
Pakalitha Mosisili setelah sengketa pemilu memicu pemberontakan oposisi.[243]
Pada September 1998, Mandela ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal Gerakan Non-Blok dan
mengadakan konferensi tahunannya di Durban. Ia memanfaatkan acara ini untuk mengkritik
"kepentingan sempit dan chauvinistik" pemerintah Israel karena menghambat negosiasi untuk
mengakhiri konflik Israel-Palestina dan memaksa India dan Pakistan berunding untuk
mengakhiri konflik Kashmir, dan karena itu pula ia dikritik oleh Israel dan India.[244] Terinspirasi
oleh ledakan ekonomi di kawasan ini, Mandela mempererat hubungan ekonominya dengan Asia
Timur, terutama dengan Malaysia, walaupun terganggu oleh krisis keuangan Asia 1997.[245] Ia
memicu kontroversi karena berteman dekat dengan Presiden Indonesia Suharto, yang rezimnya
bertanggung jawab atas sejumlah besar pelanggaran hak asasi manusia. Mandela secara pribadi
membujuk Suharto agar menarik pasukannya dari Timor Timur.[246]
Mandela menghadapi kritik serupa dari dunia barat karena berteman dengan Fidel Castro dan
Muammar Gaddafi. Castro berkunjung ke Afrika Selatan tahun 1998 dan disambut masyarakat,
sedangkan Mandela bertemu Gaddafi di Libya untuk menganugerahkan Order of Good Hope
kepadanya.[247] Saat pemerintah dan media barat mengkritik kunjungan-kunjungan tersebut,
Mandela menyebut kritik tersebut bernada rasis.[248] Mandela berharap bisa menyelesaikan
masalah yang tak kunjung uai antara Libya dan Amerika Serikat dan Britania seputar pengadilan
dua warga Libya, Abdelbaset al-Megrahi adn Lamin Khalifah Fhimah, yang diadili bulan
November 1991 dan dituduh menyabotase Pan Am Penerbangan 103. Mandela mengusulkan
mereka diadili di negara ketiga yang disetujui semua pihak terlibat. Mengikuti hukum
Skotlandia, pengadilan ini diselenggarakan di Camp Zeist di Belanda pada April 1999 dan
menyatakan salah satunya bersalah.[249]

Penarikan diri dari politik


Konstitusi Afrika Selatan yang baru disetujui parlemen pada bulan Mei 1996. Konstitusi ini
menetapkan serangkaian institusi untuk mengawasi kewenangan politik dan administratif di
dalam bingkai demokrasi konstitusional.[250] De Klerk tetap saja menentang penerapan konstitusi
ini dan menarik diri dari pemerintah koalisi sebagai bentuk protes.[251] ANC mengambil alih
jabatan-jabatan kabinet yang sebelumnya dipegang Partai Nasional; Mbeki menjadi Wakil
Presiden tunggal.[252] Andai suatu hari Mandela bersama Mbkei berada di luar negeri, Buthelezi
ditunjuk sebagai "Presiden Sementara". Ini menandakan adanya perbaikan hubungan antara
dirinya dengan Mandela.[253]
Mandela mengundurkan diri sebagai Presiden ANC pada konferensi Desember 1997, dan meski
berharap Ramaphosa akan menggantikannya, ANC memilih Mbeki sebagai presiden; Mandela
mengaku bahwa saat itu Mbeki telah menjadi "Presiden negara secara de facto". Menggantikan
Mbeki sebagai Wakil Presiden, Mandela dan Eksekutif mendukung pencalonan Jacob Zuma,
seorang Zulu yang sempat dipenjara di Pulau Robben, tetapi ia ditantang Winnie, yang retorika
populisnya memberinya banyak pengikut di dalam partai; Zuma mengalahkannya dengan telak
di pemilu.[254]

Hubungan Mandela dengan Machel semakin intensif; pada Februari 1998 ia menyatakan bahwa
"Aku jatuh cinta dengan seorang wanita yang luar biasa", dan di bawah tekanan sahabatnya
Desmond Tutu, yang memaksanya menjadi panutan bagi para pemuda, ia mengadakan
pernikahan pada ulang tahun Mandela ke-80 bulan Juli.[255] Keesokan harinya, ia mengadakan
pesta besar yang dihadiri beberapa tamu asing. [256] Mandela tidak pernah berencana mencalonkan
diri untuk kedua kalinya dan menyampaikan pidato perpisahan pada 29 Maret 1999. Setelah itu
ia pensiun.[257]

Masa pensiun
Kelanjutan aktivisme: 19992004

Mandela mengunjungi London School of Economics tahun 2000


Pensiun bulan Juni 1999, Mandela memilih kehidupan keluarga yang sunyi, terbagi antara
Johannesburg dan Qunu. Ia hendak menulis sekuel otobiografinya yang berjudul The
Presidential Years, tetapi ditinggalkan begitu saja sebelum diterbitkan. [258] Karena menganggap
hidup sendiri sulit, ia beralih ke kehidupan publik yang sibuk dengan program harian penuh
tugas, bertemu pemimpin dunia dan selebriti, dan di Johannesburg bekerja dengan Nelson
Mandela Foundation yang didirikan tahun 1999 untuk berfokus pada pemberantasan HIV/AIDS,
pembangunan desa, dan pembangunan sekolah.[259] Walaupun dihujani kritik karena gagal
melakukan hal yang sepantasnya untuk mencegah wabah tersebut selama masa pemerintahannya,
ia menghabiskan banyak waktunya untuk masalah ini setelah pensiun dan menyebutnya "perang"
yang menewaskan lebih dari "perang-perang sebelumnya". Ia juga meminta pemerintahan Mbeki
menjamin warga Afrika Selatan yang terjangkit HIV+ mendapatkan retrovirus. [260] Tahun 2000,
turnamen golf amal Nelson Mandela Invitational diadakan dan dibawakan oleh Gary Player.[261]
Mandela berhasil sembuh dari kanker prostat pada bulan Juli 2001.[262]
Pada tahun 2002, Mandela meresmikan Nelson Mandela Annual Lecture, dan Mandela Rhodes
Foundation dibentuk tahun 2003 di Rhodes House, University of Oxford, untuk menyediakan
beasiswa pascasarjana kepada mahasiswa-mahasiswa Afrika. Proyek-proyek ini diikuti oleh
Nelson Mandela Centre of Memory dan kampanye 46664 melawan HIV/AIDS.[263] Ia
menyampaikan pidato penutup di XIII International AIDS Conference di Durban tahun 2000,[264]
dan pada 2004, ia berbicara di XV International AIDS Conference di Bangkok, Thailand.[265]
Secara terbuka, Mandela semakin lantang mengkritik negara-negara Barat. Ia sangat menentang
intevensi NATO di Kosovo tahun 1999 dan menyebutnya upaya bangsa-bangsa kuat dunia untuk

menjadi polisi dunia.[266] Pada tahun 2003, ia menentang rencana Amerika Serikat dan Britania
Raya melancarkan perang di Irak, menyebutnya "tragedi" dan mengecam Presiden AS George W.
Bush dan Perdana Menteri Britania Tony Blair karena meremehkan PBB. Ia umumnya lebih
menyerang AS, menegaskan bahwa negara tersebut melakukan "kekerasan yang sangat tak
terhitung" di seluruh dunia ketimbang negara lain sambil menyebut pengeboman atom di Jepang;
pernyataan ini memicu kontroveris internasional, meski ia tetap melanjutkan hubungannya
dengan Blair.[267] Tertarik dengan hubungan Libya-Britania, ia menjenguk Megrahi di penjara
Barlinnie dan tidak menerima perlakuan terhadapnya; ia menyebut perlakuan tersebut "siksaan
psikologis."[268]

"Pensiun dari masa pensiun": 2004sekarang


pada bulan Juni 2004, pada usia 85 tahun dan kesehatan yang memburuk, Mandela
mengumumkan bahwa ia "pensiun dari masa pensiun" dan menarik diri dari kehidupan publik
seraya mengatakan "Jangan panggil aku, aku yang akan memanggilmu." [269] Meski terus bertemu
teman dekat dan keluarga, Foundation terus menolak undangan agar Mandela tampil di acaraacara publik dan menolak sebagian besar permintaan wawancara. [270] Ia tetap terlibat dalam
urusan internasional dan mendorong Presiden Zimbabwe Robert Mugabe mengundurkan diri
karena meningkatnya pelanggaran hak asasi manusia di negara itu. Setelah terbukti tidak efektif,
ia berbicara lantang menentang Mugabe pada tahun 2007, memintanya turun "dengan penuh rasa
hormat dan martabat."[271] Tahun itu, Mandela, Machel, dan Desmond Tutu mengumpulkan para
pemimpin dunia di Johannesburg untuk menyumbangkan pemikiran dan kepemimpinan
independen mereka untuk menyelesaikan sejumlah masalah tersulit di dunia. Mandela
mengumumkan pembentukan grup barunya, The Elders, dalam sebuah pidato yang disampaikan
pada ulang tahun ke-89.[272]

Mandela bersama istrinya Graa Machel dan guru Sri Chinmoy dari India
Ulang tahun Mandela ke-90 dirayakan di seluruh Afrika Selatan pada 18 Juli 2008. Pesta
utamanya diadakan di Qunu[273] dan konser penghormatan kepadanya diselenggarakan di Hyde
Park, London.[274] Dalam pidato acara tersebut, Mandela meminta semua orang kaya membantu
orang miskin di seluruh dunia.[273] Sepanjang masa pemerintahan Mbeki, Mandela terus
mendukung ANC, meski biasanya dibayang-bayangi Mbeki di setiap acara publik yang dihadiri
keduanya. Mandela lebih mudah bersosialisasi dengan pengganti Mbeki Jacob Zuma, walaupun
Nelson Mandela Foundation kecewa karena cucunya, Kepala Suku Mandla Mandela,
menerbangkannya ke Eastern Cape untuk menghadiri rapat umum pro-Zuma di tengah badai
pada tahun 2009.[275]

Sejak 2004, Mandela berhasil berkampanye agar Afrika Selatan menjadi tuan rumah Piala Dunia
FIFA 2010 seraya menyatakan bahwa di sana "ada hadiah yang lebih baik bagi kita pada tahun"
peringatan satu dasawarsa sejak jatuhnya apartheid. Meski tetap tertutup sepanjang acara,
Mandela untuk pertama kalinya tampil pada upacara penutupan dan mendapat "sambutan yang
menggembirakan hari".[276]
Kesehatan
Bulan Februari 2011, ia sempat diinapkan di rumah sakit akibat infeksi pernapasan[277] sebelum
diinapkan kembali akibat infeksi paru-paru dan pengangkatan batu empedu pada Desember
2012.[278] Setelah prosedur medis berhasil pada awal Maret 2013, [279] infeksi paru-parunya
kambuh kembali dan ia dilarikan ke rumah sakit di Pretoria.[280]
Pada 8 Juni 2013, infeksi paru-parunya memburuk dan ia dilarikan kembali ke rumah sakit
Pretoria dalam keadaan serius.[281] Setelah empat hari, dilaporkan bahwa ia stabil dan berada
dalam "kondisi serius namun stabil".[282] Dalam perjalanan ke rumah sakit, ambulansnya mogok
dan terjebak di pinggir jalan selama 40 menit; pemerintah Afrika Selatan dikritik atas insiden
tersebut setelah mengonfirmasi laporannya beberapa minggu kemudian, tetapi Presiden Jacob
Zuma melawan balik bahwa "Ada tujuh dokter di konvoi tersebut yang memegang kendali penuh
atas situasi waktu itu. Ia mendapatkan perawatan medis dari para ahli."[283]
Pada tanggal 22 Juni 2013, CBS News menyatakan bahwa ia belum membuka mata berhari-hari
dan tidak responsif, dan keluarganya membahas betapa banyak intervensi medis yang harus
diberikan.[284] Tanggal 23 Juni 2013, Presiden Jacob Zuma merilis pernyataan bahwa kondisi
Mandela semakin "kritis".[285][286][287] Zuma, ditemani Wakil Presiden ANC, Cyril Ramaphosa,
bertemu istri Mandela Graa Machel di rumah sakit di Pretoria dan membahas kondisinya. [288]
Tanggal 25 Juni, Uskup Agung Cape Town Thabo Makgoba menjenguk Mandela di rumah sakit
dan berdoa bersama Graa Machel Mandela "pada waktu sulit untuk menyaksikan dan
menunggu".[289] Keesokan harinya, Zuma menjenguk Mandela dan membatalkan kunjungan esok
harinya ke Mozambik.[290] Kerabat Mandela memberitahu The Daily Telegraph bahwa ia
memakai mesin pendukung hidup.[291]

Kehidupan pribadi dan publik


Citra
Di seluruh dunia, Mandela terlihat seperti "otoritas moral' yang memiliki "kepedulian terhadap
kebenaran" yang besar.[292] Dianggap ramah, Mandela tampak "santai" ketika berbicara dengan
orang lain, termasuk para saingannya.[293] Meski sering berteman dengan miliuner dan tamu
penting, ia menikmati berbicara dengan staf-staf mereka saat menjalankan tugas resmi. [294] Di
kehidupan akhirnya, ia dikenal mencari hal terbaik dari setiap orang, bahkan mempertahankan
saingan politiknya sebagai sekutunya; beberapa orang menganggapnya terlalu mempercayai
orang lain.[295] Ia terkenal karena keras kepala dan kesetiaannya, [296] dan memiliki "temperamen
panas" yang dapat meledak menjadi amarah dalam situasi tertentu, serta "murung dan gundah"
ketika menjauhi mata publik.[297] Ia juga memiliki rasa humor dan sering jahil.[298] Dalai Lama ke14 adalah teman lama mantan presiden Nelson Mandela.

Sangat sadar akan citranya, sepanjang hidupnya Mandela memakai pakaian-pakaian berkualitas
tinggi, menjadikan dirinya "bergaya kerajaan" karena terpengaruh masa kecilnya di rumah
kerajaan Thembu, dan selama masa pemerintahannay sering dibanding-bandingkan dengan raja
konstitusional.[299] Dianggap sebagai "master citra dan penampilan", ia sangat pintar
menampilkan dirinya saat difoto pers dan mulutnya sering mengeluarkan suara gigit.[300]

Ideologi politik
Mandela adalah seorang nasionalis Afrika, posisi ideologi yang ia pegang terus sejak bergabung
ANC,[301] sekaligus menjadi "demokrat dan sosialis". [302] Walaupun menampilkan diri dengan
gaya otokratik dalam beberapa pidatonya, Mandela adalah penganut demokrasi dan akan
mematuhi keputusan mayoritas bahkan jika ia sangat tidak setuju.[303] Ia memegang keyakinan
bahwa "keterlibatan, pertanggungjawaban, dan kebebasan berbicara" adalah dasar-dasar
demokrasi,[304] dan didorong oleh kepercayaan akan hak alami dan hak asasi manusia.[305]
Sebagai seorang sosialis demokratik, Mandela "secara terbuka menentang kapitalisme,
kepemilikan lahan swasta, dan kekuatan pihak berkantong tebal".[306] Dipengaruhi Marxisme,
selama revolusi Mandela menyerukan sosialisme ilmiah,[307] meski ia menolak dicap komunis
pada Pengadilan Pengkhianatan.[308] Biografer David James Smith menduga ini tidak benar dan
menyatakan bahwa Mandela "menganut komunisme dan komunis" pada akhir 1950-an dan awal
1960-an, walaupun ia adlaah "sesama petualang" alih-alih anggota partai.[309] Di Piagam
Kebebasan 1955, yang penyusunannya dibantu Mandela, isinya menuntut nasionalisasi bank,
tambang emas, dan tanah, percaya hal ini diperlukan untuk menjamin distribusi kekayaan secara
adil.[310] Meski punya kepercayaan seperti ini, Mandela tidak menasionalisasikan apapun selama
masa pemerintahannya, khawatir ia akan menakuti investor asing. Keputusan ini separuh
dipengaruhi jatuhnya negara sosialis di Uni Soviet dan Blok Timur sepanjang awal 1990-an.[311]

Keluarga
Mandela telah menikah tiga kali, menjadi ayah dari enam anak, memiliki 17 cucu per April 2013,
[312]
dan cicit yang terus bertambah.[313] Dianggap tidak demonstratif secara fisik dengan anakanaknya, Mandela bisa saja bersikap keras dan menuntut terhadap mereka, namun justru lebih
sayang kepada cucu-cucunya.[314]
Pernikahan pertama Mandela adalah dengan Evelyn Ntoko Mase, yang berasal dari Transkei dan
bertemu di Johannesburg sebelum menikah pada bulan Oktober 1944. [54] Keduanya berpisah
tahun 1957 setelah 13 tahun menikah, lalu bercerai akibat Mandela dituduh sering selingkuh dan
tidak berada di rumah, setia dengan perjuangan revolusi, dan fakta bahwa Evelyn adalah anggota
Saksi-Saksi Yehuwa, agama yang mewajibkan netralitas politik. [86] Keduanya dikaruniai dua
putra, Madiba "Thembi" Thembekile (19461969) dan Makgatho Mandela (19502005), dan
dua putri, keduanya bernama Makaziwe Mandela (known as Maki; lahir 1947 dan 1953). Putri
pertama mereka meninggal pada usia sembilan bulan dan mereka memberi nama putri keduanya
sama seperti itu sebagai bentuk penghormatan.[315] Mase meninggal dunia tahun 2004 dan
Mandela menghadiri pemakamannya.[316] Putra Makgatho, Mandla Mandela, menjadi kepala
dewan suku Mvezo pada tahun 2007.[317]

Istri kedua Mandela, Winnie Madikizela-Mandela, juga berasal dari Transkei meski mereka juga
bertemu di Johannesburg, tempat Winnie menjadi pekerja sosial berkulit hitam pertama di kota
itu.[318] Mereka dikaruniai dua putri, Zenani (Zeni), lahir 4 Februari 1958, dan Zindziswa (Zindzi)
Mandela-Hlongwane, lahir 1960.[318] Zindzi hanya berusia 18 bulan ketika ayahnya dikirim ke
Pulau Robben. Winnie kelak merasa sangat hancur akibat percekcokan keluarga yang
menyerupai kekacauan politik negara ini; saat suaminya menjalani hukuman penjara seumur
hidup di Pulau Robben, ayahnya menjadi menteri pertanian di Transkei. [318] Pernikahan ini
berakhir dengan perpisahan (April 1992) dan perceraian (Maret 1996), diperparah oleh
pengasingan politik.[319] Mandela masih dipenjara ketika putrinya, Zenani, menikah tahun 1973
dengan Pangeran Thumbumuzi Dlamini, saudara Raja Mswati III dari Swaziland[320] dan Ratu
Mantfombi dari suku Zulu.[321] Meski ia punya ingatan jelas tentang ayahnya, sejak usia empat
sampai enam belas tahun, otoritas Afrika Selatan melarang ia menjenguknya. [322] Bulan Juli 2012,
Zenani ditunjuk sebagai duta besar untuk Argentina dan menjadi anak Mandela pertama yang
memasuki kehidupan publik.[323]
Mandela menikah kembali pada ulang tahunnya ke-80 tahun 1998 dengan Graa Machel (ne
Simbine), janda Samora Machel, mantan presiden Mozambik dan sekutu ANC yang tewas dalam
kecelakaan pesawat 12 tahun sebelumnya.[324]

Pengaruh

Mandela Family Museum, Soweto


Di Afrika Selatan, Mandela sering dipanggil dengan nama klan Xhosa-nya, Madiba.[325][326]

Penghargaan dan monumen


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar penghargaan yang diterima Nelson Mandela
Di South Africa, Mandela secara luas dianggap sebagai "bapak bangsa", [327] dan "bapak pendiri
demokrasi",[328] dipandang sebagai "pembebas bangsa, sang penyelamat, Washington dan Lincoln
digabung menjadi satu".[329] Pada tahun 2004, Johannesburg memberikan Mandela kunci kota,[330]
dan pusat perbelanjaan Sandton Square diganti namanya menjadi Nelson Mandela Square setelah
sebuah patung Mandela dipasang di sana.[331] Tahun 2008, patung Mandela dipasang di Groot

Drakenstein Correctional Centre, sebelumnya Penjara Victor Verster, dekat Cape Town, di titik
tempat Mandela dibebaskan dari penjara.[332]
Ia juga mendapat banyak pujian dari dunia internasional. Pada tahun 1993, ia menerima Hadiah
Perdamaian Nobel bersama de Klerk.[333] Bulan November 2009, Majelis Umum Perserikatan
Bangsa-Bangsa menetapkan ulang tahun Mandela, 18 Juli, sebagai "Hari Mandela", yang
menandakan kontribusinya untuk perjuangan anti-apartheid. Peringatan ini meminta semua orang
menyumbangkan 67 menit waktunya untuk menolong orang lain. Angka tersebut diambil dari 67
tahun masa keterlibatan Mandela dalam pergerakan anti-apartheid.[334]
Selain US Presidential Medal of Freedom,[335] dan Order of Canada,[336] ia merupakan orang
hidup pertama yang mendapatkan status warga negara kehormatan Kanada.[337] Setelah menjadi
penerima terakhir Hadiah Perdamaian Lenin dari Uni Soviet,[338] pada tahun 1990 ia menerima
Bharat Ratna Award dari pemerintah India,[339] dan tahun 1992 ia menerima Nishan-e-Pakistan
dari Pakistan.[340] Pada tahun 1992, ia dianugerahkan Atatrk Peace Award oleh Turki. Ia
menolaknya karena waktu itu Turki melakukan serangkaian pelanggaran hak asasi manusia, [341]
namun akhirnya diterima Mandela tahun 1999.[338] Elizabeth II menganugerahkan Mandela
Bailiff Grand Cross of the Order of St. John dan Order of Merit.[342]

Seni

Jembatan Nelson Mandela di Johannesburg


Banyak artis yang mempersembahkan lagunya kepada Mandela. Salah satu lagu yang paling
terkenal adalah "Free Nelson Mandela" dari The Special AKA tahun 1983, yang juga
dinyanyikan Elvis Costello dan sama-sama terkenal. Stevie Wonder mendedikasikan Piala Oscar
1985 untuk lagu "I Just Called to Say I Love You"-nya kepada Mandela, sampai-sampai
musiknya dilarang beredar oleh South African Broadcasting Corporation.[343] Tahun 1985, album
Youssou N'Dour Nelson Mandela adalah rilis pertama artis Senegal ini di Amerika Serikat. Artisartis lain yang merilis lagu atau video sebagai penghormatan untuk Mandela meliputi Johnny
Clegg,[344] Hugh Masekela,[345] Brenda Fassie,[346] Beyond,[347] Nickelback,[348] Raffi,[349] dan Ampie
du Preez dan AB de Villiers.[350]

Film dan televisi

Mandela telah ditampilkan di film dan televisi beberapa kali. Film tahun 1997, Mandela and de
Klerk, dibintangi Sidney Poitier yang berperan sebagai Mandela,[351] sedangkan Dennis Haysbert
memerankannya di Goodbye Bafana (2007).[352] Dalam film televisi BBC tahun 2009, Mrs
Mandela, Nelson Mandela diperankan oleh David Harewood,[353] dan Morgan Freeman
memerankannya di Invictus (2009).[354]

Bunda Teresa
Diberk
ati Teresa dari Kolkata

Bunda Teresa pada pertemuan pro-life pada tahun


1986 di Bonn, Jerman
Agama
Katolik Roma
Kesusteran
Loreto
(19281948)
Ordo
Misionaris
Cinta
Kasih
(19501997)
Pribadi
Ottoman
(1910-12)
Serbia
(1912-15)
Bulgaria
(1915-18)
Yugoslavia
(1918-48)
Kebangsaan
India
(1948-1997)
Albania
Macedonia
Turki
Kosovo
Lahir
Anjez
Gonxhe
Bojaxhiu

26
Agustus
skp,
Kosovo
Kekaisaran
(yang modern
Makedonia)

Meninggal
Jabatan Senior
Gelar
Lama menjabat
Pengganti

Skopje,

1910
Vilayet,
Ottoman
Republik

5 September 1997 (umur 87)


Kolkata, Benggala Barat, India
Pemimpin Umum
19501997
Suster Nirmala

Diberkati Teresa dari Kolkata

Patung Bunda Teresa di Gunung Santa Thomas


Dihormati di

Gereja

(Misionaris Cinta Kasih dan India)


19

Dibeatifikasikan

Katolik
Oktober

2003,

Basilika Santo Petrus, Kota Vatikan,


oleh Paus Yohanes Paulus II

Tempat ziarah utama

Ibu Rumah Misionaris Cinta Kasih,


Kolkata, Benggala Barat, India

Hari peringatan

5 September

Pelindung

Hari Pemuda Dunia

Bunda Teresa (Agnes Gonxha Bojaxhiu;[1] lahir di skb, Kerajaan Ottoman, 26 Agustus
1910 meninggal di Kalkuta, India, 5 September 1997 pada umur 87 tahun) adalah seorang
biarawati Katolik Roma keturunan Albania[2][3] dan berkewarganegaraan India[4] yang mendirikan
Misionaris Cinta Kasih (bahasa Inggris: Missionaries of Charity) di Kalkuta, India, pada tahun
1950. Selama lebih dari 47 tahun, ia melayani orang miskin, sakit, yatim piatu dan sekarat,
sementara membimbing ekspansi Misionaris Cinta Kasih yang pertama di seluruh India dan
selanjutnya di negara lain. Setelah kematiannya, ia mendapat gelar beata (blessed dalam bahasa
Inggris) oleh Paus Yohanes Paulus II dan diberi gelar Beata .[5][6]
Pada 1970-an, ia menjadi terkenal di dunia internasional untuk pekerjaan kemanusiaan dan
advokasi bagi hak-hak orang miskin dan tak berdaya. Misionaris Cinta Kasih terus berkembang
sepanjang hidupnya dan pada saat kematiannya, ia telah menjalankan 610 misi di 123 negara,
termasuk penampungan dan rumah bagi penderita HIV/AIDS, lepra dan TBC, program
konseling untuk anak dan keluarga, panti asuhan, dan sekolah. Pemerintah, organisasi sosial dan
tokoh terkemuka telah terinspirasi dari karyanya, namun tak sedikit filosofi dan implementasi
Bunda Teresa yang menghadapi banyak kritik. Ia menerima berbagai penghargaan, termasuk
penghargaan pemerintah India, Bharat Ratna (1980) dan Penghargaan Perdamaian Nobel pada
tahun 1979. Ia merupakan salah satu tokoh yang paling dikagumi dalam sejarah. Saat peringatan
kelahirannya yang ke-100 pada tahun 2010, seluruh dunia menghormatinya dan karyanya dipuji
oleh Presiden India, Pratibha Patil.[7]

Daftar isi

1 Kehidupan awal

2 Misionaris Cinta Kasih

3 Badan amal internasional

4 Penurunan kesehatan dan kematian

5 Beatifikasi Bunda teresa

6 Film

7 Lihat pula

8 Referensi

9 Pranala luar

Kehidupan awal

Rumah Peringatan Bunda Teresa di Skopje.


Agnes Gonxha Bojaxhiu (Gonxha berarti "kuncup mawar" atau "bunga kecil" di Albania) lahir
pada tanggal 26 Agustus 1910 di skb, Kekaisaran Ottoman (sekarang Skopje, ibukota
Republik Makedonia). Meskipun lahir pada tanggal 26 Agustus, ia menganggap 27 Agustus, hari
ia dibaptis menjadi "ulang tahun"nya.[8] Dia adalah anak bungsu dari sebuah keluarga di Shkodr,
Albania, lahir dari pasangan Nikoll dan Drana Bojaxhiu.[9] Ayahnya yang terlibat dalam politik
Albania, meninggal pada tahun 1919 ketika ia berusia delapan tahun.[10] Setelah kematian
ayahnya, ibunya membesarkannya sebagai seorang Katolik Roma. Ayahnya, Nikoll Bojaxhiu
(namanya berarti 'pelukis') berasal dari Prizren, Kosovo. Sementara, ibunya diduga berasal dari
sebuah desa dekat akovica, Kosovo.[11]
Menurut sebuah biografi oleh Joan Graff Clucas, pada tahun-tahun awal Agnes terpesona oleh
cerita-cerita dari kehidupan misionaris dan pelayanan mereka di Benggala. Pada usia 12 tahun, ia
merasa yakin dan berkomitmen untuk kehidupan beragama dan merasa terpanggil melayani
orang miskin [12] Resolusi akhirnya diambil pada tanggal 15 Agustus 1928, sewaktu berdoa di
kuil Madonna Hitam di Letnice, tempat dimana ia sering pergi berziarah.[13]
Ia meninggalkan rumah pada usia 18 tahun untuk bergabung dengan Kesusteran Loreto sebagai
misionaris. Ia tidak pernah lagi melihat ibu atau saudara perempuannya.[14]
Agnes pada awalnya pergi ke Biara Loreto di Rathfarnham, Irlandia, untuk belajar bahasa
Inggris, bahasa yang digunakan oleh Kesusteran Loreto untuk mengajar anak-anak sekolah di
India.[15] Ia tiba di India pada tahun 1929 dan memulai novisiatnya (pelatihan) di Darjeeling,
dekat pegunungan Himalaya, tempat ia belajar bahasa Bengali dan mengajar di Sekolah St.
Teresa, sebuah sekolah yang dekat dengan biaranya. [16] Ia mengambil sumpah agama pertamanya
sebagai seorang biarawati pada tanggal 24 Mei 1931. Saat itu ia memilih untuk diberi nama
Thrse de Lisieux, santo pelindung para misionaris,[17][18] namun karena salah satu biarawati di
biara sudah memilih nama itu, Agnes memilih pengejaan Spanyol, Teresa.[19]
Dia mengambil sumpah sucinya pada tanggal 14 Mei 1937, saat sedang pelayanan sebagai guru
di sekolah biara Loreto di Entally, sebelah timur Kalkuta. [2][20] Teresa bertugas disana selama
hampir dua puluh tahun dan pada tahun 1944 diangkat sebagai kepala sekolah.[21]
Meskipun Teresa menikmati mengajar di sekolah, ia semakin terganggu oleh kemiskinan di
sekitarnya.[22] Kelaparan di Benggala 1943 membawa penderitaan dan kematian ke kota serta
kekerasan Hindu/Muslim pada Agustus 1946 membuat kota dalam keputusasaan dan ketakutan.
[23]

Misionaris Cinta Kasih


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Misionaris Cinta Kasih

Misionaris cinta kasih dengan sari tradisional.


Pada tanggal 10 September 1946, Teresa mengalami "panggilan" saat bepergian dengan kereta
api ke biara Loreto di Darjeeling dari Kalkuta untuk retret tahunannya. Pada saat itu juga, Ia
mendengar kata "saya haus". "Saya meninggalkan biara dan membantu orang miskin sewaktu
tinggal bersama mereka. Ini adalah sebuah perintah. Kegagalan akan mematahkan iman."[24]
Dia memulai pekerjaan misionarisnya bersama orang miskin pada 8 Desember 1948,
meninggalkan jubah tradisional Loreto dengan sari katun sederhana berwarna putih dihiasi
dengan pinggiran biru. Bunda Teresa mengadopsi kewarganegaraan India, menghabiskan
beberapa bulan di Patna untuk menerima pelatihan dasar medis di Rumah Sakit Keluarga Kudus
dan kemudian memberanikan diri ke daerah kumuh. [25][26] Ia mengawali sebuah sekolah di
Motijhil (Kalkuta); kemudian ia segera membantu orang miskin dan kelaparan. [27] Pada awal
tahun 1949, ia bergabung dalam usahanya dengan sekelompok perempuan muda dan meletakkan
dasar untuk menciptakan sebuah komunitas religius baru untuk membantu orang-orang
"termiskin di antara kaum miskin".
Usahanya dengan cepat menarik perhatian para pejabat India, termasuk perdana menteri yang
menyampaikan apresiasinya.[28]
Teresa menulis dalam buku hariannya bahwa tahun pertamanya penuh dengan kesulitan. Ia tidak
memiliki penghasilan dan harus memohon makanan dan persediaan. Teresa mengalami
keraguan, kesepian dan godaan untuk kembali dalam kenyamanan kehidupan biara. Ia menulis
dalam buku hariannya:
Tuhan ingin saya masuk dalam kemelaratan. Hari ini saya mendapat pelajaran yang baik.
Kemelaratan para orang miskin pastilah sangat keras. Ketika saya mencari tempat tinggal, saya
berjalan dan terus berjalan sampai lengan dan kaki saya sakit. Saya bayangkan bagaimana

mereka sakit jiwa dan raga, mencari tempat tinggal, makanan dan kesehatan. Kemudian
kenikmatan Loreto datang pada saya. Kamu hanya perlu mengatakan dan semuanya akan
menjadi milikmu lagi, kata sang penggoda... Sebuah pilihan bebas, Tuhanku, cintaku untukmu,
aku ingin tetap bertahan dan melakukan segala keinginan-Mu merupakan kehormatan bagiku.
Aku tidak akan membiarkan satu tetes air mata jatuh karenanya..[29]
Teresa mendapatkan izin Vatikan pada 7 Oktober 1950 untuk memulai kongregasi keuskupan,
yang kemudian menjadi Misionaris Cinta Kasih dan pada tanggal [30] Misinya adalah untuk
merawat "yang lapar, telanjang, tunawisma, orang cacat, orang buta, penderita kusta, semua
orang yang merasa tidak diinginkan, tidak dicintai, tidak diperhatikan seluruh masyarakat, orang
yang telah menjadi beban bagi masyarakat dan dihindari oleh semua orang."
Kongregasi ini dimulai dengan 13 orang anggota di Kalkuta, kini telah lebih dari 4.000 suster
menjalankan panti asuhan, rumah bagi penderita AIDS dan pusat amal di seluruh dunia, dan
merawat para pengungsi, pecandu alkohol, orang buta, cacat, tua, orang miskin dan tunawisma,
korban banjir, dan wabah kelaparan.[31]
Pada tahun 1952, Bunda Teresa membuka Home for the Dying pertama diatas lahan yang
disediakan oleh kota Kalkuta. Dengan bantuan pejabat India, ia mengubah sebuah kuil Hindu
yang ditinggalkan menjadi Kalighat Home for the Dying, sebuah rumah sakit gratis untuk orang
miskin. Mereka yang dibawa ke rumah tersebut menerima perhatian medis dan diberikan
kesempatan untuk meninggal dalam kemuliaan, menurut ritual keyakinan mereka; Muslim
membaca Al-Quran, Hindu menerima air dari sungai Gangga, dan Katolik menerima Ritus
Terakhir..[32] "Sebuah kematian yang indah," katanya, "adalah untuk orang-orang yang hidup
seperti binatang, mati seperti malaikat - dicintai dan diinginkan."[32]
Bunda Teresa segera menyediakan tempat tinggal untuk mereka yang menderita penyakit
Hansen, umumnya dikenal sebagai kusta dan menyebut tempat ini sebagai Shanti Nagar (Kota
Kedamaian).[33] Para Misionaris Cinta Kasih juga mendirikan beberapa klinik kusta yang
terjangkau di seluruh Kalkuta, menyediakan obat-obatan, perban dan makanan.
Bunda Teresa merasa perlu untuk membuat rumah bagi anak-anak yang hilang. Pada tahun 1955,
ia membuka Nirmala Shisu Bhavan, sebagai perlindungan bagi yatim piatu dan remaja
tunawisma.[34]
Pada tahun 1960-an, ordo ini telah membuka penampungan, panti asuhan dan rumah lepra di
seluruh India. Bunda Teresa kemudian memperluas ordo di seluruh dunia. Rumah pertama di luar
India dibuka di Venezuela pada tahun 1965 dengan lima suster.[35] Selanjutnya di Roma,
Tanzania, dan Austria pada tahun 1968, dan selama tahun 1970, ordo ini membuka rumah dan
yayasan di puluhan negara baik di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Serikat. [36] Pada tahun 2007,
Misionaris Cinta Kasih berjumlah kurang lebih 450 bruder dan 5.000 biarawati di seluruh dunia,
menjalankan 600 misi, sekolah dan tempat penampungan di 120 negara.[37]

Badan amal internasional

Pada tahun 1982 saat puncak Pengepungan Beirut, Bunda Teresa menyelamatkan 37 anak yang
terjebak di garis depan sebuah rumah sakit dengan menengahi sebuah gencatan senjata sementara
antara tentara Israel dan gerilyawan Palestina.[38] Ditemani oleh para pekerja Palang Merah, ia
melakukan perjalanan melalui zona perang ke rumah sakit yang hancur untuk mengevakuasi para
pasien muda.[39]
Ketika Eropa Timur mengalami peningkatan keterbukaan di akhir 1980-an, ia memperluas
usahanya untuk negara-negara komunis yang sebelumnya menolak Misionaris Cinta Kasih dan
memulai puluhan proyek. Ia tidak terpengaruh dengan kritik terhadap pendiriannya dalam
melawan aborsi dan perceraian serta menyatakan, "Tidak peduli orang-orang mengatakan apa,
Anda harus menerimanya dengan tersenyum dan melakukan pekerjaan anda sendiri." Ia
mengunjungi Republik Sosialis Soviet Armenia setelah Gempa bumi Spitak 1988 dan bertemu
dengan Nikolai Ryzhkov, Ketua Dewan Menteri.
Bunda Teresa bepergian untuk membantu dan melayani penderita kelaparan di Ethiopia, korban
radiasi di Chernobyl, dan korban gempa di Armenia.[40][41][42] Pada tahun 1991, Bunda Teresa
kembali untuk pertama kalinya ke tanah airnya dan membuka rumah Misionaris Cinta Kasih
Bruder di Tirana, Albania.
Pada tahun 1996, ia menjalankan 517 misi di lebih dari 100 negara. [43] Selama bertahun-tahun,
Bunda Teresa mengembangkan Misionaris Cinta Kasih untuk melayani "termiskin dari yang
miskin" di 450 pusat di seluruh dunia. Rumah Misionaris Cinta Kasih pertama yang ada di
Amerika Serikat didirikan di South Bronx, New York. Pada tahun 1984, ordo ini menjalankan 19
organisasi di seluruh negara.[44]

Penurunan kesehatan dan kematian


Bunda Teresa menderita serangan jantung ketika di Roma pada tahun 1983, saat mengunjungi
Paus Yohanes Paulus II. Setelah serangan kedua pada tahun 1989, ia menerima alat pacu jantung
buatan. Pada tahun 1991, setelah berjuang melawan pneumonia saat di Meksiko, ia menderita
masalah jantung lebih lanjut. Ia menawarkan untuk mengundurkan diri dari posisinya sebagai
kepala Misionaris Cinta Kasih, tetapi para biarawati ordo dalam sebuah pemungutan suara yang
rahasia, memilihnya untuk tetap menjabat. Bunda Teresa sepakat untuk melanjutkan
pekerjaannya sebagai kepala ordo.
Pada April 1996, Bunda Teresa jatuh dan mematahkan tulang selangkanya. Pada bulan Agustus,
ia menderita malaria dan gagal jantung di ventrikel kiri. Ia menjalani operasi jantung tapi sudah
jelas bahwa kesehatannya menurun. Ia dirawat di sebuah rumah sakit di California, dan ini telah
menghasilkan beberapa kritik.[45] Uskup Agung Calcutta, Henry Sebastian D'Souza mengatakan,
ia memerintahkan seorang pendeta untuk melakukan eksorsisme kepada Bunda Teresa atas
izinnya saat ia pertama kali dirawat di rumah sakit dengan masalah jantung karena ia pikir
mungkin ia diserang oleh iblis.[46]
Pada tanggal 13 Maret 1997, dia turun dari jabatannya sebagai kepala Misionaris Cinta Kasih
dan memberi jabatannya kepada Suster Nirmala Joshi. Ia meninggal pada tanggal 5 September
1997.

Pada saat kematiannya, Misionaris Cinta Kasih telah memiliki lebih dari 4.000 suster dan
persaudaraan dengan 300 anggota yang menjalankan 610 misi di 123 negara. [butuh rujukan] Ini
termasuk penampungan dan rumah bagi penderita HIV/AIDS, kusta dan TBC, dapur umum,
program konseling anak-anak dan keluarga, pembantu pribadi, panti asuhan, dan sekolah.
Misionaris Cinta Kasih juga dibantu oleh wakil pekerja yang berjumlah lebih dari 1 juta pada
tahun 1990-an.[47]
Bunda Teresa dibaringkan dalam ketenangan di Gereja St. Thomas, Kolkata selama satu minggu
sebelum pemakamannya pada September 1997. Ia diberi pemakaman kenegaraan oleh
pemerintah India dalam rasa syukur atas jasanya kepada kaum miskin dari semua agama di India.
[48]
Kematiannya ditangisi baik di masyarakat sekuler dan religius. Dalam upetinya, Nawaz
Sharif, Perdana Menteri Pakistan mengatakan bahwa Bunda Teresa adalah "seorang individu
langka dan unik yang tinggal lama untuk tujuan yang lebih tinggi. Pengabdian seumur hidupnya
untuk merawat orang miskin, orang sakit, dan kurang beruntung merupakan salah satu contoh
pelayanan tertinggi untuk umat manusia."[49] Mantan Sekretaris Jenderal PBB, Javier Perez de
Cuellar mengatakan: "Ia adalah Pemersatu Bangsa. Ia adalah perdamaian di dunia ini".[49]

Beatifikasi Bunda teresa


Paus Yohanes Paulus II berpendapat bahwa Bunda teresa adalah wanita "terkudus" yang pernah
di temuinya. Maka dari itu pada tahun 1999 sudah dimulai pengumpulan data untuk Beatifikasi
KANONISASI Di temukanlah bahwa Monika Besra adalah wanita India yang menderita Tumor
perut. Dia sudah menjalani proses pengobatan tetapi tidak sembuh. Pemikirannya bahwa ia tidak
akan hidup lama lagi. suatu hari rasa sakit kembali mendera , Monika mengambil liontin Bunda
Teresa dan rasa sakitnya pun hilang. beberapa jam kemudian, tumornya dinyatakan sembuh.
Dengan ini Paus Yohanes Paulus II menganugelarkan gelar beata. tanggal 5 september disahkan
menjadi tanggal peringatan Bunda Teresa. bila disetujui satu mukjizat lagi maka Beata Teresa
dari Kolkata menjadi Santa Teresa dari Kolkata.

Film
Pada tahun 2003 (19 Oktober) film tentang Bunda Teresa di Mother Teresa of Calccuta dirilis. yg
mememerankan Bunda Teresa adalah Olivia Hussey. berdurasi 110 menit

Anda mungkin juga menyukai