SEDASI
RS. BAPTIS BATU TAHUN 2014
RS BAPTIS BATU
JL RAYA TLEKUNG NO 1
JUNREJO - BATU
DAFTAR ISI
ii
iii
2. TUJUAN ........................................................................................................
3. PENGERTIAN ..............................................................................................
2. KONTRAINDIKASI .....................................................................................
10
7.1.ANAMNESIS ..........................................................................................
10
11
13
15
16
16
18
18
18
18
18
18
19
20
21
ii
LEMBAR PENGESAHAN
KETERANGAN
Dwi Wicaksana,A.Md.Kep
Pembuat Dokumen
Authorized Person
iii
TANDA TANGAN
TANGGAL
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG.
Jumlah prosedur non invasif dan invasif minimal di lakukan di luar ruang operasi telah
berkembang pesat selama beberapa dekade.Sedasi, analgesia atau keduanya mungkin
diperlukan untuk banyak prosedur intervensi dan diagnostik. Perawatan individual penting
ketika menentukan apakah pasien membutuhkan sedasi analgesia prosedural (PSA). Pasien
mungkin perlu obat anti kecemasan, obat nyeri, imobilisasi.Manajemen sedasi dapat berkisar
dari sedasi minimal, sejauh anestesi minimal.
Berbagai prosedur yang memerlukan sedasi prosedural dilayani lebih baik dengan
mempertimbangkan tujuan sedasi prosedural dan menentukan apakah pasien tertentu
memerlukan intervensi farmakologis untuk memenuhi tujuan selama prosedur.
2. TUJUAN
2.1.
Tujuan Umum :
Sebagai acuan untuk pemberian sedasi untuk pasien yang akan menjalani prosedur di
IGD, radiologi, kedokteran gigi.
2.2.
Tujuan Khusus :
Ada beberapa tujuan daripada sedasi :
-
Keselamatan pasien
Indikasi untuk sedasi prosedural dapat bervariasi dari pasien ke pasien berdasarkan
tingkat kecemasan dan rasa sakit yang terkait dengan prosedur.Perawatan individual penting
ketika menentukan apakah pasien membutuhkan sedasi prosedural.Pasien mungkin perlu obat
anti kecemasan, obat nyeri, imobilisasi.
Tingkatan sedasi dari ringan sampai dalam :
(1) Sedasi Minimal (anxiolysis). Dalam keadaan ini pasien dapat merespon
perintah verbal dan mungkin memiliki beberapa gangguan kognitif, tetapi
tidak ada efek pada status kardiopulmoner.
(2) Sedasi Moderat. Ada depresi kesadaran, tetapi pasien dalam keadaan in dapat
merespons dengan tepat perintah verbal, baik sendiri atau bersama dengan
stimulasi taktil cahaya. Pasien mampu mempertahankan jalan nafas secara
independen, ventilasi yang cukup dan fungsi jantung biasanya terpengaruh
oleh obat yang diberikan.
(3) Sedasi Dalam. Pasien pada kondisi ini tidak mudah terbangun, tetapi
merespon dengan sengaja (tidak hanya menarik) setelah stimulasi berulang
atau menyakitkan. Pasien mungkin memerlukan bantuan menjaga jalan nafas
dan ventilasi yang cukup, tetapi status kardiovaskuler normal dipertahankan
selama ventilasi.
SEDASI
TINGKATAN
RINGAN/MINIMAL
(ANXIOLYSIS )
RESPONS
Respons
normal
terhadap
stimulus
verbal
JALAN NAPAS
VENTILASI
SPONTAN
SEDASI
SEDASI
ANESTESI
SEDANG
BERAT/DALAM
UMUM
Merespons
Merespons setelah
terhadap
diberikan stimulus
stimulus
berulang/stimulus
sentuhan
nyeri
Tidak
Tidak terpengaruh
perlu Mungkin
intervensi
Tidak terpengaruh
Adekuat
Biasanya
FUNGSI
KARDIOVASKULER
dapat
Tidak terpengaruh
dipertahankan
dengan baik
perlu
stimulus
Sering
memerlukan
dipertahankan
dengan baik
dengan
intervensi
adekuat
Biasanya
meskipun
nyeri
intervensi
Dapat
Tidak sadar,
Dapat
terganggu
3. PENGERTIAN
Sedasi
suatu
periode yang dapat membuat pasien cemas, tidak nyaman, atau gelisah. Seringkali diberikan
kepada pasien segera sebelum pembedahan atau selama prosedur medis tidak nyaman.Sedasi
menggunakan obat-obatan sedatif.
Sedasi adalah tehnik di mana satu atau lebih obat yang digunakan untuk menekan sistem
saraf pusat dari pasien sehingga mengurangi kesadaran pasien untuk lingungannya.
Sedasi adalah penggunaan obat untuk menghasilkan keadaan depresion dari sistemsaraf
pusat sehingga memungkinkan untuk
dengan pasien harus tetap
kesadaran yang
dilakukan
terjaga.Berdasarkan definisi
berhubungan dengan
teknik yang
sebagai anestesi umum. Selama sedasi, diharapkanpasien dapat dipertahankan jalan napas dan
refleks protektif. Telah disarankan suatu konsep 'sedasi dalam', akan tetapi definisi terhadap
hal ini belum jelas.
Kebanyakan prosedur, yang dilakukan pada orang dewasa dalam keadaan sadar, tetapi
pada anak memerlukan anestesi umum terutama jika prosedur dengan waktu yang lama atau
menyakitkan. Namun, sekarang ada peningkatan minat dalam penggunaan regimen sedativa
pada bidang pediatri. Hal ini disebabkan karenakurang invansif
dibandingkan dengan anestesi umum serta lebih murah.Mungkin lebih sulit untukmenentukan
tingkat sedasipada anak serta kemungkinan bahaya teranestesi dapat terjadi.
Pedoman terbaru dari Department Of Health On General Anaesthesia And
Dentistry telah merekomendasikan untuk lebih banyak menggunakan sedasi sadar dan lokal
anestesi, sisanya
untuk
umum.Jika pemilihan
keadaan
pasien
yang sangat
mutlak
dilakukan secara
cermat,
BAB II
TATA LAKSANA
lain
dalam Instalasi
ini, yang
dan masing-masing
mengerti
jelas
prosedur,disebut anestetist.
Tersedianya
tingkat
monitoring
kesadaran,
pola
pernapasan,
denyut
nadi. Jika
prosedur standar
Fasilitas resusitasi.
Pelatihan basic life support, dan idealnya ada pelatihan Advanced life support.
Rekam medis.
Radiologi : CT Scan
Penjahitan minor
Penggantian/pengangkatan plester
Pengangkatan jahitan
Dressings seperti luka bakar
2. KONTRAINDIKASI.
Kontraindikasi untuk sedasi :
Bayi kecil
dengan
prosedur
tidak menyakitkan,
biasanya dapat dengan pemberian makanan dan menjaga tetap hangat sehingga
bayinya bisa tidur selama prosedur. Mereka tidak harus dibius.
Bayi
exprematur
< 56
minggu dari
usia
konsepsional,
Diketahuinya ada masalah pada jalan napas, misalnya obstructive sleep apnoea,
abnormalitas kraniofasial.
Adanya penyakit ginjal atau hati yang diprediksi akan menghambat bersihan obat
sedasi.
Alergi atau kontraindikasi spesifik untuk obat-obatan sedasi atau gas (misalnya
nitrogen oksida harus dihindari jika dijumpai adanya pneumotoraks).
3. PENGGUNAAN OBAT.
Obat yang digunakan untuk sedasi :
Sedasi yang efektif harus memungkinkan prosedur dilakukan dimana anak sementara
dalam keadaan mengantuk,bebas nyeri, dengan ketakutan atau kecemasan yang minimal.
Penggunaan anestesi lokal dan analgesik sederhana sangatlah penting, dan terapi pengalihan
perhatian juga sangat berguna. Orang tua sering dihadirkan, dimana hal ini sangat membantu
dalam menjaga kepercayaan anak.
Kebanyakan obat sedasi, yang diberikan dalam jumlah tertentu, dapat beresiko
menghasilkan ketidaksadaran pada anak.Hal ini dapat menyebabkan hipoksia, hiperkapnia
dan berpotensi terjadi aspirasi. Untuk itu pada penggunaan tehnik sedasi non-anestesi,
maka harus mempunyai margin of safety lebar.
Personil non-anestesi yang memberikan obat sedasi termasuk dokter (terutama ahli
radiologi, gastroenterologis dan kardiologis), perawat spesialis dan dokter gigi, semuanya
harus benar-benar terlatih untuk memberikan pelayanan yang aman dan efektif.
Organisasi sedasi untuk anak di rumah sakit semakin berkembang pesat. Beberapa
pusat pediatrik melatih sedationists yang biasanya berasal dari perawat spesialis (nurse-lead
sedation). Namun, tanggung jawab untuk pelatihan dan pengembangan idealnya harus
terletak pada departemen anestesi dengan konsultan yang membawahi layanan.
Pasien harus dipersiapkan seolah-olah mereka akan mengalami anestesi umum.
Mereka harus:
Diberitahu tentang prosedur yang akan dilakukan dan telah memberikan persetujuan
tindakan.
Dipuasakan.
dosis obat
oral dalam
bentuk
kombinasi
mungkin
agak
sulit, dimana kemungkinanakan meningkatkansedasi yang efektif tetapi juga berpotensi meni
ngkatkan kejadian efek samping (lihat Kotak 2).
Hal ini terutama terjadi pada bayi yang kecil dan pada anak dengan kelainan ginjal,
hati atau fungsi neurologis dimana kerja obat sukar untuk diprediksi (lihat Kotak3 dan 4).
harus
waktu
kerja yang
diperlukan. Flumazenil 1-
tersedia. Gunakan
untuk
Detail
(mg/kg)
100
Triclofos
50-70 (max 1 g)
Trimeprazine
Dosis
besar
dapat
meyebabkan
grey
baby
syndrome
Midazolam
0,5 1,0
Umum digunakan
Dosis berhubungan dengan efek samping (ataksia,
pandangan ganda, sedasi)
Dapat juga diberikan melalui nasal
Dosis rektal dapat bervariasi
Diazepam
200-500 mcg/kg
Ketamin
5-10
Catatan: Pada anak yang lebih besar dosis tidak boleh melebihi dosis dewasa normal.
Dosis sedasi
Detail
(mg/kg)
0,5 0,2
Diazepam
0,1-0,5
Fentanyl,
diazepam
0,5 mcg/kg
digunakan melalui
0,5 1,0
Propopol
Dalam evaluasi
Beresiko apnue
Beresiko menginduksi anestesi
Dosis
Detail
Isoflurane,
1 % dalam udara
enflurane
Anestesia pada bayi dan anak kecil berbeda dengan anestesia pada orang dewasa,
karena mereka bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini.Seperti pada anestesia untuk orang
yang dewasa anestesia anak kecil dan bayi khususnya harus diketahui betul sebelum dapat
melahirkan anestesia karena itu anestesia pediatri seharusnya ditangani oleh dokter spesialis
anestesiologi atau dokter yang sudah berpengalaman.
2. Bayi ( infant)
3. Anak ( child)
Beberapa perbedaan dengan orang dewasa adalah hal-hal yang menyangkut masalah
psikologi, anatomi, fisiologi, farmakologi dan patologi.
Ada 5 perbedaan mendasar anatomi dari airway pada anak-anak dan dewasa.
1. Pada
anak-anak, kepala
2.
Laring
3.Epiglottis
yang
letaknya
yang
lebih
lebih
anterior
panjang
4.Leher
dan
trache
yang
lebih
pendek
daripada
dewasa
7.
7.1.
ANAMNESIS
Anamnesis dapat diperoleh dengan bertanya langsung pada pasien atau melalui
Penyakit alergi.
Diabetes mellitus
Penyakit hati.
Penyakit ginjal.
(3) Riwayat obat-obat yang sedang atau telah digunakan dan mungkin
menimbulkan intereaksi (potensiasi, sinergis, antagonis dll) dengan obat-obat
anestetik. Misalnya,
oxidase
inhibitor,
bronkodilator. Keputusan
10
yang serius, termasuk reaksi terhadap plester, sabun iodine dan lateks. Jika
respon alergi terlihat, obat penyebab tidak diberikan lagi tanpa tes
imunologik atau diberi terapi awal dengan antihistamin, atau kortikosteroid.
(5) Riwayat operasi dan anestesi yang pernah dialami diwaktu yang lalu, berapa
kali dan selang waktunya. Apakah pasien mengalami komplilkasi saat itu
seperti kesulitan pulih sadar, perawatan intensif pasca bedah.
(6) Riwayat keluarga. Riwayat anestesi yang merugikan atau membayakan pada
keluarga yang lain sebaiknya juga dieveluasi. Wanita pada usia produktif
sebaiknya ditanyakan tentang kemungkinan mengandung. Pada kasus yang
meragukan, pemeriksaan kehamilan preoperative merupakan suatu indikasi.
(7) Riwayat sosial yang mungkin dapat mempengaruhi jalannya anestesi seperti :
8. PEMERIKSAAN FISIK.
Perhatian khusus dilakukan untuk evaluasi jalan napas, jantung, paru-paru dan
pemeriksaan neurologik .Jika ingin melaksanakan teknik anestesi regional maka perlu
dilakukan pemeriksaan extremitas dan punggung.
Pemeriksaan fisik sebaiknya terdiri dari :
(1) Keadaan umum : gelisah, takut, kesakitan, malnutrisi, obesitas.
(2) Tanda-tanda vital
Tinggi dan berat badan perlu untuk penentuan dosis obat terapeutik
dan pengeluaran urine yang adekuat selama operasi .
11
Denyut nadi pada saat istirahat dicatat ritmenya, perfusinya (berisi) dan
jumlah denyutnya. Denyutan ini mungkin lambat pada pasien dengan
pemberian beta blok dan cepat pada pasien dengan demam, regurgitasi
aorta atau sepsis. Pasien yang cemas dan dehidrasi sering mempunyai
denyut nadi yang cepat tetapi lemah.
Gigi : gigi palsu, gigi goyang, gigi menonjol, lapisan tambahan pada
gigi, kelainan ortodontik lainnya
(4) Thoraks
a. Prekordium. Auskultasi jantung mungkin ditemukan murmurs (bising
katup), irama gallop atau perikardial rub.
b. Paru-paru.
12
Auskulatasi :
Bunyi
nafas
pokok
vesikuler,
bronchial,
batas,
ukuran,
per-mukaan),
distensi,
massa
atau
Darah : Hb, lekosit, hitung jenis lekosit, golongan darah, masa pembekuan, masa
perdarahan.
Foto toraks : terutama untuk bedah mayor, pasien diatas 60 thn, atau sesuai klinis.
EKG : terutama untuk pasien berumur diatas 40 tahun atau sesuai klinis.
Analisa gas darah, elektrolit pada pasien ileus obstruksi atau bedah mayor.
13
Tabel berikut ini merupakan suatu petunjuk untuk menggunakan penilaian klinis
dalam membuat permintaan pemeriksaan laboratorium.
Hb
Lek
Kondisi preo
osit
perative
Operasi
PT /
APT
T
X
PLT
Elekt
BUN/
Gula
SGOT/
/ BT
rolit
Creat
darah
Al.Ph
ra
y
E
K
perdarahan
Operasi tanpa
perdarahan
Umur < 40
Umur40-49
Umur5064
Umur > 65
Peny.
X X
Kardiovaskul
ar
Penyakit paru
Keganasan
X X
X
X *
Terapi radias
X X
i
Penyakit hati
Terpapar
hepatitis
Penyakit
ginjal
Gangguan Pe
T/S
dengan
Neonatus
Preg
14
rdarahan
Diabetes
Merokok
X
X
Kehamilan
Pemakaian
diuretik
Pemakaian
digoksin
Pemakaian
steroid
Pemak.antiko
agulan
Penyakit
SSP
Tidak semua penyakit termasuk dalam table ini. Simbol : + mungkin dilakukan; * hanya
untuk leukemia; X dilakukan; M dilakukan hanya untuk pria.
15
ASA 1 : Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain penyakit
yang akan dioperasi.
ASA 2 : Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan sampai dengan sedang selain
penyakit yang akan dioperasi. Misalnya diabetes mellitus yang terkontrol atau
hipertensi ringan
ASA 3 : Pasien memiliki kelainan sistemik berat selain penyakit yang akan dioperasi,
tetapi belum mengancam jiwa. Misalnya diabetes mellitus yang tak terkontrol, asma
bronkial, hipertensi tak terkontrol
ASA 4 : Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang mengancam jiwa selain
penyakit yang akan dioperasi. Misalnya asma bronkial yang berat, koma diabetikum
ASA 5 : Pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan anestesi mungkin
saja dapat menyelamatkan tapi risiko kematian tetap jauh lebih besar. Misalnya
operasi pada pasien koma berat
ASA 6 : Pasien yang telah dinyatakan telah mati otaknya yang mana organnya akan
diangkat untuk kemudian diberikan sebagai organ donor bagi yang membutuhkan.
Untuk operasi darurat, di belakang angka diberi huruf E (emergency) atau D
16
yang afasia, atau terintubasi, konponen verbalnya harus disesuaikan dengan respon
motorik.Dan untuk itu perlu latihan dan pengalaman yang berulang-ulang.
Sebagaimana disebutkan oleh Plum dan Postner, tingkat kesadaran tidak akan
terganggu jika cedera hanya terbatas pada satu hemisper saja, tetapi menjadi progresif
memburuk jika kedua hemisfer mulai terlibat, atau jika ada proses patologis akibat
penekanan atau cedera pada batang otak.
Penilaian GCS berdasarkan reaksi yang didapatkan sesuai dengan umur penderita.
Mata
1 tahun
0 1 tahun
Motorik
1 tahun
0 1 tahun
Mengikuti perintah
Melokalisasi nyeri
Melokalisasi nyeri
Menghindari nyeri
Menghindari nyeri
Verbal
5
>5 tahun
sesuai
Menyebutkan
tidak sesuai
2
0-2 tahun
Orientasi baik dan mampu ber- Menyebutkan kata yang Menagis kuat
komunikasi
2-5 tahun
Mengeluarkan suara
Kadang
menagis
menjerit lemah
Mengeluarkan suara lemah Mengeluarkan
lemah
17
suara
Reduce the high pressure --> 45 psi --> 350 - 500 kpa, 50 - 70 psi, 3 1/2 - 5 atm -->
constant low pressure.
14.3. MONITOR.
1. Blood pressure (noninvasive or invasive)
2. ECG (electrocardiograf)
3. Pulse oxymeter
4. Caphinograf
3. Flowmeter (rotameter)
- Measure gas flow --> FGF
- Have safety systems (FGF, 25%)
4. Vaporizer
a. High flow VAP, or low flow DAP / drawover VAP
b. Temperatur compensated VAP
19
BAB III
DOKUMENTASI
Dalam pelaksanaannya sedasi didokumentasikan dalam Formulir pemakaian obat
obatan
dan
tehnik
yang
digunakan
didokumentasikan
sedasi.(RM.OR.12).
Formulir ada dalam lampiran.
20
dalam
lembar
status
BAB IV
PENUTUP
Pelayanan bedah dan anestesi di rumah sakit merupakan salah satu bagian dari
pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan peningkatan ilmu
pengetahuan dan tehnologi dibidang kesehatan.
Penggunaan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah adalah proses yang umum dan
merupakan prosedur yang kompleks di rumah sakit. Tindakan tindakan ini membutuhkan
asesmen pasien yang lengkap dan komprehensif, perencanaan asuhan yang terintegrasi,
monitoring pasien yang berkesinambungan dan kriteria transfer untuk pelayanan
berkelanjutan, rehabilitasi, akhirnya transfer maupun pemulangan pasien.
Oleh karena itu diperlukan panduan sedasi untuk memberikan acuan dalam
pengelolaan dan pelayanan sedasi, anestesi di rumah sakit.
21