Anda di halaman 1dari 18

I.

LAKSATIF

A. Pendahuluan
Laksatif adalah obat yang digunakan untuk membantu pengosongan bahan feses yang
telah terbentuk sebelumnya dari rectum. Istilah yang hampir bersinggungan ialah katartik.
Katartik merupakan obat yang membantu pengosongan bahan feses yang belum terbentuk
sebelumnya dan biasanya mengandung air dari seluruh kolon. Sebagian besar obat konstipasi
yang digunakan menyebabkan laksasi, dan beberapa bersifat katartik.
1. Mekanisme kerja umum obat untuk konstipasi :
1. Retensi cairan intralumen
2. Menurunkan absorpsi cairan
3. Efek terhadap motilitas
2. Indikasi dan kontraindikasi laksatif secara umum
Indikasi
1.
Konstipasi
2.
Pembersihan

untuk

Kontraindikasi
1.
Apendisitis
radiologi, 2.
Obstruksi usus
3.
Sakit
perut

operasi dan endoskopi


Sudah tidak bisa ditangani dengan

3.
4.

tindakan alami
Penyakit
yang

5.

mengejan keras
Keracunan

tidak

4.
5.
boleh
6.
7.
8.
9.

tidak

diketahui

sebabnya
Mual muntah
Kolik
Insufisiensi ginjal
Penyakit jantung
Abn. elektrolit
Phenylkketonuria

3. Penyalahgunaan laksatif :
1. Anggapan laksatif untuk kosmetik, diet dan obat kurus
2. Ketergantungan terhadap laksatif (laksatif dependensi) :
a. Merangsang pengeluaran seluruh kolon, waktu jeda untuk defekasi selanjutnya
b.

bertambah memakai laksatif kembali.


Keluar feses premature NaCl, KCl dan air keluar rangsang aldosteron
retensi Na dan pengeluaran KCl hipokalemia peristaltik menurun
semakin konstipasi memakai laksatif lagi.

4. Efek samping laksatif :


1. Diare
2. Dehidrasi
3. Gangguan keseimbangan elektrolit
4. Bloating

5. Alergi
6. Gagal ginjal
7. Asidosis metabolik
8. Kematian

5.
6.

Alergi
Gagal ginjal

9. Distensi abdomen
10. Dependensi

B. Penggolongan Obat
Tabel 1 . Penggolongan Obat
Golongan
1.
Aktif lumen

Contoh obat
a. Koloid hidrofilik /pembentuk massa
b. Senyawa osmotik
c. Surfaktan dan emolien
2.
Stimulant
/
iritan a. Difenilmetan
b. Antrakuinon
nonspesifik
c. Asam risinoleat
3.
Senyawa prokinetik
a. Agonis reseptor 5-HT4
b. Antagonis reseptor opiod

1.

Obat aktif lumen


a. Koloid hidrofilik/ pembentuk massa
Dalam keadaan normal, massa, konsistensi, dan hidrasi feses sangat tergantung
pada serat dalam kandungan makanan.
Mekanisme kerja
Sebagian komponen serat akan difermentasi oleh bakteri memproduksi asam
lemak pendek (untuk nutrisi epitel kolon) dan meningkatkan massa bakteri >>
volume feses merangsang motilitas usus. Serat yang tidak terfermentasi
menarik air ke intralumen >> massa feses dan konsistensi feses <<.
Kontraindikasi
Pasien gejala obstruksif, phenylketonuria, megakolon atau megarektum.
ESO
Kembung dan nyeri abdomen
Contoh Obat
Kolid hidrofilik/pembentuk massa ini terdiri dari serat makanan dan suplemen,
yaitu:
1) Senyawa alamiah (non sintesis) : Bran (kulit ari padi-padian) yang
mengandung lignin (paling efektif), pectin, hemiselulosa, dan psyllium husk
dari biji plantago.
2) Semisintetik : metilselulosa dan polikarbofil.

b.

Senyawa osmotik
Mekanisme kerja
Senyawa-senyawa osmotik menarik dan retensi air ke intralumen stimulasi
motilitas/peristaltik kolon dan << konsistensi feses.

Jenis Senyawa Osmotik


1) Laksatif garam
- Terdiri dari : magnesium sulfat, magnesium hidroksida, magnesium sitrat,
-

dan natrium fosfat.


Laksatif yang mengandung Mg rangsang pelepasan kolesistokinin
(mediator inflamasi) akumulasi elektrolit dan cairan intralumen

rangsang motilitas
KI : penderita insufisiensi ginjal, penyakit jantung, gangguan elektrolit,

dan pasien dalam terapi diuretic.


- ESO : Gangguan elektrolit, dehidrasi, hipotensi, kegagalan fungsi ginjal.
2) Senyawa alkohol dan gula yang tidak dapat dicerna
- Contoh obat : gliserin, laktulosa, sorbitol dan manitol.
- Mekanisme kerja : Laktulosa, sorbitol dan manitol adalah gula yang tidak
bisa diabsorpsi terhidrolis di usus asam organik mengasamkan isi
lumen dan secara osmosis menarik air ke intralumen stimulasi motilitas
-

kolon.
ESO : iritasi lokal (rektum), distensi dan tidak nyaman pada abdomen, dan

flatulens yang relatif sering


Indikasi : konstipasi pada lansia, idiopatik kronik, karena opioid, dan

enselohepatika
3) Larutan elektrolit polietilen Glikol (PEG)
- Contoh obat : colyte dan golytely
- PEG ini sulit diabsorpsi dan memiliki sifat osmotik yang tinggi sehingga
c.

dapat menahan air.


Surfaktan dan emolien
Mekanisme kerja :
Garam dioktil/docusate untuk menurunkan tegangan permukaan feses
terjadinya pencampuran antara air dan bahan-bahan berlemak konsistensi
feses<< dan halus memudahkan defekasi.
Terdiri dari :
Dioktil kalsium sulfosuksinat, dioktil natrium sulfosuksina, paraffin, minyak zaitun.
ESO :
Mengganggu absorpsi substansi larut lemak (vitamin), pneumonitis, dan elisitasi

2.

dari reaksi asing dalam mukosa usus dan jaringan lain.


Stimulant/iritan nonspesifik
Mekanisme kerja :

Aktivasi jalur prostaglandin/AMP siklik dan GMP siklik serta menghambat

ATPase berefek langsung pada enterosit, neuron enteric, otot polos pencernaan
menginduksi radang pada usus halus dan usus besar secara terbatas akumulasi air
dan elektrolit intralumen menstimulasi motilitas usus.
Terdiri dari :
a. Turunan difenilmetan (bisakodil, sodium picosulfate, oskifenisatin asetat dan
fenolftalein)
1) Fenolftalein
- Aman digunakan untuk jangka pendek
- ESO : gangguan eletrolit, reaksi alergi, sindrom steven Johnson, urtikaria,
dll.
2) Bisakodil
- Efek pencahar timbul 6-12 jam setelah pemberian oral (sebaiknya
dikonsumsi sebelum tidur), dan seperempat sampai 1 jam setelah pemberian
rectal.
- Jangan diisap atau dikunyah (langsung ditelan) dan jangan diminum
bersama susu atau antasid menghindari IRITASI
- ESO : kekurangan cairan dan elektrolit, merusak mukosa dan picu
peradangan pada sal. cerna.
3) Oksifenisatin asetat
- Jarang digunakan karena memicu hepatitis dan ikterus.
b. Antrakuinon
Mekanisme Kerja
Pada pemberian oral sebagian akan diabsorpsi dalam bentuk glikosida
dihidrolisis oleh enzim flora normal kolon menjadi antrakinon (zat aktif) yang
bersifat iritan terhadap mukosa rangsang pergerakan kontraksi kolon yang kuat
dan sekresi cairan/elektrolit dalam jumlah besar.
Asal Obat
Diperoleh dari tanaman seperti Aloe, kaskara, dantron dan sena.
c. Asam risinoleat (Minyak Jarak atau Castrol Oil-Oleum Ricini berasal dari Ricinus

communis)
Mekanisme Kerja
Minyak jarak terdiri dari risin dan minyak yang kaya trigliserida. Trigliserida asam
risinoleat dihirolisis di usus halus oleh lipase gliserol dan zat aktif

(as.risinoleat) stimulasi sekresi cairan dan elektrolit dan mempercepat waktu


transit
ESO
Kolik, dehidrasi dan gangguan elektrolit.
3.

Senyawa prokinetik
Senyawa prokinetik adalah obat-obat yang dapat menghasilkan peningkatan
transit GI melalui interaksi dengan reseptor spesifik yang mengatur motilitas secara
langsung. Obat-obatan ini sudah jarang dipakai. Terdiri dari : 5-HT 4 Reseptor Agonis,
neurotropin-3 (NT3), misoprostol.

II.

ANTIEMETIK

A. Bulk-Forming
1.

Mekanisme Kerja
Mekanisme kerjanya masih belum jelas. Beberapa golongan ini juga dapat
mengikat racun bakteri dan garam empedu. Kaolin dan silikat lainnya seperti atapulgit
kuat dalam mengikat air (atapulgit menyerap delapan kali beratnya dalam air) dan juga
dapat mengikat enterotoksin. Namun, efek ini tidak selektif dan mungkin melibatkan
obat lain dan nutrisi, sehingga agen ini sebaiknya dihindari dalam waktu 2 sampai 3 jam
untuk mengambil obat lain. Untuk mengobati gejala diare ringan biasanya digunakan

2.
3.

campuran kaolin dan pectin.


Indikasi
a. Konstipasi
b. Diare kronik ringan dengan irritable bowel syndrome.
Kontraindikasi
Obstruksi usus

B. Pengikat Asam Empedu


1.

Mekanisme Kerja
Cholestyramine, colestipol, dan colesevalam efektif mengikat asam empedu dan
beberapa racun bakteri. Cholestyramine berguna dalam pengobatan diare karena garam
empedu, seperti pada pasien dengan reseksi ileum distal. Pada pasien ini, ada gangguan
parsial sirkulasi enterohepatik pada garam empedu, sehingga konsentrasi yang

2.

berlebihan mencapai usus besar dan merangsang sekresi air dan elektrolit.
Indikasi
a.
Diare karena antibiotik
b.
Kolitis ringan karena Clostridium difficile, Namun, penggunaannya dalam diare
karena infeksi tidak disarankan

3.
4.

patogen penyebab diare.


Kontraindikasi
a.
Obstruksi empedu
b.
Hipersensitivitas
Contoh Obat
a.
Cholestyramine
b.
Colestipol

karena bisa menurunkan pengeluaran dari

C. Bismuth
1. Mekanisme Kerja
Pepto-Bismol (bismuth subsalisilat) diperkirakan digunakan oleh 60% rumah
tangga di Amerika. Pada pH rendah perut, subsalisilat bereaksi dengan asam klorida
untuk membentuk oksiklorida bismut dan asam salisilat. Sementara 99% dari bismuth
yang tidak bekerja akan tidak terserap ke dalam kotoran, dan salisilat tersebut akan
diserap di lambung dan usus kecil. Penggunaannya harus hati hati jika ingin diberikan
dengan indikasi lain.
2. Contoh Obat
a. Pepto Bismol (Bismuth subsalisilat)
D. Opioid
1.

Mekanisme Kerja
Obat ini bertindak oleh beberapa mekanisme yang berbeda, dimediasi terutama
melalui reseptor - atau -opioid pada saraf enterik, sel epitel, dan otot. Obat yang
umum digunakan pada golongan ini seperti diphenoxylate, difenoxin, dan loperamide
bekerja melalui reseptor perifer -opioid perifer dan lebih disukai daripada opioid yang
menembus SSP.
a. Loperamide
1) Mekanisme Kerja
Obat ini 40 sampai 50 kali lebih kuat dari morfin sebagai agen antidiare
dansulit menembus SSP. Obat ini meningkatkan lama transit usus kecil dan
waktu transit dari mulut ke sekum. Loperamide juga meningkatkan tonus
sfingter anus, efek yang berguna pada beberapa pasien yang menderita
inkontinensia anal. Selain itu, loperamide memiliki aktivitas antisekretori
terhadap toksin kolera dan beberapa bentuk toksin E. coli toksin.
2) Indikasi
Loperamide telah terbukti efektif terhadap diare, baik digunakan sendiri
atau dalam kombinasi dengan agen antimikroba (trimetoprim, trimethoprim sulfamethoxazole, atau fluorokuinolon). Loperamide juga telah digunakan
sebagai pengobatan tambahan di hampir semua bentuk penyakit diare kronis,
dengan sedikit efek samping.
3) ESO
Bila digunakkan dalam dosis tinggi, dapat mengakibatkan depresi SSP
dan paralisis ileus.

4) Sediaan
- Loperamide tab 2mg (Oral lebih cepat)
dosis dewasa: (awal) 4 mg diikuti oleh 2 mg setelah secara beratahap feses
yang keluar berkurang, sampai 16 mg per hari. Jika perbaikan klinis pada
b.

diare akut tidak terjadi dalam waktu 48 jam, loperamide harus dihentikan.
Diphenoxylate dan difenoxin
1) Mekanisme Kerja
Sebagai agen antidiare, diphenoxylate dan difenoxin sedikit lebih kuat
daripada morfin. Kedua senyawa secara luas diserap setelah pemberian oral.
Kedua obat dapat menghasilkan efek pada SSP bila digunakan dalam dosis
yang lebih tinggi (40 sampai 60 mg per hari) sehingga bisa terjadi efek adiksi.
Dalam obat ini dapat diberikan atropin dalam dosis kecil untuk mencegah
penyalahgunaan dan overdosis yang disengaja : 25 g atropin sulfat per tablet
dengan 2,5 mg diphenoxylate hidroklorida atau dengan 1 mg difenoxin
hidroklorida.
2) ESO Obat
- Efek samping yang mungkin terjadi bila diberikan dalam dosis berlebihan
-

diantaranya:
Sembelit
toxic megacolon (dalam kondisi peradangan usus besar)
antikolinergik dari atropin (mulutkering, penglihatan kabur, dll). Karena

biasanya penggunaan obat ini bersamaan dengan atropin.


3) Sediaan Obat
Diphenoxylate tab 2.5 mg
E. Octreotide
Octreotide adalah analog octapeptide dari somatostatin yang efektif dalam
menghambat diare sekretori parah yang disebabkan oleh tumor yang mensekresi hormon
dipankreas dan saluran pencernaan. Mekanisme kerjanya melibatkan penghambatan sekresi
hormon, termasuk serotonin dan berbagai peptida lainnya (misalnya, gastrin, polipeptida
vasoaktif usus, insulin, secretin, dll). Octreotide telah digunakan, dengan berbagai
keberhasilan, dalam bentuk lain diare sekretori seperti diare yang diinduksi kemoterapi,
diare yang disebabkan human immunodeficiency virus (HIV), dan diare yang berhubungan
dengan diabetes. Kegunaan terbesarnya adalah dalam pengobatan "dumping syndrome"
terlihat pada beberapa pasien setelah operasi lambung dan pyloroplasty. Dalam kondisi ini,

octreotide menghambat pelepasan hormon (dipicu oleh makanan yang cepat masuk ke dalam
usus halus) yang menyebabkan efek lokal terkait.
Sediaan Obat :

Octreotide Inj 50 mcg/ml (Ampul)


Octreotide Inj 100 mcg/ml (Ampul)

Octreotide Inj 500 mcg/ml (Ampul)

III.

ANTIEMETIK

Antiemetik bekerja dengan cara memblok CTZ (chemoreceptor triger zone) atau
mencegah stimulasi pada pusat muntah. Berikut golongan obat antiemetik:
A. Antihistamin-H1
Bekerja dengan memblok stimulasi perifer pada pusat muntah.
Contoh obat: Dimenhydrinate, diphenhydramine, dan Meclizine Hydrichloride
B.
Antikolinergik
Bekreja dengan memblok area kolinergik pada nucleus vestibular dan reticular

C.

D.

E.

F.

formation. Digunakan pada motion sickness.


Contoh obat: scopolamine
Benzodiazepine
Meski memiliki efek antiemetik, benzodiazepine lebih sering digunakan untuk
obat insomnia, anxiety, status epilepticus, dan relaksan otot
Contoh obat: lorazepam dan diazepam
Cannabinoids
Hingga sekarang cara kerja dari Cannabinoids masih belum diketahui, akan tetapi
cannabinoids dipercaya memiliki efek pada central cerebral cortex axis
Contoh obat: tetrahydrocannabinol (THC) (marinol)
Antagonis Dopamin
Bekerja dengan menghambat stimulasi CTZ dengan cara meningkatkan motilitas
GIT sehingga terjadi peningkatan gastric emptying
Contoh obat: Metoclopramide
Derivat phenotiazine
Obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat transmisi dopaminergic.
Selain itu obat golongan ini dapat mengurangi vomit yang disebabkan oleh iritasi

G.

gaster.
Contoh obat: prochloperazine dan promethazin
Antagonis reseptor 5-HT3
Pada bagian terminal nervus vagal dan bagian central CTZ ditemukan adanya
reseptor 5-HT3. Pada keadaan tertentu (ex: kemoterapi) sel mukosa pada GIT
melepaskan serotonin yang menstimulasi reseptor 5-HT3 untuk menginduksi
muntah. Antagonis reseptor 5-HT3 akan memblok stimulasi serotonin sehingga
tidak terjadinya induksi.
Contoh obat: Ondansentron dan granisetron. Efek samping yang sering
ditimbulkan adalah sakit kepala.

IV.

OBAT GANGGUAN LAMBUNG

Fisiologi Sekresi Asam Lambung

A. Agen pereduksi asam lambung


1. Antasid
a. Definisi
- Antasid adalah basa lemah yang bereaksi dengan asam hidroklorida lambung untuk
membentuk garam dan air
b. Kegunaan
- Menurunkan keasaman lambung dengan cara menetralkan pH
- Meningkatkan pertahanan mukosal melalui perangsangan produksi prostaglandin
-

oleh mukosa
Antasid dapat digunakan sebagai obat ulkus peptikum, gastroesophageal reflux

disease (GERD) dan kenaikan asam lambung. (Ford et al, 2007; Lullman, 2005).
c. Jenis
Jenis

Reaksi dengan
HCL

Natrium
bikarbonat
(NaHCO3)
Kalsium karbonat
(CaCO3)
Magnesium
hidroksida

Cepat

Menyebabkan
Alkalosis
Metabolik
+

Cepat

Lambat

Jarang

Efek
Samping
Sendawa,
mual, kentut
Sendawa,
mual, kentut
Diare

Alumunium

Paling Lambat

Jarang

Konstipasi

hidroksida
d. Mekanisme kerja

Mekanisme Kerja Antasid (Piscean, 2012)


2. Antagonis reseptor H2
a. Jenis
1) Simetidin
2) Ranitidin
3) Famotidin
4) Nizatidin
b. Farmakokinetik
- Absorpsi bagus melalui usus
- Hanya sebagian kecil yang terikat protein plasma
- Simetidin, ranitidin dan famotidin mengalami metabolisme lintas pertama
-

bioavailabilitasnya menjadi 50%


Hanya sedikit nizatidin yang mengalami metabolisme lintas pertama

bioavailabilitasnya hampir 100%


Waktu paruh 1-1,4 jam
Eksresi via ginjal turunkan dosis H2RA pada pasien yang kreatinin klearens

nya rendah
c. Farmakodinamik
- Merupakan inhibisi kompetitif di reseptor H2 sel parietal
- Sangat efektif tidak mempengaruhi reseptor H1 dan H3
- Mekanisme
1) Histamin yang dilepaskan dari sel ECL akibat perangsangan gastrin atau
vagus disekat agar tidak berikatan dengan reseptor H2 sel parietal
2) Perangsangan langsung sel parietal oleh gastrin atau asetilkolin menyebabkan
penurunan sekresi asam bila terjadi blokade reseptor H2

d. Penggunaan Klinis
1) GERD ringan sampai sedang
2) Penyakit ulkus peptik
3) Dispepsia non-ulkus
4) Pencegahan perdarahan akibat gastritis yang ditimbulkan oleh stres
e. Efek Samping Obat
Antagonis H2 adalah obat yang sangat aman. Efek samping dialami kurang dari 3%
pasien, dan meliputi diare, nyeri kepala, mialgia dan konstipasi.
1) SSP
Perubahan status mental (kebingungan, halusinasi, agitasi) terutama pada
pemberian IV dan pada lansia.
2) Efek endokrin
Simetidin : pada pria meliputi ginekomasti, impotensi, sedangkan pada
wanita, galaktorea.
3) Kehamilan dan ibu menyusui
- Dapat melintasi plasenta, namun tidak diketahui adanya efek berbahaya
terhadap janin tidak boleh diberikan pada bumil, kecuali sangat perlu.
- Antagonis H2 disekresi ke dalam ASI
4) Efek lain
Trombositopenia
3. Proton Pump Inhibitor
a. Mekanisme
Sirkulasi sistemik dlm bentuk acid-activated prodrugs difusi ke sel parietal
dan terakumulasi pada kanalikuli sekretori asam aktivasi obat oleh katalis proton
dari sulfenamid tetrasiklik obat aktif berikatan dengan sistein yaitu sulfahidril di
pompa H/K-ATPase inaktivasi pompa molekul

b.

B.

Indikasi
1) GERD
2) Ulkus peptik
3) Penyembuhan gaster
4) Barretts esophagus
5) Zollinger-Ellison syndrome
6) Salah satu obat yg digunakan dalam eradikasi Helicobacter pylori
c. ESO
1) Nause
2) Nyeri abdomen
3) Konstipasi
4) Flatulen
5) Diare
6) Atralgia
7) Nyeri kepala
8) Miopati akut
9) Skin rash
d. Jenis
1) Omeprazol
2) Esomeprazole (IV dan hanya ditemukan di Eropa)
3) Rabeprazole
4) Lansoprazole (IV)
5) Pantoprazole (IV)
e. Farmakokinetik
- Absorpsi bagus melalui usus
- Obat yang terikat di plasma cukup banyak
- Metabolisme
Agen pelindung mukosa
Agen pelindung mukosa atau mokoprotektor merupakan terapi tambahan untuk
gangguan lambung. Secara umum, obat golongan ini memproteksi dinding lambung dari
produksi asam yang berlebih. Agen yang sering dipakai adalah :
1. sukralfat,
2. analog prostaglandin (misoprostol)
3. senyawa bismuth koloid.

Molekul sukralfat membentuk pasta yang akan melekat pada mukosa yang
mengalami defek. Efektivitas sukralfat dalam mengurangi pembentukan striktur pada
pasien esofagitis tahap lanjut telah dibuktikan dalam sebuah studi kohort di turki
(Gumurdulu et al 2010).
Misoprostol meningkatkan produksi mukus pelindung asam dan mengurangi sekresi
asam yang berlebih dengan berikatan dengan reseptor prostaglandin di sel parietal. Efek
samping yang cukup berbahaya adalah penggunaan misoprostol pada ibu hamil yang dapat
menginduksi abortus, sehingga penggunaannya harus diawasi secara ketat. Efektivitas
misoprostol dalam pencegahan toksisitas lambung karena obat obat NSAID juga tidak
lebih baik dari golongan lain (Rostom et al, 2009).
Sedangkan

selain

meningkatkan

produksi

mukus,

senyawa

bismuth

juga

mengganggu integritas dinding sel bakteri yang menyebabkan luka lambung. Sedangkan
efek samping lain ialah senyawa bismuth yang sering menghadirkan efek lidah, gigi dan
feses yang menghitam (Katzung, 2011; neal, 2005).

Struktur Kimia dan efek protektif sukralfat ( Lullman et al, 2005)

Struktur dan Efek Protektif

V.

TATA CARA PRAKTIKUM

A. Tujuan Instruksional
1. Umum
Setelah menyelesaikan praktikum farmakologi obat laksatif dan obat saluran cerna ini
mahasiswa dapat menerapkan prinsip-prinsip farmakologi berbagai macam obat dan
memiliki ketrampilan dalam memberi dan mengaplikasikan obat secara rasional untuk
kepentingan klinik.
Khusus
Setelah menyelesaikan percobaan ini mahasiswa akan dapat :
a.
Menjelaskan efek obat laksatif
b.
Menjelaskan jenis-jenis obat laksatif
c.
Menjelaskan bahan-bahan alami yang dapat bersifat laksatif
d.
Memilih jenis laksatif yang paling tepat dalam praktek klinik
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Beakerglass
b. Sonde lambung
c. Spuit Injeksi 3 cc
d. Kertas saring
2. Bahan
a. Mgso4
b. Parafin
c. Bisacodyl tablet
C. Probandus
Tikus Putih (Rattus Norvegicus)
D. Cara Kerja
1. Ambil 10 ekor tikus putih. Masing-masing dimasukkan ke dalam beakerglass yang
2.

2.
3.

sudah dilandasi dengan kertas saring.


Amati selama 30 menit bentuk fesesnya (padat, kental, cair). Feses yang baik adalah
feses yang padat dan tidak membasahi kertas saring.
Berilah obat pada setiap 2 ekor tikus putih secara oral dengan sonde lambung.
a. MgSO4 50 g/kgBB
b. Bisakodil 10 mg.kgBB
c. Parafin 1 ml/tikus
4. Amati perubahan konsistensi fesesnya

Anda mungkin juga menyukai