Anda di halaman 1dari 5

Diagnosis

LUTS (Lower Urinary Tract Symtomps).


LUTS merupakan indakator subjektif terhadap pnyakit ataupun perubahan kondisi
yang disampaikan oleh pasien, maupun orang disekitar pasien, dan membawa pasien
tersebut ke instalasi kesehatan (International Continence Society). LUTS dibagi
berdasarkan,
1. Bladder Storage (Irritative) Symptomps hal ini berhubungan dengan masa
penyimpanan urine di kandung kemih yang dapat menimbulkan gejala
a. Peningkatan jumlah frekuensi miksi di siang hari (frekuensi)
b. Terbangun beberapa kali saat tidur di malam hari karena perasaan ingin miki
(nokturia)
c. Keinginan mendadak untuk miksi dan tidak bisa ditahan (Urgency)
d. Urine bisa keluar dengan sendirinya tanpa bisa ditahan (Incontinence)
2. Voiding (Obstructive) Urinary Symptomps hal ini berhubungan dengan saat berkemih,
yang menghasilkan gejala
a. Kesulitan untuk mengeluarkan urine walaupun sudah sangat ingin berkemih
(Hesitancy)
b. Mengejan saat berkemih (Straining to void)
c. Pancaran air seni terputus-putus (Intermittency)
d. Pancaran air seni melambat (Slow Stream)
e. Di akhir miksi pancaran urin menetes (Terminal Dribble)
3. Post micturition symptomps berkaitan dengan saat setelah miksi dimana terjadi
a. Rasa tidak lampias setelah berkemih (Incomplete Emptying)
b. Muncul urine yang menetes setelah selesai miksi walaupun sudah tidak ada rasa
ingin miksi (Post micturition dribble)
LUTS bisa terjadi pada banyak penyakit atau kelainan dalam tubuh. LUTS bisa terjadi
secara sekunder pada penyakit ginjal, jantung, dan gangguan saraf. LUTS sendiri bisa muncul
akibat kelainan ekstra dari traktus urinarius bawah ataupun akibat kelainan intra dari traktus
urinarius bawah.
LUTS yang muncul pada laki-laki di usia tua sering sekali berhubungan dengan
obstruksi yang terjadi pada proses pengosongan kandung kemih. Sehinga sering sekali
dikaitkan dengan BHP (Benign Prostat Hiperplasia) maupun kanker prostat. Selain itu di usia
tua, terutama pada laki-laki, juga terdapat kelainan-kelainan pada struktur dan fungsi
kandung kemih seperti hipertrofi dari leher vesica urinaria, tidak stabilnya otot detrusor, dan
terganggunya kontraksi dari otot detrusor.

Sehingga dalam kaitannya dengan pembesaran prostat terdapat istilah-istilah,


1. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). Gambaran ini didapat dari diagnosis histologi
(Patologi Anatomi) dimana terjadi proliferasi dari otot polos dan epitel prostat di
daerah transisi pada prostat.
2. Benign Prostatic Enlargment (BPE). Gambaran ini juga didapat dari diagnosis secara
histologi atau patologi anatomi.
3. Bladder Outlet Obstruction (BOO). Gambaran ini didapat dari pemeriksaan
urodinamik. Dimana terjadi obstruksi saat berkemih yang diakibatkan oleh
peningkatan tekanan detrusor dan penurunan laju aliran urine saat miksi.
4. Benign Prostatic Obstruction (BPO). Hal ini muncul karena adanya obstruksi di luar
dari kandung kemih (dibuktikan dengan pemeriksaan urodinamik) yang telah
dikonfirmasi oleh pemeriksaan patologi anatomi atau secara histologi dimana terjadi
pembesaran prostat akibat hipeplasia prostat jinak.
Kaitan dari LUTS, BPH, BPO, BOO, dan BPE belum begitu jelas. BPE bisa terjadi tanpa
disertai dengan LUTS. BPE bisa terjadi tanpa BPH. Atau juga pasien dengan BPH tidak
mengalami BOO, dll. Tetapi kebanyakan insiden LUTS, pada laki-laki usia tua biasanya
disebabkan oleh BPH. Sehingga BPH merupakan akumulasi dari LUTS, BPE, dan BPO yang
telah terkonfirmasi dengan pemeriksaan-pemeriksaan yang dibutuhkan.1,2

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)


Etiologi
Penyebab pasti terjadinya hipertrofi-hiperplasia pada kelenjar prostat belum diketahui
dengan pasti. Kejadian ini sangat dipengaruhi oleh proses penuaan. Pembesaran prostat ini
diduga dipengaruhi oleh faktor-faktor hormonal dan peptida-peptida. Pembesaran kelenjar
diduga sebagai akibat dari testosteron, estrogen, growth hormone, prolactin, dll. Salah satu
dugaan terjadinya pembesaran prostat adalah karena proses penuaan pada laki-laki
menyebabkan berkurangnya produksi testosteron. Hal ini menyebabkan keseimbangan
testosteron dan estrogen dalam tubuh pria terganggu. Kemudian terjadi pula konversi
testosteron di jaringan adiposa perifer menjadi estrogen.3-9

Epidemiologi

Dari hasil autopsi perubahan mikroskopik pada prostat sudah terjadi sejak usia 30-40,
kemudian pada usia diatas 50 tahun, 50%nya sudah mengalami pembesaran prostat. Dan
angka kejadiannya akan terus meningkat berdasarkan usia, dimana 80% pria pada usia 80
tahun mengalami pembesaran prostat. 50% dari penderita pembesaran prostat menimbulkan
gejala klinis.3-9

Patofisiologi
Prostat laki-laki akan mengalami pertumbuhan secara lambat dari lahir hingga pubertas.
Kemudian setelah pubertas akan mengalami peningkatan secara cepat dalam ukuran prostat
itu sendiri yang akan terus berlangsung hingga usia 30-an tahun. Ketika usia semakin tua dan
terjadi perubahan keseimbangan hormonal (testoteron-andogen dan estrogen) mulailah
muncul perubahan-perubahan secara mikroskopik pada prostat.
Prostat merupakan organ yang sepanjang usianya sangat tergantung dengan androgen.
Androgen mengatur proliferasi dan deferensiasi dari prostat. Pada penderita BPH terjadi
peningkatan kadar dari androgen dalam prostat. Testosteron tidak hanya satu-satunya hormon
androgen yang mempengaruhi prostat, tetapi sebagian besar prostat dipengaruhi oleh
dehidrotestosteron (DHT). DHT merupakan hasil metabolit aktif oleh 5alfa reduktase. Selama
proses penuaan, reseptor androgen pada prostat (organ yang tergantung androgen) akan
meningkat untuk mengimbangi jumlah androgen yang berkurang karena usia. Pada usia tua,
kadar estrogen laki-laki akan meningkat, ternyata estrogen juga dapat menginduksi reseptor
androgen.
DHT akan menginduksi pembentukan insuline-like growth factors II (IGF-II) yang
menginduksi proliferasi jinak dari sel epitel dan sel stroma. Sel-sel pada BPH memiliki
kecenderungan untuk mengurangi respon IGFBP-3 (IGP binding protein) terhadap TGF-beta
1 (Transforming growth factor). TGF (fibroblast) sendiri merupakan inhibitor dalam
pertumbuhan yang akan menyebabkan terbentuknya IGFBP. Sehingga bila IGFBP tidak
terbentuk maka pertumbuhan prostat menjadi tidak terkendali dan akan diperparah bila TGF
juga tidak terbentuk. Selain karena pembesaran prostat yang menyebabkan kapsul prostat
menekan uretra, sel-sel otot polos pada prostat dan leher vesika juga mengalami kontraksi

sehingga memperparah obstruksi. Kontraksi otot polos ini dpengaruhi oleh reseptor alfa.
Sehingga relaksasi otot polos dapat dilakukan dengan penghambat reseptor alfa.10
Hiperplasia pada prostat merupakan pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa
majemuk yang terjadi di dalam prostat. Pertumbuhan diawali pada bagian periuretral sebagai
bentuk proliferasi yang terbatas yang kemudian menekan kelenjar yang normal. Jaringan
hiperplastik terutama mengenai kelenjar dengan stroma fibrosa dan otot polos yang
jumlahnya berbeda-beda. Pada pembesaran prostat tidak terjadi gangguan pada fungsinya.
Jaringan hiperplastik ini terdiri dari stroma, fibromuskular, muskular, fibroadenomatosa, dan
fibromioadenomatosa. Secara histologi terjadi peningkatan stroma fibriomuskular.
Letak prostat yang mengelilingi uretra, sehingga pembesaran periuretral akan
menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih dan uretra pars prostatika. Hal ini akan
mengakibatkan berkurangnya aliran kemih dari kandung kemih.
Pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga efek perubahan yang
terjadi juga bersifat lambat. Pada tahap awal pembesaran prostat terjadi peningkatan
resistensi pada leher vesika dan daerah prostat meningkat, hal ini akan menyebabkan otot
detrusor menjadi lebih tebal. Penebalannya akan membentuk penonjolan-penonjolan seperti
balok yang akan menuju ke bagian dalam kandung kemih dan membentuk trabekula.
Penebalan detrusor merupakan mekanisme kompensasi, tetapi bila keadaan ini terus berlanjut
otot detrusor akan mengalami kelelahan kemudian mengalami dekompensasi sehingga oto ini
tidak mampu lagi untuk berkontraksi. Ketidakmampuan detrusor untuk berkontraksi
menimbulkan retensi urin. Mukosa kemudian akan menerobos keluar diantara serat detrusor
membentuk sakula (bila kecil) atau membetuk kantong atau ukuran besar yang disebut
divertikula.3-9

Gambar 1 Gambaran BPH.11

Anda mungkin juga menyukai