Anda di halaman 1dari 15

A.

DEFINISI URETROLITHIASIS
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari buli-buli melalui proses
miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi 2 bagian yait uretra posterior dan uretra anterior.
Pada pria, organ ini berfungsi juga dalammenyalurkan cairan mani. Uretra diperlengkapi dengan
sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra, serta sfingter uretra
eksterna yang terletak pada perbatasan uretra posterior dan anterior.
Batu uretrabiasanya berasal dari batu ginjal atau batu ureter yang turun ke buli-buli,
kemudian masuk ke uretra. Batu uretra yang merupakan batu primer terbentuk di uretra sangat
jarang, kecuali jika terbentuk di dalam divertikel uretra.angka kejadian batu uretra ini tidak lebih
1% dari seluruh batu saluran kemih.

B. ETIOLOGI
Terbentuknya batu pada ginjal diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih
belum terungkap ( idiopatik )1
Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu pada ginjal.
Faktor-faktor itu adalah 1:
1. Faktor intrinsik
Yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang. Faktor intrinsik dan faktor idiopatik
umumnya sukar untuk dikoreksi, sehingga mempunyai kecenderungan untuk kambuh 2.
Faktor intrinsik itu antara lain adalah :
10

a. Hereditair dan Ras


Penyakit nefrolithiasis diduga diturunkan dari orang tuanya 1 dan ternyata anggota
keluarga nefrolithiasis lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menderita penyakit yang sama
dari pada orang lain. Misalnya faktor genetik familial pada hipersistinuria, hiperkalsiuria primer
dan hiperoksaluria primer2. Batu saluran kemih juga lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia
sedangkan pada penduduk Amerika dan Eropa jarang ditemukan. 2
b. Umur.
Penyakit nefrolithiasis paling sering didapatkan pada usia 30 sampai 50 tahun
c. Jenis kelamin
Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan 1
dan pada pria lebih banyak ditemukan batu ureter dan buli-buli sedangkan pada wanita lebih
sering ditemukan batu ginjal atau batu piala ginjal. 2
2. Faktor ekstrinsik
Yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. Faktor ekstrinsik, bila
penyebabnya diketahui dapat diambil langkah-langkah untuk mengubah faktor lingkungan atau
kebiasaaan sehari-hari sehingga terjadinya rekurensi dapat dicegah 2. Beberapa faktor ekstrinsik,
diantaranya adalah :
a. Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu yang lebih tinggi daripada
daerah lain, sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
b. Iklim dan temperatur
Tempat yang bersuhu panas, misalnya di daerah tropis, di kamar mesin, menyebabkan
banyak mengeluarkan keringat yang akan mengurangi produksi urin dan mempermudah
pembentukan batu. Sedangkan pada daerah yang dingin, akan menyebabkan kurangnya asupan
air pada masyarakatnya.
c. Asupan air
Kurangnya asupan air menyebabkan kadar semua substansi dalam urin akan meningkat
dan akan mempermudah pembentukan batu 2 dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikomsumsi dapat meningkatkan insidensi batu1.
d. Diet

11

Diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terbentuknya batu 1. Pada
golongan masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani, angka morbiditas batu berkurang
sedangkan pada golongan

masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi rendah lebih sering

morbiditas meningkat. Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering
menderita batu buli-buli dan uretra dan hanya sedikit yang ditemukan menderita batu ginjal atau
batu piala ginjal2
e. Pekerjaan
Penyakit nefrolithiasis sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktivitas atau sedentary life1
f. Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti
pembentukan batu. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum ( urea splitting organism ) dan
membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan garamgaram fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada. 2
g. Obstruksi dan stasis urin
Adanya obstruksi saluran kemih, misalnya oleh tumor, striktur dan hiperplasi prostat,
akan menyebabkan stasis urin sedangkan urin sendiri adalah substansi yang banyak mengandung
kuman sehingga mempermudah terjadinya infeksi dan pembentukan batu. 2
Selain faktor-faktor di atas terdapat faktor lain yang turut mempengaruhi, misal gangguan
metabolisme. Gangguan metabolisme yang dimaksud adalah yang dapat mengakibatkan
peningkatan kadar produk yang dapat mengendap dan menjadi batu. Misalnya hiperkalsemia
yang disebabkan oleh hiperparatiroidisme, sindroma susu alkali, mieloma multiple, metastase Ca
dan sarkoidosis. Hiperurikemia dan terapi dengan sitostatika atau diuretika yang lama, serta
hipersistinemia yang disebabkan oleh renal tubular acidosi.

C. PATOFISILOGI
Secara teoritis, batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih, terutama pada tempat-tempat yang
sering mengalami hambatan aliran urine ( stasis urine ), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli12

buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises ( stenosis uretero pelvis ), divertikulum, obstruksi
intravesika kronis seperti pada hiperplasi prostat benigna, striktura dan buli-buli neurogenik
merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu. 1
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal, kemudian berada di kaliks ginjal, pielum,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang
mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa
sehinggga disebut batu staghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises
ginjal(penyempitan infundibulum dan stenosis uteropelvik) akan mempermudah timbulnya batu
ginjal. 1
Batu yang berasal dari ginjal dan berjalan menuruni ureter, paling mungkin tersangkut
pada satu dari tiga lokasi, yaitu pada sambungan uteropelvik, pada titik ureter menyilang
pembuluh darah iliaka, atau pada sambungan ureterovesika 4. Batu yang tidak terlalu besar,
didorong oleh peristaltik sistem pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga
peristaltik ureter mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun ke buli-buli. Batu yang
ukurannya kecil ( < 5 mm ) pada umumnya dapat keluar spontan, sedangkan batu yang lebih
besar seringkali tetap berada di sistem pelvikalises dan ureter, dan mampu menimbulkan obstruksi
dan kelainan struktur saluran kemih bagian atas. 1
A. Teori Proses Pembentukan Batu
Garam-garam kalsium dapat diendapkan dalam bentuk batu atau kalkuli di dalam sistem
saluran dari berbagai organ. Kalkuli dibentuk dari berbagai zat, yang tersedia secara lokal, yaitu
bahan-bahan dari sekresi organ tertentu. Jadi, walaupun kalkuli-kalkuli itu sering mengandung
kalsium, tetapi pada awalnya, banyak dari kalkuli-kalkuli tersebut yang tidak mengandung
kalsium. Beberapa kalkuli terbentuk sebagai akibat dari hancurnya debris nekrotik dalam saluran,

13

sedangkan lainnya terbentuk dari ketidakseimbangan unsur-unsur sekresi tertentu sedemikian


rupa sehingga terjadi pengendapan dari unsur yang biasanya larut. 5
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun
anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan tetap
terlarut ( metastable ) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan
terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti
batu ( nukleasi ) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain
sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal
masih rapuh dan belum cukup mampu menyumbat saluran kemih. Untuk itu, agregat kristal
menempel pada epitel saluran kemih, membentuk retensi kristal, dan dari sini bahan-bahan lain
diendapkan pada agregat sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran
kemih.1
Kondisi tetap terlarut dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine,
konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih atau adanya korpus
alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu 1 . Kemih yang terus menerus
bersifat asam dapat terjadi pada asidosis metabolik dan pada keadaan pireksia, sedangkan kemih
yang terus menerus bersifat basa menyatakan adanya infeksi pada saluran kemih, keadaan
asidosis tubulus ginjal, kekurangan kalium dan pada sindrom Fanconi. 5
Terbentuk atau tidaknya batu di dalam saluran kemih, ditentukan juga oleh adanya
keseimbangan antara zat-zat pembentuk batu dan inhibitor, yaitu zat-zat yang mampu mencegah
timbulnya batu. Dikenal beberapa zat yang dapat menghambat terbentuknya batu di saluran
kemih, yang bekerja mulai dari proses reabsorbsi kalsium di dalam usus, proses pembentukan inti
batu atau kristal, proses agregasi kristal, hingga retensi kristal. Ion magnesium dikenal dapat
menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan oksalat, akan membentuk garam

14

magnesium oksalat, sehingga jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium untuk
membentuk batu kalsium oksalat menurun. Demikian pula dengan sitrat, jika berikatan dengan
ion kalsium, akan membentuk garam kalsium sitrat, sehingga jumlah kalsium yang akan berikatan
dengan oksalat maupun fosfat berkurang. Hal ini menyebabkan kristal kalsium oksalat atau
kalsium fosfat jumlahnya berkurang. Beberapa protein atau senyawa organik lain mampu
bertindak sebagai inhibitor dengan cara menghambat pertumbuhan kristal, menghambat agregasi
kristal, maupun menghambat retensi kristal. Senyawa itu antara lain adalah glikosaminoglikan,
protein Tamm Horsfall atau uromukoid, nefrokalsin, dan osteopontin. Defisiensi zat-zat yang
berfungsi sebagai inhibitor batu merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya batu saluran
kemih.1
B.

Komposisi Batu
1. Batu kalsium
Batu ini lebih sering ditemukan pada laki-laki; usia rata-rata timbulnya penyakit ini
adalah pada dekade ketiga. Sebagian besar orang yang membentuk batu kalsium tunggal
akhirnya membentuk batu yang lain, dan interval antara batu yang terbentuk secara berurutan
memendek atau tetap konstan. Kecepatan rata-rata pembentukan batu setiap 2 atau 3 tahun.
Penyakit batu kalsium sering bersifat familial.
2. Batu asam urat
Batu asam urat bersifat radiolusen dan juga lebih sering ditemukan pada laki-laki.
Separuh pasien dengan batu asam urat mengalami gout; litiasis asam urat biasanya familial
apakah terdapat gout ataupun tidak. Di dalam urin, kristal asam urat berwarna merah-oranye
karena kristal itu menyerap pigmen urisin. Beberapa faktor yang mempengaruhi
terbentuknya batu asam urat adalah1 :

Urine yang terlalu asam ( pH urine < 6 )


15

Volume urine yang jumlahnya sedikit ( < 2 liter / hari ) atau dehidrasi

Hiperurikosuria atau kadar asam urat yang tinggi

3. Batu sistin
Batu ini jarang ditemukan, berwarna kuning jeruk, dan berkilauan, radioopak
disebabkan oleh adanya kandungan sulfur. Kristal sistin tampak dalam urin sebagai
lempengan yang datar, heksagonal.
4. Batu struvit
Batu struvit biasa ditemukan dan secara potensial berbahaya. Batu ini terjadi
terutama pada perempuan dan akibat infeksi saluran kemih dengan bakteri yang
menghasilkan urease, biasanya spesies Proteus. Batu daspat tumbuh menjadi ukuran yang
besar dan mengisi pelvis renalis dan kaliks menimbulkan gambaran tanduk (staghorn).
Batu struvit ini bersifat radioopak dan mempunyai berbagai densitas internal. Di dalam urin
kristal struvit adalah prisma rektanguler yang dikatakan menyerupai tutup peti mati.

D. GAMBARAN KLINIS
Keluhan yang disampaikan oleh pasien, tergantung pada posisi batu, ukuran batu dan
penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada
pinggang, baik berupa nyeri kolik maupun bukan kolik. Nyeri kolik disebabkan oleh adanya
aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu
dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik menyebabkan tekanan intraluminal meningkat
sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Sedangkan nyeri
non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada
ginjal akibat stasis urine.1
Hematuria sering dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran kemih
karena batu. Kadang hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis berupa hematuria
mikroskopik. Jika didapatkan demam, harus dicurigai suatu urosepsis. 1
16

Pada pemeriksaan fisis, mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra,
teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, dan
adanya retensi urine.1
Pada pemeriksaan sedimen urine, menunjukkan adanya leukosituria, hematuria dan
dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya
pertumbuhan kuman pemecah urea.1

E. DIAGNOSTIK
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, dan pemeriksaan fisik, selain itu perlu
ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium, radiologik, dan dengan pencitraan untuk
menentukan kemungkinan adanya gangguan fungsi ginjal.
Pemeriksaan Penunjang yang dapat menegakan diagnosis Nefrolithiasis antara lain :
Laboratorium :
1. Urin

pH urin
Batu kalsium, asam urat dan batu sistin terbentuk pada urin dengan pH yang

rendah (pH<7).
Batu struvit terbentuk pada urin dengan pH yang tinggi

(pH> 7)

Sedimen

Sel darah meningkat (90%), pada infeksi sel darah putih akan meningkat.

Ditemukan adanya kristal, misalnya kristal oksalat

Biakan urin untuk melihat jenis mikroorganisme penyebab infeksi pada saluran
kemih

2. Darah

17

Hemoglobin, adanya gangguan fungsi ginjal yang kronis dapat terjadi

anemia

Leukosit, infeksi saluran kemih oleh karena batu menyebabkan

leukositosis
-

Ureum kreatinin, parameter ini digunakan untuk melihat fungsi ginjal

Kalsium, dan asam urat.

Radiologik :
1. Foto Polos Abdomen
Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran kemih.
Batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling sering dijumpai,
sedangkan batu asam urat bersifat radiolusen. 1
2. Pielografi Intra Vena
Bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu juga dapat mendeteksi
adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut.
Jika pielografi intra vena ( selanjutnya disebut dengan PIV ) belum dapat menjelaskan keadaan
sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai gantinya adalah
pemeriksaan pielografi retrograde.1
3. Ultrasonografi
Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan
alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil.
Pemeriksaan ultrasonografi dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang

18

ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau adanya pengkerutan


ginjal.1

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan batu saluran kemih harus benar-benar tuntas, sehingga bukan hanya
mengeluarkan batu saja, tetapi harus disertai dengan terapi penyembuhan penyakit batu atau
paling sedikit disertai dengan terapi pencegahan. Hal ini terjadi karena batu sendiri hanya
sebagai gejala dari penyakit batu saja, sehingga pengeluaran batu dengan cara apapun bukanlah
merupakan terapi yang sempurna. Selanjutnya perlu juga diketahui bahwa pengeluaran batu
baru diperlukan bila batu menyebabkan gangguan saluran air kemih. Bila batu ternyata tidak
memberi gangguan pada fungsi ginjal, maka batu tersebut tidak perlu diangkat apalagi misalnya
pada batu ureter diharapkan dapat keluar dengan sendirinya.
Tujuan pengelolaan batu pada ginjal adalah untuk menghilangkan obstruksi, mengobati
infeksi, menghilangkan rasa nyeri, mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi
kemungkinan terjadinya rekurensi3. Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah-langkah yang
dapat diambil adalah sebagai berikut 2:

19

Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasi dan besarnya batu

Menentukan akibat adanya batu seperti rasa nyeri, obstruksi yang disertai perubahan pada
ginjal, infeksi dan adanya gangguan fungsi ginjal

Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri

Analisis batu

Mencari latar belakang terjadinya batu

Mengusahakan pencegahan terjadinya rekurensi

Tindakan penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah 1:


1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena
diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan lebih bersifat simtomatis, yaitu
bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan memberikan diuretikum,
dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar
2. ESWL ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsy )
Alat ESWL dapat memecah batu ginjal tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa
pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui
saluran kemih. Tidak jarang, pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan
nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.
3. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu,
tindakan tersebut terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih

20

melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukkan
melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit

(perkutan). Proses pemecahan batu dapat

dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidroulik, energi gelombang suara, atau
dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu pada ginjal
adalah :
a. PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy )
Yaitu mengeluarkan batu

di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat

endoskopi ke sistem kalises ginjal melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
b. Uretero atau Uretero-renoskopi
Yaitu memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat kedaan ureter atau
sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter
maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureterorenoskopi.
4. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan
endourologi, laparaskopi maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui
pembedahan terbuka. Pembedahan itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk
mengambil batu pada saluran ginjal. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi
karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan telah terjadi pionefrosis, korteksnya sudah sangat
tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang
menahun

21

G. PENCEGAHAN
Tindakan selanjutnya yang tidak kalah penting setelah pengeluaran batu adalah upaya
menghindari timbulnya kekambuhan. Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas
kandungan unsur yang menyusun batu yang diperoleh dari analisis batu 3. Pada umumnya
pencegahan itu berupa 2:
Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 L/hari
Aktivitas harian yang cukup
Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu

Jenis Batu

Faktor

Pengobatan

predisposisi

pencegahan
untuk mencapai
pH kemih ynag

Kalsium oksalat

Kemih asam ( pH <

dibutuhkan
Kemih basa ( pH

6)
Hiperkalsiuria

>6)
Sayuran,
buah

susu,
kecuali

plum,
Kristal asam urat

Kemoterapi gout

plum

kering, cranberry )
Natrium
bikarbonat
sitrat
Kemih asam

Kemih basa
Triple fosfat

Infeksi

atau

saluran

Daging,

roti,
22

kemih

makanan
berprotein,

Kalsium fosfat

cranberry,
Hiperkalsiuria,

plum kering

imobilitas lama

mandelanin

jus
plum,

H. PROGNOSIS
Prognosis batu pada saluran kemih, dan ginjal khususnya tergantung dari faktor-faktor
ukuran batu, letak batu, adanya infeksi serta adanya obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu,
makin jelek prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah
terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi
akan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal, sehingga prognosis menjadi jelek. 2

I. KOMPLIKASI
Komplikasi batu saluran kemih antara lain timbulnya obstruksi, infeksi sekunder dan
infeksi yang berkepanjangan pada urotelium yang dapat menyebabkan tumbuhnya keganasan
yang sering berupa karsinoma epidermoid.
Sebagai akibat obstruksi, khususnya di ginjal atau ureter dapat terjadi hidroureter atau
hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan
kegagalan faal ginjal yang terkena. Bila terjadi pada kedua ginjal akan timbul uremia karena
adanya gagal ginjal total. Hal yang sama dapat juga terjadi akibat dari batu kandung kemih,
terlebih bila batu tersebut membesar, sehingga juga menyebabkan gangguan pada aliran kemih
dari kedua orifisium ureter.
Batu di pielum dapat menimbulkan hidronefrosis, batu di kaliks mayor dapat
menimbulkan kaliekstasis pada kaliks yang bersangkutan. Jika disertai dengan infeksi sekunder,
dapat menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, ataupun pielonefritis.
Pada keadaan lanjut, dapat terjadi kerusakan ginjal, dan jika mengenai kedua sisi dapat
mengakibatkan gagal ginjal permanen.1
23

24

Anda mungkin juga menyukai