Anda di halaman 1dari 9

REFLEKSI KASUS

GAMBARAN HASIL CT-SCAN PADA PASIEN


INTRA CEREBRAL HEMORAGIC (ICH)
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan
Klinik Ilmu Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung

Dokter Pembimbing :
dr. R.S. Sulistijawati, Sp. Rad, M.Sc
Disusun Oleh :
Alfa Fardholi - 20110310148
KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI
RSUD TEMANGGUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
A. PENGALAMAN
Pasien datang ke IGD dengan keluhan terjatuh tiba tiba kemarin malam
(19.00) pasien sadar saat jatuh, nyeri kepala (+) mual muntah (-) bicara pelo
(+) hemiparese dextra (+) riwayat hiperensi (+) pasien tidak minum obat
teratur. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, pasien dikirim ke radiologi
untuk di periksa dengan diagnosis sementara CVD (cardivaskular disease).
Setelah dilakukan CT-scan, tampak kesan adanya intracerebral hemorraghe
(ICH).

B. MASALAH YANG DIKAJI


Bagaimanakah gambaran head CT-scan pada pasien ICH?
C. EVALUASI
IDENTITAS PASIEN
Nama/usia
: Ny B / 73 tahun
Alamat
: Kranggan, temanggung
Tanggal masuk: 14-12-2015
ANAMNESIS
Keluhan utama
:
Terjatuh tiba tiba
RPS
:
Pasien datang dengan keluhan terjatuh tiba tiba malam sebelum
masuk RS,saat terjatuh pasien masih sadar dan merasa nyeri pada
kepala, keluhan mual (-) muntah (-) bicara pelo (+), dan hemiparese
dextra(+)
RPD
:
Riwayat hipetensi (+) tapi pasien tidak minum obat
Riwayat DM (-)
RPK
:
Penyakit serupa pada keluarga (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: cukup
Kesadaran
: compos mentis
Tanda Vital
:
TD
: 130/80 mmHg
HR
: 88 x/menit
RR
: 24 x/menit
t
: 37,6 C
Kepala
: CA -/- , SI -/ Leher
: Pembesaran limfonodi (-)
Thorax
: cor S1-S2 reguler, pulmo

tambahan (-)
Abdomen
Ekstremitas
AD

: Supel (+), BU (+)


:

PEMERIKSAAN PENUNJANG

SDV

(+/+),

suara

1. Darah lengkap
Jenis

Hasil

Nilai Rujukan

Interprest

(satuan)
12,9
24,8

12,8 16,8 g/dL


4,5 11,0

asi
Low
High

0,1
85,5
8,8
4,8
40
4,06

10^3/ul
01%
50 70 %
20 60 %
28%
40 52%
4,20 5,40

Normal
High
Low
Normal
Normal
Low

267

10^6/ul
150 400

Normal

97,5
31,8
32,6
121

10^3/ul
80 97 fL
26 34 Pg
32 36 q/dL
70 140 mg/dL

High
Normal
Normal
Normal

Sewaktu
Ureum

25,2

10,0 - 50,0

Normal

Kreatinin

0,75

0,5 0,9

Normal

SGOT

12,4

0 32

Normal

SGPT

14,1

0 32

Normal

Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
Gula

2. USG

Darah

Hasil gambaran USG

Hepar

: Ukuran dan echostruktur parenchym normal, sudut lancip

tepi licin, tak tampak pelebaran sistema vascular dan billier intra
hepatal. Tak tampak nodul / cyst.
VF
: Ukuran normal, lumen anechoic, dinding tak menebal, tak
tampak batu / nodul / sludge.
Lien : Ukuran dan echostruktur parenchym normal, dinding licin, hilus
tak prominent, tak tampak nodul / cyst.
Ren dextra et sinistra: Ukuran dan echostruktur normal, batas cortex
medulla tegas, SPC tak melebar, tak tampak nodul / cyst.
Pankreas: Ukuran dan echostruktur normal, duct pancreaticus tak
prominent, tak tampak nodul / cyst.
VU
: Lumen terisi cairan, dinding tak menebal, tak tampak batu /
nodul / sludge.
Regio McBurney: Tampak appendix ukuran diameter l.k. 8,2 mm,
uncompressible, peristaltic

(-), nyeri pada compression probe (+).

Sekitar appendix tampak tenang.


Tak tampak lymphadenopathy para-aortici
KESAN
Appendicitis, uncomplicated
Sonography tak tampak kelainan pada morfologi hepar, VF, kedua ren,
lien, pancreas, uterus dan VU
ANALISIS
Appendicitis merupakan peradangan yang terjadi pada appendicitis
vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering.
Appendicitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan
sebagai faktor pencetus. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada
lumen apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan
tinja yang keras (fekalit), hyperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks,
benda asing dalam tubuh dan cacing askaris dapat pula menyebabkan
terjadinya sumbatan. Namun, diantara penyebab obstruksi lumen yang telah
disebutkan di atas, fekalit dan hyperplasia jaringan limfoid merupakan
penyebab obstruksi yang paling sering terjadi. Penyebab lain yang diduga
menimbulkan apendisitis adalah ulserasi mukosa apendiks oleh parasit E.

histolytica. Adanya obstruksi mengakibatkan mucin atau cairan mucosa yang


diproduksi

tidak

dapat

keluar

dari

apendiks,

hal

ini

akan

semakin

meningkatkan tekanan intraluminal sehingga menyebabkan tekanan intra


mucosa juga semakin tinggi. Tekanan yang tinggi akan menyebabkan
infiltrasi kuman ke dinding apendiks sehingga terjadi peradangan supuratif
yang menghasilkan pus atau nanah pada dinding apendiks. Selain infeksi,
appendicitis juga dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi dari organ lain
yang kemudian menyebar secara Hematogen ke apendiks.
Secara patologi, appendicitis akut dibagi menjadi appendicitis akut
stadium awal appendicitis Supurativa akut, dan appendicitis gangrenosa akut
tergantung dari beratnya proses inflamasi. Pada stadium awal appendicitis
akut, neutrofil hanya ditemukan pada mucosa, submucosa, dan muscularis
propria. Pada stadium ini pembuluh darah subserosa membengkak dan
terdapat eksudat neutrofil yang menghasilkan reaksi fbrino purulenta di
seluruh lapisan serosa. Dengan bertambah buruknya proses inflamasi maka
akan terbentuk abes, ulkus, dan focus nekrosis supurativa di dalam dinding
apendiks, kondisi ini dikenal dengan appendicitis supurativa akut. Pada
appendicitis gangrenosa akut tampak ulkus yang berdarah dan kehijauan
pada mucosa, serta nekrosis gangrenosa pada seluruh dinding yang meluas
ke serosa, selanjutnya dapat terjadi rupture dan peritonitis supurativa.Kritera
histologik untuk diagnosis appendicitis akut adalah terdapatnya infiltrasi
neutrofil pada muscularis propria dan adanya proses inflamasi pada dinding
muscular. Biasanya juga terdapat infiltrasi neutrofil dan ulserasi pada
mucosa. Proses inflamasi dapat meluas ke jaringan lemak atau usus disekitar
appendiks.
Manifestasi klinis yang muncul pada appendicitis akut adalah:
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah
nyeri samar ( nyeri tumpul ) di daerah epigastrium di sekitar umbilicus atau
periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan

terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian


dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke titik Mc
Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga
merupakan nyeri somatik setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan
adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi. Apendisitis
kadang juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 38,5
derajat celcius.
Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai
akibat dari apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks
ketika meradang. Berikut gejala yang timbul:
1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum
( terlindungi oleh sekum ), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu
jelas dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih
kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan gerakan
seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini
timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari
dorsal.
2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis

Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rectum, akan


timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau rectum, sehingga
peristalsis meningkat, pengosongan rectum akan menjadi lebih cepat
dan berulang ulang ( diare ).

Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih,


dapat terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangan
dindingnya.

Begitu pula dengan tanda obturator yang meregangkan obturator internus


merupakan tanda iritasi didalam pelvis. Tes obturator dilakukan dengan

melakukan rotasi internal secara pasif pada tungkai atas kanan yang
difleksikan dengan pasien pada posisi supine. Pemeriksaan darah dapat
ditemukan leukositosis ringan, yang menandakan pasien dalam kondisi akut
dan appendicitis tanpa komplikasi. Pada leukositosis yang lebih dari 18.000 /
mm besar kemungkinan untuk terjadi perforasi . Gejala apendisitis
terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan diagnosa, dan
akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktuya, sehingga biasanya
baru diketahui setelah terjadi perforasi.
Gambaran USG yang merupakan kriteria diagnosis appendicitis acuta adalah
appendix dengan diameter anteroposterior 7 mm atau lebih, didapatkan
suatu appendicolith, adanya cairan atau massa periappendix
KESIMPULAN
Gejala awal yang khas adalah nyeri samar ( nyeri tumpul ) di daerah
epigastrium di sekitar umbilicus atau periumbilikus.
Biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan
pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian dalam beberapa
jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke titik Mc Burney. Di
titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga
merupakan nyeri somatik setempat. Apendisitis kadang juga disertai
dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 38,5 derajat celcius.
Pemeriksaan darah dapat ditemukan leukositosis ringan, yang
menandakan pasien dalam kondisi akut dan appendicitis tanpa
komplikasi
Gambaran USG yang merupakan kriteria diagnosis appendicitis acuta
adalah appendix dengan diameter anteroposterior 7 mm atau lebih,
didapatkan suatu appendicolith, adanya cairan atau massa
periappendix.
DAFTAR PUSTAKA
-

Rasad, syahriar. Buku Ajar Radiologi Diagnostik UI. Jakarta FKUI. 2005

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta FKUI. 2009


Palmer, P.E.S. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum. Jakarta.
EGC, 1995.

Anda mungkin juga menyukai

  • Abang
    Abang
    Dokumen17 halaman
    Abang
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • Ecase Dalam
    Ecase Dalam
    Dokumen4 halaman
    Ecase Dalam
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • Labiopalatoskisi
    Labiopalatoskisi
    Dokumen16 halaman
    Labiopalatoskisi
    AninditaNndta
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus
    Presentasi Kasus
    Dokumen2 halaman
    Presentasi Kasus
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • Diagnosis HIV Pada Bayi Dan Anak
    Diagnosis HIV Pada Bayi Dan Anak
    Dokumen1 halaman
    Diagnosis HIV Pada Bayi Dan Anak
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • Edema Otak (Jadi)
    Edema Otak (Jadi)
    Dokumen13 halaman
    Edema Otak (Jadi)
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • Ovaium
    Ovaium
    Dokumen6 halaman
    Ovaium
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • Ecase Mata
    Ecase Mata
    Dokumen16 halaman
    Ecase Mata
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • Anas
    Anas
    Dokumen8 halaman
    Anas
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • Fraktur
    Fraktur
    Dokumen40 halaman
    Fraktur
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • ICH-Deteksi
    ICH-Deteksi
    Dokumen13 halaman
    ICH-Deteksi
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • Naskah Publikasi
    Naskah Publikasi
    Dokumen7 halaman
    Naskah Publikasi
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • Volvulus
    Volvulus
    Dokumen17 halaman
    Volvulus
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • Lipoma
    Lipoma
    Dokumen5 halaman
    Lipoma
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • Presus Orchitis
    Presus Orchitis
    Dokumen15 halaman
    Presus Orchitis
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • Anestesi
    Anestesi
    Dokumen7 halaman
    Anestesi
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • Ovaium
    Ovaium
    Dokumen6 halaman
    Ovaium
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • PEDIATRI ANESTESIA
    PEDIATRI ANESTESIA
    Dokumen13 halaman
    PEDIATRI ANESTESIA
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • Ovaium
    Ovaium
    Dokumen6 halaman
    Ovaium
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • Gambaran Metastasis Keganasan Ke Paru
    Gambaran Metastasis Keganasan Ke Paru
    Dokumen26 halaman
    Gambaran Metastasis Keganasan Ke Paru
    yandaoke
    Belum ada peringkat
  • He Ma To Pneumo Thorak
    He Ma To Pneumo Thorak
    Dokumen9 halaman
    He Ma To Pneumo Thorak
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • In Vaginas I
    In Vaginas I
    Dokumen12 halaman
    In Vaginas I
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • Fistula para Anal
    Fistula para Anal
    Dokumen29 halaman
    Fistula para Anal
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • CEDERA KEPALA Penatalaksanaan Di IGD
    CEDERA KEPALA Penatalaksanaan Di IGD
    Dokumen45 halaman
    CEDERA KEPALA Penatalaksanaan Di IGD
    Nurul W.A
    Belum ada peringkat
  • Gastro Skis Is
    Gastro Skis Is
    Dokumen12 halaman
    Gastro Skis Is
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus Faringitis
    Presentasi Kasus Faringitis
    Dokumen13 halaman
    Presentasi Kasus Faringitis
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • Apendiks Vermiformis
    Apendiks Vermiformis
    Dokumen16 halaman
    Apendiks Vermiformis
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • Dislokasi
    Dislokasi
    Dokumen16 halaman
    Dislokasi
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat
  • Perforasi GIT
    Perforasi GIT
    Dokumen23 halaman
    Perforasi GIT
    Wila Fajariyantika
    Belum ada peringkat