Chapter II 3
Chapter II 3
TINJAUAN PUSTAKA
Jambu monyet berasal dari Brazil, tersebar di daerah tropik dan ditemukan pada
ketinggian antara 1-1.200 m dpl. Jambu monyet akan berbuah lebih baik di daerah
beriklim kering dengan curah hujan kurang dari 500 mm per tahun. Tanaman ini dapat
tumbuh di segala macam tanah, asalkan jangan di tanah lempung yang pekat dan
tergenang air.
Pohon, tinggi 8-12 m, memiliki cabang dan ranting yang banyak. Batang
melengkung, berkayu, bergetah, percabangan mulai dari bagian pangkalnya. Daun
tunggal, bertangkai, panjang 4-22,5 cm, lebar 2,5 -15 cm. Helaian daun berbentuk bulat
telur sungsang, tepi rata, pangkal runcing, ujung membulat dengan lekukan kecil di
bagian tengah, pertulangan menyirip, berwarna hijau. Bunga berumah satu memiliki
bunga betina dan bunga jantan, tersusun bentuk malai, keluar di ketiak daun atau di ujung
percabangan. Buahnya batu, keras, melengkung. Tangkai buahnya lama kelamaan akan
menggelembung menjadi buah semu yang lunak, seperti buah peer, berwarna kuning,
kadang-kadang bernoda merah, rasanya manis agak sepat, banyak mengandung air, dan
berserat. Biji bulat panjang, melengkung, pipih, warnanya cokelat tua.
Kayunya dapat dijadikan bahan bangunan, peralatan rumah tangga, dan kerajinan
tangan. Kulit kayu digunakan pada industri batik atau untuk bahan penyamak. Daun muda
bisa dimakan sebagai lalap (mentah atau dikukus terlebih dahulu). Buah semu rasanya
sepat dan bisa dimakan rujak, dibuat minuman, anggur atau selai. Jika sudah diolah, harga
biji jambu monyet cukup mahal, dikenal dengan kacang mete. Kulit bijinya mengandung
cashew nut shell liquid (CNSL). Jika cairan tersebut mengenai mulut dapat menimbulkan
peradangan. Setelah diolah, CNSL dapt digunakan untuk bahan pelumas, insektida,
pernis, plastik, dan lain-lain. Jambu monyet dapat diperbanyak dengan biji, cangkokan,
enten, atau okulasi.
Jambu monyet termasuk jenis dikotil atau tumbuhan yang berdaun lembaga dua. Jambu
monyet termasuk tumbuhan yang berkeping biji dua atau juga disebut tumbuhan berbiji
belah. Jambu monyet mempunyai batang pohon yang tidak rata dan berwarna cokelat tua.
Daunnya bertangkai pendek dan berbentuk lonjong (bulat telur) dengan tepian berlekuklekuk, dan guratan rangka daunnya terlihat jelas. Bunganya berwarna putih. Bagian
buahnya yang membesar, berdaging lunak, berair, dan berwarna kuning kemerahmerahan adalah buah semu.
Bagian itu bukan buah sebenarnya, tetapi merupakan tangkai buah yang
membesar. Buah jambu monyet yang sebenarnya biasa disebut mete (mente), yaitu buah
batu yang berbentuk ginjal dengan kulit keras dan bijinya yang berkeping dua yang
mengandung getah. (Yuniarti,2008).
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Anacardiales
Famili
: Anacardiaceae
Genus
: Anacardium
Spesies
: Anacardium occidentale L.
Nama umum tumbuhan adalah jambu monyet. Tumbuhan ini dikenal masyarakat
Indonesia dengan nama daerah yaitu: jambu erang, jambu monyet, gaju (Sumatera),
jambu mede, jambu mete (Jawa), jambu jipang, jambu dwipa (Nusa Tenggara), jambu
parang, jambu sepal, jambu gayus, jambu seran, janggus, gayus (Kalimantan), jambu
dare, jambu sereng (Sulawesi), kanoke, masapana,buwa yakis, buwa jaki (Maluku).
(Dalimartha, 2000).
Kayunya dapat dijadikan bahan bangunan, peralatan rumah tangga, dan kerajinan tangan.
Kulit kayunya digunakan pada industri batik atau untuk bahan penyamak. Daun muda
bisa dimakan sebagai lalap (mentah atau dikukus terlebih dahulu). Buah semu rasanya
sepat bisa dimakan sebagai rujak, dibuat minuman, anggur atau selai. Jika sudah diolah
harga biji jambu monyet cukup mahal, dikenal dengan nama kacang mete. Kulit bijinya
mengandung cashew nut shell liquid (CNSL). Jika cairan tersebut mengenai mulut dapat
menimbulkan peradangan. Setelah diolah, CNSL dapat digunakan untuk bahan pelumas,
insektisida, pernis, plastik, dan lain-lain. Jambu monyet dapat diperbanyak dengan biji,
cangkokan, enten, atau okulasi.
Kulit kayu berbau lemah, rasanya kelat, dan lama-kelamaan menimbulkan rasa tebal di
lidah. Khasiatnya sebagai pencahar, astringen, dan memacu aktivitas enzim pencernaan.
Daun berbau aromatik, rasanya kelat, berkhasiat antiradang dan penurun kadar
glukosa darah (hipoglemik). Biji berkhasiat sebagai pelembut kulit dan penghilang nyeri
pencahar (laksatif).
Kulit kayu mengandung tanin yang cukup banyak, zat samak, asam galat, dan gingkol
katekin. Daun mengandung tanin-galat, flavonol, asam anakardiol, asam elagat, senyawa
fenol, kardol, dan metil kardol. Buah mengandung protein, lemak, vitamin (A,B dan C),
kalsium, fosfor, besi, dan belerang. Pericarp mengandung zat samak, asam anakardat, dan
asam elagat. Biji mengandung 40-45% minyak dan 21% protein. Minyaknya mengandung
asam oleat, asam linoleat, dan vitamin E. Getah mengandung furufural. Asam anakardat
berkhasiat bakterisidal, fungisidal, mematikan cacing dan protozoa. (Dalimartha, 2000).
Selain itu daun jambu monyet yang masih mudamempunyai komposisi kandungan
kimia seperti vitamin A sebesar 2.689 SI per 100 gram, vitamin C sebesar 65 gram per
100 gram, kalori 73 gram per 100 gram, protein 4,6 gram per 100 gram, lemak 0,5 gram
per 100 gram, hidrat arang sebesar 16,3 gram per 100 gram, kalsium 33 miligram per 100
gram, fosfor 64 miligram per 100 gram, besi 8,9 gram per 100 gram, dan air 78 gram per
100 gram. (Yuniarti, 2008).
5. Infus daun jambu monyet muda mempunyai pengaruh analgesik yang sama kuat
dengan parasetamol pada kasus periodontitis akut. Efek samping berupa mual dan
pusing. (Dalimartha, 2000)
Kimia organik mengalami kemajuan yang sejajar dengan kemajuan cara pemisahan dan
penelitian bahan alam. Karena sangat beranekaragam, molekul yang berasal dari makhluk
hidup mempunyai arti yang sangat penting bagi para ahli kimia organik, yaitu untuk
memperluas dan memperdalam pengetahuan tentang reaksi-reaksi organik, dan terutama
dapat untuk menguji hipotesis-hipotesis tertentu, misalnya hipotesis tentang mekanisme
reaksi. Pada mulanya, biogenesis dari produk alami berkaitan dengan kimia organik dan
biokimia, tetapi mempunyai tujuan yang berlainan. (Manitto, 1992).
Contohnya: geraniol, farsenol, dan skualen, termasuk kelas senyawa alifatik rantai
terbuka, timol termasuk senyawa aromatik. Namun, keempat senyawa tersebut
merupakan anggota dari kelas terpenoida dan steroida.
HO
OH
OH
geraniol
thymol
farnesol
squalene
HO
OH
NHR
Me
COOH
Me
N
COOH
H
H
HO
morphine
OH
OH
R = -OCCH2Ph
prostagladin
penisilin G
Meskipun asal usul biogenetik sangat bervariasi, namun ada kalanya terdapat
korelasi yang dekat antara aspek tersebut dengan kegiatannya. Misalnya, meskipun
struktur sangat bervariasi, namun senyawa-senyawa yang menunjukkan aktivitas
kardiotik (kardenolid dan bufadienolid) hanyalah struktur yang memiliki komposisi
sebagai berikut: (a) cincin A/B terpadu secara cis, (b) memiliki residu berupa gula pada
C3 dan (c) memiliki lakton suku -5 atau -6 yang terkonjugasi pada C17, lihat struktur (1)
dan (2) di bawah ini.
O
O
O
O
R = residu gula
17
H
OH
H
(1)
3
OR
(2)
alkaloida-alkaloida tersebut yang strukturnya mirip satu sama lain dan berasal dari genus
tumbuhan tertentu, disebut alkaloida opium.
HO
codeine
narkotin
HO
N
OMe
OH
MeO
1-benzilisokuinolin
tebain
senyawa organik bahan alam yang berlangsung dalam organisme hidup. Aturan isopren
yang diusulkan oleh Ruzicka menyatakan bahwa semua senyawa terpenoida terbentuk
dari unit isopren C5.
OH
nerol
santonin
OH
O
H
HO
asam oleanolat
O
COOH
O
O
COOH
O
Me
OH
OH
COOH
O
Me
O
endokrosin
Me
Teori lain dengan nama jalur asam sikimat diusulkan oleh Davis, yang
menyatakan bahwa biosintesis dari asam-asam amino aromatik dan senyawa aromatik
yang bertalian. Robinson juga menemukan hubungan di antara alkaloida dengan asam
amino prekursornya.
Dari semua teori biogenesis itu dapat disimpulkan adanya 4 kelas senyawa
organik bahan alam, yakni:
a. Poliketida (asetogenin)
b. Fenolat (fenilpropanoida)
c. Isoprenoida
d. Alkaloida
(Tobing, 1989)
Istilah flavonoida diberikan pada suatu golongan besar senyawa yang berasal dari
kelompok senyawa yang paling umum, yaitu senyawa flavon, suatu jembatan oksigen
terdapat diantara cincin A dalam kedudukan orto, dan atom karbon benzil yang terletak
disebelah cincin B. Senyawa heterosoklik ini, pada tingkat oksidasi yang
berbeda terdapat dalam kebanyakan tumbuhan. Flavon adalah bentuk yang mempunyai
cincin C dengan tingkat oksidasi paling rendah dan dianggap sebagai struktur induk
dalam nomenklatur kelompok senyawa-senyawa ini. (Manitto, 1981).
Sekitar 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan (atau kira-kira
9
1x10 ton/tahun) diubah menjadi flavonoida atau senyawa yang berkaitan dengannya.
Sebagian besar tanin pun berasal dari flavonoida. Jadi flavonoida merupakan salah satu
golongan fenol alam yang terbesar.
Ada tiga kelompok flavonoida yang amat menarik perhatian dalam fisiologi
tumbuhan, yaitu antosianin, flavonol, dan flavon. Antosianin (dari bahasa Yunani anthos,
bunga dan kyanos, biru-tua) adalah pigmen berwarna yang umunya terdapat di bunga
berwarna merah, ungu, dan biru. Pigmen ini juga terdapat di berbagai bagian tumbuhan
lain, misalnya buah tertentu, batang, daun, dan bahkan akar. Sering flavonoida terikat di
sel epidermis. Warna sebagian besar buah dan banyak bunga adalah akibat dari
antosianin, walaupun beberapa warna tumbuhan lainnya, seperti buah tomat dan beberapa
bunga kuning, karena karotenoid. Warna cerah daun musim gugur disebabkan terutama
oleh timbunan antosianin pada hari cerah dan dingin, walaupun karotenoid kuning atau
jingga merupakan pigmen terbesar di daun musim gugur pada beberapa spesies.
Senyawa flavonoida adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti fenolat
yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Struktur dasar flavonoida dapat
digambarkan sebagai berikut :
HO
HO
A
C3
O
A
C6
OH
C3
HO
H3CO
A
C3
HO
OH
C6
H3CO
OCH3
O
A
C3
OCH3
C6
C6
R
C6 (A)
C3
R'
R''
R = R = H, R = OH
R = H, R = R = OH
R = R = R = OH
(juga, R = R = R = H)
(Sastrohamidjojo, 1996)
eter.
Monomer
flavonoida
yang
digabungkan
menjadi
biflavonoida dapat berjenis sama atau berbeda, dan letak ikatannya berbeda-beda.
Biflavonoida jarang ditemukan sebagai glikosida, dan penyebarannya terbatas,
terdapat terutama pada gimnospermae.
5. Aglikon flavonoida yang aktif-optik, sejumlah aglikon flavonoida mempunyai
atom karbon asimetrik dan dengan demikian menunjukkan keaktifan optik (yaitu
memutar cahaya terpolarisasi-datar). Yang termasuk dalam golongan flavonoida
ini adalah flavanon, dihidroflavonol, katekin, rotenoid, dan lain-lain. (Markham,
1988).
OH
O
flavonol
2. Flavon
Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugusan 3-hidroksi.
Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi warnanya. Flavon
terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis glikosida pada flavonol.
Flavon yang paling umum dijumpai adalah apigenin dan luteolin. Luteolin merupakan zat
warna yang pertama kali dipakai di Eropa. Jenis yang paling umum adalah 7-glukosida
dan terdapat juga flavon yang terikat pada gula melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya
luteolin 8-C-glikosida. Flavon dianggap sebagai induk dalam nomenklatur kelompok
senyawa flavonoida.
O
flavon
3. Isoflavon
Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai
fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai pertahanan
terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan
pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya daidzein) memberikan warna
biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi kebanyakan yang lain
tampak sebagai bercak lembayung yang pudar dengan amonia berubah menjadi coklat.
isoflavon
4. Flavanon
Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun dan bunga.
Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus prenus dan buah
jeruk ; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan hesperitin, terdapat dalam
buah anggur dan jeruk.
O
flavanon
5. Flavanonol
Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika
dibandingkan dengan flavonoida lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan karena
konsentrasinya rendah dan tidak berwarna.
OH
O
Flavanonol
6. Katekin
Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu.
Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria gambir
dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin berkhasiat
sebagai antioksidan.
OH
OH
HO
OH
OH
katekin
7. Leukoantosianidin
Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat pada tumbuhan
berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya melaksidin, apiferol.
HO
OH
OH
Leukoantosianidin
8. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam
tumbuhan. Pigmen yng berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab hampir
semua warna merah jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan buah
pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur
aromatik tunggal yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan
penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi atau glikosilasi.
O
OH
Antosianin
9.Khalkon
Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar UV bila
dikromatografi kertas. Aglikon khalkon dapat dibedakan dari glikosidanya, karena hanya
pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas dalam
pengembang air. (Harborne, 1996).
O
kalkon
10. Auron
Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan briofita.
Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada kromatografi kertas
berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah menjadi merah
jingga bila diberi uap amonia. (Robinson, 1995).
O
HC
O
Auron
Menurut Harborne (1996), dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoida dimana semua
flavonoida, menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa induk flavon dan
semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama yakni:
Golongan
Penyebaran
Ciri khas
flavonoida
Antosianin
Flavonol
terutama ko-pigmen
seperti flavonol
Glikoflavon
seperti flavonol
tanwarna; hampir
gimnospermae
Khalkon dan
auron
kadang-kadang terdapat
pahit .
Citrus )
yang khas.
Flavanon
Isoflavon
Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa
fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi harus diingat, bila
dibiarkan dalam larutan basa, dan disamping itu terdapat oksigen, banyak yang akan
terurai. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil, atau suatu gula, flavonoida
merupakan senyawa polar, maka umumnya flavonoida cukup larut dalam pelarut polar
seperti etanol (EtOH), metanol (MeOH), butanol (BuOH), aseton, dimetilsulfoksida
(DMSO), dimetilformamida (DMF), air dan lain-lain. Adanya gula yang terikat pada
flavonoida (bentuk yang umum ditemukan) cenderung menyebabkan flavonoida lebih
mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut yang disebut diatas dengan
air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang
polar seperti isoflavon, flavanon dan flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung
lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform.
Biosintesis hubungan antara jenis monomer flavonoida dari alur asetat-malonat
dan alur sikimat (Markham, 1988).
Gambar : Antar hubungan antara jenis monomer flavonoid yang diusulkan pada saat ini
Tujuan dari teknik pemisahan adalah untuk memisahkan komponen yang akan ditentukan
berada dalam keadaan murni, tidak tercampur dengan komponen-komponen lainnya. Ada
2 jenis teknik pemisahan:
1. Pemisahan kimia adalah suatu teknik pemisahan yang berdasarkan adanya
perbedaan yang besar dari sifat-sifat fisika komponen dalam campuran yang akan
dipisahkan.
2. Pemisahan fisika adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada perbedaanperbedaan kecil dari sifat-sifat fisik antara senyawa-senyawa yang termasuk
dalam suatu golongan. (Muldja, 1995).
2.4.1 Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang akan
dipisahkan terdistribusikan antara dua fasa, satu dari fasa-fasa ini membentuk lapisan
stasioner denagn luas permukaan yang besar dan yang lainnya merupakan cairan yang
merembes lewat. Fasa stasioner mungkin suatu zat padat atau suatu cairan dan fasa yang
bergerak mungkin suatu cairan atau suatu gas. (Underwood, 1981).
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat sifat dari fasa
diam, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa diam berupa zat padat disebut
kromatografi serapan, jika berupa zat cair disebut kromatografi partisi. Karena fasa gerak
dapat berupa zat cair atau gas maka ada empat macam sistem kromatografi yaitu:
1) Fasa gerak cairfasa diam padat (kromatografi serapan):
a.kromatografi lapis tipis
b.kromatografi penukar ion
2) Fasa gerak gasfasa diam padat, yakni kromatografi gas padat
3) Fasa gerak cairfasa diam cair (kromatografi partisi), yakni kromatografi kertas.
4) Fasa gerak gasfasa diam zat cair, yakni :
a. kromatografi gascair
b. kromatografi kolom kapiler
Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataan bahwa senyawa
senyawa yang dipisahkan terdistribusi diantara fasa gerak dan fasa diam dalam
perbandingan yang sangat berbeda beda dari satu senyawa terhadap senyawa yang lain
(Sastrohamidjojo, 1991).
Kromatografi Lapis Tipis pada plat berlapis yang berukuran lebih besar, biasanya 5x20
cm, 10x20 cm, atau 20x20 cm. Biasanya memerlukan waktu pengembangan 30 menit
sampai satu jam. Pada hakikatnya KLT melibatkan dua fase yaitu fase diam atau sifat
lapisan, dan fase gerak atau campuran pelarut pengembang. Fase diam dapat berupa
serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap atau penyangga untuk lapisan
zat cair. Fase gerak dapat berupa hampir segala macam pelarut atau campuran pelarut.
(Sudjadi, 1986).
Nilai utama Kromatografi Lapis Tipis pada penelitian senyawa flavonoida ialah
sebagai cara analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit. Menurut Markham,
Kromatografi Lapis Tipis terutama berguna untuk tujuan berikut:
1. Mencari pelarut untuk kromatografi kolom
2. Analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom
Kromatografi cair yang dilakukan dalam kolom besar merupakan metode kromatografi
terbaik untuk pemisahan dalam jumlah besar (lebih dari 1 g). Pada kromatografi kolom,
campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita pada bagian atas kolom penyerap
yang berada dalam tabung kaca, tabung logam, dan tabung plastik. Pelarut atau fasa gerak
dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau
didorong dengan tekanan. Pita senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang
berbeda, memisah, dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari atas kolom (Gritter,
1991).
Dengan menggunakan cara ini, skala isolasi flavonoida dapat ditingkatkan hampir
ke skala industri. Pada dasarnya, cara ini meliputi penempatan campuran flavonoida
(berupa larutan) diatas kolom yang berisi serbuk penyerap (seperti selulose, silika atau
poliamida), dilanjutkan dengan elusi beruntun setiap komponen memakai pelarut yang
cocok. Kolom hanya berupa tabung kaca yang dilengkapi dengan keran pada salah satu
ujung. (Markham, 1988).
oleh tiap bercak dari titik penotolan diukur dari pusat bercak. Untuk mengidentifikasi
suatu senyawa, maka harga Rf senyawa tersebut dapat dibandingkan dengan harga Rf
senyawa pembanding.
(Sastrohamidjojo, 1991).
2.4.2 Ekstraksi
Ekstraksi dapat dilakukan dengan metoda maserasi, sokletasi, dan perkolasi. Sebelum
ekstraksi dilakukan, biasanya serbuk tumbuhan dikeringkan lalu dihaluskan dengan
derajat kehalusan tertentu, kemudian diekstraksi dengan salah satu cara di atas. Ekstraksi
dengan metoda sokletasi dapat dilakukan secara bertingkat dengan berbagai pelarut
berdasarkan kepolarannya, misalnya n-heksana, eter, benzena, kloroform, etil asetat,
etanol, metanol, dan air.
Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimiafisika yang mengamati
tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik. Ada dua macam
instrumen pada teknik spektroskopi yaitu spektrometer dan spektrofotometer. Instrumen
yang memakai monokromator celah tetap pada bidang fokus disebut sebagai
Serapan molekul di dalam derah ultra violet dan terlihat dari spektrum bergantung pada
struktur ultra elektronik dari molekul. Penyerapan sejumlah energi, menghasilkan
percepatan dari elektron dalam orbital tingkat dasar ke orbital yang berenergi lebih tinggi
di dalam keadaan tereskitasi (Silverstein, 1986).
maksimum
utama (nm)
maksimum
(nm)
(dengan
nisbi)
475-560
275 (55%)
Antosianin
390-430
240-270 (32%)
Auron
365-390
240-260 (30%)
Kalkol
350-390
300 (40%)
Flavonol
250-270
300 (40%)
Flavonol
330-350
tidak ada
300-350
tidak ada
275-295
310-330 (30%)
225
310-330 (30%)
310-330
310-330 (25%)
Isoflavon
(Markham, 1988).
Spektrum inframerah suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi getaran
yang berlainan. Pancaran inframerah yang kerapatannya kurang dari 100 cm
-1
(panjang
gelombang lebih daripada 100 m) diserap oleh sebuah molekul organik dan diubah
menjadi putaran energi molekul.
Penyerapan ini tercantum, namun spektrum getaran terlihat bukan sebagai garis
garis melainkan berupa pita pita. Hal ini disebabkan perubahan energi getaran tunggal
selalu disertai sejumlah perubahan energi putaran (Silverstein, 1986).
Dalam molekul sederhana beratom dua atau beratom tiga tidak sukar untuk
menentukan jumlah dan jenis vibrasinya dan menghubungkan vibrasi-vibrasi tersebut
dengan energi serapan. Tetapi untuk molekul-molekul beratom banyak, analisis jumlah
dan jenis vibrasi itu menjadi sukar sekali atau tidak mungkin sama sekali, karena bukan
saja disebabkan besarnya jumlah pusat pusat vibrasi, melainkan karena juga harus
diperhitungkan terjadinya saling mempengaruhi (inter-aksi) beberapa pusat vibrasi.
Vibrasi molekul dapat dibagi dalam dua golongan , yaitu vibrasi regang dan
vibrasi lentur.
1. Vibrasi regang
Di sini terjadi terus menerus perubahan jarak antara dua atom di didalam suatu
molekul. Vibrasi regang ini ada dua macam yaitu vibrasi regang simetris dan tak
simetri.
2.Vibrasi lentur
Di sini terjadi perubahan sudut antara dua ikatan kimia. Ada empat macam vibrasi
lentur yaitu vibrasi lentur dalam bidang yang dapat berupa vibrasi scissoring atau
vibrasi rocking dan vibrasi keluar bidang yang dapat berupa waging atau berupa
twisting (Noerdin, 1985).
Pergeseran kimia adalah pengukuran medan dalam keadaan bebas. Semua protonproton dalam satu molekul yang ada dalam lingkungan kimia yang serupa kadang-kadang
menunjukkan pergeseran kimia yang sama. Setiap senyawa memberikan penaikan
menjadi puncak absorbsi tunggal dalam spektrum NMR. Di dalam medan magnet,
perputaran elektron-elektron valensi dari proton menghasilkan medan magnet yang
melawan medan magnet yang digunakan. Hingga setiap proton dalam molekul dilindungi
dari medan magnet yang digunakan dan bahwa besarnya perlindungan ini tergantung
pada kerapatan elektron yang mengelilinginya. Makin besar kerapatan elektron yang
mengelilingi inti, maka makin besar pula medan yang dihasilkan yang melawan medan
yang digunakan (Bernasconi,1995).
Senyawa yang paling lazim dan paling berguna dipakai sebagai acuan adalah
tetrametilsilana (TMS). Beberapa keuntungan dari pemakaian standar internal TMS yaitu
:
1. TMS mempunyai 12 proton yang setara sehingga akan memberikan spektrum
puncak tunggal yang kuat.
CH3
CH3
Si
CH3
CH3