Anda di halaman 1dari 14

TINJAUAN KASUS ASFIKSIA

A. PENGERTIAN
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur.
Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat,
atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan
Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas sspontan dan teratur
setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan
dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibatakibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna.
Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul (Wiknjosastro, 1999).
B. ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas
transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat ganguan dalam persediaan O2 dan dalam
menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan
pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.
Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti
anemia, hipertensi, jantung dll. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan yang bersifat mendadak
yaitu faktor janin berupa gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat, depresi
pernapasan karena obat-obatan anestesia/ analgetika yang diberikan ke ibu, perdarahan intrakranial,
kelainan bawaan seperti hernia diafragmatika, atresia saluran pernapasan, hipoplasia paru-paru dll.
Sedangkan faktor dari pihak ibu adalah gangguan his misalnya hipertonia dan tetani, hipotensi
mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada eklamsia, ganguan mendadak pada plasenta
seperti solusio plasenta.
Towel (1996) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernapasan pada bayi terdiri dari :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi dalam,
dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus

Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran oksigen
ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada gangguan kontraksi uterus,
hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi dsb.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, asfiksis
janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya perdarahan
plasenta, solusio plasenta dsb.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh
darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah
ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat
antara jalan lahir dan janin, dll.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu;
pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat persalinan
misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia
diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru, dsb.
C. TANDA DAN GEJALA
Gejala klinis:

RR> 60 x/mnt atau < 30 x/mnt


Bradikardia
tonus otot berkurang
DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
Takikardi
Apnea
Pucat
Sianosis
penurunan terhadap stimulus
Nafas cepat, nafas cuping hidung

Gejala lanjut pada asfiksia :

Pernafasan megap-megap yang dalam


Denyut jantung terus menurun
Tekanan darah mulai menurun
Bayi terlihat lemas (flaccid)
Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)
Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2)

Menurunnya PH (akibat acidosis respoiraktorik dan metabolic)


Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob
Terjadinya perubahan sistem kardivaskuler

D. PROSES TERJADI
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan
persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara
pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat
pernafasan agar terjadi Primarg gasping yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O 2 selama kehamilan / persalinan, akan
terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak
teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak
tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu
periode appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha
nafas, yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak
tampak sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula bradikardi dan
penurunan tekanan darah. Disamping terjadinya perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme
dan keseimbangan asam dan basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan asidosis
respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen
tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi
pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli
yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi
kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi
selanjutnya.
TANDA

Nilai 0

Nilai 1

Nilai 2

Frekwensi

Tidak ada

Kurang

jantung
Usaha

Tidak ada

X/menit
Lambat, tidak teratur

bernafas
Tonus otot

Lumpuh

Ekstremitas

Refleks

Tidak ada

sedikit
Gerakan sedikit

Warna

Biru / pucat

Tubuh

dari

100Lebih

JUMLAH
dari

NILAI
100

X/menit
Menangis kuat

fleksiGerakan aktif
Menangis

kemerahan,Tubuh

ekstremitas biru

ekstremitas
kemerahan

dan

APGAR SCORE
nilai 0-3 : asfiksia berat
nilai 4-6 : asfiksia sedang
nilai 7-10 : normal
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih
kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai apgar berguna untuk
menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai
resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit
seperti penilaian skor apgar)
E. KLASIFIKASI
1. Vigorous Baby
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
2. Mild Moderate asphyksia/asphyksia sedang
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari
100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asphyksia berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 x
permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak
ada. Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih
dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan
fisik sama pada asphyksia berat.
F. KOMPLIKASI
1. otak : edema otak,perdarahan otak,
2. jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru, edema paru.
3. ginjal : tubular nekrosis akut.
4. hiperbilirubenimia
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.

Analisa Gas darah

2.

Elektrolit darah

3.

Gula darah

4.

Baby gram (RO dada)

5.

USG (kepala)

H. PENATALAKSANAAN

Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang
bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang
mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal
dengan ABC resusitasi, yaitu :
1. Memastika saluran nafas terbuka :
Meletakan bayi dalam posisi yang benar
Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea
Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka
2. Memulai pernapasan :
Lakukan rangsangan taktil, beri rangsangan taktil dengan menyentil atau menepuk
telapak kaki bayi. Lakukan penggosokan punggung bayi secara cepat, mengusap atau
mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi.
Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu
menggunakan obat-obatan.
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
1. Tindakan umum
a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas
c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
2. Tindakan khusus
a. Asphyksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki ventilasi paru dengan
pemberian O2 dengan tekanan dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan
O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat hampir selalu disertai asidosis. Koreksi dengan
bikarbonat natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB.
Kedua obat ini disuntuikan kedalam intra vena perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan
terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai
timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan
pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80100x/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu
ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi
harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang
belum dikoreksi atau gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis jalan nafas.

b. Asphyksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul
pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O 2
intranasal dengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudian
dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah
dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi
memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi
dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif
secara tidak langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari
mulut ke mulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya
mulut penolong diisi dulu dengan O 2, ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan
perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika
setelah dilakukan berberapa saat terjadi penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot,
intubasi endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonat natrikus dan glukosa dapat segera diberikan,
apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah
dilakukan dengan adekuat

TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA


1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien dan keluarga
b. Riwayat kehamilan ibu dan persalinan ibu
1. Riwayat Kehamilan Sekarang
2. Riwayat Persalinan ibu
c. Objektif
d. Pemeriksaan Umum
e. Pemeriksaan Fisik
f. Antropometri
g. Eliminasi
1. Diagnosa
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan janin dalam kandungan kekurangan 0 2 dan
kadar co2 meningkat yang ditandai dengan apnea, bayi tidak menunjukkan bernafas
spontan,tekanan darah menurun,bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan,denyut jantung
janin lambat,bayi terlihat lemas.
b. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan ganguan perfusi ventilasi di tandai
dengan sianosis, pernafasan cuping hidung, takikardi dan pH arteri menurun.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan pada system syaraf pusat yang sangat
terangsang dalam kondisi asfiksia ditandai dengan tekanan darah abnormal,frekuensi
jantung abnormal,dispnea.
a. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan adaanya
kemungkinan hipovolemia atau kematian jaringan
b. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya infeksi nosokomial dan respon imun yang
terganggu.

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN ASFIKSIA SEDANG

DX TGL
1

DX
TUJUAN & KH
Pola nafas tidak Tujuan : Pola nafas tetap

INTERVENSI
1. Observasi ttv

efektif

paten atau efektif

berhubungan

Kriteria hasil:

kedalaman dan frekuensi nafas


2. Pertahankan jalan nafas tetap baik
3. Berikan rangsangan taktil
4. Ajarkan
keluarga
untuk

dengan

janin 1.Kecepatan

dalam kandungan respirasi

dan

irama

dalam

batas

menempatkan

terutama

irama,

bayi pada posisi

kekurangan 02 dan normal

terlentang dengan leher sedikit

kadar

ekstensi dan hidung menghadap ke

co2 2. Tidak adanya bunyi nafas

meningkat
ditandai

yang tambahan
dengan 3.Denyut

jantung

bayi

apnea, bayi tidak normal


menunjukkan

4.Bayi bereaksi terhadap

bernafas

rangsangan

spontan,tekanan

5. Bayi menunjukkan upaya

darah

bernafas spontan

menurun,bayi

6. Ekspansi dada simetris

tidak

bereaksi

terhadap
rangsangan,denyu
t

jantung

janin

lambat,bayi
terlihat lemas

atas
5. Kolaborasi pemberian O2 sesuai
indikasi
6. Kolaborasi
AGD

dalam

pemeriksaan

RASIONAL
1. Mengetahui status pernafasan
2.

Jalan nafas yang baik dapat


menjamin

lancarnya

proses

inspirasi dan ekspirasi


3. rangsangan
taktil

dapat

merangsang terjadinya usaha


4.

nafas spontan
untuk mencegah

5.

penyempitan jalan nafas


Mengetahui perkembangan

adanya

oksigen pemberian O2 dapat


mencegah

terjadinya

metabolisme anaerob
6. Mengetahui
perkembangan
oksigen

Gangguan
pertukaran

Tujuan

Diharapkan

gas gangguan pertukaran gas

yang

pasien dapat teratasi.

berhubungan

Criteria hasil:

dengan
perfusi

ganguan 1.Membuat

atau

ventilasi mempertahankan

pola

di tandai dengan pernapasan efektif melalui


sianosis,

ventilator

dengan

pernafasan cuping penggunaan


hidung, takikardi pernapasan
dan

tanpa
otot

aksesori,

pH

arteri sianosis atau tanda lain

menurun.

hipoksia, saturasi oksigen

1.

Observasi pola napas. Catat

mengalami

pernapasan

hiperventilasi/hipoventilasi.

spontan

ventilator.
2.
Auskultasi

dan

napas

Dispnea
dada

secara

periodik, catat adanya/takadanyadan


kualitas bunyi napas, bunyi napas
dada.
3. Tinggikan

kepala

panjang

(biasanya 1,5 sampai 2

upaya

I:E ).
6. Bila bayi sudah mulai bernafas

untuk

mempertahankan

fungsi pernapasan.

tetapi

masih

sianosis

berikan

narium bikarbonat 7.5% sebanyak


6cc. dekstrosa 40% sebanyak 4cc
disuntikkan malalui vena umbilicus
secara perlahan lahan.

tentang

aliran udara melalui trakeobronkial

bayi

dengan menggunakan bantal.


4. Periksa kecepatan interval napas

berupaya

bernapas berlebihan.
2. Memberikan informasi
dan

posisi

dan

memperbaiki kekurangan dengan

tambahan, juga simetrisitas gerakan

kali volume tidal ).


5. Awasi rasio inspirasi dan ekspirasi(

dalam kemapuan individu.


3.Menunjukkan
perilaku

ventilator dapat

frekuensi pernapasan, jarak antara

dalam rentang normal.


2.Berpartisipasi
dalam
penyapihan( dengantepat )

1. Pasien pada

3.

adanya/takadanya

cairan,

obstruksimukosa.
Peninggian kepala pasien atau
turun dari tempat tidur sementara
masih ada ventilator secara fisik

dan psikologi menguntungkan.


4. Napas
panjang
meningkatkan
ventilasi maksimal alveoli untuk
mencegah

atau

atelektasis

dan

menurunkan
meningkatkan

secret.
5. Fase ekspirasi biasanya dua
panjangnya

dari

kali

kecepatan

inspirasi, tetapi lebih lama untuk


mengkonsumsi

jebakan

udara

untuk memperbaiki pertukaran gas


pada pasien.
6. Untuk
mencegah

tekanan

Intoleransi

Tujuan

aktivitas

diharapkan

berhubungan

:
gangguan

intoleransi aktifitas dapat

dengan gangguan tertatasi


Kriteria hasil :
pada
system
1. Tekanan darah normal
syaraf pusat yang 2.Frekuensi jantung normal
3.RR normal
sangat terangsan

intracranial meningkat
1. untuk mengetahui perkembangan

1. Observasi tanda vital


2. berikan
posisi

yang

nyaman,memberikan

bantal

dan tempat tidur yang nyaman


3. Menganjurkan keluarga untuk
mengurangi sentuhan
4. Memberikan
informasi
kepada

keluarga

kondisi

penyakit asfiksia dan hal hal

asfiksia

ditandai

yang

dengan

tekanan

lebih mudah masuk ke otak dan


bahu rileks
3. menurunkan stress dan rangsangan
4.

berlebihan,meningkatkan istirahat
dengan informasi yang benar

dengan

diharapkan

keluarga

dapat

asfiksia tersebut
5. kolaborasi analgesic sesuai

membantu

dalam

proses

dengan kondisi
.

abnormal,frekuen
si

berhubungan

kepala tinggi,karena aliran darah

mengenai

dalam

darah

kondisi cardiac pulmonal


2. pasien mungkin nyaman dengan

kesembuhan
5. obat ini dapat

meningkatkan

kenyamanan atau istirahat umum

jantung

abnormal,dispnea.
4

Risiko

Tujuan

ketidakefektifan

ketidakefektifan

perfusi

Risiko

1. auskultasi frekuensi dan irama

1. takikardi sebagai akibat sebagai

perfusi

jantung. Catat terjadinya bunyi

hipoksimia dan kompensasi upaya

jaringan jaringan otak dapat diatasi

otak
berhubungan
dengan

yang Kriteria Hasil :


1. irama jantung

adaanya

kemungkinan
hipovolemia atau
kematian jaringan

ataau

frekuensi dan nadi perifer


dalam batas normal
2.tidak adanya sianosis
sentral atau perifer
3.kulit hangat atau kering

jantung ekstra
2. .observasi warna dan suhu kulit
atau membrane mukosa
3. ukur haluaran urine dan catat berat
jenisnya
4. anjurkan

peningkatan

aliran

darah

dan

perfusi jaringan. Gangguan irama


berhubungan

dengan

hipoksemia,ketidakseimbangan
keluarga

untuk

ikut

memantau keadaan pasien


5. berikan cairan (IV/ per oral) sesuai

elektrolit,dan atau

peningkatan

peregangan jantung kanan bunyi


jantung ekstra misalnya S3 dan S4

4.haluaran urine dan berat

indikasi

terlihat sebagai peningkatan kerja

jenis dalam batas normal

jantung

atau

terjadinya

dekompensasi.
2. kulit
pucat/sianosis,kuku,membrane
bibir atau lidah.,atau dingin,kulit
burik menunjukkan vasokontriksi
perifer (syok) dan atau gangguan
darah sistemik.
3. syok lanjut atau penurunan curah
jantung menimbulkan penurunan
perfusi

ginjal.

Dimanifestasikan

oleh penurunan haluaran urine


dengan berat jenis normal atau
meningkat.
4.
untuk mengurangi

terjadinya

resiko perfusi jaringan


5. peningkatan cairan

diperlukan

untuk menurunkan hipervsikositas


darah

(potensial

thrombus
volume
5

Risiko

infeksi Tujuan

berhubungan
dengan

adanya

: resiko infeksi

dapat teratasi
Kriteria hasil :

1. Observasi

keadaan

tanda tanda vital


2. Berikan isolasi

umum

dan

1.

jaringan.
demam

pembentukan

atau

sirkulasi

mendukung
atau

perfusi

mengindikasikan

efek

dari endotoksin dan endorphin


atau

pantau

yang

melepaskan

tirogen.

infeksi
nosokomial

dan

respon imun yang


terganggu.

pengunjung
3. Batasi penggunaan

Hipotermi adalah tanda genting


alat

atau

yang

prosedur infasif
4. Ajarkan keluarga pasien untuk
mencuci

tangan

sebelum

dan

perkembangan status syok atau


2.

sesudah melakukan aktifitas yang

urine

penurunan perfusi jaringan


isolasi/pembatasan pengunjung
dibutuhkan

melibatkan pasien (bayi)


5. Kolaborasi dengan laboratorium
mengambil specimendarah

merefleksikan

untuk

melindungi

pasien imunosupresi mengurangi


3.

dan feses bayi

resiko kemungkinan infeksi


mengurangu jumlah lokasi yang
dapat

menjadi

tempat

masuk

4.

organism
untuk mengurangi kontaminasi

5.

silang
untuk mengidentifikasi portal
entry

dan

kemungkinan infeksi.

organisme

IMPLEMENTASI

Merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan


berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencanan
tindakan keperawatan. (Aziz Alimul, 2009)

EVALUASI
1. Pola nafas tetap paten atau efektif
2. Diharapkan gangguan pertukaran gas pasien dapat teratasi.
3. diharapkan gangguan intoleransi aktifitas dapat tertatasi
4. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak dapat diatasi
5.

resiko infeksi dapat teratasi

Anda mungkin juga menyukai