OLEH
NAMA : HENDRIKUS HEGONG DA SILVA
NIM. : 1401120043
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sekolah Menengah Kejuruan(SMK) memiliki peran dan posisi yang
sangat strategis dalam sistim pendidikan nasional. Paling tidak ada dua alasan
yang menempatkan SMK pada posisi tersebut. Pertama, SMK telah menjadi
salah satu tempat untuk mencerdaskan dan pemenuhan hak-hak pendidikan
bagi banyak warga, sesuai UU NO,20 tahun 2003. Kedua, SMK telah
memberikan kontribusi penting bagi perekonomi Indonesia melalui perannya
menyediakan
tenaga
kerja. Yang
terampil
bagi
dunia
usaha
dan
sekolah siswa patuh terhadap tata tertib menunjukan bagian dari kepuasan
terhadap sistim yang ada di sekolah tersebut.
Sebagai pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan setiap upaya pendidikan. Agar dapat mengajar efektif guru harus
meningkatkan belajar bagi siswa (kuantitas) dan meningkatkan Kualitas
(kualitas) mengajarnya. Kesempatan belajar siswa dapat ditingkatkan dengan
cara melibatkan secara aktif dalam belajar. Sedangkan dalam meningkatkan
kualitas dalam mengajar hendaknya guru mampu merencanakan program
pengajaran dan mampu menggunakan metode pembelajaran yang sesuai
dengan materi pelajaran serta mampu pula melakukannya dalam bentuk
interaksi belajar mengajar. Guru pun harus dapat menjadi suri tauladan yang
baik sehingga dapat memberikanbimbingan sikap kepada siswa-siswinya.
Ada alasan lain yang utama kenapa seorang guru harus memiliki
kualitas mengajar yaitu karena seorang guru tidak hanya dituntut untuk
menguasai bahan dan didaktik metode saja, melainkan dituntut pula adanya
kesiapan serta kematangan kepribadian dan wawasan keilmuan juga guru
dituntut berkiprah memainkan perannya sebagai komunikator dalam
menciptakan suasana belajar yang kondusif. Apalagi seorang guru diberikan
beban yang berat yaitu membina moralitas (sikap) dan akhlak siswa.
Namun pada realisasinya menurut Syah (2002), ada sebagian guru
yang tidak membekali dirinya dengan ilmu keguruan yang memadai
disamping lainnya karenarendahnya tingkat kompetensi profesionalismenya.
Kenyataan negatif seperti ini cepat atau lambat akan mempengaruhi prestise
(wibawa yang berkenaan dengan prestasi). Khususnya prestise profesional
pada guru. Hal yang lebih buruk lagi adalah tidak adanya figur guru yang
menjadikan patokan siswa untuk bersikap dan berperilaku, dan lemahnya
semangat belajar, yang pada akhirnya menurunkan kepuasan siswa itu sendiri.
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung
jawab moril yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat
bergantung padatanggungjawab guru dalam melaksanakan tugasnya. Apabila
guru berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik maka akan tampak
perubahan yang berarti pada diri siswa, seperti sikap positif dalam belajarnya
dan prestasi belajar akan semakin meningkat. Bagi guru sendiri keberhasilan
akan mampu meningkatkan kepuasan kerja, rasapercaya diri dan semangat
kerja yang tinggi.
Persepsi atau tanggapan siswa terhadap gurunya dapat mempengaruhi
kepuasan siswa. Bila persepsi mereka terhadap Kualitas mengajar guru itu
positif, maka dapat menimbulkan kesadaran dan keseriusan dalam proses
belajar mengajar. Namun sebaliknya, bila perspektifnya negatif, maka dapat
berakibat ketidakpuasan oleh siswa dalam proses belajar mengajar. Jika ini
berlangsung secara terus-menerus, maka kemungkinan akan muncul gejalagejala negatif seperti acuh tak acuh terhadap materi pelajaran, mengobrol
pada saat guru menerangkan, bolos sekolah bahkan sikap tidak menghargai
guru. Jika dalam proses belajar mengajar siswa seperti ini, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam proses belajar mengajar tidak akan kondusif, bahkan
kepuasan siswa yang berdampak pada hasil belajarnya juga akan menurun.
Oleh karena itu, sudah menjadi keharusan bagi guru untuk memiliki kualitas
mengajar
yang
tinggi.
Dengan
demikian,
maka
diharapkan
akan
1.3.
Definisi Masalah
Furqon,Ph.D(2008:13) pada
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hubungan antara Kualitas mengajar guru, khususnya
guru produktif di SMK BINA KARYA Larantuka.
1.6
Manfaat penelitian
Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini meliputi dua hal, yaitu:
Diharapkan
mengembangkan
dapat
dijadikan
manejemen
salah
sekolah
satu
sehingga
acuan
hasil
dalam
yang
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1.
Guru
Profesional
dan
Implementasi
Kurikulum
mengungkapkan bahwa guru adalah orang yang layak digugu dan ditiru.
Sedangkan N. Purwanto(2001:13) mengartikan bahwa guru adalah Orang
yang pernah memberikan sesuatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada
seseorang atau kelompok, misalnya guru tari dan lain-lain.
Guru merupakan sosok teladan dan salah satu sumber pengetahuan
bagi siswanya, sehingga sudah sewajarnya jika mereka memiliki kualitas
yang tinggi. Dengan memiliki kualitas kerja yang tinggi maka diharapkan
akan menghasilkan siswa yang memiliki prestasi yang tinggi pula.
Dikarenakan keberadaan seorang guru itu sangat penting dan utama, maka
mereka dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan kemajuan
teknologi. Oleh sebab itu, guru hendaknya selalu mampu meningkatkan
dan memperluas pengetahuan serta wawasan baiksecara formal maupun
non formal.
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung
jawab moril yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat
bergantung pada tanggungjawab guru dalam melaksanakan tugasnya.
Apabila guru berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik maka
akantampak perubahan yang berarti pada diri siswa, seperti sikap positif
dalam belajarnya dan prestasi belajar akan semakin meningkat. Bagi guru
sendiri keberhasilan akan mampu meningkatkan kepuasankerja, rasa
percaya diri dan semangat kerja yang tinggi.
Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan tentang definisi Kualitas mengajar yaitu keadaan
atau ukuran baik buruk dari hasil kegiatan orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik dengan tingkat keunggulan yang tinggi
seperti memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Namun secara luas guru
dapat diartikan sebagai orang yang berwenang dan bertanggung jawab
terhadap pendidikan siswa, baik secara individual maupun klasikal, baik di
sekolah maupun di luar sekolah. Sejak dulu, dan mudah-mudahan sampai
sekarang, guru menjadi anutan masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan
oleh siswa di ruang-ruang kelas, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat
lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang
dihadapi masyarakat. Tampaknya masyarakat mendudukkan guru pada
tempat yang terhormat dalam kehidupan masyarakat, yakni di depan
memberi suri teladan, di tengah-tengah membangun, dan di belakang
memberikan dorongan dan motivasi (Ing ngarso sung tulada, ing madya
mangun karsa, tut wuri handayani).
Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka di pundak
guru diberikan tugas yangberat. Namun lebih berat lagi mengemban
tanggung jawab, sebab tanggung jawab itu tidak hanya terbatas di
lingkungan sekolahtetapi juga di luar sekolah. Pembinaan yang harus
diberikan guru tidak hanya secara kelompok tetapi juga secara individual.
Hal ini menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku dan
perbuatan anak didiknya tidak hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah.
Peranan guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal,
S. Bahri Djamarah(2000:1) menjelaskan bahwa peranan guru sebagai
korektor,
fasilitator,
inspirator,
informatory,
pembimbing,
organisator,
demonstrator,
motivator,
pengelola
kelas,
inisiator,
mediator,
serta
senantiasa
mengembangkannya
dalam
arti
10
belajar
mengajar. Dengan
demikian
media
pendidikan
Mengajarberarti
meneruskan
dan
mengembangkan
ilmu
11
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
12
2.1.3
Kompetensi Guru
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
nilai,
apresiasi
diberikan
dalam
rangka
keberhasilan
13
pembelajaran,
termasuk
memahami
landasan
14
yang
dewasa
memiliki
indikator
esensial:
sosial
merupakan
kemampuan
guru
untuk
15
profesional
merupakan
penguasaan
materi
16
17
kepuasan kerja adalah cara pandang seseorang baik yang bersifat positif
maupun negatif. Sedangkan kepuasan kerja menurut Susilo Martoyo
(1992) adalah keadaan emosional karyawan dimana terjadi ataupun tidak
terjadi titik temu antara nilai balas jasa karyawan dari perusahaan dengan
tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang
bersangkutan. Balas jasa karyawan tersebut, baik berupa financialmaupun
non financial.
Foustino dalam S. Martoyo (1997) menyebutkan bahwa suatu
kesimpulan menyeluruh tentang kepuasan hanya akan memberikan
pertimbangan subyektif dari pegawai mengenai kepuasan sehubungan
dengan gaji, keselamatan kerja, supervisi, relasi-relasi antar perorangan
dalam bekerja, peluang-peluang di masa yang akan datang, dan pekerjaan
itu sendiri. Selanjutnya dijelaskan bahwa kepuasan dari pegawai itu
mungkin mempengaruhi kehadirannya pada kerja dan keinginan untuk
ganti pekerjaan juga dapat mempengaruhi kesediaan untuk bekerja.
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan salah satu aspek
psikologis yang
mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya, ia akan
merasa puas apabila ada kesesuaian antara kemampuan, keterampilan dan
18
19
20
3) kebijaksanaan
dan
administrasi
perusahaan
(policy
and
administration)
4) hubungan antar pribadi (interpersonal relation)
5) kualitas supervisi (quality supervisor).
Hasil penelitian Herzberg (M.S.P Hasibuan, 2001) menyarankan
bahwa faktor-faktor seperti kondisi kerja dan gaji harus mencukupi untuk
menjaga karyawan agar tetap merasa puas. Namun kondisi kerja yang dan
gaji yang lebih dari cukup akan menyebabkan tingkat kepuasan yangtinggi
tidak diperlukan. Selain itu, tingkat kepuasan karyawan yang tinggi akan
dengan mudah dicapai dengan menawarkan insentif yang lain, seperti
tanggung jawab. Jika manajer dapat meningkatkan kepuasan dengan
memberi tanggungjawab yang lebih besar kepada karyawan, maka hal itu
akan memotivasi karyawan untuk lebih produktif. Gambar berikut
merupakan ringkasan penelitian kepuasan pekerjaan Herzberg.
2.2.3 Guru SMK
Pengertian guru SMK dalam penelitian ini adalah semua guru
produktif teknik permesinan, yang mengajar mata pelajaran teori dan
praktek di bengkel SMK Bina Karya Larantuka.
2.3 Kajian Pustaka
1. Penelitian dengan judul Kesetian pelanggan pendidikan oleh Achmad
Mardalis, dkk pada tahun 2004 dengan metode teknis analisis pada
penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
Structural
Equation
21
(d) Jika
rintangan
naik, maka
dapat
meningkatkan
kesetiaan
pelanggan.
2.
Penelitian
dilakukan
oleh
Noor
Miyono
(2005)
dengan
Penelitian yang lain juga dilakukan ole Rusdarti pada tahun 2004
dengan judul Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Nilai Pelayanan
Terhadap Loyalitas Nasabah Pada Bank BPD Jawa Tengah Cabang
semarang. Variable Kualitas pelayanan dan nilai pelayanan
berpengaruh terhadap loyalitas nasabah. Data penelitian dianalisa
menggunakan analisis deskriptif dan analisis jalur (Path analysis).
Hasil penelitian adalah kualitas pelayanan dan nilai pelayanan
secara simultan berpengaruh terhadap loyalitas nasabah Bank BPD
Jawa Tengah Cabang Semarang.
22
2.4.
Ketepatan proses
Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM)
Kesuaian Program
Keahlian
23
2.4.2 Hipotesis
Furqon(2008:16) Hipotesi adalah jawaban sementara terhadap
masalah penelitian. Setelah peneliti merumuskan masalah,maka kemudian
menelaah dan mengkaji berbagai sumber (teori/konsep/asumsi dan temuan
terdahulu) yang relevan
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian
dapat dikemukakan anggapan sementara secara umum yaitu ada hubungan
antar kualitas mengajar guru dengan kepuasan siswa pada siswa SMK Bina
Karya Larantuka. Maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis alternatif (Ha) : Ada hubungan yang signifikan antara Kualitas
mengajar guru (variabel X) dengan kepuasan siswa (variabel Y).
2. Hipotesis nihil (Ho) : Tidak ada hubungan yang signifikan antara Kualitas
mengajar guru (variabel X) dengan kepuasan siswa (variabel Y).
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
3.2.
3.2.1 Popolasi
Menurut
Sugiyono
(dalam
Kriyantono,
2008:151)
Populasi
sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
memiliki karakteristik
tertentu
yang
ditetapkan
oleh
periset
untuk
25
XII
80
Total
148
Metode
pangambilan
sampel
yang
digunakan
adalah Probability
dipilih melalui
perhitungan
secara
sistematis.
Dengan
teknik
Rumus
Slovin. Rumus
Jumlah persyaratan yang dibutuhkan untuk menganalisa data dalam penelitian ini
digunakan dengan berdasarkan table Krecief dan Nomogram Harry king di
dasarkan atas kesalahan 5%. Sehingga jumlah sampel pada SMK Bina Karya
Larantuka adalah 148
Tabel 3.1 sampel penelitian
No
Kelas
Jumlah
Jumlah
1
2
3
4
IIa
IIb
IIIa
IIIb
Jumlah
populasi
40
40
40
40
148
40/148x9=2.25
40/148x9=2.25
40/148x9=2.25
40/148x9=2.25
Jumlah Sampel
sampel
2.25
2.25
2.25
2.25
9
populasi
Slovin(Husein Umar 1998:78)
26
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Dengan dasar definisi tersebut, dapat penulis jelaskan bahwa
penelitian ini mempunyai dua variabel, yaitu:
1. Variabel pertama berupa Kualitas mengajar guru, variabel ini menduduki
posisi sebagai variabel independent (bebas), yaitu masukan yang memberi
pengaruh terhadap variable terikat, yang diberi simbol dengan huruf X.
2. Variabel kedua berupa kepuasan siswa, variabel ini menduduki posisi
sebagai variabel dependen (terikat), yaituvariabel yang di pengaruhi
variabel (bebas), yang diberi simbol huruf Y.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
ini adalah:
3.4.1 Wawancara (Interview)
Wawancara adalah Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih
secara langsung. Penulis melakukan wawancara terhadap guru produktif
SMK Bina Karya Larantuka dan Kepala SMK Bina Karya Larantuka.
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk memperoleh data
yang lebih mendalam dan untuk mengkomparasikan data yang diperoleh
melalui angket.
3.4.2 Angket
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden baik
secara langsung maupun tidak langsung. Angket ini disebarkan kepada
Siswa Kompetensi keahlian Permesinan
mengenai Kualitas mengajar yang dimiliki oleh guru dalam proses belajar
mengajar. Angket dibuat dengan model likert yang mempunyai empat opsi
jawaban yang berjumlah genap ini dimaksudkan untuk menghindari
kecenderungan responden bersikap ragu-ragu dan tidak mempunyai
jawaban yang jelas.
Penyusunan angket Kualitas mengajar guru mengacu kepada aspekaspek kemampuan profesional guru yang terdiri dari 25 item dengan
perincian sebagai berikut:
27
Variabel
Nomor Item
Menguasai Bahan
Mengelola KBM
Mengelola Kelas
Mengelola Media Belajar
Mengelola
Interaksi
Belajar Mengajar
Menilai Prestasi Siswa
1, 20, 24
2, 3, 5, 8, 13, 15
6, 12, 21, 23
4, 17, 25
7, 9, 10, 18
11, 14, 16, 19, 22
3.4.3.2
Nomor Item
1, 2, 3
4, 5,6,7,8
9,10
11,12,13,14
15,16,17,18
19,20,21
22
28
pengisian
angket
tersebut
agar
terhindar
dari
terhitung,
barulah
digunakan
perhitungan
statistik
dengan
29
3.6.1
Uji Validitas
Validitas merupakan ketetapan atau keakuratan alat pengukur
serta ketelitian,kesamaan atau ketepatann pengukuran apa yang
sebenarnya di ukur. Menurut Sugiono (2003:267) instrument yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur)
itu valid artinya instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa
yang
hendak
diukur.
Instrument
yang
valid
harus
Variable
Banyak
30
Koefisien korelasi
keterangan
butir
Kualitas mengajar Guru 25
Kepuasan siswa
22
553
582
Keterangan :
k
: Reliabilitas Instrumen
: Jumlah soal
: Jumlah Varians Butir
31
3.7.2
Pengujian Hipotesis
Selanjutnya adalah penghitungan terhadap hasil skor yang telah ada.
Karena penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada korelasi antara
Kualitas mengajar guru mata pelajaran produktif dengan kepuasan
siswa bidang studi produktif teori dan praktek, maka yang dipakai
adalah
rumus korelasi product moment dari karl pearson. Adapun rumusnya
adalah sebagai berikut :
Keterangan:
rxy
: Angka koefisien r product moment (variabel x dan y)
N
: Jumlah Responden
XY
: Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y
32
X
Y
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rhineka Cipta, Cet. Ke-13, 2006.
A, Saman., Profesionalisme Keguruan, Yogyakarta: Kanisius, Cet. Ke-1, 1994.
Badudu, J. S., et. Al., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, Cet. Ke-5, 1994.
33
34
35