Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
NHANES ( National Health and Nutrition Examination Survey ) melaporkan
(1999-2004), terdapat peningkatan yang signifikan pada penyakit hipertensi antara
laki- laki penderita hipertensi antara umur 60-69 tahun 52%, umur 70 tahun 53%.
Sedangakan pada penderita perempuan umur 60-69 tahun 62 %, umur 70 tahun
79%. NHANES tahun 2005-2006 melaporkan kejadian hipertensi pada laki-laki umur
60-79 tahun 65%, dan umur 70 tahun 64%. Penderita hipertensi jenis kelamin
perempuan umur 60-79 tahun 70%, dan umur 70 tahun 78%. (Nora L. Keenan,
2011).
Di Amerika, lansia hipertensi merupakan risiko yang paling penting
terhadap faktor penyebab CVD (cardiovascular disease), dengan perkiraan bahwa
69% dari pasien dengan Insiden MI (miocardial infark), 77% dengan insiden stroke,
dan 74% dengan insiden HF (heart failure) memiliki hypertension. Selain itu,
hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk insiden diabetes mellitus, seperti
untuk AF dan CKD (chronic kidney disease). Pada tahun 2005, hipertensi adalah
penyebab utama kematian 57.356 orang Amerika, dan menyumbangkan 300.000 jiwa
dari 2,4 juta total kematian per tahun.
Di Yunani, hasil dari studi Nemea yang dilakukan oleh Skliros et al.,
menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada lansia usia> 65 tahun adalah 69%.
penelitian lanjutan, tertinggi Tingkat prevalensi telah dilaporkan untuk kelompok
umur 65 - 74 tahun, laki-laki dan perempuan 39,5% dan 49,6%. Uji lain, yang
dilakukan khusus untuk komunitas lansia di Yunani, telah melaporkan bahwa 72,9%
dari laki-laki dan 77,1% perempuan memiliki tekanan darah tinggi 15 (Babatsikou,
2010).
Hasil analisis mendapatkan faktor umur mempunyai risiko terhadap
hipertensi. Semakin meningkat umur responden semakin tinggi risiko hipertensi. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian lainnya yaitu, penelitian Zamhir Setiawan, yang

menemukan bahwa prevalensi hipertensi makin meningkat seiring dengan


bertambahnya umur. Pada umur 25-44 tahun prevalensi hipertensi sebesar 29%, pada
umur 45-64 tahun sebesar 51% dan pada umur >65 Tahun sebesar 65%. Penelitian
Hasurungan pada lansia menemukan bahwa dibanding umur 55-59 tahun, pada umur
60-64 tahun terjadi peningkatan risiko hipertesi sebesar 2,18 kali, umur 65-69 tahun
2,45 kali dan umur >70 tahun 2,97 kali (IDI,2009).
Rikesdas 2007 mendata untuk wilayah jawa timur penderita hipertensi pada umur 5564 tahun yang di diagnose oleh tenaga kesehatan 17,2 %. Penderita hipertensi umur
65-74 tahun yang di diagnose tenaga kesehatan 22,3%. Penderita hipertensi umur
75 sebesar 23,3%. Rikesdas 2013 mendata penderita hipertensi pada umur 55-64
tahun yang di diagnose oleh tenaga kesehatan 20,5 %. Penderita hipertensi umur 6574 tahun yang di diagnose tenaga kesehatan 26,4%. Penderita hipertensi umur 75
sebesar 27,7%.
hipertensi merupakan faktor risiko penyakit jantung, pembuluh darah
perifer, serebrovaskular, ginjal, dan penyakit oftalmologi, riwayat dan pemeriksaan
harus menjadi bukti ada kerusakan pada organ organ tersebut aatu tidak.
Pemeriksaan, selain sistem organ yang disebutkan di atas, harus mencakup pasien
berat badan dan lingkar pinggang pada tingkat tepat di atas anterior krista iliaka
superior(AHA,2011). Banyak pedoman menganjurkan "pengujian laboratorium rutin"
Meskipun rekomendasi tersebut, ada sedikit bukti untuk mendukung laboratorium
rutin pengujian, dan dokter harus mengambil lebih musyawarah dan Pendekatan
beralasan untuk memesan tes. Pengujian rutin meningkat biaya dan mungkin
memiliki efek samping seperti kecemasan, nyeri /ketidaknyamanan, pengujian
tambahan, komplikasi dari pengujian tersebut, dan waktu dan beban perjalanan
(AHA,2011).
Pengobatan hipertensi memiliki sifat yang harus di konsumsi se umur hidup.
Hal ini, memicu kebosanan dari penderita selain itu juga membutuhkan biaya ekstra
untuk membayar obat hipertensinya. Sehingga para penderita hipertensi pada lansia
tidak jarang yang mengalami putus obat dan putus kontrol. Rikesdas 2013
melaporkan penderita hipertensi (55-64 tahun) dalam pengobatan hanya 20,7% dari

20,5% penderita hipertensi. Sehingga sebesar 79,3% dari total penderita hipertensi
yang tidak patuh dalam pengobatan. Pada usia 65-74 tahun yang patuh pengobatan
26,7% dari 26,4 % penderita, maka yang tidak patuh pengobatan 74,6 %. Penderita
hipertensi umur 75 dalam pengobatan 27,9% dari 27,7%, tidak patuh terhadap
pengobatan 72,3%.
DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) merupakan alternative
yang bias digunakan tambahan untuk perawatan hipertensi paad lansia. DASH
menunjukkan penurunan penurunan rata-rata 11,4 / 5,5 mm Hg pada pasien dengan
hipertensi (usia rata-rata 47 tahun) dengan diet yang diperkaya dengan buah-buahan
dan sayuran dan rendah jenuh dan jumlah fat. Pengurangan tekanan darah terlihat
pada mereka ber umur 45 tahun, kombinasi diet DASH menurunkan tekanan darah
sistolik lainnya di Afrika Amerika 6.8 mm Hg sedangakan kulit putih 3.0 mm Hg dan
pada orang dengan hipertensi 11,4 mm Hg dibandingkan dengan orang tanpa
hipertensi 3.4 mm Hg. Mengadopsi DASH dengan mengkonsumsi produk susu
rendah lemak dengan kandungan rendah lemak jenuh dapat menurunkan 8-14 mm
Hg. Pengurangan sodium bisa mengurangi asupan natrium dengan takaran 100 mEq/
L (2,4 g natrium atau 6 g natrium klorida) dapat menurunkan 2-8 mm Hg.
Peningkatan asupan kalium, baik berasal buah dan sayuran atau pil, dapat mengurangi
tekanan darah. Penggunaan kalium 90 Mmol (3500 mg) setiap hari mengurangi BP
pada individu dengan dan tanpa hipertensi. Intake kalium secara signifikan
menurunkan tekanan darah sebesar 3,1 / 2,0 mm Hg.
Penelitian tentang pengaruh kurma deglet nour terhadap perubahan tekanan
darah menunjukkan setelah diberi intervensi pemberian kurma 147 gram dapat
menurunkan tekanan 18,44 mmHg dan tekanan sistolik 14,23 mmHg (Nia,2010).
Kurma memiliki banyak jenis, berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk
meneliti kurma jenis medjool dan membandingkan efektifitasnya terhadap perubahan
tekanan darah bila dibandingkan dengan deglet nour.
Berdasarkan uraian di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektifitas pemberian kurma deglet nour dengan medjool terhadap
perubahan tekanan darah.

1.2 Identifikasi Masalah

Mineral dalam 100 gram kurma:


Kalsium
32 mg
Besi
1,15 mg
Magnesium
35 mg
Fosfor
40 mg
Kalium
652 mg
Sodium
3 mg
Zink
0,29 mg
Tembaga
0,288 mg
Mangan
0,298 mg
Selenium
1,9 mg

Kurma

Perubahan
tekanan darah

1.3 Rumusan Masalah


Bagaimanakah efektifitas pemberian kurma deglet nour dengan kurma medjool
terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi primer di panti
werdha Surabaya?
1.4 Tujuan
1.4.1

Tujuan Umum
Mengetahui efektifitas kurma deglet nour dengan kurma medjool terhadap
perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi primer di panti werdha.

1.4.2

Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tekanan darah pada penderita hipertensi primer di panti
werdha.
2. Menjelaskan efektifitas kurma deglet nour dengan kurma medjool terhadap
perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi primer di panti werdha.

1.5 Manfaat
1.5.1

Teoritis
Diketahuinya manfaat kurma terhadap perubahan tekanan darah pada penderita
hipertensi primer serta dapat memberikan masukan kepada profesi keperawatan
sebagai pilihan intervensi alternatif dalam pemberian asuhan keperawatan bagi
klien.

1.5.2

Praktis
1. Kurma dapat dijadikan salah satu alternatif diet untuk hipertensi dapat
dijadikan sehingga dapat mengurangi penggunaan tindakan farmakologi
yang berlebihan.
2. Membantu masyarakat khususnya penderita hipertensi di panti werdha
dalam menurunkan tekanan darah dengan mengkonsusmsi kurma.
3. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi profesi tenaga keperawatan dalam memilih kan diet
yang terbaik dalam penurunan tekanan darah serta bagi profesi gizi bisa
dimanfaatkan sebagai alternatif pilihan makanan yang disajikan untuk
penderita hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai