Anggota :
Citra Perwita Sari
Hildani Rahma
Janatarum Sri
Dyah Ayuningtyas
Dimas Satria
Kusumawardhani Nindya
Ajeng Titi
1. Identifikasi Kasus
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Alamat
Agama
Pekerjaan
Status Perkawinan
Nomor Visum
Peristiwa
Jenis Peristiwa
Pemeriksaan
Kronologi
Menurut keterangan
: Miss. X
: Perempuan
: Sekitar 55 tahun
::: Gelandangan
:: 002/2015
: Sudden Death
: KL
: 05 Januari 2015
:
penyidik: Orang tersebut telah meninggal pada hari Kamis
tanggal 01 Januari 2015 yang diketahui sekitar jam 12.00 WIB yang diketemukan
di Dusun Bogem RT/RW 07/03, Taman Martani Kecamatan Kalasan, Kabupaten
Sleman Yogyakarta.
Menurut keterangan saksi: Saksi melihat mayat pada tanggal 01 Januari 2015
kurang lebih sekitar pukul 12.00 WIB di rumah kosong milik pelapor yang
terletak di sebelah selatan lapangan Bogem. Kemudian pelapor mendatangi ketua
RT sekitar, selanjutnya diteruskan ke Polsek Kalasan.
Kelengkapan Medikolegal
penekanan pada pipi kiri, tangan kiri, perut kiri dan paha kiri.
3) Tidak terdapat pembusukkan jenazah.
4) Ukuran jenazah : Panjang Badan 150 cm dengan Berat Badan 35 kg.
Tujuan Belajar
1) Berapakah perkiraan waktu kematian?
2) Apa sajakah yang termasuk dalam kelengkapan medikolegal pada otopsi
post mortem.
Pembusukan : Tidak di temukan adanya pembusukan pada seluruh tubuh
Berarti perkiraan meninggalnya kurang dari 24 jam post mortem.
Dari ketiga tanda di atas yang di temukan, dapat diambil kesimpulan perkiraan
waktu kematian jenazah pada kasus ini adalah lebih dari 12 jam dan kurang dari
24
jam.
2) Kelengkapan Medikolegal:
Surat permintaan penyidik
Berita acara penerimaan jenazah
Lembar pernyataan keluarga
Pelaksanaan otopsi
Label Jenazah
Pada kasus ini, surat permintaan visum disampaikan dalam bentuk tertulis yang
sesuai dengan KUHAP pasal 133 ayat 2.
Surat terdiri atas: institusi pengirim, tujuan surat, identitas, dugaan penyebab
kematian, permintaan penyidik, jabatan pengirim.
Berdasarkan ketentuan dalam KUHAP pasal 133 ayat 3 yang mengatakan bahwa
jenazah harus diberi label yang memuat identitas mayat, maka pada kasus ini
salah satu kelengkapan medikolegal sudah terpenuhi. Tetapi pada kasus ini ada
syarat medikolegal yang tidak terpenuhi, yaitu tidak terdapat lembar pernyataan
keluarga. Otopsi forensik dilakukan terhadap mayar seseorang yang diduga
meninggal akibat suatu sebab yang tidak wajar seperti kasus kecelakaan,
pembunuhan maupun bunuh diri. Tujuannya antara lain untuk mengidentifikasi
mayat, menentukan sebab pasti kematian, mekanisme kematian dan saat
kematian. Secara yuridis, persetujuan keluarga jenazah tidak diperlukan dalam
prosedur otopsi forensik. Dokter hanya merupakan pelaksana permohonan
penyidik, untuk melakukan otopsi sehingga apabila keluarga keberatan atas
pelaksanaan otopsi, keberatan dapat disampaikan pada penyidik. Otopsi, baik
klinis, forensik, maupun anatomi memrlukan berbagai persyaratan tertentu.
Secara klinis, jenazah tanpa identitas dapat di otopsi jika di duga jenazah
menderita penyakit yang berbahaya bagi masyarakat, dan apabila dalam waktu
2x24 jam tidak ada keluarga yang datang ke rumah sakit. Menurut prosedur otopsi
forensik, dokter dalam mengotopsi harus menerima surat permintaan otopsi
terlebih dahulu dari penyidik. Dalam hal ini pihak kepolisian.
3) Karena dalam hal ini, dokter forensik hanya mengikuti permintaan penyidik guna
membantu penegakkan hukum.
Sesuai dengan KUHAP pasal 133 yang berbunyi:
ahli lainnya.
Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas
untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan
bedah mayat.
Maka dari itu, dokter tidak berhak melakukan pemeriksaan dalam tanpa adanya
permintaan dari penyidik.
4. Kesimpulan:
Jenazah berjenis kelamin perempuan. Panjang badan 150 cm, berat badan 35 kg.
pada pipi kiri, tangan kiri, perut kiri dan paha kiri.
Tidak terdapat pembusukkan jenazah.
Sebab kematian pasti tidak dapat diketahui karena tidak dilakukan pemeriksaan
## Apakah yg harus dicari pada kasus korban tidak dikenal? Bagaimana hasil pemeriksaan
identifikasi pd kasus ini? Apa saja yg seharusnya diperiksa terkait identifikasi dan bagaimana
menarik kesimpulannya?
Apa saja yang harus dicari pada korban tidak dikenal?
Identifikasi terhadap jenazah tidak dikenal dilakukan dengan menggunakan data pembanding
sehingga identitas personalnya dapat diketahui. Data pembanding tersebut ialah: sidik jari,
medical record gigi geligi serta contoh DNA.
Hasil identifikasi pada kasus ini:
Pasien dibungkus paracut berwarna putih dengan panjang 24 cm dan lebar 86 cm. Terdapat tali
berwarna putih dengan bahan kain dengan panjang 94 cm, terdapat 2 karet gelang berwarna hijau
dengan panjang 15 cm dan merah dengan panjang 14 cm. Terdapat baju lengan panjang berbahan
katun, tidak berlabel/bermerk, berwarna coklat muda dengan kerutan di bagian lengan atas
bagian kanan dan kiri, dengan motif bunga berwarna biru, dengan panjang baju 69 cm dan lebar
55 cm. Jumlah kancing pada baju ada 5 buah.
Apa saja yg seharusnya diperiksa terkait identifikasi dan bagaimana menarik
kesimpulannya?
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk
menentukan identitas sesorang.
Penentuan identitas personal bisa menggunakan beberapa metode seperti dibawah:
Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil
positif (tidak meragukan).
## Berdasarkan pemeriksaan luar yg dilakukan, ditelaah berdasarkan teori di text book (boleh
pakai Simpson, Knight, atau D'Maio), apakah perkiraan mekanisme kematian dan sebab
kematian, serta cara kematian pd kasus ini?
Pada pemeriksaan luar ditemukan:
Lebam mayat yang dapat memperkirakan saat kematian, posisi kematian, tanda pasti
kematian seluler dan adanya manipulasi pada jenazah.
Tidak ditemukan adannya tanda-tanda kekerasaan yang signifikan.
Tidak ada tanda-tanda yang mengarah kepada keracunan.
Sebab kematian
Mekanisme kematian
: Tidak diketahui
Cara kematian
: Sudden Death
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto, A., Widiatmaka, W., et al. (1997). Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Idries, Abdul Munin. (1997). Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Bina
Rupa Aksara.
3. Shepherd, R. (2003). Change After Death in Simpsons Forensic Medicine. 12th Edition.
Arnold.
Pemeriksaan secara visual dan fotografi mengenali ciri-ciri muka atau sinyalemen
tubuh lainnya.
tidak dapat menggunakan sarana identifikasi konvensional atau kurang memperoleh hasil
identifikasi yang meyakinkan, antara lain:
Pemeriksaan ciri-ciri tubuh yang spesifik maupun yang non-spesifik secara medis
melalui pemeriksaan luar dan dalam pada waktu otopsi. Beberapa ciri yang
spesifik, misalnya cacat bibir sumbing atau celah palatum, bekas luka atau operasi
luar (sikatrik atau keloid), hiperpigmentasi daerah kulit tertentu (toh), tahi lalat,
tato, bekas fraktur atau adanya pin pada bekas operasi tulang atau juga hilangnya
bagian tubuh tertentu dan lain-lain. Beberapa contoh ciri non-spesifik antara lain
misalnya tinggi badan, jenis kelamin, warna kulit, warna serta bentuk rambut dan
mata, bentuk-bentuk hidung, bibir dan sebagainya.
Pemeriksaan golongan darah berbagai sistem: ABO, Rhesus, MN, Keel, Duffy,
HLA dan sebagainya.
Untuk identifikasi kasus jenazah sesuai dengan metode DVI, korban dinyatakan postif
terdentifikasi apabila:
Menggunakan satu atau lebih ukuran identifikasi primer telah terbukti dengan atau tanpa
data sekunder
Minimal 2 data sekunder dapat ditemukan apabila data primer tidak ada
Identifikasi Sekunder
-
jam dan di ekstremitas antara 4 dan 6 jam setelah kematian. Dan kekuatan rigornya
bertambah pada 6 sampai 12 jam ke depan. Pertama kali di periksa, rigor akan tidak
berubah sampai dekomposisi dari sel dan otot sel kehilangan kohesinya. Kelemahan
sekunder akan Nampak dari 24 sampai 50 jam setelah meninggal. Cara yang terbaik
untuk mengecek rigor pada join menggunakan tekanan yang lembut dari satu atau dua
tangan. Tujuannya untuk mendeteksi kehadiran dan bertambahnya dari kekakuan tapi
tidak untuk menghilangkan kekakuannya tersebut. Bila rigor rusak karena terlalu banyak
tekanan. Kekuatan ototnya tidak bisa di tes lagi.
Pemeriksaan sesuai yang sesuai dengan aturan tapi berguna:
- Badan terasa hangat dan lemah kematian kurang dari 3 jam
- Badan terasa hangat dan kaku kematian antara 3 ampai 8 jam
- Badan terasa dingin dan kaku kematian antara 8 sampai 36 jam
- Badan terasa dingin dan lemah lebih dari 36 jam
2. Lebam Mayat / Livor Mortis : Timbul 30 menit sampai 2 jam setelah kematian. Dalam
hal ini setelah terbentuk hypostasis yang menentap dalm waktu 10 sampai 12 jam.
Ternyata akan menimbulkan lebam mayat pada sisi yang berlawanan setelah dilakukan
reposisi pada tubuh dari pronasi ke supinasi. Lebam mayat ini biasanya berkembang
secara bertahap, dan dimulai dengan timbulnya bercak-bercak berwarna keunguan dalam
waktu kurang dari 30 menit sesudah kematian. Bercak-bercak itu intensitasnya menjadi
meningkat dan bergabung menjadi satu dalam beberapa jam kemudian. Fenomena ini
menjadi komplit dalam waktu kurang lebih 8 sampai 12 jam. Dalam waktu ini dapat
dikatakan lebam mayat terjadi secara menetap, dan tidak akan menghilang dengan
penekanan.
Starvation
Nutrisi yg buruk yg mengarah ke kelaparan kronik akan mnyebabkan infeksi dan defisiensi
disorder spt beriberi ato pellagra,yg mnyebabkan kondisi kulit dan organ dlm mnjadi kondisi
katabolik yg mnyebabkan defisiensi kalori. Dgn syarat kalori intake krg dri 1500kkal dlm wktu
lama yg mnyebabkan body fat dan masa otot akan hilang. Kmudian bila bb turun krg dri 40% dri
bb aktual akan menyebabkan kmatian. Kekurangan mknn dan mnuman skitar 50-60 hri akan
myebabkan
kmatian.
Ada
Tanpa
minum
macam
10hri
jg
akan
mti
mati.
kelaparan:
1.basah: edem di hmpr sluruh tbh,asites dan efusi pleura krn hipoproteinaemia krn masa otot
dimetabolisme
2.kering:
tdk
untk
ada
edem,ada
kbutuhan
hipotensi,
gagal
energi.
jantung
insipien.
Penampakan pd kasus hidup dan mti biasanya sunken dan kakesia face dgn kulit trtarik pada
tlg pipi dan prominent jaw, zigoma dan orbital ,margin. Mata sunken krn hilangny lemk pd
orbital,yg disertai dehidrasi. Ribs,spine dan smua tulang menonjol, dan perut brbentuk skapoid
(konkaf antara kostal margin dan iliac crest). Atau mungkin menonjol bila asites adalah faktor
utama .diameter dari ekstremitas akan berukurang dan kepala akan membesar ,leher akan
menyempit
Pada
kulit
anak:pucat
akan
dan
tampak
transparan
bbrapa
dan
akan
abnormalitas
terlihat
.
vena.
Pada klaparan kronis:akan terjadi infeksi, akan nampak penebalan dari lesi inflamasi
Akan terjadi penekanan pada pantat, sakrum dan tumit krn kehilangan dr lemak subkutan dan
terjadi pengurangan dr elastisitas kulit dan berkurangnya pergerakan .gusi akan membengkak
gigi
akan
hilang
bibir
pecah2
dan
akan
nampak
defisiensi
protein
dan
vitamin
Kebanyakan organ kecuali otak akan berkurang beratnya dibandingkan dengan orang pada
usia dan jenis kelamin yg sama . Abdomen akan distended,krn adanya gas dan akan nampak
kurus translusen. Empedu akan tertarik ke vesica velea krn berkurangnya stimulus. Fecolith yg
keras pd rektum. Urin dan nafas bau keton