BLOK NEOPLASIA
NYERI PERUT KANAN ATAS
KELOMPOK A.3
KETUA
Hamdan Muhammad
SEKRETARIS:
ANGGOTA
1102013120
1102013045
1102012107
1102013006
1102013010
1102013108
Anisa Fazrin
1102013031
Listiana Widyarahma
1102013156
Devinta Dhia
1102013077
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI JAKARTA
2015/2016
Skenario 2
NYERI PERUT KANAN ATAS
Seorang karyawan berumur 54 tahun, berobat ke poli penyakit dalam. Pasien
mengeluhkan nyeri pada perut kanan atas yang dialami sejak 6 bulan lalu, hilang
timbul namun dua bulan terakhir nyeri semakin sering. Merasa mual dan selera makan
berkurang sejak 4 bulan yang lalu sehingga berat badan berkurang 15 kg. dari
anamnesis diketahui pasien pernah terkena hepatitis 15 tahun yang lalu dan sering
mengkonsumsi alkohol.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan BB 45 kg dengan TB 165 cm. Tekanan darah dan
tanda vital lainnya normal. Pemeriksaan abdomen Hepatomegali, dengan permukaan
hati bernodul, tepi tumpul dan nyeri tekan (+). Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan peningkatan serum transaminase SGPT dan SGOT dengan bilirubin
normal, Alpha Feto Protein (AFP) 1000 U/L (normal: <10 U/L), anti-HCV positif.
Setelah diberikan analgetik dan hepatoprotektor nyeri mereda. Setelah dilakukan
pemeriksaan USG dan biopsy hati pasien didiagnosis karsinoma hepatoseluler. Pasien
dianjurkan untuk menjalani transplantasi gati. Pasien meminta waktu untuk
berkonsultasi dengan seorang ulama.
KATA SULIT
1.
2.
3.
4.
AFP : Alfa Fito Protein= suatu protein plasma untuk tumor marker
Anti HCV : Test antibody hepatitis C
HCC : tumor ganas hati primer yang berasal dari sel hepatosit
Hepatoprotektor : senyawa obat yang dapat memberikan
perlindungan terhadap hati dari kerusakan yang ditimbulkan
untuk obat, racun dll
HIPOTESIS
SASARAN BELAJAR
LI 1 Memahami dan menjelaskan Karsinoma Hepatoseluler
1.1 Definisi
1.2 Epidemiologi
1.3 Etiologi
1.4 Klasifikasi
1.5 Patofisiologi
1.6 Manifestasi Klinis
1.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding
1.8 Penatalaksanaan
1.9 Komplikasi
1.10
Pencegahan
1.11
Prognosis
1.2 Epidemiologi
Karsinoma hepatoselular (hepatocellular carcinoma = HCC) jarang didapati
di dunia barat, namun sering terjadi di daerah Sahara di Afrika serta di Asia Timur
(kecuali Jepang). Keganasan primer pada hati ini menduduki tempat keenam dari
keganasan yang tersering di dunia, dan tempat ketiga pembawa kematian-akibat
kanker dengan nisbah mortalitas terhadap insidensnya sebesar 0,9. Di seluruh
dunia, HCC menyumbang jumlah kematian lebih dari sejuta orang setiap
tahunnya.Hepar sendiri merupakan tempat yang lazim bagi metastasis kanker
yang berasal dari gastrointestinal, terutama dari daerah kolorektal.
Distribusi geografis HCC di seluruh dunia sangat tidak merata (Gambar 4).
Negara-negara di Asia Tenggara (Taiwan, Korea, Thailand, Hong Kong,
Singapura, Malaysia, Cina Selatan) dan Afrika tropis menunjukkan insidens
paling tinggi dengan 1020 per 100.000 populasi. Laju prevalensi juga bervariasi
di antara negara-negara tersebut, dengan insidens sebesar 150 per-100.000
populasi di Taiwan dan 28 per-100.000 populasi di Singapura.Tingginya laju
insidens serupa diperkirakan didapati di Kamboja, Vietnam, dan Myanmar, namun
dokumentasi yang tepat tidak didapatkan. Laju terendah HCC sebesar 13 per100.000 populasi didapatkan di negara Barat, Australia, Amerika Selatan, dan
India; sedangkan laju yang menengah didapatkan di Jepang, Timur Tengah, dan
negara-negara Mediterania. Bila didasarkan atas kelompok etnis, variasi insidens
HCC tertinggi didapatkan pada etnis Cina (16,2/100.000 pada pria dan 5/100.000
pada wanita), disusul Hispanik atau Latin (9,8/100.000 pada pria dan 3,5/100.000
pada wanita), Afrika-Amerika (7,1/100.000 pada pria dan 2,1/100.000 pada
wanita), dan etnis Jepang (5,5/100.000 pada pria dan 4,3/100.000 pada wanita).
HBV
HCV
Alcohol
Tobacco
OCPs
Aflatoxi
n
Other
Europe
and
United States
Estimat Range
e
22
4-58
60
12-72
45
8-57
12
0-14
10-50
Limited exposure
<5
Japan
Estimate
Range
20
63
20
40
-
18-44
48-94
15-33
9-51
-
Estimat
e
60
20
22
8
<5
(sumber emedicine.medscape.com)
Range
40-90
9-56
11-41
-
1.3 Etiologi
Dewasa ini hepatoma dianggap terjadi dari hasil interaksi sinergis
multifaktor dan multifasik, melalui inisiasi, akselerasi, dan transformasi, serta
peran onkogen dan gen terkait. Walaupun penyebab pasti hepatoma belum
diketahui, tetapi sudah dapat diprediksi factor risiko yang memicu hepatoma,
yaitu:
Sirosis hati
Sirosis hati merupakan faktor risiko utama hepatoma di dunia dan
melatarbelakangi lebih dari 80% kasus hepatoma. Komplikasi yang sering
terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian atas,
ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal adalah
suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati,
hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi
darah. Sindrom ini mempunyai risiko kematian yang tinggi.
Aflatoksin
Aflatoksin B1 (AFB1) merupakan mikotoksin yang diproduksi oleh jamur
Aspergillus. Dari percobaan binatang, diketahui bahwa AFB1 bersifat
karsinogenik. Metabolit AFB1 yaitu AFB 1-2-3-epoksid merupakan
karsinogen utama dari kelompok aflatoksin yang mampu membentuk ikatan
dengan DNA maupun RNA. Salah satu mekanisme hepatokarsinogenesisnya
ialah kemampuan AFB1 menginduksi mutasi pada kodon 249 dari gen
supresor tumor p53.
Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko utama untuk non-alcoholic fatty liver
disease (NAFLD), khususnya nonalcoholic steatohepatitis (NASH) yang
dapat berkembang menjadi sirosis hati dan kemudian dapt berlanjut menjadi
Hepatocelluler Carcinoma (HCC).
Diabetes mellitus
Pada penderita DM, terjadi perlemakan hati dan steatohepatis non-alkoholik
(NASH). Di samping itu, DM dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin
Alkohol
Meskipun alkohol tidak memiliki kemampuan mutagenik, peminum berat
alkohol berisiko untuk menderita hepatoma melalui sirosis hati alkoholik.
Kontrasepsi oral
1.4 Klasifikasi
Beberapa sistem staging HCC telah diajukan dan dipakai, antara lain
klasifikasi TNM, klasifikasi menurut Okuda, BCLC (Barcelona Clinic Liver
Cancer), CLIP (Cancer ofLiver Italian Program), GRETCH (Group dEtute et de
Traitement du CarcinomeHepatocellulaire), CUPI (Chinese University Prognostic
Index) serta JIS (JapaneseIntegrated Staging).
Klasifikasi menurut TNM disusun oleh The International Cooperative Study
Group on Hepatocellular Carcinoma berdasarkan evaluasi survival dari 557
pasien HCC (lihatTabel 1). Sistem klasifikasi CLIP, GRETCH dan CUPI masingmasing merupakan hasilanalisis multivariat berbagai faktor survival pasien HCC
dalam suatu penelitian kohort.
Okuda dkk. menyadari pentingnya ukuran tumor maupun fungsi hepar sebagai
faktorfaktor terpenting dalam penentuan prognosis HCC, namun penilaian mereka
dalam hal ukuran tumor masih kasar (pembedaan berdasarkan ukuran lebih besar
atau kurang daripada 50% ukuran hepar), sementara pengukuran fungsi hepar
hanya didasarkan pada adanya asites serta pada kadar albumin dan bilirubin serum
(Tabel 2).
Klasifikasi Child-Pugh
1.5 Patofisiologi
Inflamasi, nekrosis, fibrosis, dan regenerasi dari sel hati yang terus berlanjut
merupakan proses khas dari sirosis hepatis yang juga merupakan proses dari
pembentukan hepatoma walaupun pada pasien-pasien dengan hepatoma, kelainan
sirosis tidak selalu ada.
Virus hepatitis, dikarenakan protein tersebut merupakan suatu RNA. RNA
akan berkembang dan mereplikasi diri di sitoplasma dari sel hati dan
menyebabkan suatu perkembangan dari keganasan yang nantinya akan
menghambat apoptosis dan meningkatkan proliferasi sel hati. Sel-sel meregenerasi
sel-sel hati yang rusak menjadi nodul-nodul yang ganas sebagai respons dari
adanya penyakit yang kronik yang disebabkan oleh infeksi virus nodul sehingga
mulai terbentuk karsinoma hepatoseluler.
Etiologi:
-HBV
-HCV
-Alcohol
Transformasi malignan
1. Pertumbuhan sentrifungal
2. Perluasan parasinusoidal
3. Penyebaran system vena portal
4. Metastasis jauh
Perjalanan penyakit cepat bila tidak segera diobati, sebagian besar pasien
meninggal dalam 3-6 bulan setelah diagnosis. Perjalanan klinis keganasan hati
tidak berbeda diantara pasien yang terinfeksi kedua virus dengan hanya terinfeksi
salah satu virus yaitu HBV dan HCV. Infeksi kronik ini sering menimbulkan
sirosis yang merupakan faktor resiko penting untuk karsinoma hepatoseluler.
Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena
memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada
hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap sulai darah normal
pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.
Inflamasi pada hepar terjadi karena invasi virus HBV atau HCV akan
mengakibatkan kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik (empedu yang
membesar tersumbat oleh tekanan nodul malignan dalam hilus hati) sehingga
menimbulkan nyeri. Hal ini dimanifestasikan dnegan adanya rasa mual dan nyeri
di ulu hati. Sumbatan intrahepatik dapat menimbulkan hambatan pada aliran
portal sehingga tekanan portal akan naik dan terjadi hipertensi portal.
Timbulnya asites karena penurunan sintesa albumin pada proses metabolism
protein sehingga terjadi penurunan tekanan osmotic dna peningkatan cairan atau
penimbunan cairan didalam rongga peritoneum.gangguan metabolism protein
yang mengakibatkan penurunan sintesa fibrinogen protrombin dan terjadi
penurunan faktor pembekuan darah sehinga dapat menimbulkan perdarahan.
Ikterus timbul karena kerusakan sel parenkim hati dan duktuli empedu
intrahepatik maka terjadi kesukaran pengangkutan tersebut dalam hati.akibatnya
bilirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatica, karena terjadi
retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum
mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami
konjugasi (bilirubin direk). Jadi, ikterus yang timbul disini terutama disebabkan
karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin oleh
karena nodul tesebut menyumbat vena portal atau bila jaringan tumor tertanam
dalam ronga peritoneal.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garamgaram empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
Gangguan metabolism karbohidrat, lemak, dan protein menuebabkan penurunakan
glikogenesis dan glukoneogenesis sehingga glikogen dalam hepar berkuranh,
glikegenolisis menurun dan glukosa dalam darah berkurang akibatnya timbul
keletihan.
Kerusakan sel hepar juga dapat mengakibatkan penurunan fungsi
penyimpanan vitamin dan mineral sehingga terjadi defisiensi pada zat besi,
vitamin A, vitamin K, vitamin D, vitamin E, dll. Defiseinsi zat besi dapat
mengakibatkan keletihan , defisiensi vitamin A mengakibatkan gangguan
penglihatan, defisiensi vitamin K mengakibatkan resiko terjadi perdarahan,
defisiensi vitamin D mengakibatkan demineralisasi tulang dan defisiensi vitamin
E berpengaruh pada integritas kulit.
II.
A. ANAMNESIS
Sebagian besar penderita yang datang berobat sudah dalam fase lanjut dengan keluhan
nyeri perut kanan atas. Sifat nyeri ialah nyeri tumpul,terus-menerus, kadang-kadang
terasa hebat apabila bergerak. Di samping keluhan nyeri perut ada pula keluhan
seperti benjolan di perut kanan atas tanpa atau dengan nyeri, perut membuncit karena
adanya asites. Dan keluhan yang paling umum yaitu merasa badan semakin lemah,
anoreksia, perasaan lekas kenyang.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik umumnya didapatkan pembesaran hati yang berbenjol, keras,
kadang disertai nyeri tekan.
-
Karena lebih dari 90% hepatoma disertai sirosis hati, hepatitis danlatar belakang
penyakit hati lain, maka jika ditemukan kelainan fungsihati, petanda hepatitis B
atau hepatitis C positif, artinya terdapat dasarpenyakit hati untuk hepatoma, itu
dapat membantu dalam diagnosis.
HbsAg atau anti Hb-C, anti anti HCV untuk mengetahui virus hepatitis B/C dahulu
atau sekarang.
5
6
7
8
CT Scan
CT telah menjadi parameter pemeriksaan rutin terpenting untuk diagnosis lokasi
dan sifat karsinoma hepatoseluler. CT dapat membantu memperjelas diagnosis,
menunjukkan lokasi tepat, jumlah dan ukuran tumor dalam hati hubungannya
dengan pembuluh darah, dalam penentuan modalitas terapi sangatlah penting.
Terhadap lesi mikro dalam hati yang sulit ditentukan CT rutin dapat dilakukan CT
dipadukan dengan angiongrafi (CTA), atau ke dalam arteri hepatika disuntikkan
lipiodol, sesudah 1-3 minggu dilakukan lagi pemeriksaan CT, pada waktu ini CT
lipiodol dapat menemukan hepatoma sekecil 0,5 cm. CT scan sudah dapat
membuat gambar karsinoma dalam 3 dimensi dan 4 dimensi dengan sangat jelas
serta memperlihatkan hubungan karsinoma ini dengan jaringan tubuh sekitarnya.
HCC
multipel
Okuda dkk. menyadari pentingnya ukuran tumor maupun fungsi hepar sebagai
faktorfaktor terpenting dalam penentuan prognosis HCC, namun penilaian mereka
dalam hal ukuran tumor masih kasar (pembedaan berdasarkan ukuran lebih besar atau
kurang daripada 50% ukuran hepar), sementara pengukuran fungsi hepar hanya
didasarkan pada adanya asites serta pada kadar albumin dan bilirubin serum (Tabel 2).
memasukkan kriteria penilaian akan adanya trombosis vena porta. Sistem terakhir ini
dinilai banyak kalangan peneliti sebagai sistem yang cukup lengkap dalam stratifikasi
dan penentuan prognosis pasien HCC. Saat ini American Association for the Study of
LiverDiseases (AASLD) dan European Association for the Study of the Liver (EASL)
telah menyepakati pemakaian sistem BCLC sebagai sistem staging bersama.
STANDAR DIAGNOSIS
Pada tahun 2001 Komite Khusus Hepatoma Asosiasi Antitumor telah menetapkan
standar diagnosis dan klasifikasi stadium klinis hepatoma primer.
1. Standar diagnosis klinis hepatoma primer.
(1) AFP > 400 ug/L, dapat menyingkirkan kehamilan, tumor embrional sistem
reproduksi, penyakit hati aktif, hepatoma metastatik, selain itu teraba hati membesar,
keras dan bermassa nodular besar atau pemeriksaan pencitraan menunjukkan lesi
penempat ruang karakteristik hepatoma.
(2) AFP < 400 ug/L, dapat menyingkirkan kehamilan, tumor embrional sistem
reproduksi, penyakit hati aktif, hepatoma metastatik, selain itu terdapat dua jenis
pemeriksaan pencitraan menunjukkan lesi penempat ruang karakteristik hepatoma
atau terdapat dua petanda hepatoma (DCP, GGT-II, AFU, CA19-9) positif serta satu
pemeriksaan pencitraan menunjukkan lesipenempat ruang karakteristik hepatoma.
i. Jumlah Tumor
Single
Multipl
e
<50
>50
<400
400
No
Yes
DIAGNOSIS BANDING
1
Hemangioma
Abses hepar
Sangat sukar dibedakan anatara abses piogenik dan amebik. Biasanya sangat besar,
kadang-kadang multilokular. Struktur eko rendah sampai cairan (anekoik) dengan
adanya bercak-bercak hiperekoik (debris) di dalamnya. Tepinya tegas, irregular
yang makin lama makin bertambah tebal.9
Tumor metastasis
Hepar adalah organ yang paling sering menjadi tempat tumor metastasi setelah
kelenjar limfe. Gambaran eko bergantung pada jenis asal tumor primer. Jadi dapat
berupa struktur eko yang mungkin lebih tinggi atau lebih rendah daripada jaringan
hati normal.8
1.8 Penatalaksanaan
Pemilihan pengobatan kanker hati ini sangat tergantung pada hasil
pemeriksaan radiologi. Sebelum ditentukan pilihan pengobatan hendaklah
dipastikan besarnya ukuran kanker, spesifik lokasi kanker, lesi kanker serta
ada tidaknya penyebaran ke tempat lain. Berikut pengobatan yang
dilakukan pada penderita kanker hati yaitu :
A Terapi Operasi
1
Reseksi Hepatik
Untuk pasien dalam kelompok non sirosis yang biasanya mempunyai fungsi
hati normal pilihan utama terapi adalah reseksi hepatik. Namun untuk pasien
sirosis diperlukan kriteria seleksi karena operasi dapat memicu timbulnya
gagal hati yang dapat menurunkan angka harapan hidup. Kontra indikasi
tindakan ini adalah metastasis ekstrahepatik, hepatoseluler karsinoma difus
atau multifokal, sirosis stadium lanjut dan penyakit penyerta yang dapat
mempengaruhi ketahanan pasien menjalani operasi. Kontraindikasi absolut
bagi reseksi adalah adanya metastasis jauh, trombosis vena porta utama, atau
adanya trombosis vena cava inferior. Penyebab tersering mortalitas
pascaoperasi adalah kegagalan hati, perdarahan, serta komplikasi sepsis, yang
dapat diperkecil kemungkinannya dengan seleksi pasien secara baik.
Pengembangan teknik operasi memungkinkan diangkatnya jaringan hepar
yang mengandung nodul HCC secara selektif dengan teknik segmentektomi,
atau bahkan secara superselektif dengan subsegmentektomi (tindakan ini dapat
dikerjakan dengan panduan USG intraoperasi, yang dikenal sebagai prosedur
Makuuchi)
Transplantasi Hati
B Terapi Lokal
1
b. Terapi hormonal
Estrogen secara in vitro terbukti memiliki efek merangsang proliferasi
hepatosit, dan secara in vivo bisa memicu pertumbuhan tumor hepar. Obat
antiestrogen, tamoxifen, dipakai karena bisa menurunkan jumlah reseptor
estrogen di hepar. Namun hasil studi random fase III yang dilakukan oleh
Barbare ternyata tidak menunjukkan peningkatan survival.
c. Terapi somatostatin (ocreotide, lanreotide)
Somatostatin memiliki aktivitas antimitosis terhadap berbagai tumor nonendokrin, dan sel-sel HCC memiliki reseptor somatostatin. Karena itu
analog somatostatin dipakai untuk menangani pasien dengan HCC yang
lanjut. Sebuah penelitian random awal oleh Kouroumalis dkk.
menunjukkan perbaikan survival pada pasien yang diberi terapi ocreotide
secara subkutan, namun studi lainnya oleh Becker dkk. menunjukkan
tidak ada peningkatan survival pada pemberian ocreotide aksi lama
(lanreotide).
The Barcelona-Clinic Liver Cancer (BCL\C) approach to hepatocellular carcinoma management. Adapted from Llovet JM, Fuster
J, Bruix J, Barcelona-Clinic Liver Cancer Group. The Barcelona approach: diagnosis, staging, and treatment of hepatocellular
carcinoma. Liver Transpl. Feb 2004;10(2 Suppl 1):S115-20.
Stage 0 = reseksi.
Stage A = terapi radikal (reseksi, transplantasi hati, atau pengobatan
perkutan).
Stage B = terapi kemoembolisasi.
Stage C = pasien dengan stadium lanjut kemungkinan mendapatkan agen
baru dalam randomized controlled trials (RCTs).
Sedangkan pada stage D = pasien dengan stadium akhir akan menerima
pengobatan simptomatik.
1.9 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi adalah:
1. Metastasis
2. Ruptur
Insiden ruptur spontan hepatoma mencapai 11% 26% di negara-negara
timur, sedangkan di negara-negara barat hanya mencapai 2% 3%. Tanda
-tanda rupture spontan hepatoma sering didapat hanya dengan tanda-tanda
seperti nyeri perut kanan bawah karena darah turun mengikuti Para colic
gutter kanan. Tetapi dapat juga dengan tanda-tanda darah dalam peritoneum
dan syok hemoragik. Sakit perut di kanan atas yang tiba-tiba merupakan
pertanda terjadinya rupture.Tumor yang akan rupture terletak dekat permukaan
dan dapat di deteksi dengan CT Scan yang tampak menmonjol keluar. Ruptur
terjadi karena arteri kehilangan elastin dan degradasi dari kolagen. Terapi
dahulu di lakukan dengan tindakan agresif operasi / reseksi hati, tetapi angka
kematiannya tinggi.
1.10
Pencegahan
Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial adalah pencegahan yang dilakukan terhadap orang
yang belum terpapar faktor risiko. Pencegahan yang dilakukan antara lain :
1. Konsumsi makanan berserat seperti buah dan sayur serta konsumsi
makanan dengan gizi seimbang.
2. Hindari makanan tinggi lemak dan makanan yang mengandung bahan
pengawet/ pewarna.
3. Konsumsi vitamin A, C, E, B kompleks dan suplemen yang bersifat
antioksidan, peningkat daya tahan tubuh.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan pencegahan yang dilakukan terhadap orang
yang sudah terpapar faktor risiko agar tidak sakit. Pencegahan primer yang
dilakukan antara lain dengan :
1. Memberikan imunisasi hepatitis B bagi bayi segera setelah lahir sehingga
pada generasi berikutnya virus hepatitis B dapat dibasmi.
2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang virus hepatitis
(faktor-faktor risiko kanker hati) sehingga kejadian kanker hati dapat
dicegah melalui perilaku hidup sehat.
3. Menghindari makanan dan minuman yang mengandung alkohol karena
alkohol akan semakin meningkatkan risiko terkena kanker hati.
4. Menghindari makanan yang tersimpan lama atau berjamur karena berisiko
mengandung jamur Aspergillus flavus yang dapat menjadi faktor risiko
terjadinya kanker hati.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya yang dilakukan terhadap orang yang
sudah sakit agar lekas sembuh dan menghambat progresifitas penyakit melalui
diagnosis dini dan pengobatan yang tepat.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yang dapat dilakukan yaitu berupa perawatan terhadap
penderita kanker hati melalui pengaturan pola makan, pemberian suplemen
pendukung penyembuhan kanker, dan cara hidup sehat agar dapat mencegah
kekambuhan setelah operasi.
1.11
Prognosis
Sebagian besar kasus HCC berprognosis buruk karena tumor yang besar/
ganda dan penyakit hati stadium lanjut serta ketiadaan atau ketidakmampuan
penerapan terapi yang berpotensi kuratif (reseksi, transplantasi, dan PEI).
Stadium tumor, kondisi umum kesehatan, fungsi hati, dan intervensi spesifik
mempengaruhi prognosis pasien HCC.
Jika tidak diterapi, survival rata-rata alamiah adalah 4,3 bulan. Kausa
kematian umumnya adalah kegagalan sistemik, perdarahan saluran cerna atas,
koma hepatic dan ruptur hati. Faktor yang mempengaruhi prognosis terutama
ialah ukuran dan jumlah tumor, ada tidaknya trombus kanker dan kapsul,
derajat sirosis yang menyertai, metode terapi, dll.
Selama dalam pekerjaan transplantasi itu tidak ada unsur merusak tubuh mayat
sebagai penghinaan kepadanya.
Alasan Dasar Pandangan-Pandangan Transplantasi Organ
Sebagaimana halnya dalam kasus-kasus lain, karena karakter fikih dalam
Islam, pendapat yang muncul tak hanya satu tapi beragam dan satu dengan lainnya,
bahkan ada yang saling bertolak belakang, meski menggunakan sumber-sumber yang
sama. Dalam pembahasan ini akan disampaikan beberapa pandangan yang cukup
terkenal, dan alasan-alasan yang mendukung dan menentang transplantasi organ,
menurut aziz dalam beranda, yaitu:
Pandangan yang menentang pencangkokan organ.
Ada tiga alasan yang mendasar, yaitu:
a)
Setiap bentuk agresi terhadap tubuh manusia dilarang, karena ada beberapa perintah
yang jelas mengenai ini dalam Al-Quran. Dalam kaitan ini ada satu hadis (ucapan)
Nabi Muhammad yang terkenal yang sering dikutip untuk menunjukkan dilarangnya
manipulasi atas tubuh manusia, meskipun sudah menjadi mayat, Mematahkan tulang
mayat seseorang adalah sama berdosa dan melanggarnya dengan mematahkan tulang
orang itu ketika ia masih hidup
b)
Hidup dan tubuh manusia pada dasarnya adalah bukan miliknya sendiri, tapi pinjaman
dari Tuhan dengan syarat untuk dijaga, karena itu manusia tidak boleh untuk merusak
pinjaman yang diberikan oleh Allah SWT.
c)
Pada dasarnya manipulasi organ memang tak diperkenankan, meski demikian ada
beberapa pertimbangan lain yang bisa mengalahkan larangan itu, yaitu potensinya
untuk menyelamatkan hidup manusia yang mendapat bobot amat tinggi dalam hukum
Islam. Dengan alasan ini pun, ada beberapa kualifikasi yang mesti diperhatikan, yaitu
(1) Pencangkokan organ boleh dilakukan jika tak ada alternatif lain untuk
menyelamatkan nyawa, (2) derajat keberhasilannya cukup tinggi ada persetujuan dari
pemilik organ asli (atau ahli warisnya), (3) penerima organ sudah tahu persis segala
implikasi pencangkokan ( informed consent )
b)
Altruisme
Ada kewajiban yang amat kuat bagi muslim untuk membantu manusia lain khususnya
sesama muslim, pendonoran organ secara sukarela merupakan bentuk altruisme yang
amat tinggi (tentu ini dengan anggapan bahwa si donor tak menerima uang untuk
tindakannya), dan karenanya dianjurkan
DAFTAR PUSTAKA
Budihussodo, Unggul. 2006. Karsinoma Hati. Editor: Aru W. Suyono dalam
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 edisi keIV. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Guyton, dan Hall. 2007. Hati Sebagai Organ. Dalam Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC
Jacobson R.D., 2009. Hepatocelluler Carcinoma.
http://emedicine.medscape.com/article/369226-overview
Diakses
dari