PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI METE

(Anacardium occidentale, L.)TERHADAP

PERKEMBANGAN FOLIKEL OVARIUM TIKUS PUTIH
(Rattus norvegicus, L.)

Oleh :
Trisnani Alif/11308141009

Latar belakang
Tumbuhan
sebagai alternatif
pengobatan

fitoestrogen

Identifikasi Masalah
1. Biji mete mengandung senyawa fitoestrogen berupa
flavonoid,
senyawa
tersebut
berpotensi
dalam
menimbulkan efek hormonal, namun pengaruhnya dari
ekstrak biji mete terhadap organ reproduksi khususnya
ovarium belum diketahui.
2. Pertumbuhan folikel ovarium dipengaruhi oleh estrogen
endogen.namun keberadaan fitoestrogen yang berasal
dari biji mete belum diketahui pengaruhnya terhadap
pertumbuhan folikel ovarium.
3. Fitoestrogen dalam biji mete memiliki struktur mirip
dengan estrogen endogen. Kelebihan dan kekurangan
pemberian ekstrak biji mete yang mengandung
fitoestrogen terhadap perkembangan folikel ovarium
pada tikus putih belum diketahui.

penelitian
ini dibatasi hanya pada pengaruh pemberian
Batasan
Masalah
ekstrak biji mete (Anacardium occidentale, L.)
terhadap perkembangan folikel ovarium tikus putih
(Rattus norvegicus, L.) meliputi perkembangan folikel
primer, sekunde, tersier, de Graff, korpus luteum dan
folikel atresia.

Rumusan Masalah
Apa pengaruh ekstrak biji mete (Anacardium
occidentale, L.) terhadap perkembangan
folikel ovarium tikus putih (Rattus norvegicus,
L.)?

Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh ekstrak biji
mete (Anacardium occidentale, L.)
terhadap perkembangan folikel
ovarium tikus putih (Rattus
norvegicus, L.).

Definisi Operasional
Biji mete yang digunakan merupakan biji mete asli
Indonesia yaitu (Anacardium occidentale, L.) kemudian
diekstrak menggunakan teknik maserasi dengan pelarut
etanol 96%.
Perkembangan folikel ovarium tikus putih bersifat
mikroskopik, perkembangan folikel ovarium yang diamati
yaitu folikel primer, foliker sekunder, folikel tersier, folikel
de Graff, folikel atresia dan korpus luteum. Perkembangan
folikel ovarium diamati sesudah tikus mendapat perlakuan
ekstrak biji mete pada fase estrus.
Tikus yang digunakan adalah tikus putih betina (Rattus
norvegicus, L.) galur wistar yang belum pernah bunting.
Dengan umur 2 bulan, berat badan rata-rata 200 gram.

Kajian pustaka
1. Biji mete

Kandungan kimia
Tanaman mete mengandung: tannin,
galat, katekin, flavanol, asam
anakardol, asam elegat, kardol,
metal kardol, asam oleat,asam
stearat, asam lenoleat, asam
palmetat, asam lignoserat, asam
anakardat, flavonoid, dan vitamin (B.
Dzulkarnain, dkk. 1995: 8).

2. Tikus putih
a. Karakteristik tikus putih
b. Klasifikasi tikus putih
3. ovarium

a.
b.
4.
c.
d.
e.
5.

Karakteristik ovarium
Fungsi ovarium
Peranan hormon reproduksi betina
Hormon estrogen
Hormon progesteron
FSH dan LH
Siklus estrus

Kerangka berfikir
Ekstrak biji mete
(Anacardium occidentale,
L.)

Fitoestrogen:flavono
id

Efek hormonal

Fitoestrogen
berikatan dengan
reseptor estrogen

Berpengaruh
terhadap
perkembangan
folikel ovarium

Hipotesis
Pemberian ekstrak biji mete
(Anacardium occidentale, L.)
berpengaruh terhadap
perkembangan folikel ovarium tikus
putih (Rattus norvegicus, L.).

Rancangan/Desain Penelitian
Pemberian ekstrak biji mete dengan
volume 1,5 ml sesuai dengan dosis
masing-masing perlakuan selama 21
hari secara oral yaitu :
P0 = 0 mg/BB tius perhari
P1 = 50 mg/BB tius perhari
P2 = 100 mg/BB tius perhari
P3 = 150 mg/BB tius perhari

Populasi dan sampel

Populasi
Tikus putih betina galur Wistar umur
2 bulan dengan berat badan 200
gram.
Sampel
20 ekor tikus putih betina berat
badan rata-rata 200 gram yang
diberi perlakuan ekstrak biji mete.

Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian: Maret Mei 2015
2. Tempat penelitian:
a. Pembuatan ekstrak biji wijen di LPPT UGM
b. Unit Pengelolaan Hewan Kebun Biologi UNY
c. Pembuatan preparat histologik di Lab.
Patologi Anatomi FKH UGM
d. Pengamatan preparat dilakukan di Lab
Anatomi dan Zoologi Biologi UNY

Variabel Penelitian
Variabel Bebas
Variasi ekstrak biji mete (Anacardium
occidentale, L.) yaitu kontrol P0=0 mg/200 gr BB
tikus perhari, P1=50 mg/200 gr BB tikus perhari,
P2=100mg/200 gr BB tikus perhari, P3=150
mg/200 gr BB tikus perhari.

Variabel Tergayut
jumlah folikel primer, sekunder, tersier, de Graff,
korpus luteum dan folikel atresia.

Perhitungan dosis
P1 = 50 mg/200gr BB tikus perhari
(dilarutkan dengan aquadest hingga
volume 1,5 ml)
P2 = 100 mg/200gr BB tikus perhari
(dilarutkan dengan aquadest hingga
volume 1,5 ml)
P3 = 150 mg/200gr BB tikus perhari
(dilarutkan dengan aquadest hingga
volume 1,5 ml)

Teknik Pengumpulan Data

Melakukan pengamatan terhadap masing-masing
preparat dengan menggunakan mikroskop kemudian
menghitung jumlah folikel.
Teknik Analisis Data
Menggunakan analisis non parametrik KruskalWallis dengan bantuan SPSS 16.

Pembuatan Preparat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Fiksasi
Trimming
Dehidrasi
Penjernihan
Parafinasi
Penanaman
Pemotongan
menggunakan
mikrotom

8. Affixing
9. Pewarnaan
menggunakan HE

Hasil penelitian

Hasil penelitian

Keterangan:
a. Folikel primer
b. Zona pelusida
c. Oosit
d. Sel granulosa

Folikel sekunder

Keterangan:
a. Folikel
sekunder
b. Sel granulosa
c. Oosit
d. Zona pelusida

Folikel tersier

Keterangan:
(a) folikel
tersier, (b)
oosit, (c) sel
granulosa (d)
antrum, (e)
zona pellucida.

Folikel de Graff

Keterangan
(a)
folikel de Graff,
(b)
(oosit,
(c)
Corona radiata
(d)
zona pelucida,
(e)
antrum,
(f)sel teka,
(g)sel granulosa.

Korpus luteum

Keterangan
a. folikel
atresia,
b. sel
granulosa,
c. sel teka

Folikel atresia

Keterangan
(a)folikel
atresia,
(b)oosit,
(c)sel granulosa

Tabel Rata-rata jumlah

folikel
Jumlah folikel ovarium
Perlakuan

Kontrol
P1
P2
P3

Folikel
Primer

Folikel
Sekunder

11,6
2,07

10,8
2,77

Folikel
Tersier

Folikel de
Graff

Korpus
Luteum

4,4 1,67 2,2 1,09 3,8 1,92 3,2 2,28

14 0,71 3,2 1,64 2,4 1,14 3,4 2,51 5,6 2,07

15,4
3,36

9,4 1,14

Folikel
Atresia

6,6
1,51

15 3,16 8,4 1,67 4,8 1,30

4 2,00

4,8 3,03 5,6 1,34 4,2 3,11

3 1,87

4,4 2,07

3 1,87

Grafik jumlah folikel ovarium

18
16
14
12

15.415
14
11.6

Kontrol

10.8

P1

9.4
8.4

10

P2

P3

6.6

4.4
3.2

4.8

2.4

4.8
3.4
2.2

5.65.6
4.4
3.8

3.2

4 4.2

0
Folikel Primer

Folikel Sekunder

Folikel Tersier

Folikel de Graff

Korpus luteum

Folikel Atresia

Grafik rata-rata dan uji Kruskal-Wallis Folikel Primer

Ovarium Tikus Putih Setelah Pemberian Ekstrak Biji
Mete

18
15.4

16
14

14
12

15

11.6

Folikel

10

primer

8
6

folikel
primer

Chi-Kuadrat

5,288

Derajat

3
kebebasan

0
kontrol

p1

p2

p3

Sig.

0,152

Grafik rata-rata dan uji Kruskal-Wallis Folikel

Sekunder Ovarium Tikus Putih Setelah
Pemberian Ekstrak Biji Mete
Folikel

12

Sekunder

10.8
10

9.4

Chi-Kuadrat
8.4

12,175

Derajat

3
kebebasan
Sig.

3.2

2
Folikel
Sekunder
0
Kontrol

P1

P2

P3

0,007

Grafik rata-rata dan uji Kruskal-Wallis Folikel

Tersier Ovarium Tikus Putih Setelah
Pemberian Ekstrak Biji Mete

Folikel

6.6

Tersier

6
5

4.8

4.4

Chi-Kuadrat

11,099

Derajat

2.4
Folikel
Tersier

2
1
0
Kontrol

P1

P2

P3

kebebasan

Sig.

0,011

Grafik rata-rata dan uji Kruskal-Wallis

Folikel de Graff Ovarium Tikus Putih
Setelah Pemberian Ekstrak Biji Mete
Folikel
de Graff

Chi-Kuadrat

4.8

3,172

Derajat

3.4

kebebasan

Sig.

2.2
2

Folikel de
Graff

1
0
Kontrol

P1

P2

P3

0,366

Grafik rata-rata dan uji Kruskal-Wallis

Korpus Luteum Ovarium Tikus Putih
Setelah Pemberian Ekstrak Biji Mete
Korpus
6

5.6

Chi-Kuadrat

5
4

luteum

5.6

2,976

4.4

Derajat

3.8

3
kebebasan

Sig.
2

Korpus
Luteum

1
0
Kontrol

P1

P2

P3

0,395

Grafik rata-rata dan uji Kruskal-Wallis

Korpus Luteum Ovarium Tikus Putih
Setelah Pemberian Ekstrak Biji Mete
Folikel
Atresia

4.5
4

4
3.5

4.2

Chi-Kuadrat

3.2

Derajat

1,111
3

kebebasan

2.5

Sig.

2
1.5
Folikel
Atresia

1
0.5
0
Kontrol

P1

P2

P3

0,774

Simpulan
Pemberian ekstrak biji mete
berpengaruh nyata (P<0,05)
menurunkan folikel sekunder dan
tersier, namun tidak berpengaruh
secara nyata menurunkan folikel
primer , de Graff, korpus luteum.