Anda di halaman 1dari 1

BERITA TERKINI

Atorvastatin Dosis Tinggi


Memperbaiki Fungsi Ginjal Pasien
dengan Riwayat Stroke dan TIA

olesterol LDL tinggi telah dikaitkan


dengan
progresivitas
penyakit
ginjal kronik (penurunan laju filtrasi
glomerulus yang diperkirakan/estimated
Glomerular Filtration Rate [eGFR]) yang lebih
cepat. Oleh karena itu, direkomendasikan
terapi agresif terhadap kondisi komorbid
untuk
menurunkan
risiko
penyakit
kardiovaskuler yang dikaitkan dengan
penyakit ginjal kronik dan untuk mencegah
gangguan fungsi ginjal yang progresif.
Terapi tersebut di antaranya obat kolesterol
statin, yang dikombinasikan dengan efek
pleiotropiknya seperti penurunan inflamasi,
serta dapat bersifat renoprotektif. Beberapa
studi telah menunjukkan perbaikan eGFR
dengan terapi statin pada subjek dengan
atau tanpa penyakit ginjal kronik.
Studi SPARCL (Stroke Prevention by Aggressive
Reduction in Cholesterol Levels) dilakukan
untuk menilai efek terapi statin pada risiko
stroke fatal dan non-fatal pada subjek
dengan stroke non-kardioembolik atau TIA

(transient ischemic attack), tanpa penyakit


jantung koroner, dan kolesterol LDL antara 2,64,9 mmol/L (100-190 mg/dL). Dalam studi ini,
terapi atorvastatin 80 mg/hari menghasilkan
risiko stroke dan kejadian koroner mayor
yang lebih rendah. Dalam studi tersebut,
dilakukan analisis post-hoc untuk menilai
efek atorvastatin 80 mg/hari atau plasebo
pada perubahan eGFR, menggunakan
persamaan 4-component modification of diet
in renal disease study pada subjek SPARCL
(n=4.731) dengan penyakit ginjal kronik
(eGFR <60 mL/menit/1,73 m2, n=3.119) dan
tanpa penyakit ginjal kronik (eGFR 60 mL/
menit/1,73 m2, n=1.600) secara keseluruhan,
dan dengan status glikemik saat basal. Subjek
dengan penyakit ginjal kronik mempunyai
eGFR basal 52,3 7,0 mL/menit/1,73 m2
dibandingkan dengan eGFR 72,3 8,9 mL/
menit/1,73 m2 pada pasien tanpa penyakit
ginjal kronik (p<0,001).
Nilai eGFR basal rata-rata sama antara kedua
kelompok terapi (65,5 0,26 mL/menit/1,73

m2 pada kelompok atorvastatin vs 65,6


0,26 mL/menit/1,73 m2 pada kelompok
plasebo; 33% vs 34% masing-masing kelompok mempunyai penyakit ginjal kronik,
p=0,55). Setelah 60 bulan, eGFR meningkat
3,46 0,33 mL/menit/1,73 m2 pada kelompok
atorvastatin vs 1,42 0,34 mL/menit/1,73
m2 pada kelompok plasebo (p<0,001) tidak
tergantung pada fungsi ginjal basal.
Pada subkelompok dengan diabetes melitus,
eGFR meningkat 1,12 0,92 mL/menit/1,73
m2 pada kelompok atorvastatin dan
menurun 1,69 0,92 mL/menit/1,73 m2
pada kelompok plasebo selama periode 60
bulan (p=0,016).
Hasil analisis post-hoc ini menunjukkan
bahwa terapi atorvastatin dapat memperbaiki fungsi ginjal pasien stroke atau TIA
sebelumnya dengan dan tanpa penyakit
ginjal kronik, dan bahwa terapi atorvastatin
dapat mencegah penurunan eGFR pada
pasien stroke dan diabetes melitus.  (EKM)

REFERENSI:
1.

Amarenco P, Callahan A 3rd, Campese VM, Goldstein LB, Hennerici MG, Messig M, et al. Effect of high-dose atorvastatin on renal function in subjects with stroke or transient ischemic attack

2.

Amarenco P. Statins appear renoprotective in subjects with CVD, with or without chronic kidney disease [Internet]. 2014 [cited 2014 Oct 29]. Available from: http://www.pace-cme.

in the SPARCL trial. Stroke 2014; 45(10): 2974-82. doi:10.1161/ STROKEAHA.114.005832.

org/d/1097/statins-appear-renoprotective-in-subjects-with-cvd-with-or-without-chronic-kidney-disease.

618

CDK-231/ vol. 42 no. 8, th. 2015

Anda mungkin juga menyukai