SEKSIO SESAREA
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Bagian
Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Daerah
Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan Madura.
Disusun oleh:
Rizki Nurvita Priyandini
10700153
Pembimbing:
Dr. Muljadi A., Sp. OG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan Ridho-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini sesuai dengan waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Muljadi
Ammanulah, Sp.OG, selaku pembimbing dalam penyusunan referat ini, dan kepada
dokter-dokter pembimbing di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu, atas bimbingan dan
kesempatan yang telah diberikan kepada penulis sehingga referat ini dapat diselesaikan
dengan baik
Semoga referat ini dapat menambah wawasan kita dalam dunia kesehatatan
kebidanan dan kandungan, khususnya pada topik
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................1
DAFTAR ISI ..................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................5
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
DEFINISI .......................................................................................................5
INDIKASI VBAC...........................................................................................6
KONTRAINDIKASI VBAC..7
PRASYARAT VBAC.....................................8
FAKTOR YANG BERPENGARUH..............................................................8
RISIKO TERHADAP MATERNAL ...........................................................12
RISIKO TERHADAP ANAK.......................................................................12
KOMPLIKASI..............................................................................................13
MANAJEMEN PERSALINAN....................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
2
persalinan pervaginam pada pasien dengan riwayat seksio sesarea ini menurunkan angka
kelahiran dengan seksio sesarea 20,7% pada tahun 1996.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
DEFINISI
Persalinan pervaginam setelah seksio sesarea atau dikenal juga dengan Vaginal
Birth After Cesarean (VBAC) adalah proses persalinan pervaginam yang dilakukan
terhadap pasien yang pernah mengalami operasi seksio sesarea pada kehamilan
sebelumnya.
VBAC menjadi isu yang sangat penting dalam ilmu kedokteran khususnya dalam
bidang obstetrik karena pro dan kontra akan tindakan ini. Baik dalam kalangan medis
ataupun masyarakat umum selalu muncul pertanyaan, apakah VBAC aman bagi keselamatan
ibu. Pendapat yang paling sering muncul adalah Orang yang pernah melakukan seksio
harus seksio untuk selanjutnya. Juga banyak para ahli yang berpendapat bahawa melahirkan
normal setelah pernah melakukan seksio sesarea sangat berbahaya bagi keselamatan ibu dan
section adalah pilihan terbaik bagi ibu dan anak.
VBAC belum banyak diterima sampai akhir tahun 1970an. Melihat peningkatan
angka kejadian seksio sesarea oleh United States Public Health Service, melalui Consensus
Development Conference on Cesarean Child Birth pada tahun 1980 menyatakan bahwa
VBAC dengan insisi uterus transversal pada segmen bawah rahim adalah tindakan yang
aman dan dapat diterima dalam rangka menurunkan angka kejadian seksio sesarea pada
tahun 2000 menjadi 15% . Pada tahun 1989 National Institute of Health dan American
College of Obstetricans and Gynecologists mengeluarkan statemen, yang menganjurkan para
ahli obstetri untuk mendukung "trial of labor" pada pasien-pasien yang telah mengalami
seksio sesarea sebelumnya, dimana VBAC merupakan tindakan yang aman sebagai
pengganti seksio sesarea ulangan. Walau bagaimanapun, mulai tahun 1996 jumlah percobaan
partus pervaginal telah berkurang dan menyumbang kepada peningkatan jumlah partus
secara seksio sesarea ulang.
Kadar seksio sesarea total, seksio sesarea primer dan VBAC (NIH Consensus Development
Conference Statement, 2010)
INDIKASI VBAC
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) pada tahun 1999 dan
2004 memberikan rekomendasi untuk menyeleksi pasien yang direncanakan untuk
persalinan pervaginal pada bekas seksio sesarea.
KONTRAINDIKASI
Sedangkan kontraindikasi VBAC menurut ACOG antara lain :
1. Riwayat insisi klasik atau T atau operasi uterus transfundal lainnya (termasuk
riwayat histerotomi, ruptura uteri, miomektomi).
2. Adanya indikasi untuk harus dilakukan seksio sesarea (plasenta previa, makrosomia,
malpresentasi, malposisi)
3. Komplikasi medis atau obstetri yang melarang persalinan pervaginam.
4. Ketidakmampuan melaksanakan seksio sesarea segera karena tidak adanya operator,
anastesia, staf atau fasilitas.
5. Kehamilan kembar.
6. Pasien menolak untuk dilakukan persalinan percobaan.
PRASAYARAT VBAC
Panduan dari American College of Obstetricians and Gynecologists pada tahun 1999
dan 2004 tentang VBAC atau yang juga dikenal dengan trial of scar memerlukan kehadiran
seorang dokter ahli kebidanan, seorang ahli anastesi dan staf yang mempunyai keahlian
dalam hal persalinan dengan seksio sesarea emergensi. Sebagai penunjangnya kamar operasi
dan staf disiagakan, darah yang telah di-crossmatch disiapkan dan alat monitor denyut
jantung janin manual ataupun elektronik harus tersedia.
Pada kebanyakan senter merekomendasikan pada setiap unit persalinan yang
melakukan VBAC harus tersedia tim yang siap untuk melakukan seksio sesarea emergensi
dalam waktu 20 sampai 30 menit untuk antisipasi apabila terjadi fetal distress atau ruptur
uteri.
FAKTOR YANG BERPENGARUH
Seorang ibu hamil dengan bekas seksio sesarea akan dilakukan seksio sesarea
kembali atau dengan persalinan pervaginal tergantung apakah syarat persalinan pervaginal
terpenuhi atau tidak. Setelah mengetahui ini dokter mendiskusikan dengan pasien tentang
pilihan serta resiko masing-masingnya. Tentu saja menjadi hak pasien untuk meminta jenis
persalinan mana yang terbaik untuk dia dan bayinya.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam menentukan VBAC telah diteliti selama
bertahun-tahun. Ada banyak faktor yang dihubungkan dengan tingkat keberhasilan
persalinan pervaginal pada bekas seksio.
VBAC tidak dilakukan pada pasien dengan insisi korporal sebelumnya maupun pada
kasus yang pernah seksio sesarea dua kali berurutan atau lebih, sebab pada kasus tersebut
diatas seksio sesarea elektif adalah lebih baik dibandingkan persalinan pervaginal.
Resiko ruptur uteri meningkat dengan meningkatnya jumlah seksio sesarea
sebelumnya. Pasien dengan seksio sesarea lebih dari satu kali mempunyai resiko yang lebih
tinggi untuk terjadinya ruptur uteri. Ruptur uteri pada bekas seksio sesarea 2 kali adalah
sebesar 1.8 3.7 %. Pasien dengan bekas seksio sesarea 2 kali mempunyai resiko ruptur
uteri lima kali lebih besar dari bekas seksio sesarea satu kali.
Tidak tampaknya atau hampir tidak tampak adanya jaringan sikatrik pada uterus
pada waktu dilakukan seksio sesarea ulangan
Pada uterus yang diangkat, sering tidak kelihatan garis sikatrik atau hanya ditemukan
suatu garis tipis pada permukaan luar dan dalam uterus tanpa ditemukannya sikatrik
diantaranya.
5. Usia maternal
Usia ibu yang aman untuk melahirkan adalah sekitar 20 tahun sampai 35 tahun. Usia
melahirkan dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun digolongkan resiko tinggi. Dari penelitian
didapatkan wanita yang berumur lebih dari 35 tahun mempunyai angka seksio sesarea yang
lebih tinggi. Wanita yang berumur lebih dari 40 tahun dengan bekas seksio sesarea
mempunyai resiko kegagalan untuk persalinan pervaginal lebih besar tiga kali dari pada
wanita yang berumur kecil dari 40 tahun.
10
11
12
KOMPLIKASI
Ruptura uteri merupakan komplikasi langsung yang dapat terjadi pada persalinan
pervaginam dengan riwayat seksio sesarea. Meskipun kejadiannya kecil, tapi dapat
menyebabkan morbiditas dan mortalitas bagi ibu dan janin.
Ruptura uteri pada jaringan parut dapat dijumpai secara jelas atau tersembunyi.
Secara anatomis, ruptura uteri dibagi menjadi ruptura uteri komplit (symptomatic
rupture) dan dehisens (asymptomatic rupture). Pada ruptura uteri komplit, terjadi
diskontinuitas dinding uterus berupa robekan hingga lapisan serosa uterus dan membran
khorioamnion. Sedangkan disebut dehisens bila terjadi robekan jaringan parut uterus
tanpa robekan lapisan serosa uterus, dan tidak terjadi perdarahan.
Ketika ruptura uteri terjadi, histerektomi, transfusi darah masif, asfiksia neonatus,
kematian ibu dan janin dapat terjadi. Tanda ruptura uteri yang paling sering terjadi
adalah pola denyut jantung janin yang tidak menjamin, dengan deselerasi memanjang.
Deselerasi lambat, variabel, bradikardi, atau denyut jantung hilang sama sekali juga
dapat terjadi. Gejala dan tanda lain termasuk nyeri uterus atau perut, hilangnya stasion
bagian terbawah janin, perdarahan pervaginam, hipotensi.
Untuk menghindari terjadinya komplikasi ini, kita harus dapat mengenali faktor
risiko yang terdapat pada pasien sebelum dilakukannya persalinan pervaginam dengan
riwayat seksio sesarea. Adapun faktor risiko itu adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
13
Usia ibu > 40 tahun lebih berisiko 3x daripada ibu dengan usia < 30
tahun.
Jarak kelahiran < 18 bulan meningkatkan risiko 3x, dan mempunyai 86%
keberhasilan dengan jarak kehamilan lebih dari 18 bulan.
Risiko terjadinya ruptur 0% bila ketebalan SBU > 4,5 mm, 0,6% bila 2,63,5 mm dan 9,8% bila tebalnya < 2,5 mm.
Berat janin > 4000 gr mempunyai risiko 1-2x lebih besar untuk terjadi
ruptura uteri.
14
MANAJEMEN PERSALINAN
Diperlukan upaya untuk mengantisipasi terjadinya komplikasi ruptura uteri, yaitu :
1. Anamnesis yang teliti mengenai riwayat persalinan sebelumnya, jumlah seksio
sesarea, riwayat persalinan pervaginam, jarak antar kehamilan, riwayat demam
pasca SS serta usia ibu.
2. Faktor - faktor yang berhubungan dengan kehamilan sekarang : makrosomia,
usia kehamilan, kehamilan ganda, ketebalan segmen bawah uterus, presentasi
janin.
3. Faktor yang berhubungan dengan penatalaksanaan persalinan seperti induksi dan
augmentasi, maupun kemungkinan adanya disfungsi pada persalinan.
4. Pemantauan penatalaksanaan persalinan pervaginam dengan riwayat seksio
sesaria terhadap tanda ancaman ruptura uteri seperti takikardi ibu, nyeri
suprasimpisis dan hematuria.
5. Kemampuan mengadakan operasi dalam waktu kurang lebih 30 menit bila terjadi
ancaman ruptura uteri
Untuk memperkirakan keberhasilan persalinan pervaginam dengan riwayat
seksio sesaria, dibuat sistem penilaian dengan memperhatikan beberapa variabel yaitu
nilai Bishop, persalinan pervaginam sebelum seksio sesarea, dan indikasi seksio sesarea
sebelumya. Weinstein dkk dan Alamia dkk telah menyusun sistem penilaian untuk
memperkirakan keberhasilan persalinan pervaginam dengan riwayat seksio sesaria.
15
Namun, menurut ACOG, tidak ada suatu cara yang memuaskan untuk memperkirakan
apakah persalinan pervaginam dengan riwayat seksio sesaria akan berhasil atau tidak.
Beberapa sistem skoring untuk memprediksi keberhasilan persalinan pervaginam
dengan riwayat seksio sesaria;
Skor Weistein :
Weinstein
Indikasi SC yang lalu
Grade A
Malpresentasi
PIH (Pregnancy Induced Hypertension)
Gemelli
Grade B
Plasenta previa atau Solusio
Prematur
Ketuban pecah
Grade C
Gawat janin
CPD atau Distosia
Prolaps tali pusat
Grade D
Makrosomia
PJT
Tidak
0
0
Ya
4
6
Interpretasi :
Skor Alamia :
No. Skor Alamia
1
Riwayat persalinan pervaginam sebelumnya
2
Indikasi SC sebelumnya
Sungsang, gawat janin, plasenta previa, elektif
Distosia pada pembukaan < 5 cm
Distosia pada pembukaan > 5 cm
Nilai
2
2
1
0
16
Dilatasi serviks
> 4 cm
> 2,5 < 4 cm
< 2,5 cm
Station dibawah 2
Panjang serviks < 1 cm
Persalinan timbul spontan
4
5
6
2
1
0
1
1
1
Interpretasi :
Skor Flamm-Geiger :
No. Kriteria
1
Usia dibawah 40 tahun
2
Riwayat persalinan pervaginam:
- sebelum dan setelah seksio sesarea
- setelah seksio sesarea pertama
- sebelum seksio pertama
- Belum pernah
3
Indikasi seksio sesarea pertama bukan kegagalan kemajuan
persalinan
4
Pendataran serviks pada saat masuk rumah sakit
- > 75%
- 25 75 %
- < 25%
5
Pembukaan serviks pada saat masuk rumah sakit 4 cm
Nilai
2
4
2
1
0
1
2
1
0
1
Interpretasi :
17
Pasien dirawat pada usia kehamilan 38 minggu atau lebih dan dilakukan
terdahulu.
Dilarang keras melakukan ekspresi fundus uteri (perasat Kristeller).
Apabila syarat-syarat untuk persalinan per vaginam tak terpenuhi (misalnya kala
II dengan kepala yang masih tinggi), dapat dilakukan seksio sesarea kembali.
Apabila dilakukan seksio sesarea kembali, diusahakan sedapat mungkin irisan
mengikuti luka parut terdahulu, sehingga dengan begitu hanya akan terdapat satu
bekas luka / irisan.
Persalinan spontan lebih diharapkan pada wanita dengan riwayat seksio sesarea.
nilai
yang
cukup
signifikan.
Namun
pada
penelitian
lainnya
penggunaannya dapat meningkatkan risiko terjadinya ruptura uteri 2-5 kali dibandingkan
dengan lahir secara spontan. Menurut The American Academy of Pediatics dan The
American College of Obstetricians and Gynecologist (2002) menyimpulkan bahwa
penggunaan oksitosin sebagai induksi ataupun augmentasi masih dapat diterima selama
pasien dalam pengawasan yang ketat.
18
BAB 111
LAPORAN KASUS
I . IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. R
Umur
: 22 Tahun
Pekerjaan
Tgl MRS
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Kenceng kenceng, keluar lendir pervaginam yang dirasakan sejak jam 00.00 WIB
( 15/03/2016).
Riwayat Penyakit Sekarang :
19
G2P1001 usia 22tahun hamil 38-39 minggu datang dengan keluhan keceng - kenceng yang
dirasakan sejak jam 00.00 WIB ,kenceng - kenceng dirasakan hilang timbul yang
semakin lama semakin kuat dan sering. Keluhan disertai dengan lendir (+), dan air-air.
Px datang dengan rujukan dari bidan dengan BSC 3th yll dan Px msih merasakan
gerakan janin yang masih aktif .
Riwayat Pemeriksaan Kehamilan :
Px melakukan pemeriksaan ANC di bidan setempat sebanyak 4x dari usia kehamilan 1
bulan sampai 8 bulan.dan RSUD Bangkalan oleh dr. Muljadi A, SpOG saat usia
kehamilan 8 bulan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi (-) , DM (-) , Asma (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Hipertensi (-) , DM (-) , Asma (-)
Riwayat Pengobatan :
Mengkonsumsi vitamin dan penambah darah selama masa kehamilan yang diberikan
oleh bidan.
Riwayat Perkawinan :
Perkawinan pertama,masih kawin,lama pernikahan 4 tahun.
Riwayat Haid :
Menarce 13 tahun , teratur , tidak sakit, siklus 28 hari , lama 7 hari , HPHT tanggal 17
Juni 2015, taksiran partus /TP tanggal 24 Maret 2016 .
Riwayat Persalinan :
Gravida (2) , aterm (1) , premature (-) , abortus (-) , anak hidup (1) , SC (1)
No Tempat
bersalin
Penolong Thn
Aterm
Jenis
Persalinan
Penyulit Jenis
kelamin
BB
PB
Keada
aan
20
RSUD
Dokter
2008 Aterm
SC
Kelelah
an sisa
Laki-laki 4100gr
50cm
Hidup
dukun.
2
Hamil
ini
Riwayat Alergi :
-
Obat (-)
Makanan (-)
Riwayat Operasi :
px memiliki riwayat operasi yaitu SC pada tahun 2013
Riwayat Kebiasaan :
-
Jamu (-)
Rokok (-)
Alkohol (-)
Makan teratur sehari 3 kali
Status Generalis
Kepala : normocepal
Mata : - konjungtiva : anemis -/- , sclera : ikterus : -/Jantung : BJ 1&II normal regular murmur (-),gallop (-)
Paru paru : vesikuler +/+ ,wh -/- ,Rh -/Ekstremitas atas : udem -/- , akral hangat +/+
21
Status Obstetri
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Palpasi
-
:
Leopold 1
Lopold II
Leopold III
Leopold IV
Denyut jantung janin : 12-13-12 ,teratur punctum maksimum terdengar di region lumbal
kiri
Taksiran berat janin
His
Pemeriksaan dalam
Diagnosis :
-
Ibu
: G2P1001 38-39 minggu/ THIU/ let. Kep/ inpartu kala I fase laten +
USG, NST
Observasi CHBP
Evaluasi 6jam Pro Persalinan Pervaginam
Prognosis :
-
Ibu
: Diharapkan baik
Anak : Diharapkan baik
Follow Up:
16/03/2016 pukul 08.45 WIB
S : pasien kiriman bidan dengan keluhan kenceng kenceng dan keluar lendir pervaginam
O : STU : composmentis
a/i/c/d : -/-/-/TD: 120/80 mmHg
S: 36,70C
22
RR: 20x/menit
N: 84x/menit
C/P dbn
STO :
DJJ : 12- 12-13
Let.Kep
HIS : +
TFU : 30cm
VT : 3cm / 50% / ket (+) / kep / ss mell / HI / UPD - N
A : G2P1001 38-39 minggu/ THIU/ let. Kep/ inpartu kala I fase laten + BSC + TBJ
2945gr
P : - USG dan NST
- Obs . CHPB
- Evaluasi 6 jam pro spontan belakang kepala.
16/03/2016 pukul 09.30 WIB
S : kenceng kenceng semakin sering, gerak janin baik, ketuban pecah spontan.
O : STU : composmentis
a/i/c/d : -/-/-/TD: 120/70 mmHg
S: 36,70C
RR: 37x/menit
N: 88x/menit
C/P dbn
STO :
DJJ : 12- 12-13
Let.Kep
HIS : +
TFU : 30cm
VT : 8cm / 75% / ket (-) / kep / UUK ki-dep/ HII.
A : G2P1001 38-39 minggu/ THIU/ let. Kep/ inpartu kala I fs aktif + BSC + TBJ 2945gr
P:
- Obs . CHPB
- Evaluasi 2 jam pro spontan belakang kepala.
16/03/2016 pukul 10.30 WIB
S : ibu ingin mengejan
O : STU : composmentis
a/i/c/d : -/-/-/TD: 120/70 mmHg
S: 36,70C
RR: 22x/menit
N: 88x/menit
C/P dbn
STO :
DJJ : 12- 12-13
Let.Kep
HIS : +
VT : lengkap / ket (-) / kep / UUK dep/ HIII.
A : G2P1001 38-39 minggu/ THIU/ let. Kep/ inpartu kala II + BSC + TBJ 2945gr
P:
- Ibu di pimpin mengejan
Hasil
Satuan
Nilai rujukan
10,3
gr / dl
11,7-15,5
Hematologi
Hemoglobin
24
Eritrosit
3,72
Juta/uL
3,8-5,2
Leukosit
16,2
Ribu/uL
3,6-11,0
Trombosit
269
Ribu/mm3
150-440
Hematokrit
31,3
35-47
MCV
84,1
fL
70-96
MCH
27,8
Pg
26-34
MCHC
33,0
30-36
Basofil
0,14
0-1
Neutrofil
89,06
40-70
Limfosit
9,8
22-40
Eosinofil
0,02
2-4
Monosit
0,98
4-8
Index Eritrosit
25
26
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Ibu yang telah melalui persalinan sesar sebelumnya pada kehamilan berikutnya
dapat memilih akan melalui persalinan secara pervaginam atau mengulangi pesalinan
sesar. Pada kasus ini pasien telah melalui persalinan sesar 3 (tiga) tahun yang lalu atas
indikasi kelelahan partus pervaginam di dukun dan karena bayi yang besar. Kemudian
pada hamil ini ketika pasien datang sudah mengalami inpartu dan terjadi pembukaan
3cm.
Pada pasien ini harus di evaluasi syarat dan kontraindikasi yang mungkin ada
seperti yang tertera pada pustaka di atas untuk melakukan vbac. Pada pasien ini syarat
yang terpenuhi diantaranya :
1.
2.
3.
Tidak ada bekas ruptur uteri atau bekas operasi lain pada uterus.
28
4.
5.
6.
7.
Ketuban masih utuh atau sudah pecah tak lebih dari enam jam
8.
9.
persalinan pervaginam. Karena pada saat ibu sudah inpartu maka di observasi selama 6
jam. Ternyata sebelum 6 jam sudah pembukaan lengkap sehingga ibu di pimpin untuk
persalinan pervaginam tanpa OD.
Sampai saat ini berbagai sumber mengatakan bahwa pada persalinan pervaginam
setelah persalinan sesar kontraindikasi dengan pemberian OD, dan bahkan jika
memberikan OD jauh lebih besar resiko untuk terjadi ruptur uteri. Pada kasus ini tidak di
berikan OD dan pasien dapat lahirkan normal spontan belakang kepala.
29
BAB V
KESIMPULAN
Di Indonesia angka persalinan dengan seksio sesarea mengalami peningkatan
yang cukup tajam yang memunculkan dilema tentang pilihan tindakan pada persalinan
berikutnya. Persalinan pervaginam setelah seksio sesarea atau dikenal juga dengan
Vaginal Birth After Cesarean (VBAC) menjadi isu yang sangat penting karena pro dan
kontra akan tindakan ini. Banyak para ahli yang berpendapat bahawa melahirkan normal
setelah pernah melakukan seksio sesarea sangat berbahaya bagi keselamatan ibu dan sectio
adalah pilihan terbaik bagi ibu dan anak. Namun pada tahun 1980 dinyatakan bahwa VBAC
dengan insisi uterus transversal pada segmen bawah rahim adalah tindakan yang aman dan
dapat diterima dalam rangka menurunkan angka kejadian seksio sesarea.
ACOG memberikan rekomendasi untuk menyeleksi pasien yang direncanakan untuk
persalinan pervaginal pada bekas seksio sesarea. Kriteria seleksi pasien yang mencoba
VBAC menurut ACOG, yaitu; riwayat 1 atau 2 kali seksio sesarea dengan insisi segmen
bawah Rahim, secara klinis panggul adekuat atau imbang fetopelvik baik, tidak ada bekas
ruptur uteri atau bekas operasi lain pada uterus, tersedianya tenaga yang mampu untuk
melaksanakan monitoring, persalinan dan seksio
personil anastesi siap untuk menangani seksio sesarea darurat. Sedangkan riwayat insisi
klasik atau T atau operasi uterus transfundal lainnya (termasuk riwayat histerotomi,
30
al.
di
akases
32