PENDAHULUAN
1.1
kegiatan
seperti
menjadi
pusat ekonomi,
pendidikan,
kegiatan
politik,
1971
1980
1985
1990
1995
2000
2005
2010
2,599,367
3,079,693
3,170,215
3,371,384
3,541,972
3,337,161
4,077,515
400,767
593,936
1,052,234
1,589,285
1,836,664
2,045,630
3,000,081
2,198,600
2,485,757
2,117,981
1,782,099
1,705,308
1,291,531
1,077,434
Migrasi Masuk :
DKI
Jakarta
1,821,833
Migrasi Keluar :
DKI
Jakarta
132,215
Migrasi Neto :
DKI
Jakarta
1,689,618
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000, 2010 dan Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) 1985, 1995, 2005
Tabel 2. Penduduk DKI Jakarta Tahun 1971, 1980, 1985, 1990, 1995, 2000, 2010
Penduduk
Provinsi
DKI Jakarta
1971
1980
1990
1995
2000
2010
4,579,303
6,503,449
8,259,266
9,112,652
8,389,443
9,607,787
Sumber: Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000 dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS)
1995
Pada Rencana Umum Tata Ruang DKI Jakarta 2011-2030, Jakarta hanya
direncanakan sanggup menampung 12.5 juta jiwa. Sedangkan bila kita hitung
pertambahan penduduk yang berjumlah 220 ribu orang per tahun, maka pada
tahun 2030, penduduk pada kota DKI Jakarta telah mencapai 13,8 juta orang.
Padahal menurut Yayat Supriatna, seorang pengamat perkotaan dan kependudukan
yang juga merupakan sekjen Ikatan Ahli Perencanaan (IAP), jumlah ideal
penduduk di Jakarta adalah 6,5 juta orang.
Disatu sisi adanya perpindahan penduduk ke kota Jakarta dapat
memberikan sumbangan bagi kemajuan kota Jakarta, namun disisi lain migrasi
yang mengakibatkan pertumbuhan penduduk ternyata dapat memberikan suatu
permasalahan yang cukup signifikan untuk dipertimbangkan. Kepadatan
penduduk yang berlebihan, kemacetan, kurangnya sarana tempat tinggal, tingkat
kriminalitas, adalah sebagian dari permasalahan yang akan timbul akibat
pertumbuhan penduduk yang berlebih. Dengan tingkat pertambahan penduduk
yang cukup tinggi yaitu sekitar 1,5 % /tahun dengan jumlah penduduk kota
Jakarta sebesar 9,8 juta jiwa (BPS), maka dibutuhkan suatu upaya penyediaan
fasilitas umum yang salah satunya adalah perumahan.
Pada awalnya permasalahan ini mungkin belum terlalu menjadi suatu
permasalahan yang serius namun dengan pertumbuhan penduduk yang tidak
diiringi dengan pertambahan fasilitas akan menjadi suatu permasalahan. Semakin
banyak
pembangunan
yang
menyebabkan
menjadi
lebih
harga
mahal
lahan
terbatas
yang lebih dikenal dengan sebutan apartemen / rumah susun. Bertambahnya kelas
atas di kota Jakarta dengan tuntutan gaya hidup di apartemen menyebabkan
permintaan apartemen mewah menjadi tinggi.
1.2
Rumusan Masalah
Jakarta merupakan kota besar dengan tingkat pertumbuhanpenduduk yang
cukup tinggi. Melalui perhitungan sensus penduduk yang dihitung dari tahun 2006
2011, secara rata-rata hampir setiap tahunnya, penduduk di kota Jakarta
bertambah sebanyak 2.3 %. Angka pertumbuhan penduduk ini terhitung besar bila
kita melihat angka pertumbuhan penduduk dunia yang hanya sekitar 1.5%.
Pertumbuhan penduduk kota Jakarta yang cukup signifikan ini dikhawatirkan
akan menimbulkan beberapa masalah. Kepadatan penduduk yang berlebihan,
kemacetan, kurangnya sarana tempat tinggal, tingkat kriminalitas, adalah sebagian
dari permasalahan yang akan timbul akibat pertumbuhan penduduk yang berlebih.
1.3
Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan adalah mencoba memahami, menelaah, menggali, serta
kepadatan kota dan hunian vertikal khususnya untuk para pekerja di tengah kota.
Serta penerapan dan perancangan proyek dari Apartemen Menengah di
Kawasan Setiabudi, Kuningan sebagai wadah untuk memfasilitasi hunian
masyarakat di kota Jakarta.
1.6
Metode Pembahasan
Metode pembahasan yang dipakai dalam penyusunan laporan ini adalah
Pengumpulan Data
Pengumpulan data data mengenai hunian vertikal yang dapat
Pembahasan
Pembahasan dilakukan dengan menganalisis data data yang telah
Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dengan penulisan laporan
ini, penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut :
perancangan)
BAB V KESIMPULAN, berisi kesimpulan dari keseluruhan
penulisan yang mengarah pada gambaran perancangan proyek yang
ditampilkan.
DAFTAR PUSTAKA, berisi sumber informasi yang digunakan dalam
penulisan laporan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Kepadatan
2.1.1
Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk semakin meningkat di beberapa kota besar
Indonesia yang banyak menarik pendatang dari dalam negeri maupun luar
negeri. Jakarta pun merupakan pusat pemerintahan, pusat bisnis dan
perekonomian maupun pendidikan.
Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil)
DKI Purba Hutapea mengatakan, jumlah pendatang baru di Jakarta pada
tahun ini mencapai 54.757 jiwa. Jumlah itu naik 12,6 persen atau 6.925
jiwa dari jumlah pendatang tahun sebelumnya, yaitu 47.832 jiwa. Koran
Kompas, 27 Agustus 2013.
daerah-daerah
pengitar
Jakarta
sudah
amat
parah.
http://www.tempo.co/read/news/2013/06/17/083488753/Kemacetan-di-Daerah-PengitarJakarta-Makin-Parah
Sebagaimana
sifat
masyarakat
perkotaan
lainnya
yang
dan
eksklusivitas.
file:///C:/Users/User/Desktop/fyki%20abdillah
%20%20Apartemen%20Mewah%20Di%20Kemayoran%20Dengan%20Pendekatan
%20Arsitektur%20Bioklimatik.htm
Ruang kota adalah ruang atau rongga dalam kota yang terbentuk oleh
elemen- elemen pembentuk kota baik alami maupun buatan. Kualitas ruang
kota baik, jika :
KOTA
PEMUKIMAN
TEMPAT TINGGAL
TEMPAT KERJA
FASILITAS SOSIAL
Tinjauan Apartemen
2.2.1
Definisi Apartemen
Tempat tinggal (terdiri atas kamar duduk, kamar tidur, kamar
mandi, dapur, dsb) yang berada pada satu lantai bangunan bertingkat.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia,1993)
Beberapa bagian unit hunian yang saling berbagi akses yang sama
dan dilingkupi oleh struktur kulit bangunan yang sama. (Site Planning,1984)
Gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, terbagi
atas bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah
vertikal dan horisontal dan merupakan satuan-satuan yang dapat dimiliki
dan digunakan secara terpisah, yang dilengkapi dengan bagian bersama,
tanah bersama, dan benda bersama. (Pasal UURS no.16 tahun 1985)
2.2.2
Karakteristik Apartemen
Secara umum, apartemen memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Setiap unit hunian terdiri atas minimal 3 macam ruang, yaitu ruang tidur,
dapur, dan kamar mandi
Setiap penghuni akan saling berbagi fasilitas yang ada pada apartemen
Jenis Apartemen
Menurut Chiara dalam bukunya Manual Housing Planning & Design
10
3.
Berdasarkan fasilitas :
a.
Apartemen/Flat
Kumpulan unit-unit hunian apartemen dengan fasilitas standar
b.
Kondominium
Kumpulan unit-unit hunian apartemen dengan fasilitas lebih mewah dari
apartemen standar.
Berdasarkan tipe pengelolaanya :
a.
Serviced Apartement
Apartemen yang dikelola secara menyeluruh oleh manajemen tertentu.
Biasanya menyerupai cara pengelolaan sebuah hotel, yaitu penghuni
mendapatkan pelayanan ala hotel bintang lima, misalnya
unit
centre.
Apartemen milik sendiri
Apartemen yang dijial dapat dibeli oleh individu. Mirip dengan
apartemen sewa, apartemen ini juga tetap memiliki pengelola yang
c.
4.
11
b.
c.
d.
4-5 orang.
5.
Sumber :
http://www.apartment-bdg.com/images/apartm
ent-3br.jpg
. Diakses pada Januari 2014
terjadinya
pencahayaan
dan
ventilasi alami.
b.
c.
d.
Multicore system
Gabungan dari beberapa point block system.
12
6.
b.
c.
Perbedaan antara ketiga jenis apartemen ini hanya terletak pada ukuran ruang tiap
unit hunian dan macam fasilitas yang disediakan oleh apartemen tersebut .
(Apartments: Their Design and Development,1967 : 42-43)
2.2.4
Affluent ( makmur )
Elit
13
o
o
Pertama, The Aspirator. Wajah kelas menengah ini mewakili karakter idealis,
memiliki tujuan, serta menjadi influencer terhadap komunitasnya. Kalangan
ini umumnya hadir dari kalangan profesional mapan yang sangat melek
terhadap informasi, serta peduli terhadap kondisi sosial, budaya, ekonomi dan
politik. Merek-merek seperti The Bodyshop, Periplus, TV One, Polygon
merupakan
contoh
merek
yang
diadopsi
oleh
tipe
ini.
Ketiga, The Expert. Tipe ini diwakili orang yang selalu berupaya
menjadi ahli di bidangnya. Memiliki sifat kekeluargaan yang tinggi.
Serta menjunjung tinggi norma-norma sosial dan kekeluargaan
(traditional values). Merek-merek yang mewakili layer ini seperti Produk
unit Link, Garuda Indonesia, Toyota Camri, Tabloid Otomotif.
14
bersosialisasi,
jarang
meng-up-date
informasi,
tetapi
bersifat
life-style.
Kalangan
ini
banyak
diwakili
2.3
15
2.3.2
2.3.3
Alternatif Tapak
Tapak 1 (Pasar Minggu, Jakarta Selatan)
16
Tapak 2 (Jalan
Karet Sawah,
Kuningan,
Jakarta Selatan)
Tapak 3 (Jalan
Pendurenan, Kuningan, Jakarta Selatan)
17
2.3.4
Pemilihan Tapak
Lokasi yang terpilih adalah Jakarta Selatan. Menurut hasil
No.
Kecamatan
Total
Luas
(km2)
Kepadatan
(jiwa/km2)
1 Tebet
221.421
9.53
23.234,10
2 Setiabudi
100.582
9.05
11.114,03
Mampang
3 Prapatan
141.160
7.74
18.237,73
4 Pasar Minggu
257.781
21.91
11.765,45
Kebayoran
5 Lama
270.423
19.31
14.004,30
6 Cilandak
181.562
18.20
8.975,93
7
8
9
10
157.370
119.437
242.714
201.255
12.91
8.23
25.38
13.47
12.189,78
14.512,39
9.563,20
14.940,98
12.994,61
Kebayoran Baru
Pancoran
Jagakarsa
Pesanggrahan
18
2.4
Sumber : bdkjakarta.kemenag.go.id
Sumber : www.jakarta.go.id
Sumber : http://www.tatakota-jakartaku.net
Sumber : http://www.tatakota-jakartaku.net
19
2.5
Batasan Perancangan
Desain ini nantinya akan digunakan sebagai wadah hunian vertikal yang
mewadahi kebutuhan penghuni yang ada di hunian vertikal ini beserta fasilitas
fasilitas pelengkapnya seperti, minimarket, laundry, caf, restaurant, kolam renang
dan fasilitas lainnya.
20
BAB III
ANALISIS
3.1
Analisis Tapak
3.1.1
3.1.2
Lokasi Tapak
24
45
21
daerah
kota
Sumber : http://www.tatakota-jakartaku.net
Jakarta
22
3.1.3
Kkt/Kpd
Spd / Ssi
Kpm
Pht
Gambar 3.1.3.1 Lokasi Tapak. Peta
Tapak Terpilih
Jalan Arteri
Mdt
23
Tapak
Terpilih
3
2
4
Gambar 3.1.3.2 Lokasi Tapak.
Aksesibilitas Tapak Terpilih dan
Kondisi Lingkungan.
Sumber : Cempaka, 2014
siloam
aryaduta
3 Plaza semanggi
24
3.1.4
25
24
45
Luas
= 1 ha = 10000
KLB
= 4500
Sirkulasi
= 20 % = 8000
= 10000 x 4
= 65 % = 26000
= 40000
Kapasitas Total :
Penghuni + Pengunjung + Service =
866 + 100 + 100 =
1066
26
3.2
Analisis Fungsi
Program program / fasilitas yang ditawarkan untuk mengoptimalkan
Fungsi utama
Fungsi utama proyek ini memiliki tujuan dasar yaitu
Fungsi pendukung
Fungsi pendukung adalah fungsi yang pendukung fasilitas
kemudahan
pada
pengguna
apartemen.
Proyek
ini
Fungsi pelengkap
Fungsi pelengkap merupakan fungsi fungsi yang didominasi
27
PROGRAM KEGIATAN
UTAMA
PENDUKUNG
PELENGKAP
3.3
Analisis Aktivitas
3.3.1
pendukung.
Kegiatan
Pengguna
Fasilitas
Kebutuhan Ruang
Kegiatan
Meminta informasi
Mengawasi
keamanan
Menunggu lift
Menunggu sanitasi
Bertemu relasi
Penghuni
Lobby
Main hall,
Communal area,
Pengunjung
Ruang info,
apartemen
Ruang satpam,
Ruang surat,
Pengelola
Makan minum
Tidur
Sanitasi
Berkumpu/
bersantai
Memasak
Bekerja
Makan dan minum
Berkumpul
Sanitasi
Berbincang
Penghuni
WC
Unit hunian
Unit hunian
Restoran,
Ruang makan,
Cafe
Dapur + gudang
Pengunjung
apartemen
Penghuni
Pengunjung
apartemen
Counter,
WC
28
Pedagang/
karyawan
Rekreasi
Relaksasi
Penghuni
Area bermain
Area bermain
Olahraga
Berenang
Gym
Sanitasi
Penghuni
Gym,
Ruang ganti,
Kolam renang
Ruang bilas,
Pengelola
Ruang mandi,
apartemen
Loker,
Ruang senam,
Ruang alat,
Ruang ME,
WC,
Ruang sauna
Menawarkan barang
Pedagang/
/ jasa
karyawan
Laundry,
Ruang laundry,
Market
Gudang,
Tempat penjualan
Memeriksa
kesehatan
Berobat
Membeli/ menjual
obat
Sanitasi
Penghuni
Klinik.
Ruang tunggu,
Apotek
Ruang praktek,
Pengunjung
apartemen
Kantor pengelola,WC
Pedagang
3.3.1
Pengguna
Fasilitas
Kebutuhan Ruang
Kegiatan
Mengelola
Tamu pengelola
Ruang
Kantor Pengelola
administrasi
29
Mengawasi kegiatan
dalam bangunan
Negosiasi
Parkir
Sanitasi
Loading- Unloading
Mengawasi
keamanan, ME
Beribadah
Menyimpan barang
Pengelola
Pengelola
bangunan
Pengelola
Tamu pengelola
Tempat parkir,
Tempat parkir,
Musholla,
Ruang
Ruang keamanan,
keamanan,
Ruang ME,
Ruang istirahat,
WC
Gudang
3.4
BAB IV
DESKRIPSI DESAIN
30
4.1
Konsep Desain
Tapak
4.2.1 Konsep Tata Letak Massa (harusnya no 3)
Konsep tata letak massa bangunan berorientasi ke barat, karena
merupakan jalan besar dan mempunyai akses yang bagus untuk memasuki
tapak. Pada massa bangunan hunian mengarah ke utara dan selatan, yang
berguna untuk menghindari arah sinar matahari langsung dari barat
timur.
Tata letak massa komersial terdapat di bagian sisi barat dan selatan
agar dapat memberikan ketertarikan terhadap masyarakat dan juga
pengendara yang melewati jalan.
4.2.2 Konsep Aksesibilitas (harusnya no 2)
Konsep aksesibiltas pada perancangan ini, kendaraan beroda dapat
masuk melalui pintu masuk kendaraan pada sisi barat karena mempunyai
akses yang bagus untuk kendaraan dan dapat diakses dari jalur manapun.
Untuk kendaraann akses masuk dan keluar sevis, diletakan pada
bagian selata, dekat dengan pintu keluar kendaraan utama, karena
mempermudah kendaraan servis masuk dan keluar tanpa harus menggangu
penghuni atau pengunjung yang datang ke bangunan ini.
31
BAB V
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Perancangan Apartemen Menengah di Kawasan Setiabudi,
Kuningan dalam tahap desai memiliki kompleksitas yang cukup tinggi.
Salah satunya dalam mendesain bagaimana suatu hunian vertikal berbeda
dari 1 dengan yang lainnya, yang selama ini dirasa cukup sama pada
32
hunian vertikal lainnya. Pada hunian vertikal ini, terdapat unit yang
berbeda yaitu tipe studio dengan mempunya 2 lantia. Diharapkan para
pekerja yang masih lajang dapat membeli dan jika pada suatu saat
terpikirkan untuk berkeluarga, dapat dimanfaat hunian tipe studio itu
dengan maksimal dengan penataan ruangnya.
Ketertarikan lainnya yaitu pada tipe 2 kamar juga dibuat menjadi 2
lantai agar penggunaan dan pemanfaatan ruangan lebih maksimal. Dan
berbeda dari unit lain dank arena dibuat 2 lantai, diharapkan menimbulkan
suasana seperti rumah biasanya, bukan sebuah hunian vertikal.
Terdapat juga fasilitas pendukung seperti kolam renang yang
bersebelahan dengan jogging track tetapi berada di atap podium.
Merupakan suasana yang berbeda dapat berolahraga di lantai atap podium
bangunan.
Untuk menguatkan bangunan ini, desain massa pada bagian tangga
darurat dibuat seperti bukan tangga darurat biasa, melainkan diberi
sentuhan lampu, sehingga dapat memberi kesan yang berbeda.
33