Anda di halaman 1dari 11

KEPETAWATAN MATERNITAS

1. Angka Kematian Ibu (AKI)


Angka Kematian Ibu (AKI) tiap tahun atau dua ibu tiap jam meninggal oleh sebab yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas (Depkes RI,Dirjen Binkesmas, 2004)
Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat digolongkan atas faktor- factor reproduksi,
komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan dan sosio-ekonomi. Penyebab komplikasi obstetrik
langsung telah banyak diketahui dan dapat ditangani, meskipun pencegahannya terbukti sulit.
Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan
postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya masih
banyak dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan
perdarahan yang belum jelas sumbernya (Chalik TMA, 1997). Secara sempit, risiko obstetrik
diartikan sebagai probabilitas kematian dari seorang perempuan atau ibu apabila ia hamil.
Indikator yang lebih kompleks adalah adalah risiko seumur hidup (lifetime risk) yang
mengukur probabilitas kematian perempuan atau ibu sebagai akibat kehamilan dan persalinan
yang dialaminya selama hidup. Bila istilah pertama hanya mencantumkan kehamilan maka
yang kedua mempunyai dimensi yang lebih lebar yaitu kemampuan dan jumlah fertilitas.
Tingginya kematian ibu sebagian besar disebabkan oleh timbulnya penyulit persalinan
yang tidak dapat segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu. Keterlambatan
merujuk disebabkan berbagai faktor seperti masalah keuangan, transportasi dsb. (Depkes RI,
Dirjen Yanmedik, 2005)
2. Angka kematian bayi
Kesehatan dan gizi merupakan bagian dari indikator kesejahteraan penduduk dalam hal
kualitas fisik, salah satu indikator utama adalah angka kematian bayi (AKB) dan angka
harapan hidup. Berdasarkan SDKI telah terjadi penurunan AKB secara signifikan selama 4
tahun survei dari 66 per 100 kelahiran hidup pada tahun 1994 menjadi 39 per 100 kelahiran
hidup pada tahun 2007. Berdasarkan distribusi wilayah Provinsi Sulawesi Barat adalah
provinsi dengan AKB tertinggi yaitu 74 (per 1000 KH), disusul Provinsi Nusat Tenggara
Barat ( 72 per 1000 KH) yang sebelumnya pada tahun 2002/03 merupakan provinsi dengan
AKB tertinggi, ada sedikit perbaikan, namun demikian masih merupakan 3 (tiga) wilayah
dengan AKB tertinggi. Beberapa faktor yang menyebabkan tinggi AKB, mengutif yang
dilansir kompas cakupan beberapa imunisasi rutin yang wajib diberikan sesuai program
pemerintah cenderung menurun. Hal ini mengakibatkan sejumlah penyakit infeksi pada bayi,

seperti campak, belum teratasi dan masih mengancam bayi yang tidak diimunisasi. Sejumlah
daerah belum optimal melakukan imunisasi, dengan cakupan kurang dari 90 persen pada
tahun 2008. Untuk imunisasi campak di Papua, misalnya, baru tercakup 60,7 persen,
Sulawesi Barat 77,6 persen, dan Nusa Tenggara Timur 74,2 persen. Campak merupakan
penyakit yang ditandai oleh demam tinggi dan adanya bintik-bintik merah. Penyakit ini di
dunia membunuh satu dari 1.000 kasus infeksi. Tidak tercapainya target imunisasi hingga
mencakup semua bayi, di beberapa daerah, antara lain disebabkan pemahaman masyarakat
yang masih terbatas bahkan keliru terhadap imunisasi, terutama di perkotaan. Adapun di
pedesaan karena minimnya infrastruktur dan rendahnya cara hidup sehat.
3. Kurang gizi KEP (kurang energi protein )
KEP masih merupakan masalah di Indonesia, walaupun Pemerintah Indonesia telah
berupaya untuk menanggulanginya. Data Ssenas menunjukkan bahwa jumlah balita yang
BB/U <-3 SD Z-score WHO-NCHS sejak tahun 1989 meningkat dari 6,3% menjadi 7,2%
tahun 1992 dan mencapai puncaknya 11,6% pada tahun 1995.
KEP disebabkan karena defisiensi macro nutrient (zat gizi makro). Meskipun
sekarang ini terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi macro nutrient kepada
defisiensi micro nutrient, namun beberapa daerah di Indonesia prevalensi KEP masih
tinggi (> 30%) sehingga memerlukan penanganan intensif dalam upaya penurunan
prevalensi KEP.
Penyakit akibat KEP ini dikenal dengan kwashiorkor, marasmus, dan marasmik
kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan karena kurang protein. Marasmus disebabkan
karena kurang energi dan Marasmic Kwashiorkor disebabkan karena kurang energy dan
protein. KEP umumnya diderita oleh balita dengan gejala hepatomegali (hati membesar).
Tanda-tanda anak yang mengalami kwashiorkor adalah badan gemuk berisi cairan,
depigmentasi kulit, rambut jagung dan muka bulan (moon face). Tanda-tanda anak yang
mengalam marasmus adalah badan kurus kering, rambut rontok dan flek hitam pada kulit.
Adapun yang menjadi penyebab langsung terjadinya KEP adalah konsumsi yang
kurang dalam jangka waktu yang lama. Bentuk berat dari KEP di beberapa daerah di Jawa
pernah dikenal sebagai penyakit busung lapar atau HO (Honger Oedeem)
Menurut perkiraan Reutlinger dan Hydn, saat ini terdapat 1 milyar penduduk dunia
yang kekurangan energi sehingga tidak mampu melakukan aktivitas fisik dengan baik.

Disamping itu masih ada 0,5 milyar orang kekurangan protein sehingga tidak dapat
melakukan aktivitas minimal dan pada anak-anak tidak dapat menunjang terjadinya
proses pertumbuhan badan secara normal.
Di Indonesia masalah kekurangan pangan dan kelaparan merupakan salah satu
masalah pokok yang dihadapi memasuki Repelita I dengan banyaknya kasus HO dan
kematian di beberapa daerah. Oleh karena itu tepat bahwa sejak Repelita I pembangunan
pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk merupakan tulang punggung
pembangunan nasional kita.

1. Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keselamatan ibu melahirkan


2. Upaya untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir.
3. Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang Kurang Gizi

KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. DM
Jumlah penderita DM di dunia dan Indonesia diperkirakan akan meningkat, jumlah
pasien DM di dunia dari tahun 1994 ada 110,4 juta, 1998 kurang lebih 150 juta, tahun 2000=
175,4 juta (1 kali tahun 1994),tahun 2010=279,3 juta ( kurang lebih 2 kali 1994) dan
tahun 2020 = 300 juta atau kurang lebih 3 kali tahun 1994. Di Indonesia atas dasar
prevalensi kurang lebih 1,5 % dapatlah diperkirakan jumlah penderita DM pada tahun 1994
adalah 2,5 juta, 1998= 3,5 juta, tahun 2010 = 5 juta dan 2020 = 6,5 juta . Disamping
peningkatan prevalensi DM,

penderita memerlukan perawatan yang komplek

dan

perawatan yang lama. Kepatuhan berobat merupakan harapan dari setiap penderita DM.
Berarti setiap penderita DM sanggup melaksanakan instruksiinstruksi ataupun anjuran
dokternya agar penyakit DM nya dapat dikontrol dengan baik(Haznam,1986).
Pada umumnya penderita DM patuh berobat kepada dokter selama ia masih
menderita gejala / yang subyektif dan mengganggu hidup rutinnya sehari-hari. Begitu ia
bebas dari keluhan keluhan tersebut maka kepatuhannya untuk berobat berkurang.
Ketidakpatuhan

ini sebagai masalah medis yang sangat berat, Taylor

[ 1991].

La Greca & Stone [ 1985] menyatakan bahwa mentaati rekomendasi pengobatan yang
dianjurkan dokter merupakan masalah yang sangat penting . Tingkat ketidakpatuhan terbukti
cukup tinggi dalam populasi medis yang kronis.
Walaupun pasien DM telah mendapatkan pengobatan OAD, masih banyak pasien
tersebut mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain :
pengetahuan yang relatif minim tentang penyakit DM, tidak menjalankan diet dengan baik
dan tidak melakukan latihan fisik secara teratur (Tjokroprawiro,A.,1991).
2. Lansia
Dalam era globalisasi ini bangsa Indonesia mengalami berbagai kemajuan. Hal ini
merupakan hal yang positif karena dengan kemajuan-kemajuan tersebut maka bisa membawa
bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Untuk membawa bangsa Indonesia ke arah yang
lebih baik, maka setiap orang dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan cara
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Jika orang itu tidak dapat menyesuaikan diri
maka orang itu akan mengalami ketertinggalan dalam upaya memperbaiki taraf hidupnya.
Kemajuan yang terjadi meliputi berbagai bidang, seperti ekonomi, perbaikan
lingkungan hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang medis atau ilmu

kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan yang mengakibatkan


meningkatnya umur harapan hidup (UHH) manusia. Akibatnya jumlah penduduk lanjut usia
(lansia) menjadi meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat. Kepala Panti Sosial Tresna
Werdha Yogyakarta, Sutiknar pada seminar peningkatan kualitas sumber daya manusia
melalui brain development di Jakarta, Selasa (6/12) mengungkapkan bahwa dengan
bertambahnya UHH, maka jumlah lansia di Indonesia cenderung meningkat, yaitu tahun
2000 sebanyak 14.439.967 jiwa (7,18%), tahun 2010 meningkat menjadi 23.992.553 jiwa
(11,34%).
Kecenderungan semakin meningkatnya jumlah lansia merupakan fenomena yang harus
diterima dan membutuhkan perhatian serta penanganan yang memadai dari berbagai pihak.
(Tata Laksana Usia Lanjut di Panti Jompo, 2011:1).
Menurut Laporan Pelaksanaan Home Care Service (2011:1), Indonesia menempati
peringkat ke-10 dunia untuk populasi manusia lansia. Pada 2020 diperkirakan jumlah lansia
mencapai 28,8 juta atau 11% dari total populasi penduduk, karena itu masalah lansia tidak
boleh diabaikan karena kesejahteraan lansia adalah tanggung jawab semua pihak, bukan
hanya pemerintah tetapi juga masyarakat.
Menurut PP nomor 43 tahun 2004 Pasal 1 ayat 4 dan 5, kondisi lansia di Indonesia
dapat dibedakan menjadi lansia potensial dan lansia tidak potensial. Lansia potensial adalah
lansia yang masih mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri seperti
dengan bekerja dan biasanya tidak bergantung kepada orang lain. Lansia potensial ini
biasanya tidak mau merepotkan orang lain, mengerjakan semuanya sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya sehingga lansia potensial tidak mempunyai masalah yang
serius. Sedangkan lansia tidak potensial adalah lansia yang sudah tidak mempunyai
kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan biasanya bergantung kepada orang
lain.

3. TB paru
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi pada manusia yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
menyerang organ tubuh lainnya. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif, pada
waktu batuk atau bersin, pasien meyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak

(droplet nuclei) sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya
penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.
Kuman TBC berbentuk batang, mempunyai sifat tahan terhadap asam dan alkohol pada
pewarnaan, sehingga disebut sebagai basil tahan asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan
adanya sinar matahari langsung. Pada tempat yang lembab dan gelap mampu bertahan hidup
beberapa jam, sedangkan di dalam jaringan tubuh kuman ini dapat tertidur selama beberapa
tahun.
Sepanjang dasawarsa terakhir di abad 20 ini jumlah kasus baru TB meningkat di
seluruh dunia dan 95% kasus terjadi di negara berkembang. Terdapat 9,2 juta kasus baru dan
1,7 juta kematian karena TB pada tahun 2006. India, Cina, dan Indonesia memiliki
kontribusi lebih dari 50% terhadap seluruh kasus TB di dunia.
Tuberkulosis juga membunuh satu juta wanita dan 100.000 anak setiap tahunnya dan
terdapat 450.000 anak usia di bawah 15 tahun meninggal dunia karena TB Tahun 1999 WHO
memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TB Paru, 262 basil tahan asam (BTA)
positif, dengan kematian sekitar 140.000.
Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita
baru TB Paru BTA positif Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah
penderita TB paru terbesar ke tiga di dunia setelah China dan India. Di Indonesia, penyakit
ini menjadi serius, karena berdasarkan data, penyakit TB paru merupakan penyebab kematian
nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua
kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi.
1. Tingkat Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Dalam Mengendalikan Kadar Gula
Darah
2. Hubungan dukungan keluarga dengan kemandrian lansia dalam pemenuhan
aktivitas sehari hari
3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Tuberkulosis Paru Dengan
Keteraturan Minum Obat Pada Penderita Tuberkulosis Paru.

KMB
1. luka

Luka merupakan salah satu masalah kulit yang sering dialami oleh manusia. Salah satu
dari jenis luka itu adalah luka bakar.
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap tahunnya
(Brunner & Suddart, 2001). Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI (2008),
prevalensi luka bakar di Indonesia adalah 2,2 %. Menurut Tim Pusbankes 118 Persi DIY
(2012) angka kematian akibat luka bakar di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
berkisar 37%-39% pertahun sedangkan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, rata-rata dirawat 6
pasien luka bakar perminggu setiap tahun. Penanganan luka bakar yang cepat dan tepat, tidak
akan menimbulkan dampak yang berbahaya bagi tubuh. Akan tetapi, jika luka bakar tidak
ditangani sesegera mungkin, maka akan menyebabkan berbagai komplikasi seperti infeksi,
syok, dan ketidakseimbangan elektrolit (imbalance electrolit). Selain komplikasi yang
berbentuk fisik, luka bakar juga dapat menyebabkan distress emotional (trauma) dan
psikologis yang berat karena cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar). Luka bakar dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa derajat berdasarkan dalamnya jaringan yang rusak. Luka
bakar dapat merusak jaringan otot, tulang, pembuluh darah, dan jaringan epidermal yang
mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem
persarafan (Brunner & Suddart, 2001).
2. Penyakit jantung
Menurut WHO, 17,5 juta (30%) dari 58 juta kematian di dunia, disebabkan oleh
penyakit jantung dan pembuluh darah pada tahun 2005. Dari seluruh angka tersebut,
penyebab kematian antara lain disebabkan oleh serangan jantung (7,6 juta penduduk), stroke
(5,7 juta penduduk), dan selebihnya disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah
(4,2 juta penduduk). Berdasarkan seluruh data yang telah dikumpulkan dari WHO, pada
tahun 2015 diperkirakan kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat
menjadi 20 juta jiwa. Kemudian akan tetap meningkat sampai tahun 2030, diperkirakan 23,6
juta penduduk akan meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Angka yang
cukup besar mengingat penyakit jantung dan pembuluh darah dikategorikan sebagai penyakit
tidak menular. Penyakit ini sebenarnya dapat dimodifikasi dan dicegah. jantung dan
pembuluh darah terus mengalami peningkatan menjadi 26,8 persen dan semakin mendekati
penyakit penyebab kematian tertinggi. Menurut Prof Dr dr Budi Setyanto, Sp.JP dari
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI, tingginya angka kematian
akibat penyakit jantung dan pembuluh darah lebih didorong karena rendahnya kesadaran dan
pengetahuan masyarakat tentang penyakit jantung dan pembuluh darah. Penyakit ini

sebenarnya dapat dicegah dengan menekan faktor risikonya yaitu konsumsi rokok, pola
makan tidak sehat, terlalu banyak asupan lemak, kurang makan berserat tinggi (sayur dan
buah) serta rendahnya kegiatan fisik. Kalangan muda seringkali tidak menyadari bahwa
penyakit jantung bisa terjadi dalam waktu yang singkat sampai akhirnya menyerang pasien.
3. Apendisitis
Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks dan
merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks disebut juga
umbai cacing. Menurut WHO ( World Health Organization), indisdensi apendisitis di Asia
pada tahun 2004 adalah 4,8% penduduk dari total populasi. Menurut Departemen Kesehatan
RI di Indonesia pada tahun 2006, apendisitis menduduki urutan keempat dengan jumlah
pasien rawat inap sebanyak 28.040. Selain itu, pada tahun 2008, insidensi apendisitis di
Indonesia menempati urutan tertinggi di antar kasus kegawatan abdomen lainnya.
1. pengaruh perawatan luka dengan proses penyembuhan luka
2. Hubungan Hiperkolesterolemia Dengan Penyakit Jantung Koroner
3. Pengaruh pola makan dengan appedisitis

KEPERAWATAN JIWA
1. DEPRESI
Depresi adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi
seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu
disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Beberapa gejala Gangguan Depresi adalah perasaan
sedih, rasa lelah yang berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan
semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Depresi merupakan salah satu
penyebab utama kejadian bunuh diri. Penyebab suatu kondisi depresi meliputi:

Faktor organobiologis karena

terutama serotonin
Faktor psikologis karena tekanan beban psikis, dampak pembelajaran perilaku

terhadap suatu situasi sosial


Faktor sosio-lingkungan misalnya karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan

ketidakseimbangan

neurotransmiter

di

otak

pekerjaan, paska bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya


Riskesdas tahun 2007 menunjukkan sekitar 11,6 persen masyarakat Indonesia diatas
usia 15 tahun mengalami gangguan jiwa ringan, seperti kecemasan dan depresi.
Dari riset tersebut diketahui pula bahwa Jawa Barat menjadi provinsi dengan penderita
gangguan jiwa ringan terbanyak. Sedangkan untuk gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia,
Jakarta menjadi juaranya.
Parahnya, sebanyak 25.000 orang pengidap gangguan jiwa mengalami pemasungan
atau pengisolasian oleh keluarganya sendiri. Sedangkan 10 persen penderita skizofrenia
berakhir dengan bunuh diri. Masyarakat perlu diedukasi mengenai pencegahan, pengobatan
hingga rehabilitasi bagi penderitanya," ungkap Psikiater Dr. Tun Kurniasih Bastaman, SpJK
(K), yang pernah menjabat sebagai Ketua Departemen Psikiatri FKUI/RSCM (23/10).
2. Waham
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan
keyakinan tersebut mungkin aneh (misal mata saya adalah komputer yang dapat mengontrol
dunia )atau bisa pula tidak aneh hanya sangat tidak mungkin (misal FBI mengikuti saya) dan
tetap dipertahankan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya .Waham sering ditemui pada
gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada
skizophrenia.Semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham
tidak sistematis .
Waham (dellusi) adalah keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan
dengan realitas. Haber (1982) keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budayanya. Rawlin (1993) dan tidak dapat digoyahkan atau
diubah dengan alasan yang logis (Cook and Fontain 1987) serta keyakinan tersebut
diucapkan berulang -ulang.
3. Skizofrenia

organisasi kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) pada 2010 tentang


Global Burden Disease menyebut, kini telah terjadi perubahan jenis penyakit yang
menimbulkan beban bagi negara secara global. WHO menyebut kasus kematian ibu dan anak
paling besar membebani negara, tapi kini bergeser ke penyakit kronis, termasuk penyakit jiwa
berat, misalnya Skizofrenia.
Di Indonesia sendiri, penyakit gangguan jiwa berat juga tergolong tinggi. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesda) Indonesia 2007 menunjukkan bahwa penderita gangguan jiwa
berat (psikosis) di Indonesia adalah 0.46 persen atau sejuta orang.
Guru Besar ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Ascobat Gani
menghitung, kerugian ekonomi minimal akibat masalah kesehatan jiwa berdasarkan
Riskesdas 2007 adalah sebesar Rp 20 triliun. Data itu dia sampaikan dalam Seminar MDGS
dan Kesehatan Jiwa pada 2010 lalu. Dia menyebut, jumlah pasien Jamkesmas rawat inap
terbanyak di rumah sakit (RS) Kelas A pada 2010 lalu adalah Hebephrenic Schizophrenia
(1.924 orang), Paranoid Schizophrenia (1.612 orang), Undifferentiated Schizophrenia (443
orang), Schizophrenia Unspecified (400 orang) dan Other Schizophrenia (399 orang). Jumlah
itu belum termasuk pasien rawat jalan. Dari total populasi risiko 1,093,150 hanya 3.5 persen
atau 38,260 yang baru terlayani di rumah sakit jiwa, rumah sakit umum, atau pusat kesehatan
masyarakat dengan fasilitas memadai. Menurut Pendiri Rumah Komunitas Penderita
Skizofrenia Indonesia (KPSI) Bagus Utomo, penanganan atau proses pemulihan pasien
dengan gangguan jiwa, salah satunya Skizofrenia di Indonesia masih buruk.
1. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Orang
Lanjut Usia
2. hubungan tingkat depresi dengan skizofrenia
3. hubungan tingkat depresi dengan perilaku waham

MAKALAH
DATA DAN SKALA PENGUKURAN

Di susun oleh Kelompok 10 :


NAMA : Faradila.simpu
Lihana usman

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


HUSADA MANDIRI POSO
TAHUN 2015

Anda mungkin juga menyukai