Kepetawatan Maternitas
Kepetawatan Maternitas
seperti campak, belum teratasi dan masih mengancam bayi yang tidak diimunisasi. Sejumlah
daerah belum optimal melakukan imunisasi, dengan cakupan kurang dari 90 persen pada
tahun 2008. Untuk imunisasi campak di Papua, misalnya, baru tercakup 60,7 persen,
Sulawesi Barat 77,6 persen, dan Nusa Tenggara Timur 74,2 persen. Campak merupakan
penyakit yang ditandai oleh demam tinggi dan adanya bintik-bintik merah. Penyakit ini di
dunia membunuh satu dari 1.000 kasus infeksi. Tidak tercapainya target imunisasi hingga
mencakup semua bayi, di beberapa daerah, antara lain disebabkan pemahaman masyarakat
yang masih terbatas bahkan keliru terhadap imunisasi, terutama di perkotaan. Adapun di
pedesaan karena minimnya infrastruktur dan rendahnya cara hidup sehat.
3. Kurang gizi KEP (kurang energi protein )
KEP masih merupakan masalah di Indonesia, walaupun Pemerintah Indonesia telah
berupaya untuk menanggulanginya. Data Ssenas menunjukkan bahwa jumlah balita yang
BB/U <-3 SD Z-score WHO-NCHS sejak tahun 1989 meningkat dari 6,3% menjadi 7,2%
tahun 1992 dan mencapai puncaknya 11,6% pada tahun 1995.
KEP disebabkan karena defisiensi macro nutrient (zat gizi makro). Meskipun
sekarang ini terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi macro nutrient kepada
defisiensi micro nutrient, namun beberapa daerah di Indonesia prevalensi KEP masih
tinggi (> 30%) sehingga memerlukan penanganan intensif dalam upaya penurunan
prevalensi KEP.
Penyakit akibat KEP ini dikenal dengan kwashiorkor, marasmus, dan marasmik
kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan karena kurang protein. Marasmus disebabkan
karena kurang energi dan Marasmic Kwashiorkor disebabkan karena kurang energy dan
protein. KEP umumnya diderita oleh balita dengan gejala hepatomegali (hati membesar).
Tanda-tanda anak yang mengalami kwashiorkor adalah badan gemuk berisi cairan,
depigmentasi kulit, rambut jagung dan muka bulan (moon face). Tanda-tanda anak yang
mengalam marasmus adalah badan kurus kering, rambut rontok dan flek hitam pada kulit.
Adapun yang menjadi penyebab langsung terjadinya KEP adalah konsumsi yang
kurang dalam jangka waktu yang lama. Bentuk berat dari KEP di beberapa daerah di Jawa
pernah dikenal sebagai penyakit busung lapar atau HO (Honger Oedeem)
Menurut perkiraan Reutlinger dan Hydn, saat ini terdapat 1 milyar penduduk dunia
yang kekurangan energi sehingga tidak mampu melakukan aktivitas fisik dengan baik.
Disamping itu masih ada 0,5 milyar orang kekurangan protein sehingga tidak dapat
melakukan aktivitas minimal dan pada anak-anak tidak dapat menunjang terjadinya
proses pertumbuhan badan secara normal.
Di Indonesia masalah kekurangan pangan dan kelaparan merupakan salah satu
masalah pokok yang dihadapi memasuki Repelita I dengan banyaknya kasus HO dan
kematian di beberapa daerah. Oleh karena itu tepat bahwa sejak Repelita I pembangunan
pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk merupakan tulang punggung
pembangunan nasional kita.
KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. DM
Jumlah penderita DM di dunia dan Indonesia diperkirakan akan meningkat, jumlah
pasien DM di dunia dari tahun 1994 ada 110,4 juta, 1998 kurang lebih 150 juta, tahun 2000=
175,4 juta (1 kali tahun 1994),tahun 2010=279,3 juta ( kurang lebih 2 kali 1994) dan
tahun 2020 = 300 juta atau kurang lebih 3 kali tahun 1994. Di Indonesia atas dasar
prevalensi kurang lebih 1,5 % dapatlah diperkirakan jumlah penderita DM pada tahun 1994
adalah 2,5 juta, 1998= 3,5 juta, tahun 2010 = 5 juta dan 2020 = 6,5 juta . Disamping
peningkatan prevalensi DM,
dan
perawatan yang lama. Kepatuhan berobat merupakan harapan dari setiap penderita DM.
Berarti setiap penderita DM sanggup melaksanakan instruksiinstruksi ataupun anjuran
dokternya agar penyakit DM nya dapat dikontrol dengan baik(Haznam,1986).
Pada umumnya penderita DM patuh berobat kepada dokter selama ia masih
menderita gejala / yang subyektif dan mengganggu hidup rutinnya sehari-hari. Begitu ia
bebas dari keluhan keluhan tersebut maka kepatuhannya untuk berobat berkurang.
Ketidakpatuhan
[ 1991].
La Greca & Stone [ 1985] menyatakan bahwa mentaati rekomendasi pengobatan yang
dianjurkan dokter merupakan masalah yang sangat penting . Tingkat ketidakpatuhan terbukti
cukup tinggi dalam populasi medis yang kronis.
Walaupun pasien DM telah mendapatkan pengobatan OAD, masih banyak pasien
tersebut mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain :
pengetahuan yang relatif minim tentang penyakit DM, tidak menjalankan diet dengan baik
dan tidak melakukan latihan fisik secara teratur (Tjokroprawiro,A.,1991).
2. Lansia
Dalam era globalisasi ini bangsa Indonesia mengalami berbagai kemajuan. Hal ini
merupakan hal yang positif karena dengan kemajuan-kemajuan tersebut maka bisa membawa
bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Untuk membawa bangsa Indonesia ke arah yang
lebih baik, maka setiap orang dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan cara
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Jika orang itu tidak dapat menyesuaikan diri
maka orang itu akan mengalami ketertinggalan dalam upaya memperbaiki taraf hidupnya.
Kemajuan yang terjadi meliputi berbagai bidang, seperti ekonomi, perbaikan
lingkungan hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang medis atau ilmu
3. TB paru
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi pada manusia yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
menyerang organ tubuh lainnya. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif, pada
waktu batuk atau bersin, pasien meyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak
(droplet nuclei) sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya
penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.
Kuman TBC berbentuk batang, mempunyai sifat tahan terhadap asam dan alkohol pada
pewarnaan, sehingga disebut sebagai basil tahan asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan
adanya sinar matahari langsung. Pada tempat yang lembab dan gelap mampu bertahan hidup
beberapa jam, sedangkan di dalam jaringan tubuh kuman ini dapat tertidur selama beberapa
tahun.
Sepanjang dasawarsa terakhir di abad 20 ini jumlah kasus baru TB meningkat di
seluruh dunia dan 95% kasus terjadi di negara berkembang. Terdapat 9,2 juta kasus baru dan
1,7 juta kematian karena TB pada tahun 2006. India, Cina, dan Indonesia memiliki
kontribusi lebih dari 50% terhadap seluruh kasus TB di dunia.
Tuberkulosis juga membunuh satu juta wanita dan 100.000 anak setiap tahunnya dan
terdapat 450.000 anak usia di bawah 15 tahun meninggal dunia karena TB Tahun 1999 WHO
memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TB Paru, 262 basil tahan asam (BTA)
positif, dengan kematian sekitar 140.000.
Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita
baru TB Paru BTA positif Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah
penderita TB paru terbesar ke tiga di dunia setelah China dan India. Di Indonesia, penyakit
ini menjadi serius, karena berdasarkan data, penyakit TB paru merupakan penyebab kematian
nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua
kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi.
1. Tingkat Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Dalam Mengendalikan Kadar Gula
Darah
2. Hubungan dukungan keluarga dengan kemandrian lansia dalam pemenuhan
aktivitas sehari hari
3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Tuberkulosis Paru Dengan
Keteraturan Minum Obat Pada Penderita Tuberkulosis Paru.
KMB
1. luka
Luka merupakan salah satu masalah kulit yang sering dialami oleh manusia. Salah satu
dari jenis luka itu adalah luka bakar.
Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap tahunnya
(Brunner & Suddart, 2001). Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI (2008),
prevalensi luka bakar di Indonesia adalah 2,2 %. Menurut Tim Pusbankes 118 Persi DIY
(2012) angka kematian akibat luka bakar di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
berkisar 37%-39% pertahun sedangkan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, rata-rata dirawat 6
pasien luka bakar perminggu setiap tahun. Penanganan luka bakar yang cepat dan tepat, tidak
akan menimbulkan dampak yang berbahaya bagi tubuh. Akan tetapi, jika luka bakar tidak
ditangani sesegera mungkin, maka akan menyebabkan berbagai komplikasi seperti infeksi,
syok, dan ketidakseimbangan elektrolit (imbalance electrolit). Selain komplikasi yang
berbentuk fisik, luka bakar juga dapat menyebabkan distress emotional (trauma) dan
psikologis yang berat karena cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar). Luka bakar dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa derajat berdasarkan dalamnya jaringan yang rusak. Luka
bakar dapat merusak jaringan otot, tulang, pembuluh darah, dan jaringan epidermal yang
mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem
persarafan (Brunner & Suddart, 2001).
2. Penyakit jantung
Menurut WHO, 17,5 juta (30%) dari 58 juta kematian di dunia, disebabkan oleh
penyakit jantung dan pembuluh darah pada tahun 2005. Dari seluruh angka tersebut,
penyebab kematian antara lain disebabkan oleh serangan jantung (7,6 juta penduduk), stroke
(5,7 juta penduduk), dan selebihnya disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah
(4,2 juta penduduk). Berdasarkan seluruh data yang telah dikumpulkan dari WHO, pada
tahun 2015 diperkirakan kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat
menjadi 20 juta jiwa. Kemudian akan tetap meningkat sampai tahun 2030, diperkirakan 23,6
juta penduduk akan meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Angka yang
cukup besar mengingat penyakit jantung dan pembuluh darah dikategorikan sebagai penyakit
tidak menular. Penyakit ini sebenarnya dapat dimodifikasi dan dicegah. jantung dan
pembuluh darah terus mengalami peningkatan menjadi 26,8 persen dan semakin mendekati
penyakit penyebab kematian tertinggi. Menurut Prof Dr dr Budi Setyanto, Sp.JP dari
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI, tingginya angka kematian
akibat penyakit jantung dan pembuluh darah lebih didorong karena rendahnya kesadaran dan
pengetahuan masyarakat tentang penyakit jantung dan pembuluh darah. Penyakit ini
sebenarnya dapat dicegah dengan menekan faktor risikonya yaitu konsumsi rokok, pola
makan tidak sehat, terlalu banyak asupan lemak, kurang makan berserat tinggi (sayur dan
buah) serta rendahnya kegiatan fisik. Kalangan muda seringkali tidak menyadari bahwa
penyakit jantung bisa terjadi dalam waktu yang singkat sampai akhirnya menyerang pasien.
3. Apendisitis
Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks dan
merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks disebut juga
umbai cacing. Menurut WHO ( World Health Organization), indisdensi apendisitis di Asia
pada tahun 2004 adalah 4,8% penduduk dari total populasi. Menurut Departemen Kesehatan
RI di Indonesia pada tahun 2006, apendisitis menduduki urutan keempat dengan jumlah
pasien rawat inap sebanyak 28.040. Selain itu, pada tahun 2008, insidensi apendisitis di
Indonesia menempati urutan tertinggi di antar kasus kegawatan abdomen lainnya.
1. pengaruh perawatan luka dengan proses penyembuhan luka
2. Hubungan Hiperkolesterolemia Dengan Penyakit Jantung Koroner
3. Pengaruh pola makan dengan appedisitis
KEPERAWATAN JIWA
1. DEPRESI
Depresi adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi
seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu
disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Beberapa gejala Gangguan Depresi adalah perasaan
sedih, rasa lelah yang berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan
semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Depresi merupakan salah satu
penyebab utama kejadian bunuh diri. Penyebab suatu kondisi depresi meliputi:
terutama serotonin
Faktor psikologis karena tekanan beban psikis, dampak pembelajaran perilaku
ketidakseimbangan
neurotransmiter
di
otak
MAKALAH
DATA DAN SKALA PENGUKURAN