IKTERUS NEONATORUM
Oleh :
Stella Widjaja
2007 10 038
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
2007
IKTERUS NEONATORUM
Stella Widjaja
Mahasiswi Semester Empat Tahun Ajaran 2007
Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jakarta
ABSTRAK
Ikterus neonatorum adalah warna kekuningan pada kulit dan atau sclera pada bayi baru lahir yang disebabkan
oleh akumulasi dari bilirubin. Pada ikterus fisiologis terdapat sejumlah ringan bilirubin yang tidak terkonjugasi dan
mengenai hampir semua bayi baru lahir. Batas puncak pada ikterus fisiologis adalah 5-6 mg/dL (86 -103 mol/L) tampak
pada 48-120 jam setelah kelahiran. Angka yang lebih tinggi dari yang fisiologis tadi adalah hiperbilirubinemia tidak
terkonjugasi patologis dan timbul pada kondisi yang bervariasi. Bilirubin yang tidak terkonjugasi dengan albumin dapat
memasuki otak dan menimbulkan fokal nekrosis dari saraf, bisa akut (akut bilirubin ensefalopati) atau kronis (kern ikterus).
Pada total bilirubin serum konsentrasi mencapai 25-30 mg/dL(428 to 513 mol/L).
Bayi cukup bulan dengan bilirubin total 25-30 mg/dL (428-513 mol/L) mempunyai risiko tinggi terserang
toksisitas bilirubin. Terapi sinar di mana kulit bayi terpapar sinar terbukti aman dan efektif menurunkan toksitas bilirubin
dengan cara meningkatkan ekskresi bilirubin. Transfusi tukar ditujukan untuk menghilangkan bilirubin dari sirkulasi,
apabila dengan terapi sinar gagal. Beberapa obat-obatan (IVIG = Intra Venous Immuno Globulin, phenobarbital,
metalloporphyrins) dipakai untuk menghambat hemolisis, meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin serta menghambat
pembentukan bilirubin.
Kata kunci: Ikterus Neonatorum, hiperbilirubinemia, ensefalopati bilirubin/ kernikterus
Alamat korespondensi:
silver_valkyrielynx@yahoo.com
IKTERUS NEONATORUM
Stella Widjaja
College Student Fourth Semester 2007
Faculty of Medicine Krida Wacana Christian University
Neonatal jaundice is the yellowish discoloration of the skin and/or sclerae of newborn infants caused by
accumulation of bilirubin. Physiologic jaundice is mild uncojugated (indirect-reacting) bilirubinemia and affects nearly all
newborns. The peak level in physiologic jaundice typically is 5 to 6 mg/dL (86 to 103 mol/L), occurs at 48 to 120 hours of
age. Higher level of unconjugated hyperbilirubinemia are pathologic and occur in variety of conditions. Unconjugated
bilirubin that is not bound to albumin (free bilirubin) can enter the brain and cause focal necrosis of neurons, either acutely
(acute bilirubin encephalopathy) or chronically (kern icterus).
Term infants are at risk for bilirubin toxity when Total Serum Bilirubin (TSB) concentration exceed 25 to 30 mg/dL
(428 to 513 mol/L). Phototherapy contist of exposing the infants skin to light. It is a safe and efficient method to reduce the
toxicity of bilirubin and increase its elimination. Exchange transfusion is used to remove bilirubin from the circulation when
intensive phototherapy fails. Pharmacologics agents including IVIG (Intra Venous Immuno Globulin), phenobarbital and
mettaloporphyrins can be used to inhibit hemolysis, increase conjugation and excretion of bilirubin, or inhibit the formation
of bilirubin.
Key word: Neonatal Jaundice, hyperbilirubinemia, acute bilirubin encephalopathy/kernicterus.
Correspondence address:
Silver_valkyrielynx@yahoo.com
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat kemurahanNya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam
makalah ini saya membahas ikterus neonatorum, suatu permasalahan yang banyak terjadi di
masyarakat.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam
neonatorum yang sangat diperlukan dalam suatu harapan mendapatkan pemahaman lebih dan
penanggulangannya.
Demikian makalah ini saya buat, semoga bermanfaat.
Penulis
Daftar Isi
Judul...1
Abstrak Bahasa Indonesia..2
Abstrak Bahasa Inggris......3
Kata pengantar4
Daftar isi.... 5
Pendahuluan.. 6
Dispepsia.... 7-9
Dispepsia fungsional.... 9-10
GERD. 10-11
Gastritis.. 11-12
Tukak gaster... 12-23
Tukak duodenum.... 23-26
Karcinoma gaster... 26-31
Penutup.... 32
Daftar pustaka...... 33
Pendahuluan
Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian besar
neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa
angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan.
Ikterus ini pada sebagian penderita dapat bersifat fisiologis dan pada sebagian lagi mungkin
bersifat patologis yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan
kematian. Oleh karena itu, setiap bayi dengan ikterus harus mendapatkan perhatian, terutama
apabila ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau bila kadar bilirubin
meningkat > 5 mg/dL (> 86mol/L) dalam 24 jam. Proses hemolisis darah, infeksi berat,
ikterus yang berlangsung lebih dari 1 minggu serta bilirubin direk >1 mg/dL juga merupakan
keadaan yang menunjukkan kemungkinan adanya ikterus patologis. Dalam keadaan tersebut
penatalaksanaan ikterus harus dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus dapat
dihindarkan. Tujuan membahas topik ini adalah agar dapat menyikapi kasus-kasus ikterus
secara maksimal sehingga kasus kernikterus, gangguan otak yang sifat menetap serta
terjadinya kematian dapat dihindarkan.
Ikterus Neonatorum
Ikterus (jaundice) terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah, sehingga kulit
(terutama) dan atau sklera bayi (neonatus) tampak kekuningan. 1-4 Pada orang dewasa, ikterus
akan tampak apabila serum bilirubin > 2 mg/dL (> 17 mol/L), sedangkan pada neonatus
baru tampak apabila serum bilirubin > 5 mg/dL ( >86mol/L).
Hiperbilirubinemia adalah istilah yang dipakai untuk ikterus neonatorum setelah ada hasil
laboratorium yang menunjukkan peningkatan kadar serum bilirubin. Hiperbilirubinemia
fisiologis yang memerlukan terapi sinar, tetap tergolong non patologis sehingga disebut
Excessive Physiological Jaundice.1-4 Digolongkan sebagai hiperbilirubinemia patologis
(Non Physiological Jaundice) apabila kadar serum bilirubin terhadap usia neonatus > 95 0/00
menurut Normogram Bhutani. 5,6
METABOLISME BILIRUBIN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
METABOLISMEBILIRUBIN
Bilirubinmerupakanprodukyangbersifattoksikdanharusdikeluarkanolehtubuh.
Sebagianbesarbilirubintersebutberasaldaridegradasihemoglobindarahdansebagianlagidari
hemebebasatauproseseritropoesisyangtidakefektif.Pembentukanbilirubintadidimulai
denganprosesoksidasiyangmenghasilkanbiliverdinsertabeberapazatlain.Biliverdininilah
yangmengalamireduksidanmenjadibilirubinbebas.Zatinisulit
larutdalamairtetapilarutdalamlemak,karenanyamempunyaisifatlipofilikyangsulit
diekskresidanmudahmelaluimembranbiologiksepertiplasentadansawardarahotak.
I.
1,4,6,7
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.
Q.
R.
Bilirubinbebastersebutkemudianbersenyawadenganalbumindandibawakehepar.
Dalamheparterjadimekanismeuptake,sehinggabilirubinterikatolehreseptormembransel
hepardanmasukkedalamhepar.Segerasetelahadadalamselheparterjadipersenyawaan
ligandin(proteinY),proteinZdanglutationheparlainyangmembawanyakeretikulum
endoplasmahepar,tempatterjadinyakonjugasi.Prosesinitimbulberkatadanyaenzim
glukoroniltransferaseyangkemudianmenghasilkanbentukbilirubindirek.Jenisbilirubinini
dapatlarutdalamairdanpadakadartertentudapatdiekskresimelaluiginjal.Sebagianbesar
bilirubinyangterkonjugasiinidiekskresimelaluiduktushepatikuskedalamsaluranpencernaan
danselanjutnyamenjadiurubilinogendankeluardengantinjasebagaisterkobilin.Adapunyang
keluarmelaluiurin.Dalamusus,
S. sebagiandiabsorpsikembaliolehmukosaususdanterbentuklahprosesabsorpsienterohepatik.
T.
U.
1,4,6,
V. Gambar
2.
Metabolisme
bilirubin
http://dhenael.files.wordpress.com/2008/10/met-bilirubin1.jpg)
(dikutip
dari
IKTERUSFISIOLOGISvsIKTERUSPATOLOGIS
a. Ikterus Fisiologis
- warna kuning akan timbul pada hari ke 2 atau hari ke 3.
- Tidak mempunyai dasar patologis.
- Kadarnya tidak melampuai kadar yang membahayakan.
- Tidak mempunyai potensi menjadi kern-ikterus.
- Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
b. Ikterus Patologis
- Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan; serum bilirubin total lebih dari 12 mg/dl.
- Peningkatan kadar bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.
- Ikterus yang disertai :
-. Berat lahir < 2000 g.
-. Masa gestasi < 36 minggu.
-. Asfiksia, hipoksia, sindrom gawat napas pada neonatus.
-. Infeksi
-. Trauma lahir pada kepala
-. Hipoglikemia, hiperkabia
-. Hiperosmolaritas darah
-. Proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi G6PD, atau sepsis)
-. Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia > 8 hari.
Etiologi
1. Produksi bilirubin yang berlebihan.
2. Gangguan pengambilan dan pengangkutan bilirubin dalam hepatosit.
3. Gagalnya proses konjugasi dalam mikrosom hepar.
4. Gangguan dalam ekskresi.
5. Peningkatan reabsorbsi dari saluran cerna.
PEMERIKSAAN
Anamnesis
1.Riwayatkehamilandengankomplikasi(obatobatan,ibuDM,gawatjanin,malnutrisi
intrauterin,infeksiintranatal)
2.Riwayatpersalinandengantindakan/komplikasi
3.Riwayatikterus/terapisinar/transfusitukarpadabayisebelumnya
4.Riwayatinkompatibilitasdarah
5.
Riwayatkeluargayangmenderitaanemia,pembesaranhepardanlimpa.
4,5,7,9
PemeriksaanSistemik
Pemeriksaan sistemik
o
o
o
o
Inspirasi
Auskultasi
Palpasi dan perkusi (perkusi tidak dilakukan pd anak-anak kecuali pada ascites)
Pemeriksaan dengan alat (periksa tonsil)
Warna:
Vitiligo (depigmentasi) dt tak ada arti/awal tuberosklerosis/ penyakit
neuroektoderm
Depigmentasi umum/ albinisme
Coklat gelap:
Penyakit addison
Thalassemia
Pasien dengan transfusi darah sering
cafe auldit (coklat)/ coklat muda; masih normal sampai gejala bercak dengan
diameter 1 1.5 cm pada anak < 5 tahun (bila lebih: penyakit VON
RECKLINGHAUSEN)
Nevus pigmentosus (hiperpigmentasi menetap)
Melanoma malignum sangat jarang pada anak (abu-abu)
Pasca ruam campak (hiperpigmentasi sementara)
Spider nevi
Dari pembuluh kapiler bercabang seperti laba-laba
Sedikit di lengan dan wajah = normal
Di badan banyak: cirrhosis hepatis, hepatitis kronik
Sianosis
o
o
Ikterus
o
o
o
o
Hemolisis (bila hepar masih bagus maka ikterus tak tlalu tampak)
[dewasa]
Mononukleus infeksiosa
Sepsis
Bayi: bila darah pecah terlalu banyak dapat menjadi icterus oleh krn penimbunan
bilirubin dalam darah krn fungsi hepar belum sempurna. Contoh: kelainan darah ibu
dan anak therapy: lakukan transfusi tukar
Hemangioma (Pembesaran kel kapiler penonjolan pembuluh darah bisa hilang
sendiri
o Hemangioma kapilaris (kelopak mata, bibir atas, leher)
Rata, difus
Dapat disertai kejang : syndrome STURGE WEBER
Menimbul
Batas tegas, lunak, berlobulasi
Ada sejak lahir/ umur beberapa minggu
Bertambah besar sampai 6 12 bulan mengecil hilang
o Hemangioma kavernosa
Sjk lahir/ pd masa bayi di kulit, bwh kulit, lbh dlm (kulit di atasnya
dapat N/ ungu)
Ekzema
o Dermatitis atopik
Dermatitis kontak
Purpura
o
o
o
Erythema
o
o
Eritema nodosum
Noduler
2 4 cm
nyeri
Urtikaria
o
o
terdapat pada:
reaksi obat
arthritis rheumatoid
syndroma Steven Johnson
Lupus Erithematous
Tuberculosis
o
Dicubit lambat kembali (dehidrasi, malnutrisi)
Kelembaban kulit
o Keringat banyak (palmaris : psikogen)
o anhidrosis
Tekstur kulit
o Kasar: pada defisiensi vitamin A, hipotiroid, paratiroid
o Icthyosis : kasar kering seperti sisik ikan
o Sclerema skleredema skleroderma pada dermatomiositis
o Sklerema neonatus (bayi sakit berat, sepsis, dehidrasi, anoxia)
Edema
Akibat cairan ekstraseluler abnormal
Disebabkan oleh karena:
o Tekanan hidrostatik
o Permeabilitas kapiler
o Tekanan onkotik berkurang (tek keluar sel lebih besar daripada ke dalam)
o Retensi Na dan elektrolit lain
Bentuk pitting edema : bila ditekan tidak kembali/ lambat (periksa pada pretibial)
Bentuk non-pitting edema : bila cepat kembali = pada turner syndrom, kretinisme
Edema sedikit/ mulai pada palpebra
Edema banyak:pretibia, pergelangan kaki, sakrum
Edema anasarca : di seluruh tubuh dengan ascites, efus pleura/ perikardial (pada
malnutrisi, syndroma nefrotik, penyakit jantung, cirrhosis hepatis, kwashiorkor)
Edema lokal :
o
Alergi
o
Gigitan seranggga
o
Bendungan limfe
Miliaria
Keringat buntat
Dapat berupa
1. Miliaria pustulosa (bintik-bintik kecil seperti pustula)
2. Miliaria rubra (merah)
Lain-lain
Emphysema subkutan (udara, karena kelenjar udara di bawah kulit)
o Krepitasi
o Pada pneumothorax/ pn.med, tracheostomi, dll
Sikatriks keloid (hipertrofi sikatriks); bekas luka yg jelas
Stria :
o Garis-garis hipopigmentasi
o Normal pada anak gemuk
o Sindrom cushing (ungu) obat kortikostreroid
RAMBUT
Warna
Kelebatan
Oksipital
Retroauriculer
Distribusi
Karakter rambut lain
JANTUNG
* Inspeksi dan palpasi *
Ictus cordis/ denyut apeks
Bayi dan anak kecil : pada sela iga 4
Garis midkavikuler kiri/ sedikit lateral
Anak 3 tahun dan lebih : sela iga ke 5
Sedikit medial, garis mid kl.kiri
Pada bayi dan anak kecil inspeksi sukar jadi palpasi
Pada pembesaran ventrikel kiri apeks ke bawah lateral denyut > kuat left
ventricular lift/ left ventricular thrust
Pembesaran ventrikel kanan apeks tetap teraba peningkatan aktif di para
sternal kiri bawah dan epigastrium: right ventricular cave
Apeks dan aktifitas ventrikel sulit diraba pada:
Pneumomed
Pneumothoraks kiri
Efusi peric/ pleura
o
o
PERKUSI
o
o
o
Auskultasi
o
o
o
Bunyi Jantung
o Bunyi akibat vibrasi pendek bunyi jantung
o Bunyi akibat vibrasi panjang lebih panjang = bising jantung
o Bunyi jantung
Bunyi jantung I, II, III, IV
Opening snap
Hampir tidak pernah ditemui
Irama derap
Klik
o Bunyi jantung I tanda fase sistolik
o Bunyi jantung II tanda fase diastolik
Kedua bunyi tersebut harus diidentifikasi secara akurat dan selalu terdengar pada
setiap pasien
o Beberapa patokan :
Bunyi jantung I bersamaan dengan iktus cordis
Bunyi jantung I bersamaan dengan denyut karotis
o
o
o
Bunyi patologis : pada penderita dewasa = stenosis mitral (pada anak jarang)
Insufisiensi aorta
Insufisiensi pulmonal
Bising middiastolik (diastolik flow murmur) akibat aliran darah
berlebih (stenosis relatif katup mitral/ trikuspid)
4. Pungtum
BISING INOSEN
Bising inosen adalah bising yang tidak disebabkan kelainan organik atau kelainan
struktural jantung
Sering pada anak normal ( > 75%)
Dibedakan dari bising fungsional, yaitu bising akibat hiperaktivitas fungsi jantung :
o Anemia
o tireotoksikosis
Karakteristik bising inosen :
1. Berupa bising ejeksi sistolik
2. derajat 3/6 atau kurang (tanpa getaran bising)
3. penjalaran terbatas
4. intensitas berubah dengan perubahan posisi: lbh jelas saat terlentang
menghilang saat duduk
5. Tidak ada kelainan struktural jantung
Yang sering ditemui pada anak dengan kelainan jantung:
1. bising inosen
2. PDA
3. Stenosis aorta
Waktu ejeksi ventrikel kanan memanjang (ok pirau dari atrium kiri ke atrium kanan)
bunyi jantung II terpecah lebar pada pernapasan tidak ada perubahan
Beban volume ventrikel kanan stenosis pulmonalis relatif : bising ejeksi sistolik
di tepi kiri sternum sela iga 2 (derajat 3/6)
Defek septum ventrikel tanpa komplikasi bunyi jantung I dan II normal. Bunyi jantung
III terdengar keras bila ada dilatasi ventrikel
Bising yang khas : bising pansistolik di sela iga ke 3 & 4 tepi kiri sternum menjalar
ke tepi kiri sternum
Makin kecil defek bising makin keras
Sifat bising meniup, nada tinggi derajat 3/6 6/6
Pada defek besar dapat ada : bising middiastolik di apeks (ok stenosis mitral relatif)
Pada bayi baru lahir dengan defek septum ventrikel tidak terdengar bising ok
resistansi vaskuler paru tinggi terdengar pada umur 2 6 minggu
Pirau dari aorta ke a.pulmonalis terjadi bising kontinu di sela iga ke 2 tepi kiri
sternum menjalar ke infraklavikula, karotis dan punggung
Bunyi jantung I dan Bunyi jantung II normal
Bunyi jantung II sulit diidentifikasikan karena tertutup puncak bising
Pada BBL : hanya terdengar bising sistolik
Bising middiastolik di apeks dpt terdengar (pirau kiri ke kanan besar)
Terdengar bising ejeksi sistolik di sela iga ke-2 tepi kanan atau tepi kiri sternum
menjalar ke apeks dan karotis (disertai getaran)
Pada valvulitis mitral reumatik akut : bising pansistolik dan middiastolik di apeks
(bising Carry Coombs)
Kepala
Lingkaran kepala : periksa rutin sampai umur 2 tahun
(glabela dahi atas alis mata protuberans oksipitalis : diameter oksipita frontal
terbesar)
Makrosefali (diameter > N)
Hidrosefalus (produksi > ; abs <
- H.komunikans
- H.nonkomunikans : sumbatan
Mikrosefali (diameter < N) : ada retardasi motor dan mental (disgenesis/ hipoplasi
otak, rubella, toxoplasma, CMV, sy down disgenesis/ hipoplastik otak,
kraniostenosis)
Kontrol kepala
BBL 1 bulan : telentang kepala dilepas jatuh ke belakang didudukkan
kepala jatuh ke depan
Akhir bulan 2 : tengkurap kepala diangkat sebentar
Bulan 3 bulan 5 : posisi duduk kepala tegak
Kraniotabes
Lagofthalmus
Kelopak tidak dapat menutup sempurna:
(kornea tidak tertutup lesi) ulkus
Pasien koma : pseudo lagofthalmus
Hemangioma (bisa menghilang sendiri)
Hordeolum (infeksi, diberi antibiotik tp tidak pd kulitnya, spt bisul kecil, bila
merambar ke dalam mata maka diberi obat mata)
Edema
Alis
Kanan dan kiri bertemu di tengah: syndroma Waardenburg
Bulu mata
Panjang lentik: normal, malnutrisi, penyakit kronik
Duktus nasolakrimalis
Hubungan mata dan hidung. Cairan yg membasahi mata akan ke hidung
dan menguap bersama napas. Jadi tidak akan keluar air mata klo tidak
nangis
Bila sampai umur 6 bulan masih belum terbuka (air mata keluar) dokter
mata
Epiphora
Penutupan ductus nasolacrimalis
Produksi air mata berlebih
Bisa ok radang, ulkus kornea, benda asing, alergi
Mata kering : dehidrasi, defisiensi vit A
Konjungtiva
Defisiensi vit A:
1. Hemeralopi/ rabun senja
2. Xerosis konjungtiva (kering bercak BITOT) ada garis putih yg berdiri
pd konjungtiva lateral/ medial
3. Xerosis kornea masuknya infeksi
4. Keratomalasi ulserasi perforasi
Lunaknya kornea menutup sinar yg masuk buta harus diganti
kornea.
Normal : putih
Jernih
Normal:
Bulat simetris
Diameter 3 4 mm, tidak midriasis ataupun miosis
Reflex cahaya + (cahaya dari lateral konsensual/ langsung)
24
Midriasis (dilatasi)
Buta, keracunan (barbiturat, atropin), koma, acidosis, TIK meningkat
Miosis (kecil): syndroma Horner, kerac opi, lesi otak
Katarak : putih biasa pada ortu, suatu kelanjutan usia, bila
tidak diambil buta. Anak-anak suatu penyakit
Albinisme : merah
Lensa
Normal : jernih
Bila keruh : katarak (kongenital toxopl, rubela, herpes simplex, dll)
Bola mata
Eksoftalmos (menonjol keluar) : hipertiroid, glaukoma, tumor retrobulbar,
abses orbita
Enoftalmos (kecil/ dalam) : dehidrasi berat, malnutrisi, sindrom horner
Sun-set Sign (iris di bawah palpebra inferior) : hidrosefalus, TIK
meningkat, kern icterus
Strabismus (juling) : masih normal 3 6 bulan (1 thn), sebentar hilang
Nistagmus (gerak bola mata ritmik) : cepat horizontal vertikal
berputar / campuran
Dolls eye phenomenone : refleks okulosefalik (koma); BBL sampai 10
hari masih normal
Telinga
Serumen
Membran timpani
Normal: sedikit cekung, mengkilat, refleks cahaya positif
Otitis media kataral: sangat merah, refleks cahaya <, tjd abses dalam telinga
(cepat kirim ke bagian THT)
Otitis media sup: menonjol kemerahan, refleks cahaya menghilang
Perdarahan (menonjol biru)
Perforasi yang akan menyebabkan congek
Mastoid
Otitis media mastoiditis : nyeri tekan + ; daun telinga terdorong terasa sakit
pada retroauriculer
Pendengaran
Dinilai dengan garpu tala, audiometer (pada anak besar)
Neonatus : sudah ada reaksi thd suara (klintingan)
Hidung
Napas cuping hidung
Saddle nose : syndroma kongenital
Mukosa tebal pucat : alergi
Benda asing : sekret purulen, berdarah, berbau
Difteri hidung : sekret berdarah
Epistaksis : pleksus Kiesselbach (pd septum nasi) pecah - demam, kelainan darah,
kongenital
Mulut
Trismus (mulut sukar dibuka); tetanus, tetani, infeksi/ abses sekitar mulut,
dislokasi sendi mandibula, parotitis, dll
Diukur berapa besar mulut dpt dibuka : dari ujung gigi atas dan bawah
Foetor ex ore (halitosis)
Bau aseton asidosis
Bau amonia - uremia
Labio skisis/ bibir sumbing
25
Petechiae (infeksi)
Paralisis (difteria)
Palatoskisis
Lidah
Bifurkasio terbelah di tengah
Makroglosia: hipotiroid, sy.down, hurler, neoplasma
Mikroglosia : sy. MABIUS, pioroptin (lidah >>)
Kista duktus tiroglossus : pada pangkal lidah
Ranula : kista retensi transparan (biru) sublingual
Lidah terjulur keluar (pada retard mental)
Tremor lidah : hipertiroid, demam typhoid lidah keluar ujung merah
Lidah kotor (coated tongue)
Geografic tongue
Gloso ptosis : lidah tertarik ke belakang (syndroma pierre robin)
Neonatus : keluar masuk ritmik (perdarahan otak/ edema otak)
Lidah ada gambaran-gambaran pulau di tengah ada alergi
Gigi geligi
Bayi baru lahir, kadang-kadang ada 1 2 gigi dan mudah dicabut
Mulai tanggal umur 6 thn caninus blom keluar, molar 2,3 baru keluar
Umur 5 bulan 1 thn: gigi susu 3 tahun lengkap 20 buah
V IV III II I
.
I II III IV V
-------------------------------------------------V IV III II I
.
I II III IV V
Gigi susu:
2 insisor sentral bawah
2 insisor sentral atas
2 insisor sentral atas
2 insisor sentral bawah
2 molar pertama bawah
2 molar pertama atas
4 kuspid pertama
4 molar kedua
5 10 bulan
8 12 bulan
9 13 bulan
10 14 bulan
13 16 bulan
13 17 bulan
12 22 bulan
24 30 bulan
Gigi tetap
8 7 6 5 4 3 2 1
1 2 3 4 5 6 7 8
----------------------------------------------------------------------8 7 6 5 4 3 2 1
1 2 3 4 5 6 7 8
26
Infeksi difteria:
Bercak putih abu-abu yang sulit diangkat bila dipaksa mudah berdarah
(pseudomembran)
Tonsil
Perhatikan : kripti, hiperemia ulserasi, bercak perdarahan, abses perotonsiler
(sering trismus)
Laring
Stridor (suara napas inspirasi yang keras, kasar, nada sedang)
Terjadi obstruksi di daerah laring/ trachea
therapy/ : corticosteroid dan antibiotik
PemeriksaanKhusus
Pengamatanikteruspalingbaikdilakukandengancahayasinarmatahari.Bayibarulahirtampakkuning
apabilakadarbilirubinserumnyakirakira6mg/dLatau100mikromol/L(1mg/dL=17,1mikromol/L).
SalahsatucarapemeriksaanderajatkuningpadaBBLsecaraklinis,sederhana,danmudahadalahdengan
penilaianmenurutKramer(1969).Caranyadenganjaritelunjukditekankanpadatempattempatyang
tulangnyamenonjolsepertitulanghidung,dada,lutut,danlainlain.Tempatyangditekanakantampak
pucatataukuning.
Bahayahiperbilirubinemiaadalahkernikterus,yaitusuatukerusakanotakakibatperlengketanbilirubin
indirekpadaotak.Secaraklinispadaawalnyatidakjelas,dapatberuapmataberputar,letargi,kejang,tak
maumenghisap,malasminum,tonusototmeningkat,leherkaku,danisoptonus.Bilaberlanjutdapat
terjadispasmeotot,opistotonus,kejang,atetosisyangdisertaiketeganganotot.Dapatditemukanketulian
padanadatinggi,gangguanbicara,danretardasimental.
Zona
1
2
3
4
5
DerajatikteruspadaneonatusmenurutKramer
BagianTubuhyangkuning
Ratarataserumbilirubin
indirek(umol/l)
Kepaladanleher
100
Pusatleher
150
Pusatpaha
200
Lengan+tungkai
250
Tangan+kaki
>250
27
http://gastroresource.com/gitextbook/
Penegakandiagnosisikterusneonatorumberdasarkanwaktukejadiannya
Waktu
DiagnosisBanding
AnjuranPemeriksaan
Harike1
Penyakithemolitik(bilirubin
Kadarbilirubinserum
indirek)
berkala,Hb,Ht,
Inkompatibilitasdarah
retikulosit,sediaan
(Rh,ABO)
apusdarah.
Sferositosis
Golongandarah
Anemiahemolitiknon
ibu/bayi,ujiCoomb
steatosis(misal:
Ujitapisdefisiensi
defisiensiG6PD).
enzim
Ikterusobstruktif(bilirubin
Ujiserologiterhadap
direk)
TORCH
Hepatitisneonatalo.k.
TORCH
Harike2s.d.ke5
Kuningpadabayi
Hitungjenisdarah
premature
lengkap
Kuningfisiologik
Urinmikroskop&
28
Harike5s.d.ke10
Harike10ataulebih
Sepsis
Darahekstravaskuler
Polisitemia
Sferositosiskongenital
Sepsis
Kuningkarenaasi
DefisiensiG6PD
Hipotiroidisme
Galaktosemia
Obatobatan
Atresiabiliaris
Hepatitisneonatal
Kistakoledokus
Sepsis(traumainfeksi
salurankemih)
Stenosispilorik
biakanurin
Pemeriksaanterhadap
infeksibakteri
Golongandarah
ibu/bayi,ujiCoomb
Ujifungsitiroid
UjitapisenzimG6PD
Guladalamurin
Pemeriksaanterhadap
sepsis
Urinmikroskopikdan
biakanurin
Ujiserologicterhadap
TORCH
Alfafetoprotein,alfa1
antitripsin
Biopsihati
Kolesistografi
UjiRoseBengal
PemeriksaanLaboratorium
Pemeriksaanserumbilirubin(bilirubintotaldandirek)harusdilakukanpadaneonatusyang
mengalamiikterus.Terutamapadabayiyangtampaksakitataubayibayiyangtergolongrisiko
tinggiterseranghiperbilirubinemiaberat
.Namunpadabayiyangmengalamiikterusberat,lakukanterapisinarsesegera
mungkin,janganmenundaterapisinardenganmenungguhasilpemeriksaankadar
serumbilirubin.
4,5,9
Transcutaneousbilirubin(TcB)dapatdigunakanuntukmenentukankadarserumbilirubin
total,tanpaharusmengambilsampeldarah.Namunalatinihanyavaliduntukkadarbilirubin
total<15mg/dL(<257mol/L),dantidakreliablepadakasusikterusyangsedangmendapat
terapisinar.
5,11
Pemeriksaantambahanyangseringdilakukanuntukevaluasimenentukanpenyebabikterus
antaralain:
GolongandarahdanCoombstest
Darahlengkapdanhapusandarah
SkriningG6PD
Pemeriksaanserumbilirubintotalharusdiulangsetiap424jamtergantungusiabayidan
tingginyakadarbilirubin.Kadarserumalbuminjugaperludiukuruntukmenentukanpilihan
terapisinarataukahtranfusitukar.
4,5,9
WD:Hiperbilirubinemiae.cKolestasisExtrahepatik
DEFINISI
Kolestasis adalah kegagalan aliran cairan empedu masuk duodenum dalam jumlah normal. Gangguan
dapat terjadi mulai dari membrana-basolateral dari hepatosit sampai tempat masuk saluran empedu ke
dalam duodenum.4 Dari segi klinis didefinisikan sebagai akumulasi zat-zat yang diekskresi kedalam
empedu seperti bilirubin, asam empedu, dan kolesterol didalam darah dan jaringan tubuh. Secara
29
patologi-anatomi kolestasis adalah terdapatnya timbunan trombus empedu pada sel hati dan sistem
bilier.
EPIDEMIOLOGI
Kolestasis pada bayi terjadi pada 1:25000 kelahiran hidup. Insiden hepatitis neonatal 1:5000
kelahiran hidup, atresia bilier 1:10000-1:13000, defisiensi -1 antitripsin 1:20000. Rasio atresia bilier
pada anak perempuan dan anak laki-laki adalah 2:1, sedang pada hepatitis neonatal, rasionya terbalik
5,6,7
.
Di Kings College Hospital England antara tahun 1970-1990, atresia bilier 377 (34,7%),
hepatitis neonatal 331 (30,5%), -1 antitripsin defisiensi 189 (17,4%), hepatitis lain 94 (8,7%),
sindroma Alagille 61 (5,6%), kista duktus koledokus 34 (3,1%). 3,5
Di Instalasi Rawat Inap Anak RSU Dr. Sutomo Surabaya antara tahun 1999-2004 dari 19270
penderita rawat inap, didapat 96 penderita dengan neonatal kolestasis. Neonatal hepatitis 68 (70,8%),
atresia bilier 9 (9,4%), kista duktus koledukus 5 (5,2%), kista hati 1 (1,04%), dan sindroma
inspissated-bile
1
(1,04%).
KLASIFIKASI
Secara garis besar kolestasis dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Kolestasis ekstrahepatik, obstruksi mekanis saluran empedu ekstrahepatik
Secara umum kelainan ini disebabkan lesi kongenital atau didapat. Merupakan kelainan
nekroinflamatori yang menyebabkan kerusakan dan akhirnya pembuntuan
30
31
http://www.indianjournals.com/showdocument
32
PATOFISIOLOGI
Empedu adalah cairan yang disekresi hati berwarna hijau kekuningan merupakan kombinasi
produksi dari hepatosit dan kolangiosit. Empedu mengandung asam empedu, kolesterol,
phospholipid, toksin yang terdetoksifikasi, elektrolit, protein, dan bilirubin terkonyugasi.
Kolesterol dan asam empedu merupakan bagian terbesar dari empedu sedang bilirubin
terkonyugasi merupakan bagian kecil. Bagian utama dari aliran empedu adalah sirkulasi
enterohepatik dari asam empedu. Hepatosit adalah sel epetelial dimana permukaan basolateralnya
berhubungan dengan darah portal sedang permukaan apikal (kanalikuler) berbatasan dengan
empedu. Hepatosit adalah epitel terpolarisasi berfungsi sebagai filter dan pompa bioaktif
memisahkan racun dari darah dengan cara metabolisme dan detoksifikasi intraseluler,
mengeluarkan hasil proses tersebut kedalam empedu. 1,2,4,5 Salah satu contoh adalah penanganan
dan detoksifikasi dari bilirubin tidak terkonyugasi (bilirubin indirek). Bilirubin tidak terkonyugasi
yang larut dalam lemak diambil dari darah oleh transporter pada membran basolateral,
dikonyugasi intraseluler oleh enzim UDPGTa yang mengandung P450 menjadi bilirubin
terkonyugasi yang larut air dan dikeluarkan kedalam empedu oleh transporter mrp2. mrp2
merupakan bagian yang bertanggungjawab terhadap aliran bebas asam empedu. Walaupun asam
empedu dikeluarkan dari hepatosit kedalam empedu oleh transporter lain, yaitu pompa aktif asam
empedu. Pada keadaan dimana aliran asam empedu menurun, sekresi dari bilirubin terkonyugasi
juga terganggu menyebabkan hiperbilirubinemia terkonyugasi. Proses yang terjadi di hati seperti
inflamasi, obstruksi, gangguan metabolik, dan iskemia menimbulkan gangguan pada transporter
hepatobilier menyebabkan penurunan aliran empedu dan hiperbilirubinemi terkonyugasi. 21
MANIFESTASI KLINIS
Tanpa memandang etiologinya, gejala klinis utama pada kolestasis bayi adalah ikterus, tinja
akholis, dan urine yang berwarna gelap. Selanjutnya akan muncul manifestasis klinis lainnya, sebagai
akibat terganggunya aliran empedu dan bilirubin.
Dibawah ini bagan yang menunjukkan konsekuensi akibat terjadinya kolestasis.
F. Penatalaksanaan :
Pada dasarnya, pengendalian kadar bilirubin serum adalah sebagai berikut :
1. Stimulasi proses konjugasi bilirubin dengan mempergunakan fenobarbital. Obat ini
bekerjanya lambat, sehingga hanya bermanfaat apabila kadar bilirubinnya rendah dan ikterus
yang terjadi bukan disebabkan oleh proses hemolitik. Obat ini sudah jarang dipakai lagi.
2. Menambahkan bahan yang kurang dalam proses metabolisme bilirubin (misalnya
menambahkan glukosa pada keadaan hipoglikemia), atau menambahkan bahan untuk
memperbaiki transport bilirubin (misalnya albumin). Penambahan albumin boleh dilakukan
walaupun tidak terdapat hipoalbuminemia. Tetapi perlu diingat adanya zat-zat yang
merupakan competitor albumin yang juga dapat mengikat bilirubin (mis. Sulfonamida atau
obat-obatan lainnya). Penambahan albumin juga dapat mempermudah proses ekstraksi
bilirubin jaringan ke dalam plasma. Hal ini mengakibatkan kadar biirubin plasma meningkat,
tetapi tidak berbahaya karena bilirubin tersebut ada dalam ikatan dengan albumin. Albumin
33
diberikan dalam dosis yang tidak melebihi 1g/kgBB, sebelum maupun sesudah tindakan
transfuse tukar.
3. Mengurangi peredaran enterohepatik dengan pmberian makanan oral dini.
4. Memberikan terapi sinar sehingga bilirubn diubah menjadi isomer foto yang tidak toksik
dan mudah dikeluarkan dari tubuh karena mudah larut dalam air.
5. Mengeluarkan bilirubin secara mekanik melalui transfuse tukar.
Indikasi transfusi tukar dini :
1. Hidrops
2. Adanya riwayat penyakit berat
3. Adanya riwayat sensitisasi.
Tujuannya :
1. Mengkoreksi anemia.
2. Menghentikan hemolisis.
3. Mencegah peningkatan bilirubin.
Pada situasi penyakit hemolitik, pertimbangan dilakukan transfuse dini :
1. Kadar bilirubin tali pusat mencapai 4,5 mg/dL, kadar Hb tali pusat < 11 g/dL.
2. Kecepatan kenaikan kadar bilirubin melebihi 1mg/dL/jam walaupun telah dilakukan terapi
sinar.
3. Kadar hemoglobin antara 10-13g/dl dan kenaikan kadar bilirubin melebihi 0,5mg/dl/jam
walaupun telah dilakukan terapi sinar.
4. Kadar bilirubin 20mg/dl; atau terlihat akan mencapai 20mg/dl dengan kecepatan kenaikan
seperti yang sedang berlangsung.
5. Tetap terjadi anemia yang bertambah berat walaupun telah dilakukan tindakan mengatasi
kenaikan bilirubin dengan cara lain (mis.terapi sinar).
Tindakan transfuse tukar lanjut dapat dilakukan apabila kadar bilirubin diduga dapat berubah
menjadi toksik. Pengulangan transfuse tukar dapat terjadi bila :
1. Setelah transfuse tukar yang pertama selesai, kadar bilirubin masih juga menunjukkan
kecepatan kenaikan lebih dari 1mg/dl/jam
2. Terdapat anemia hemolitik berat yang menetap. Apabila kadar awal bilirubin melebihi
25mg/dl, mungkin biasanya kadar bilirubin setelah transfuse tukar pertama akan masih tinggi
dan perlu dilakukan transfuse tukar ulangan dalam 8-12 jam berikutnya. Terdapat perbedaan
tatalaksana ikterus pada neonatus cukup bulan dan neonatus kurang bulan.
Tatalaksana ikterus pada neonatus sehat cukup bulan berdasarkan kadar bilirubin indirek
(mg/dl)
Usia (jam)
Pertimbangkan
Terapi sinar
Transfusi tukar Transfusi tukar
terapi sinar
bila terapi sinar dan terapi sinar
intensif gagal
intensif
<24
25-48
>11,8
>15,3
>20
>25,3
49-72
>15,3
>18,2
>25,3
>30
>72
>17
>20
>25,3
>30
Keterangan :
Pada keadaan ikterus patologis, angka-angka di atas harus dimodifikasi dan pada umumnya
tatalaksana bersifat levih agresif. Yang dimaksud dengan ikterus patologik adalah ikterus
34
klinis yang terjadi pada bayi berusia kurang dari 24 jam, dengan/peningkatan kadar bilirubin
lebih besar dari 5mg/dl/hari, dengan/hemolisis.
Tatalaksana ikterus pada neonatus kurang bulan, berdasarkan kadar bilirubin indirek (mg/dl),
dengan terapi sinar atau transfuse tukar.
Terapi sinar
Usia (jam)
BL < 1500g
BL 1500-2000g
Kadar
bilirubin Kadar bilirubin
(mg/dl)
(mg/dl)
R.T >4,1
R.T >4,1
>5
>7
>7
>9,1
>8,2
>10
BL > 2000g
Kadar bilirubin
(mg/dl)
>5
>8,2
>11,8
>14,1
BL < 1500g
BL 1500-2000g
Kadar
bilirubin Kadar bilirubin
(mg/dl)
(mg/dl)
>10-15
>15
>10-15
>15
>10-15
>15,9
>15
>17
BL > 2000g
Kadar bilirubin
(mg/dl)
>15,9-18,2
>15,9-18,2
>17-18,8
>18,2-20
<24
25-48
49-72
>72
Keterangan :
BL = berat lahir, RT = bayi prematur resiko tinggi, dipakai patokan batas paling rendah dari
BL dan kadar bilirubin, batas paling rendah berikutnya dari BL, dan batas usia paling rendah
berikutnya.
Transfusi tukar
Usia (jam)
<24
25-48
49-72
>72
Penutup
Seorang laki-laki berusia 60 tahun dengan riwayat anemia. Tidak nafsu makan, nyeri
ulu hati, mual, muntah (kadang disertai darah di muntahan) dan berat badan turun 10 kg
dalam 2 bulan terakhir. Hasil pemeriksaan laboratorium : hemoglobin 7g/dl, WBC : 3500/l,
fungsi ginjal dan hati normal.
Karena belum dilakukan endoskopi, maka saya menyimpulkan Dispepsia. Tetapi saya
menduga ini adalah Anemia e.c. Dispepsia e. c. tukak duodenum yang sudah komplikasi
menuju Ca gaster. Saya menduga ini adalah tukak duodenum yang berkomplikasi Ca gaster
35
karena pria ini sudah mengalami tanda alarm dari tukak duodenum yaitu usia >45 tahun,
pernah ada hematemesis, berat badan menurun 10 kg dalam 2 bulan terakhir, dan terjadinya
anemia. Sebaiknya pria ini segera diendoskopi untuk diketahui penyebab penyakitnya karena
pria ini sudah menunjukkan gejala-gejala alarm.
Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K MS, Setiati S, eds. Gastroenterologi Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006; hal287-416.
2. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W, eds.
Gastroenterologi Kapita Selekta Kedoktera. Jakarta : Media Aesculapius, 1999; hal
488-495.
3. Coutrand R. Traktus Gastrointestinalis Buku Ajar Patologi II. Jakarta : Penerbit
36
JW,
Ingestion
(Dyspepsia),
diunduh
dari
http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=10531&pf=3&page=1,
tanggal 24 Mei 2009.
5. Fisichella
PM,
Gastroesophageal
Reflux
Disease,
diunduh
dari
MD,
Gastritis,
diunduh
dari
http://www.emedicinehealth.com/script/main/art.asp?
articlekey=58653&pf=3&page=1, tanggal 24 Mei 2009.
7. Lehler
JK,
Peptic
Ulcer,
diunduh
dari
Surya
B.
Karsinoma
Gaster.
Juli
2007.
Diunduh
dari
www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2007/ppgb_2007_bachtiar_surya.pdf+karsinoma+
gaster, 24 Mei 2009.
9.
37