Anda di halaman 1dari 10

TUGAS SOFTSKILL

Disusun Oleh :
Muhammad Aldo H (15213806)

KELAS :
3EA31
Dosen :
Ibu Rafiqa Maulidia S.IP

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
ATA 2015/2016

ABSTRAK

Makalah ini membahas tentang aspek penalaran dalam karangan ilmiah


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberitahukan kepada mahasiswa
agar memahami tentang apa itu penalaran dan kaitannya dengan karangan
ilmiah
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan cara Studi
Pustaka, mencari sumber-sumber melalui internet.

DAFTAR ISI

Abstrak
Daftar Isi........................................................................................................................3

Menulis Sebagai Proses Penalaran..............................................................................4


Penalaran induktif dan deduktif.................................................................................4
Inti / isi karangan ilmiah..............................................................................................6
Fakta sebagai unsur dalam karangan ilmiah.............................................................7

Daftar Pustaka............................................................................................................10

A. MENULIS SEBAGAI PROSES PENALARAN


3

Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis suatu topik kita harus berfikir,
menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan dan sebagainya.
Menulis merupakan suatu pengungkapan pikiran yang dituangkan ke dalam bentuk sebuah
tulisan. Ide yang dituangkan oleh si penulis dapat berasal dari pengalaman dan pengetahuan
atau pun imajinasi dari si penulis.
Menulis merupakan proses bernalar. Dimana pada saat kita ingin menulis sesuatu tulisan baik
itu dalam bentuk karangan atau pun yang lainnya, maka kita harus mencari topiknya terlebih
dahulu. Dan dalam mencari suatau topik tersebut kita harus berfikir, maka pada saat kita
berfikir tanpa kita sadari kita sendiri telah melakukan proses penalaran. maka pada
kesempatan kali ini saya akan memaparkan sedikit mengenai menulis merupakan prosae
bernalar.
Setiap hari kita selalu menggunakan otak kita untuk berfikir, bahkan setiap detik dan menit
kita menggunakan otak kita untuk berfikir. Pada saat kita berpikir, maka dalam benak kita
akan akan timbul bermacam-macam gambaran tentang sesuatu yang hadirnya tidak secara
nyata. misalnya pada saat-saat kita melamun. Kegiatan berpikir yang lebih tinggi dilakukan
secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai
kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berpikir vang terakhir inilah yang disebut kegiatan
bernalar.

B. PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF


1. Penalaran Induktif
Induksi / induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sejumlah fenomena
individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Proses penalaran ini mulai
bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomena-fenomena yang ada. Karena semua
fenomena harus diteliti dan dievaluasi terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh ke
penalaran induktif, maka proses penalaran itu juga disebut sebagai corak berpikir yang
ilmiah. Namun induksi sendiri tak akan banyak manfaatnya kalau tidak diikuti oleh proses
penalaran deduktif. Pengertian fenomena-fenomena individual sebagai landasan penalaran
induktif harus diartikan pertama-tama sebagai data-data maupun sebagai pernyataanpernyataan, yang tentunya bersifat faktual pula.

Proses penalaran induktif dapat dibedakan lagi atas bermacam-macam variasi seperti
generalisasi, hipotese dan teori, analogi induktif, kausal dan sebagainya.
Contoh penalaran induktif :
Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Babi berdaun telinga
berkembang biak dengan melahirkan. Ikan paus berdaun telinga berkembang biak dengan
melahirkan.
2. Penalaran Deduktif
Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduktif / deduksi adalah merupakan suatu
proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada, menuju
kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan. Dari pengalaman-pengalaman
hidup kita, kita sudah membentuk bermacam-macam proposisi, baik yang bersifat umum
maupun bersifat khusus. Proposisi baru itu tidak lain dari kesimpulan kita mengenai suatu
fenomena yang telah kita identifikasi dengan mempertalikannya dengan proposisi yang
umum.
Dalam penalaran deduktif, penulis tidak perlu mengumpulkan fakta-fakta. Yang perlu
baginya adalah suatu proposisi umum dan suatu proposisi yang mengidentifikasi suatu
peristiwa khusus yang bertalian dengan suatu proposisi umum tadi. Bila identifikasi yang
dilakukannya itu benar, dan kalau proposisinya itu juga benar, maka dapat diharapkan suatu
kesimpulan yang benar.
Uraian mengenai proses berpikir deduktif ialah seperti silogisme kategorial, entimem,
rantai deduksi, silogisme alternatif, silogisme hipotesis dan sebagainya.
Contoh penalaran deduktif:
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah
kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang
menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

C. Inti/isi karangan Ilmiah

Bagian isi ialah bagian inti dalam karya ilmiah yang meliputi bab pendahuluan, bab landasan
teoretis, bab objek lokasi penelitian (khusus praktik kerja), bab pembahasan (analisis data),
dan bab penutup. Dengan kata lain, bagian isi merupakan penelitian si penulis.
Bab pendahuluan memuat penjelasan atau pengantar tentang isi karangan ilmiah. Bab ini juga
memuat landasan kerja dan arahan dalam penyusunan karangan ilmiah. Pada bagian ini,
diuraikan (a) masalah yang akan diteliti, (b) contoh masalah, (c) penjelasan tentang dipilihnya
masalah ini bagi penulis atau pun bagi orang lain, dan (d) argumentasi yang logis antara data
(realitas) dan teori (harapan).
Identifikasi masalah merupakan garis besar yang akan diteliti atau diuraikan. Identifikasi
masalah ini disajikan dalam bentuk pertanyaan. Akan tetapi, pembatasan masalah merupakan
bagian yang menyempitkan atau membatasi pokok permasalahan sehingga kajian tidak
terlalu luas dan abstrak.
Tujuan penelitian merupakan sasaran yang akan dicapai atau dihasilkan dalam penelitian ini
(harus sejalan dengan identifikasi masalah), sedangkan kegunaan penelitian merupakan
penegasan tentang manfaat yang akan dicapai baik secara teoretis maupun secara praktis.
Kerangka teori berisikan prinsip-prinsip teori (dari para ahli) yang dijadikan dasar untuk
menganalisis data.
Penelitian ilmiah harus menerapkan metode dan teknik penelitian. Metode penelitian ialah
seperangkat alat yang tersusun secara sistematis dan logis, sedangkan teknik penelitian ialah
tata cara melakukan setiap langkah-langkah metode penelitian. Lokasi penelitian ialah tempat
penelitian dilaksanakan. Lamanya penelitian dapat dilakukan dengan membuat rencana atau
jadwal kegiatan penelitian.
Penelitian ilmiah harus menyajikan sekaligus memaparkan sumber data. Sumber data ini
merupakan bahan yang diteliti. Jika penelitian ini berasal dari buku, misalnya, novel,
majalah, surat kabar, tabloid, identitas sumber data tersebut harus dicantumkan. Jika sumber
data itu banyak dan beragam, dapat digunakan sampel dan populasi.

D. Fakta Sebagai Unsur dalam Penalaran Ilmiah

Agar dapat menalar dengan tepat, perlu kita memiliki pengetahuan tentang fakta yang
berhubungan. Jumlah fakta tak terbatas, sifatnya pun beraneka ragam. Oleh sebab itu, sebagai
unsur dasar dalam penalaran ilmiah, kita harus mengetahui apa pengertian dari fakta.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fakta memiliki definisi sebagai hal (keadaan
atau peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Selain
itu, fakta juga merupakan pengamatan yang telah diverifikasi secara empiris (sesuai dengan
bukti atau konsekuensi yang teramati oleh indera). Fakta bila dikumpulkan secara sistematis
dengan beberapa sistem serta dilakukan secara sekuensial maka fakta tersebut mampu
melahirkan sebuah ilmu. Sebagai kunci bahwa fakta tidak akan memiliki arti apa-apa tanpa
sebuah teori dan fakta secara empiris dapat melahirkan sebuah teori baru.
Untuk memahami hubungan antara fakta-fakta yang sangat banyak itu, kita perlu mengenali
fakta-fakta itu secara sendiri-sendiri. Ini berarti bahwa kita harus mengetahui ciri-cirinya
dengan baik. Dengan begitu, kita dapat mengenali hubungan di antara fakta-fakta tersebut
dengan melakukan penelitian.
Selain itu, kita dapat menggolong-golongkan sejumlah fakta ke dalam bagian-bagian dengan
jumlah anggota yang sama banyaknya. Proses seperti itu disebut pembagian, namun
pembagian di sini memiliki taraf yang lebih tinggi dan disebut klasifikasi.
1) Klasifikasi
Membuat klasifikasi mengenai sejumlah fakta, berarti memasukkan atau menempatkan faktafakta ke dalam suatu hubungan logis berdasarkan suatu sistem. Suatu klasifikasi akan
berhenti, tidak dapat diteruskan lagi jika sudah sampai kepada individu yang tidak dapat
merupakan spesies atau dengan kata lain jenis individu tidak dapat diklasifikasikan lebih
lanjut meskipun dapat dimasukkan ke dalam suatu spesies. Contohnya, "Dani adalah
manusia", tetapi tidak "Manusia adalah Dani" karena Dani adalah individu dan bersifat unik.
Perlu diingat bahwa klasifikasi atau penggolongan (pengelompokkan) berbeda dengan
pembagian. Pembagian lebih bersifat kuantitatif, tanpa suatu kriteria atau ciri penentu. Tetapi
klasifikasi didasarkan terhadap ciri-ciri atau kriteria yang ada dari fakta-fakta yang diteliti.
2) Jenis Klasifikasi
Klasifikasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
7

a. Klasifikasi sederhana, suatu kelas hanya mempunyai dua kelas bawahan yang berciri
positif dan negatif. Klasifikasi seperti itu disebut juga klasifikasi dikotomis
(dichotomous classification dichotomy).
b. Klasifikasi kompleks, suatu kelas mencakup lebih dari dua kelas bawahan. Dalam
klasifikasi ini tidak boleh ada ciri negatif; artinya, suatu kelas tidak dikelompokkan
berdasarkan ada tidaknya suatu ciri.
3) Persyaratan Klasifikasi
Klasifikasi harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa persyaratan:
a. Prinsipnya harus jelas. Prinsip ini merupakan dasar atau patokan untuk membuat
klasifikasi, berupa ciri yang menonjol yang dapat mencakup semua fakta atau benda
(gejala) yang diklasifikasikan.
b. Klasifikasi harus logic dan ajek (konsisten). Artinya, prinsip-prinsip itu harus
diterapkan secara menyeluruh kepada kelas bawahannya.
c. Klasifikasi harus bersikap lengkap, menyeluruh. Artinya, dasar pengelompokkan yang
dipergunakan harus dikenakan kepada semua anggota kelompok tanpa kecuali.
Selain itu dalam aspek fakta agar dapat membuat kesimpulan yang sah tentang sifat golongan
tertentu yang berdasarkan satu atau beberapa yang diamati, hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah mengenai klasifikasi yang sudah dijelaskan sebelumnya , generalisasi dan
spesifikasi, analogi, dan hubungan sebab-akibat.
1. Generalisasi dan Spesifikasi, Dari sejumlah fakta atau gejala yang diamati ditarik
kesimpulan umum tentang sebagian atau seluruh gejala yang diamati itu. Proses
penarikan kesimpulan yang dilakukan dengan cara itu disebut generalisasi. Jadi,
generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar
gejala yang diamati. Karena itu suatu generalisasi mencakup ciri-ciri esensial atau
yang menonjol, bukan rincian. Di dalam pengembangan karangan, generalisasi perlu
dibuktikan dengan fakta yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus sebagai
penjelasan lebih lanjut.

Ungkapan yang biasa digunakan dalam generalisasi adalah: biasanya, pada umumnya,
sebagian besar, semua, setiap, tidak pernah, dan sebagainya. Dan ungkapan yang digunakan
dalam penunjang generalisasi adalah: misalnya, sebagai contoh, untuk menjelaskan hal itu,
sebagai bukti, dan sebagainya.
Fakta-fakta penunjang harus relevan dengan generalisasi yang dikemukakan. Suatu paragraf
dalam tulisan yang mencamtumkan penunjang yang tidak relevan dipandang tidak logis. Dan
generalisasi mungkin mengemukakan fakta (disebut generalisasi faktual) atau pendapat
(opini).
2. Analogi, persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang
lain atau membandingkan sesuatu dengan lainnya berdasarkan atas persamaan yang
terdapat di antara keduanya.
Analogi terdiri dari dua macam, pertama analogi penjelas (deklaratif) yaitu perbandingan
untuk menjelaskan sesuatu yang baru berdasarkan persamaannya dengan sesuatu yang telah
dikenal, tetapi hasilnya tidak memberikan kesimpulan atau pengetahuan yang baru, kedua
analogi induktif yaitu suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan (referensi) tentang
kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran suatu gejala khusus lain yang memiliki
sifat-sifat esensial penting yang bersamaan. Jadi, dalam analogi induktif yang perlu
diperhatikan adalah persamaan yang dipakai merupakan ciri-ciri esensial penting yang
berhubungan erat dengan kesimpulan yang dikemukakan.
3. Hubungan Sebab Akibat, hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang
mengikuti pola sebab-akibat, akibat-sebab, dan akibat-akibat.
a. Penalaran sebab-akibat dimulai dengan pengamatan terhadap suatu sebab yang
diketahui.
b. Penalaran akibat-sebab dimulai dari suatu akibat yang diketahui.
c. Penalaran akibat-akibat berpangkal dari suatu akibat dan berdasarkan akibat tersebut
dan langsung dipikirkan akibat lain tanpa memikirkan sebab umum yang
menimbulkan kedua akibat itu.

DAFTAR PUSTAKA

http://masyitohrahmiwindarti1803.blogspot.co.id/2015/11/aspekpenalaran-dalam-karangan-ilmiah.html
https://apriyantiweny.wordpress.com/2015/04/23/menulis-sebagai-prosespenalaran/
https://luckyfication.wordpress.com/2012/09/24/intiisi-karangan-ilmiah/
http://zuwaily.blogspot.co.id/2012/10/fakta-sebagai-unsur-dalampenalaran.html
http://selvianadianasari.blogspot.co.id/2015/10/penalaran-deduktif-daninduktif-dalam.html
https://hadi27.wordpress.com/penalaran-dalam-penulisan-karya-ilmiah/

10

Anda mungkin juga menyukai