Pengambilan keputusan merupakan suatu tugas yang sulit. Dalam situasi yang beresiko
tinggi kebanyakan pengambil keputusan menderita konflik psikologi karena mereka sadar akan
kemungkinan adanya kerugian tanpa memperhatikan tindakan mana yang diambil untuk
menyelesaikan suatu masalah. Konflik tersebut persepsi kecenderungan perlawanan yang terus
menerus untuk menerima dan menolak jalan tindakan ang diberikan menyebabkan si pembuat
keputusan terombang-ambing antar pandangan yang berlawananan (Hill et al, 1980).
Tingkat stress psikologu yang dialami lewat konflik keputusan sesuai dengan banyaknya
usaha tujuan yang diantisipasi oleh si pembuat keputusan sebagai hasil dari keputusan tersebut.
Ketahanan stress psikologi pada para pemimpin berbeda-beda. Jenis dan mann (1997)
mendalikan bahwa setiap manajer akan merespon terhadap kesulitan keputusan dengan satu dari
beberapa teknik berikut ini :
sama dan si individu berharap dapat menerima informasi tambahan untuk mendukung satu dari
pilihan yang ada, maka si manajer menahan diri untuk mengambil keputusan, menampakkan
kelembaman yang tidak bertentangan sampai informasi yang dinantikan dapat diperoleh. Apabila
keuntungan dari jalannya tindakan yang diajukan secara jelas lebih banyak daripada keuntungan
keadaan status quo tersebut, dan kerugian dari keadaan yang ada secara jelas lebih banyak dari
pada kerugian dari keadaan tindakan yang diajukan, si manajer akan mengambil perubahan yang
diajukan tanpa merenungkan keuntungan dan kerugian potensial, dengan menunjukkan
perubahan yang tidak bertentangan terhadap jalannya tindakan baru.
Ketika seorang manajer yang melibatkan diri spenuh hati kepada jalannya tindakan yang
ada menghadapai ancaman kerugian yang berat sementara pada saat yang sama memegang
sedikit harap untuk menemukan solusi masalah yang dapat diterima, si individu akan
menampilkan penghindaran pertahanan dari isyarat-isyarat ancaman, melupakan informasi
ancaman yang menonjol, pengurangan pesan penting yang mengancam, dan keterlibatan dalam
khayalan untuk menekankan ketakutan akakn akibat yang buruk.
Ketikan manajer melibatkan diri sepenuh hati terhadap situasi yang ada, ancaman
kerugiannya berat, dan tidak ada waktu yang cukup untuk menemukan cara meloloskan
ancaman, si individu menampilkan perilaku yang terlalu waspada atau panik. Keadaan panik
dicirikan oleh penyempitan perhatian, ketekunan hati terhadap tindakan bahkan ketika tindakan
tersebut secara jelas tidak sesuai, gangguan proses pemikiran, penurunan daya ingat, dan
pelemahan kemampuan konseptual.
Metode yang ideal mengatasi konflik keputusan adalah kewaspadaan. Sepanjang tekanan
psikologinya sedang, seorang manajer dapat mengamati dengan cermat jalan tindakan yang ada,
mempertahankan harapan terhadap pemecahan masalah, menghindari pengaruh yang tidak baik
semestinya orang lain, dan mengenal kekurangan dalam alternative yang ada. Dalam semua
situasi krisis kecuali yang paling krisisi, kewaspadaan menghasilkan keputusan yang efektif.
Bagaimanapun, dalam keadaan darurat, ketika semua jalur jalan keluar berbahaya dan tertutup
dengan cepat, respon yang tidak sabar dari seorang individu yang dalam keadaan panic bisa
menghindarkan tragedy dengan lebih efektif disbanding pertimbangan yang sehat dari percobaan
realitas oleh seseorang yang hanya waspada saja.
memilih jalan tindakan yang menjanjikan hasil paling diinginkan. Serasional apapun pendekatan
tersebut kelihatannya, harus diketahui bahawa perubahan situasi selama pemecahan masalah bisa
menyebabkan si manajer mengurutkan kembali prioritas beberapa kali. Oleh karena itu, jalan
tindakan yang dipilih di awal proses keputusan bisa jadi bukan jalan tindakan yang tidak
dinginkan dalam proses keputusan nanti. Selanjutnya, seseorang tidak dapat memperkirakan
hasil dari tindakan dengan kepastian yang sempurna, karena setiap tenaga untuk perubahan
menyebabkan penyerangan balik yang tidak dapat diramal.
Dibawah kondisi resiko si manajer tahu hasil yang mungkin diddapat dari setiap tindakan
yang direnungkan namun tidak dapat mengendalikan kejadian setiap hasil. Walaupun ia tahu
hasil yang mungkin ada dari setiap aksi/tindakan, bila si manajer tidak sadar kemungkinan
adanya pembagian dari hasil tersebut, ia akan memutuskan seakan-akan semua hasil dari semua
indakan yang mungkin dilakukan sama-sama mungkin terjadi. Bila si manajer tahu hasil yang
mungkin terjadi dari setiap tindakan dan kemungkinan dari setiap hasil, ia dapat menentukan
secara matematis strategi mana yang dipakai sehingga meninggikan kesempatan bagi pemecahan
masalah yang memuaskan.