IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. DM
Jenis Kelamin
: Perempuan
TTL
: 20-05-2015
Usia
: 8 bulan
Nama Orangtua
: Tn. AF
Alamat
Agama
: Islam
Tanggal masuk RS
: 27-01-2016
No. Kamar
: 04
II.
ALLO ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Riwayat Penyakit Sekarang
keluhan.
: Os sebelumnya pernah mengalami hal yang sama.
Riwayat kejang satu kali 1 bulan yang lalu. Kejang
didahului dengan adanya demam. Kejang dirasakan
1 menit dan setelah kejang Os langsung sadar.
1
Riwayat Pengobatan
Riwayat Imunisasi
Riwayat Perkembangan
Riwayat Makanan
Riwayat Alergi
III.
pisang.
: riwayat alergi obat dan makanan disangkal.
Antropometri
BB
TB
:
: 8,8 kg
: 78 cm
Status gizi
STATUS GENERALIS
Kepala
:
Bentuk
: normocephal
Lingkar kepala : 44 cm
Ubun-ubun : normal, tidak cekung
Rambut
: rambut hitam, distribusi merata
Alis
: warna hitam, tidak ada madarosis
Mata
: konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), reflex cahaya (+/+), pupil
isokor
Hidung
: epistaksis (-), sektet (-)
Telinga: membrane timpani intak (+), serumen (-)
Mulut
: bibir kering (-), anemis (-), lidah kotor (-), stomatitis (-), tonsil T1-T1
hiperemis (-)
: pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Leher
Thoraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
3
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Ascites
:-
Palpasi
Ekstremitas Atas
Akral
: hangat
: (-)
Ekstremitas Bawah
Akral
: hangat
: (-)
: Dalam batas normal.
Pemeriksaan Neurologis
4
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tanggal 27 Januari 2016
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai rujukan
Hemoglobin
H 12,0
g/ dl
10,5 - 12,9
Jumlah leukosit
13,29
Ribu/ L
6,00 17,5
Jumlah Trombosit
468
Ribu/ L
217-491
Hematokrit
38
35-43
L 134
mEq/L
135 147
5,4
mEq/L
3,6 5,8
94
mEq/L
94 - 111
McV/VER
72
FL
74-106
McH/HER
23
Pg
21-33
McHc/KHER
32
g/dL
28-32
RESUME
: seorang anak laki-laki usia 8 bulan datang dengan keluhan kejang sejak 5 jam
SMRS, lama kejang 1 menit, setelah kejang Os langsung sadar. Kejang
didahului dengan febris 4 jam sebelumnya, BAB cair 1x sejak 1 hari yang lalu.
Riwayat kejang demam 1 bulan yang lalu (+). Riwayat kejang demam di keluarga
(-). Imunisasi dasar lengkap sampai usia 8 bulan. Riwayat tumbuh kembang
normal. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan suhu : 38
regular, kuat angkat, isi cukup, nafas 32 x/menit. Status gizi baik. Pada
pemeriksaan penunjang di dapatkan Hb : H 12,0 g/dl , natrium (Na) darah L
137mEq/L.
Assessment
Planning
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Istilah kejang demam digunakan untuk bangkitan kejang yg timbul akibat
kenaikan suhu tubuh. Kejang demam ialah bangkitan kejang yg terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Hasan,
1995).
Banyak pernyataan yang dikemukakan mengenai kejang demam, salah satu diantaranya
adalah : Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi pada
umur 3 bulan sampai 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti
adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa
demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang demam harus
dapat dibedakan dengan epilepsi, yaitu ditandai dengan kejang berulang tanpa demam
(Mansjoer, 2000).
KEJANG DEMAM (KD): bangkitan kejang yg terjadi pd suhu tubuh (S rektal > 38oC)
yg disebabkan o/proses ekstrakranium
Klasifikasi
1. Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)
2. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)
Kejang demam sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, umum, tonik dan atau
klonik , umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang dalam waktu
24 jam.
Kejang demam kompleks
Kejang demam dengan ciri (salah satu di bawah ini):
1. Kejang lama > 15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
7
Epidemiologi
a. Anak < 5 thn: 2-5% pernah kejang + demam
b. 85% kejang I umur < 4 thn (17 23 bln)
c. Faktor penting pd KD: demam, umur, genetik, prenatal & perinatal
d. Demam lebih banyak oleh karena infeksi sal.napas atas, otitis,
pneumonia,
Etiologi
Penyebab Febrile Convulsion hingga kini belum diketahui dengan Pasti, demam
sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang
tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang
(Mansjoer, 2000).
Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami hipoksemia (penurunan
oksigen dalam darah) berat, hipoglikemia, asodemia, alkalemia, dehidrasi, intoksikasi air,
atau demam tinggi. Kejang yang disebabkan oleh gangguan metabolik bersifat reversibel
apabila stimulus pencetusnya dihilangkan (Corwin, 2001).
Faktor Risiko
Faktor risiko berulangnya kejang demam
Kejang demam akan terjadi kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya
kejang demam adalah :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulang 80 %, sedangkan bila tidak
terdapat faktor tersebut hanya 10 % - 15 % kemungkinan berulang. Kemungkinan
berulang paling besar pada tahun pertama.
Faktor risiko terjadinya epilepsi
Faktor risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor risiko menjadi
epilepsi adalah :
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama.
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung.
Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4
% - 6 %, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi
menjadi 10 % - 49 %. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan
pemberian obat rumat pada kejang demam.
Patofisiologi
9
Sel neuron dikelilingi oleh suatu membran. Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium dan sangat sulit dilalui oleh ion
natrium dan ion lain, kecuali ion clorida. Akibatnya konsentrasi natrium menurun
sedangkan di luar sel neuron terjadi keadaan sebaliknya.
Dengan perbedaan jenis konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat
perbedaan potensial yang disebut potensial membran dan ini dapat dirubah dengan
adanya :
a.
b.
c.
membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga meluas ke seluruh sel maupun ke membran
sel tetangganya sehingga terjadi kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda, tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang tersebut. Pada anak dengan ambang kejang rendah, kejang
dapat terjadi pada suhu 38 C, sedang pada ambang kejang tinggi baru terjadi pada suhu
40 C atau lebih. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
Kejang demam
10
Inflamasi
Infeksi
Kejang
Durasi pendek
Sembuh
Durasi lama
Apnea
Metabolisme otak
meningkat
O2 menurun
Kebutuhan O2 meningkat
11
Hiperkapnia
Hipotensi
Hipoxemia
arterial
Hipoxia
Permeabilitas meningkat
Edema otak
Epilepsi
Kejang berhenti anak tak bereaksi sejenak bbrp detik/menit anak terbangun &
sadar kembali, defisit neurologis (-)
Kejang dpt diikuti hemiparesis sementara (hemiparesis Todd) bbrp jam s/ bbrp
hari
Kriteria Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisis yang baik diperlukan untuk memilih
pemeriksaan penunjang yang terarah dan tatalaksana selanjutnya. Anamnesis dimulai dari
riwayat perjalanan penyakit sampai terjadinya kejang, kemudian mencari kemungkinan
adanya faktor pencetus atau penyebab kejang. Ditanyakan riwayat kejang sebelumnya,
kondisi medis yang berhubungan, obatobatan, trauma, gejala-gejala infeksi, keluhan
neurologis, nyeri atau cedera akibat kejang.
Pemeriksaan fisis dimulai dengan tanda-tanda vital, mencari tanda-tanda trauma
akut kepala dan adanya kelainan sistemik, terpapar zat toksik, infeksi, atau adanya
kelainan neurologis fokal. Bila terjadi penurunan kesadaran diperlukan pemeriksaan
lanjutan untuk mencari faktor penyebab. Untuk menentukan faktor penyebab dan
komplikasi kejang pada anak, diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang yaitu:
laboratorium, pungsi lumbal, elektroensefalografi, dan neuroradiologi. Pemilihan jenis
pemeriksaan penunjang disesuaikan dengan kebutuhan. Pemeriksaan yang dianjurkan
pada pasien dengan kejang pertama adalah kadar glukosa darah, elektrolit, dan hitung
jenis.
Diagnosis kejang demam ditegakkan berdasarkan kriteria Livingston yang telah
dimodifikasi, yang merupakan pedoman yang dipakai oleh Sub Bagian Saraf Anak IKA
FKUI-RSCM Jakarta, yaitu:
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan 6 tahun
2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15menit
13
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan, dan dapat dikerjakan untuk
mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab demam, seperti darah
perifer, elektrolit dan gula darah.
Pungsi lumbal
14
Pemeriksaan
cairan
serebrospinal
dilakukan
untuk
menegakkan
atau
Komplikasi
Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya terjadi
hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mula mula
kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu timbul spastisitas.
Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di
otak sehingga terjadi epilepsy.
Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan kejang demam :
15
a. Pneumonia aspirasi
b. Asfiksia
c. Retardasi mental
Penatalaksanaan / Pengobatan
Pengobatan fase akut
Jalan napas hrs bebas, isap lendir, beri O2, jika perlu intubasi
Penghentian kejang
Bila kejang (+) diazepam dpt diulang 2 kali jika msh kejang beri fenitoin
Fenitoin dosis awal: 10-20 mg/kgBB (IV) setelah 12-24 jam fenitoin: 4-8
mg/kgBB/hari
16
Pengobatan profilaksis
17
Dapat dipertimbangkan bila KD terjadi pd bayi < 12 bulan atau terjadi kejang
multipel dlm satu episode demam
Antikonvulsan profilaksis terus menerus diberikan selama 1-2 thn setelah kejang
terakhir, kmdn dihentikan sec.bertahap selama 1-2 bulan
Prognosis
18
Dengan penangulangan yang tepat dan cepat, prognosis kejang demam baik dan tidak
perlu menyebabkan kematian. Dari penelitian yang ada, frekuensi terulangnya kejang
berkisar antara 25% - 50%, yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Apabila melihat
pada umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga, Lennox-Buchthal (1973) mendapatkan:
Pada anak berumur kurang dari 13 tahun, terulangnya kejang pada wanita 50% dan
pria 33%.
Pada anak berumur antara 14 bulan dan 3 tahun dengan riwayat keluarga
adanya kejang, terulangnya kejang adalah 50%, sedang pada tanpa riwayat kejang 25%.
Angka kejadian epilepsi berbeda-beda, tergantung dari cara penelitian, misalnya
Lumbantobing (1975) pada penelitiannya mendapatkan 6%, sedangkan Living-ston
(1954) mendapatkan dari golongan kejang demam sederhana hanya 2,9% yang menjadi
epilepsi dan dari golongan epilepsi yang diprovokasi oleh demam temyata 97% yang
menjadi epilepsi.
Risiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam
tergantung dari faktor:
1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.
2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang
demam.
3. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, maka dikemudian hari
akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13%, dibanding bila hanya
terdapat 1 atau tidak sama sekali faktor tersebut di atas, serangan kejang tanpa demam
hanya 2% - 3% saja ("Consensus Statement on Febrile Seizures, 1981") Pada
penelitian yang dilakukan oleh The National Collaboratlve Perinatal Project di
Amerika Serikat , dalam hal mana 1.706 anak pasca kejang demam diikuti
perkembangannya sampai usia 7 tahun, tidak didapatkan kematian sebagai
kejang
akibat
Angka rata-rata untuk iQ total ialah 93 pada anak yang pernah mendapat kejang
demam. Skor ini tidak berbeda bermakna dari saudara kandungnya (kontrol). Anak
yang .sebelum terjadinya kejang demam sudah abnormal atau dicurigai menunjukkan
gejala yang abnormal, rnempunyai skor yang lebih rendah daripada saudara
kandungnya. Hasil yang diperoleh the National Collaborative Perinatal Project ini
hampir serupa dengan yang didapatkan di Inggris oleh The National Child
Development-Study* Didapatkan bahwa anak yang pernah mengaiami KD kinerjanya
tidak berbeda dengan populasi umum waktu di tes pada usia 7 dan 11 tahun.
Pada penelitian Ellenberg dan Nelson mendapatkan tidak ada perbedaan IQ waktu
diperiksa pada usia 7 tahun antara anak dengan KD dan kembarannya yang tanpa
kejang demam.
Pencegahan
Bila anak kejang berikan anti kejang
Bila anak panas berikan antipiretik sebelum terjadi kejang.
Kesimpulan
Penanganan kejang pada anak dimulai dengan memastikan adanya kejang. Tatalaksana
kejang yang adekuat dibutuhkan untuk mencegah kejang menjadi status konvulsivus.
Setelah kejang teratasi dilakukan anamnesis, pemeriksaan klinis neurologis, dan
pemeriksaan penunjang sesuai indikasi untuk mencari penyebab kejang.
DAFTAR PUSTAKA
20