Anda di halaman 1dari 15

Sistem Pernapasan dan Gangguan Sistem Pernapasan

Abstrak
Bernapas adalah kebutuhan bagi manusia. Pernapasan manusia diatur oleh sistem pernapasan yang terdiri
dari saluran pernapasan atas dan bawah. Saluran pernapasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring dan
saluran pernapasan bawah meliputi trakea, bronkus dan paru-paru. Setiap organ-organ yang terlibat
mempunyai peran yang sangat penting karena semua organ bekerja sama dalam membentuk mekanisme
pernapasan. Apabila terjadi peradangan atau gangguan pada salah satu organ yang terkait maka akan
menyebabkan gangguan dari sistem pernapasan tersebut. Salah satu jenis gangguan yang sering terjadi
adalah tonsillopharyngitis atau lebih dikenal dengan amandel pada bagian nasofaring.
Kata kunci : respirasi, mekanisme pernapasan, faring, tonsillopharyngitis
Abstract
Breathing is a necessity for humans. Regulated by the human respiratory system consists of respiratory
upper and lower respiratory tract. Upper respiratory tract consists of the nose, pharynx and larynx and lower
respiratory tract includes the trachea, bronchi and lungs. Each of the organs involved have a very important
role because all the organs work together to form a breathing mechanism. If there is inflammation or
irritation related to one organ, it will cause disruption of the respiratory system. One type of disorder that
often occurs is tonsillopharyngitis or better known in the nasopharyngeal tonsil.
Keywords: respiration, mechanism of respiration, pharynx, tonsillopharyngitis

Pendahuluan
Bernapas adalah kegiatan yang penting bagi makhluk hidup dalam menjalani kehidupannya.
Secara sederhana bernapas adalah proses dimana manusia menghirup oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida dari dalam tubuhnya.1 Proses bernapas tentunya mempunyai sistem yang disebut
sebagai sistem pernapasan yang terbentuk oleh saluran pernapasan. Saluran pernapasan manusia
berdasarkan fungsi dan letaknya dibagi menjadi dua, yaitu saluran pernapasan atas, yang terdiri
dari hidung, faring dan laring dan saluran pernapasan bawah, yang meliputi trakea, bronkus dan
paru-paru.2 Organ-organ yang terlibat dalam sistem pernapasan ini bekerja sama satu sama lain
sehingga manusia bisa melakukan proses bernapas. Apabila terjadi gangguan pada salah satu organ
atau salah satu komponen, akan mengakibatkan mekanisme pernapasan manusia tersebut
terganggu. Salah satu gangguan pernapasan yang sering kita jumpai terutama pada anak-anak
adalah tonsilofaringitis atau biasa dikenal dengan amandel.
Sistem pernapasan
Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas.
Pada manusia terdapat dua variasi sistem pernapasan yaitu:
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk/iga/costae.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut. : (1) Fase inspirasi, fase ini berupa

berkontraksinya otot antar tulang rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam
rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan diluar sehingga udara luar yang kaya oksigen
masuk ke dalam rongga dada.

(2) Fase ekspirasi, fase ini merupakan fase relaksasi atau

kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang diikuti oleh turunya tulang rusuk
sehingga rongga dada menjadi kecil. Akibanya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih bersar
daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya akan karbondioksida keluar.
Yang kedua adalah pernapasan perut. Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot
diafragma. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut : (1) Fase insiprasi, fase ini berupa
berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga
dada menjadi lebih kecil daripada tekanan diluar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk. (2)
Fase ekspirasi, fasi ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diafragma ke posisi semula
yang diikuti turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Akibatnya tekanan di
dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar sehingga udara dalam rongga dada
yang kaya karbon dioksida keluar. 1
Saluran Pernapasan
Saluran Pernapasan digolongkan menjadi dua berdasarkan letaknya, yaitu:
Saluran Pernapasan Bagian Atas (Upper Respiratory Airway) dengan fungsi utama, yaitu : (1) Air
conduction (penyalur udara), sebagai saluran yang meneruskan udara menuju saluran pernapas
bagian bawah untuk pertukaran gas. (2) Protection ( perlindungan), sebagai pelindung saluran
napas bagian bawah agar terhindar dari masuknya benda asing. (3) Warming, filtrasi, dan
humudifikasi yakni sebagai bagian yang menghangatkan, menyaring, dan memberi kelembaban
udara yang diinspirasi . Sedangkan Saluran Pernapasan Bagian Bawah (Lower Airway) yang
secara umum dibagi menjadi dua komponen ditinjau dari fungsinya, yaitu : (1) Saluran udara
konduktif, sering disebut sebagai percabangan trakheobronkhialis (tracheobronchial tree) yang
terdiri atas trakea, bronkus, dan bronkhiolus . (2) Saluran respiratoris terminal yang berfungsi
sebagai penyalur (konduksi) gas masuk dan keluar dari saluran respiratorius terminal (saluran
pernapasan yang paling ujung), yang merupakan tempat pertukaran gas yang sesungguhnya.2
Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Atas
Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas :

Lubang Hidung (Cavum Nasi)


Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (kartilago). Hidung dibentuk oleh
sebagian kecil tulang sejati, sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan ikat (connective tissue).
Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan oleh
sekat (septum). Rongga hidung mengandung rambut (fimbriae) yang berfungsi sebagai penyaring
(filter) kasar terhadap benda asing yang masuk. Pada permukaan (mukosa) hidung terdapat epitel
bersilia yang mengandung sel goblet. Sel tersebut mengeluarkan lendir sehingga dapat menangkap
benda asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Kita dapat mencium aroma karena di dalam
lubang hidung terdapat reseptor. Reseptor bau terletak pada cribriform plate, di dalamnya terdapat
ujung dari saraf kranial I (Nervous Olfactorius). Hidung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur
udara, pengatur kelembaban udara (humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara,
indra pencium, dan
resonator suara.3

Gambar 1. Potongan Mid-sagital Cavum Nasi.6


Sinus paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Dinamakan sesuai dengan
tulang tempat dia berada yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus
maxillaris. Sinus berfungsi untuk: membantu menghangatkan dan humidifikasi, meringankan berat
tulang tengkorak, dan mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi.3
Faring

Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong yang letaknya bermula dari dasar tengkorak
sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan (kartilago) cricoid.
Faring digunakan pada saat digestion (menelan) seperti pada saat bernapas. Berdasarkan letaknya
faring dibagi menjadi tiga yaitu di belakang hidung (naso-faring), belakang mulut (oro-faring),
dan belakang laring (laringo-faring).3
Naso-faring terdapat pada superior di area yang terdapat epitel bersilia (pseudo stratified) dan
tonsil (adenoid), serta merupakan muara tube eustachius. Tenggorokan dikelilingi oleh tonsil,
adenoid, dan jaringan limfoid lainnya. Struktur tersebut penting sebagai mata rantai nodus
limfatikus untuk menjaga tubuh dari invasi organisme yang masuk ke dalam hidung dan
tenggorokan. Pada bagian ini terdapat tonsilla pharyngea.
Oro-faring berfungsi untuk menampung udara dari naso-faring dan makanan dari mulut. Pada
bagian ini terdapat tonsilla platina (posterior) dan tonsili lingualis (dasar lidah).

Gambar 2.Potongan Mid-Sagital Faring.8


Laringo-faring (Hypofaring)
Laringo-faring membentang dari tepi cranial epiglottis sampai tepi inferior cartilage cricoidea atau
mulai setinggi bagian bawa corpus vertebra cervical 3 sampai bagian atas vertebra cervical 6.

Pendarahan dan Persarafan Faring


Pendarahan berasal dar A. faringea ascendens, A.palatina ascendens, dan ramus tonsillaris cabang
A. facialis, A. palatine major dan A. canalis pterygoide cabang A.maxillaris interna dan rami
dorsales linguae cabang A. lingualis. Pembuluh-pembuluh balik membentuk sebuah plexus yang
ke atas berhubungan dengan plexus pterygoideus dan ke arah bawah bermuara ke dalam V.
jugularis interna dan V. facialis. 3
Persarafan berasal dari plexus faringeus. Plexus ini dibentuk oleh rami faringei N.glossofaringeus,
N. vagus dan serabut-serabut simpatik postganglioner dari ganglio cervical superius. Plexus
tersebut berada pada jaringan penyambung di sebelah luar M. constrictor faringis medius. Unsure
motorik utama adalah pars cranialis N. accessories, yang melintasi cabang-cabang N.vagus,
mempersarafi semua otot faring dan palatum, kecuali M. stylofaringeus dan M.constrictor faringis
superior yang dipersarafi oleh N.glossofaringeus.3
Laring
Laring sering disebut dengan voice box dibentuk oleh struktur epithelium lined yang
berhubungan dengan faring (di atas) dan trakhea (di bawah). Laring terletak di anterior tulang
belakang (vertebrae) ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari esofagus berada di posterior laring. Fungsi
utama laring adalah untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda
asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk. Laring terdiri atas: (1) Epiglotis; katup
kartilago yang menutup dan membuka selama menelan. (2) Glotis; lubang antara pita suara dan
laring. (3) Kartilago tiroid; kartilago yang terbesar pada trachea, merupakan bagian yang
membentuk jakun. (4) Kartilago krikoid; cincin kartilago yang utuh di laring (terletak di bawah
kartilago tiroid). (5) Kartilago aritenoid; digunakan pada pergerakan pita suara bersama dengan
kartilago tiroid. (6) Pita suara; sebuah ligamen yang dikontrol oleh pergerakan otot yang
menghasilkan suara dan menempel pada lumen laring.3
Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Bawah
Saluran pernapasan bagian bawah (tracheobronchial tree) terdiri atas:
Trakhea

Trakhea merupakan perpanjangan laring pada ketinggian tulang vertebre torakal ke-7 yang
bercabang menjadi dua bronkhus. Ujung cabang trakhea disebut carina. Trakhea bersifat sangat
fleksibel, berotot, dan memiliki panjang 12 cm dengan cincin kartilago berbentuk huruf C.
Bronkhus dan Bronkhiolus
Cabang bronkhus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan cenderung lebih vertikal daripada cabang
yang kiri. Hal tersebut menyebabkan benda asing lebih mudah masuk ke dalam cabang sebelah
kanan daripada bronkhus sebelah kiri. Segmen dan subsegmen bronkhus bercabang lagi dan
berbentuk seperti ranting masuk ke setiap paru-paru. Bronkhus disusun oleh jaringan kartilago
sedangkan bronkhiolus, yang berakhir di alveoli, tidak mengandung kartilago. Tidak adanya
kartilago menyebabkan bronkhiolus mampu menangkap udara, namun juga dapat mengalami
kolaps. Agar tidak kolaps alveoli dilengkapi dengan poros/lubang kecil yang terletak antar alveoli
yang berfungsi untu mencegah kolaps alveoli. Saluran pernapasan mulai dari trakhea sampai
bronkhus terminalis tidak mengalami pertukaran gas dan merupakan area yang dinamakan
Anatomical Dead Space (Ruang Rugi). Awal dari proses pertukaran gas terjadi di bronkhiolus
respiratorius.
Saluran Pernapasan Terminal
Saluran pernapasan terminal terdiri atas:
Alveoli
Parenkim paru-paru merupakan area yang aktif bekerja dari jaringan paru-paru. Parenkim tersebut
mengandung berjuta-juta unit alveolus. Alveoli merupakan kantong udara yang berukuran sangat
kecil, dan merupakan akhir dari bronkhiolus respiratorus sehingga memungkinkan pertukaran O2
dan CO2. Seluruh dari unit alveoli (zona respirasi) terdiri ats bronkhiolus respiratorius, duktus
alveolus, dan alveolar sacs (kantong alveolus). Fungsi utama dari unit alveolus adalah pertukaran
O2 dan CO2 diantara kapiler pulmoner dan alveoli.
Paru-paru
Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga
pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan
paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan jelas. Setiap

paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang
disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut
mediastinum. Jantung, aorta, vena cava, pembuluh paru-paru, esofagus, bagian dari trakhea dan
bronkhus, serta kelenjar timus terdapat pada mediastinum.
Dada, Diafragma, dan Pleura
Tulang dada (sternum) berfungsi melindungi paru-paru, jantung, dan pembuluh darah besar.
Bagian luar rongga dada terdiri atas 12 pasang tulang iga (costae). Bagian atas dada pada daerah
leher terdapat dua otot tambahan inspirasi yaitu otot scaleneus dan sternocleidomastoid. Diafragma
terletak di bawah rongga dada.
Diafragma berbentuk seperti kubah pada keadaan relaksasi. Pengaturan saraf diafragma (Nervus
Phrenicus) terdapat pada susunan saraf spinal.
Pleura merupakan membran serosa yang menyelimuti paru-paru. Pleura ada dua macam yaitu
pleura parietal yang bersinggungan dengan rongga dada (lapisan luar paru-paru) dan pleura
visceral yang menutupi setiap paru-paru. Diantara kedua pleura terdapat cairan pleura seperti
selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan tersebut bergesekan satu sama lain selama
respirasi, dan mencegah
pelekatan dada dengan paru-paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah daripada tekanan
atmosfer sehingga mencegah kolaps paru-paru. Masuknya udara maupun cairan ke dalam rongga
pleura akan menyebabkan paru-paru tertekan dan kolaps. Apabila terserang penyakit, pleura akan
mengalami peradangan.
Mekanisme Pernapasan
Jenis Tekanan pada ventilasi
Udara cenderung bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah, yaitu
menuruni gradient tekanan. Udara mengalir masuk dan keluar paru selama proses bernapas dengan
mengikuti penurunan gradient tekanan yang berubah berselang-seling antara alveolus dan atmosfer
akibat aktivitas siklik otot-otot pernapasan. Terdapat tiga tekanan berbeda yang penting pada
ventilasi. (1) Tekanan atmosfer (barometric) : adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di
atmosfer terhadap benda-benda di permukaan bumi. Di ketinggian permukaan laut, tekanan ini
sama dengan 760 mmhg . Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan penambahan ketinggian di

atas permukaan laut karena kolom udara di atas permukaan bumi menurun. Dapat terjadi fluktuasi
minor tekanan atmosfer akibat perubahan kondisi-kondisi cuaca (yaitu pada saat tekanan
barometric meningkat atau menurun). (2)Tekanan intra alveolus, yang juga dikenal sebagai
tekanan intrapulmonalis adalah tekanan di dalam alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan
atmosfer melalui saluran pernapasan, udara dengan cepat mengalir mengikuti penurunan gradient
tekanan setiap kali terjadi perbedaan antara tekanan intra alveolus dan tekanan atmosfer; udara
terus mengalir sampai tekanan keduanya seimbang (ekuilibrium). (3) Tekanan interpleura adalah
tekanan di dalam kantung pleura. Tekanan ini juga dikenal sebagai tekanan intratoraks, yaitu
tekanan yang terjadi di luar paru dalam rongga toraks. Tekanan interpleura biasanya lebih kecil
daripada tekanan atmosfer, rata-rata 756 mmhg saat istirahat.1
Marilah kita mengikuti perubahan yang terjadi selama satu siklus pernapasan- yaitu, satu
tarikan napas (inspirasi) dan satu pengeluaran napas (ekspirasi). Sebelum inspirasi dimulai,
otot-otot pernapasan melemas, tidak ada ada udara yang mengalir, dan tekanan intraalveolus
setara dengan tekanan atmosfer. Pada awitan inspirasi, otot-otot inspirasi-diafragma dan otot
antar iga eksternal terangsang untuk berkontraksi, sehingga terjadi pembesaran rongga toraks.
Otot inspirasi utama adalah diafragma, suatu lembaran otot rangka yang membentuk dasar
rongga toraks dan dipersarafi oleh N.frenicus. Diafragma yang lemas berbentuk kubah yang
menonjol ke atas ke dalam rongga toraks. Sewaktu berkontraksi karena stimulasi saraf
frenikus, diafragma bergerak ke bawah dan memperbesar volume rongga toraks dengan
menambah panjang vertikalnya.
Dinding abdomen jika melemas, dapat terlihat menonjol ke depan sewaktu inspirasi karena
diafragma yang turun mendorong isi abdomen ke bawah dan ke hepar. Terdapat dua set otot
intercostalis , yang terletak di antara iga-otot antariga eksternal berada di atas otot antariga
internal. Sewaktu otot antar iga eksternal yang serat-seratnya berjalan ke arah bawah dan
depan antara iga-iga yang berdekatan, berkontraksi, iga terangkat ke atas dan keluar dan
semakin memperbesar rongga toraks dalam dimensi anteroposterior dan laterolateral. Otot
antariga diaktifkan oleh saraf interkostalis.

Pada saat rongga toraks mengembang, paru juga dipaksa mengemabang untuk mengisi rongga
toraks yang membesar. Sewaktu paru mengembang, tekanan intraalveolus menurun karena
molekul dalam jumlah yang sama kini menempati volume paru yang lebih besar. Pada inspirasi
biasa, tekanan intra-alveolus menurun 1 mmHg menjadi 759 mmHg. Karena tekanan intraalveolus sekarang lebih rendah daripada tekanan dengan tekanan atmosfer. Dengan demikian,
pengembangan paru bukan disebabkan oleh perpindahan udara ke dalam paru; melainkan udara
mengalir ke dalam paru karena turunnya tekanan intra-alveolus akibat paru yang mengembang.
Selama inspirasi, tekanan intrapleura turun ke 754 mmHg akibat pengembangan toraks.
Peningkatan gradient tekanan transmural yang terjadi selama inspirasi memastikan bahwa paru
teregang untuk mengisi rongga toraks yang mengembang. Inspirasi yang lebih dalam (lebih
banyak udara yang masuk) dapat dilakukan dengan mengontraksikan diafragma dan otot
antariga eksternal secara lebih kuat dan mengaktifkan otot-otot inspirasi tambahan untuk
semakin memperbesar rongga toraks. Kontraksi otot-otot tambahan ini yang terletak di leher,
mengangkat sternum dan dua iga pertama, memperbesar bagian atas toraks. Pada saat rongga
toraks semakin membesar volumenya dibandingkan dengan keadaan istirahat, paru juga
semakin membesar, sehingga tekanan intra alveolus semakin turun. Akibatnya terjadi
peningkatan aliran udara masuk paru sebelum terjadi keseimbangan dengan tekanan
atmosfer;yaitu pernapasan menjadi lebih dalam.
Pada akhir inspirasi , otot-otot inspirasi melemas. Diafragma kembali ke bentuknya seperti
kubah;sewaktu otot antar iga eksternal melemas, sangkar iga yang terangkat turun karena
adanya gravitasi sewaktu otot antariga eksternal;dan dinding dada dan paru yang yang teregang
kembali menciut ke ukuran prainspirasi mereka karena adanya sifat elastic, seperti membuka
balon yang sebelumnya sudah ditiup. Sewaktu paru menciut dan berkurang volumenya,
tekanan intra-alveolus meningkat, karena jumlah molekul udara yang lebih besar yang
terkandung di dalam volume paru yang besar pada akhir inspirasi sekarang terkompresi ke
dalam volume yang lebih kecil. Pada ekspirasi istirahat, tekanan intraalveolus meningkat
sekitar 1 mmHg di tekanan udara atmosfer menjadi 761 mmHg. Udara sekarang keluar keluar
paru-paru mengikuti penurunan gradient tekanan dari tekanan intra-alveolus yang tinggi ke

tekanan atmosfer yang lebih rendah. Aliran keluar udara berhenti jika tekanan intra-alveolus
menjadi sama dengan tekanan atmosfer dan tidak lagi terdapat gradient tekanan
Dalam keadaan normal, ekspirasi adlaah suatu proses pasif karena terjadi akibat penciutan
elastic paru saat otot-otot inspirasi melemas tanpa memerlukan kontraksi otot atau pengeluaran
energy. Sebaiknya inspirasi selalu aktif, karena hanya ditimbulkan oleh kontraksi otot-otot
inspirasi dan menggunakan energy. Lalu untuk melakukan ekspirasi aktif atau paksa, otot
ekspirasi harus berkontraksi harus berkontraksi untuk semakin mengurangi volume rongga
toraks dan paru, otot ekspirasi yang terpenting adalah otot-otot di dinding abdomen. Sewaktu
otot-otot abdomen ini berkontraksi, terjadi peningkatan tekanan intra-abdomen yang
menimbulkan gaya ke atas pada diafragma, mengakibatkan diafragma semakin terangkat ke
rongga toraks dibandingkan dengan posisi istirahatnya, sehinga semakin memperkecil ukuran
vertical rongga toraks. Otot-otot ekspirasi lain adalah otot antariga internal yang kontraksinya
menarik iga kebawah dan ke dalam, meratakan dinding dada dan semakin memperkecil ukuran
rongga toraks; aksi otot-otot ini berlawan dengan aksi otot anatariga eksternal.
Sewaktu kontraksi aktif otot-otot ekspirasi semakin mengurangi volume rongga toraks, volume
paru juga semakin berkurang karena paru tidak harus teregang banyak untuk mengisi volume
rongga toraks yang lebih kecil. Tekanan intra-alveolus dan atmosfer menjadi semakin besar
dibandingkan saat ekspirasi pasif, sehingga lebih banyak udara keluar mengikuti penurunan
gradient tekanan sebelum keseimbangan tercapai. Dengan cara ini, paru mengalami
pengosongan lebih sempurna selama ekspirasi aktif paksa dibandingkan selama ekspirasi pasif
tenang.1,4
OTOT

HASIL KONTRAKSI OTOT

WAKTU STIMULASI UNTUK


KONTRAKSI

Otot-otot Inspirasi
Diafragma

Bergerak turun, meningkatkan dimensi


vertical rongga thorax.

Setiap inspirasi otot primer inspirasi

M.Intercostalis eksternal

Otot-otot
(

leher
M.Scalenus,

M.Sternocleidomastoideus

Mengangkat Iga ke arah depan dank ke


arah luar, memperbesar rongga toraks
dalam dimensi depan ke belakang dan
sisi ke sisi

Setiap

Inspirasi

berperan

Mengangkat Sternum dan dua iga


pertama memperbesar bagian atas
rongga toraks

Hanya pada saat inspirasi paksa;

Meningkatkan tekanan intra abdomen

Hanya saat ekspirasi aktif (paksa)

komplementer sekunder terhadap


aksi primer diafragma.

otot inspirasi tambahan

)
Otot-otot Ekspirasi
Otot-otot abdomen

yang menimbulkan gaya ke atas pada


diafragma untuk mengurangi dimensi
vertical rongga toraks
Otot-otot antariga internal

Mendatarkan toraks dengan menarik


iga-iga ke bawah dan ke dalam

Hanya sewaktu ekspirasi aktif


(paksa)

menurunkan ukuran depan belakang


dan samping rongga thorax

Tabel 1. Aksi Otot-Otot Pernapasan.2


Transpor Oksigen
Sistem pengangkut O2 di tubuh terdiri atas paru dan sistem kardiovaskular.
Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu bergantung pada jumlah O 2 yang
masuk ke dalam paru, adanya pertukaran gas di paru yang adekuat, aliran
darah yang menuju jaringan, dan kapasitas darah untuk mengangkut O 2.
Aliran darah bergantung pada derajat konstriktusi jalinan vaskular di jaringan
serta curah jantung. Jumlah O2 di dalam darah ditentukan oleh jumlah O 2 yang
larut, jumlah hemoglobin dalam darah, dan afinitas hemoglobin terhadap O2.
Terdapat

tiga

keadaan

penting

yang

mempengaruhi

kurva

disosiasi

hemoglobin-oksigen yaitu pH suhu dan kadar 2,3 BPG. Peningkatan suhu atau
penurunan pH mengakibatkan PO2 yang lebih tinggi diperlukan agar
hemoglobin dapat mengikat sejumlah O2. Sebaliknya, penurunan suhu atau
peningkatan pH dibutuhkan PO2 yang lebih rendah untuk mengikat sejumlah

O2. Suatu penurunan pH akan menurunkan afinitas emoglobin terhadap O2,


yang merupakan suatu pengaruh yang disebut pergeseran Bohr. Karena CO2
berekasi dengan air untuk membentuk asam karbonat, maka jaringan aktif
akan menurunkan pH di sekelilingnya dan menginduksi hemoglobin supaya
melepaskan lebih banyak oksigennya, sehingga dapat digunakan untuk
respirasi selular.4
Transpor Karbon Dioksida
Selain perannya dalam transpor oksigen, hemoglobin juga membantu darah
untuk mengangku karbon dioksida dan membantu dalam penyanggan pH
darah yaitu, mencegah perubahan pH yang membahayakan. Sekitar 7% dari
karbon dioksida yang dibebeaskan oleh sel-sel yang berespirasi diangkut
sebagai CO2 yang terlarut dalam pllasma darah. Sebanyak 23% karbon
dioksida terikat dengan banyak gugus amino hemoglobin.
Sebagain besar karbon dioksida, sekitar 70%, diangkut dalam darah dalam
bentuk ion bikaronat. Karbon dioksida yang dilepaskan oleh sel-sel yang
berespirasi berdifusi masuk ke dalam plasma darah dan kemudian masuk ke
dalam sel darah merah, dimana CO2 tersebut diubah menjadi bikarbonat.
Karbon dioksida pertama bereaksi dengan air untuk membentuk asam
karbonat, yang kemudian berdisosiasi menjadi ion hydrogen dan ion
bikarbonat. Sebagian besar ion hydrogen berikatan di berbagai tempat pada
hemoglobin dan protein lain sehingga tidak mengubah pH darah. Ion
bikarbonat lalu berdifusi ke dalam plasma. Ketika darah mengalir melalui paruparu, proses tersebut dibalik. Difusi O2 keluar dari darah akan menggeser
kesetibangan kimiawi di dalam sel darah merah kearah perubahan bikarbonat
menjadi CO2.1,4
Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam basa adalah suatu keadaan kadar ion H+ (ion hidrogen) yang diproduksi
setara dengan kadar ion H+ yang dikeluarkan oleh sel, jadi keseimbangan asam basa adalah
keseimbangan ion H+. Walaupun produksi asam akan terus menghasilkan ion hidrogen dalam

jumlah yang sangat banyak, ternyata kadar ion hidrogen tetap dipertahankan pada kadar
rendah, 40 + 5 nM atau pH 7,4.
Cairan tubuh harus selalu dilindungi dari perubahan pH karena sebagian besar enzim sangat
peka terhadap perubahan pH. Mekanisme proteksi harus berlangsung aktif dan secara terusmenerus karena proses metabolisme juga menyebabkan terbentuknya asam dan basa secara
terus-menerus (asam karbonat, asam sulfat, asam folat, asam laktat, asam sitrat, ion amonium,
asam asetoasetat, beta-hidroksibutirat).
Pengaturan keseimbangan asam basa dilakukan melalui koordinasi tiga sistem, yaitusistem
bufer, sistem paru dan sistem ginjal. Prinsip pengaturan keseimbangan asam basa oleh sistem
bufer adalah menetralisir kelebihan ion hidrogen, bersifat temporer dan tidak melakukan
eliminasi (eliminasi dilakukan oleh paru dan ginjal). Mekanisme paru dan ginjal dalam
menunjang kinrja sistem bufer adalah dengan mengatur sekresi, ekskresi, absorbsi ion hirogen
dan bikarbonat, serta membentuk bufer tambahan (fosfat, amonia). Kedua prinsip pengaturan
tersebut bertujuan mempertahankan pH darah pada kisaran 7,35 samapai 7,45. Mekanisme
tubuh melindungi dampak perubahan pH terdiri dari dua tahap. Tahap pertama jangka pendek,
melalui pengaturan sistem bufer. Kedua, jangka panjang, dengan cara mengeliminasi kelebihan
asam atau basa melalui ginjal dan paru.5,6
Tonsilopharyngitis
Tonsilopharyngitis merupakan peradangan pada tonsil atau faring ataupun keduanya yang
disebabkan oleh bakteri dan juga oleh virus.
Amandel atau tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang banyak mengandung limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi. Tonsil terletak pada kerongkongan di belakang kedua
ujung
lipatan belakang mulut. Ia juga bagian dari struktur yang disebut Ring of Waldeyer ( cincin
waldeyer ). Kedua tonsil terdiri juga atas jaringan limfe, letaknya di antara lengkung langit-langit
dan mendapat
persediaan limfosit yang melimpah di dalam cairan yang ada padapermukaan dalam sel-sel tonsil.
Tonsil terdiri atas: (1) Tonsil fariengalis, agak menonjol keluar dari atas faring dan
terletak di belakang koana. (2) Tonsil palatina, dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk. (3) Tonsil linguais, epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.

Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan
kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung, dan kerongkongan, oleh karena itu tidak jarang
tonsil mengalami peradangan. Peradangan pada tonsil disebut dengan tonsilitis, penyakit ini
merupakan salah satu gangguan Telinga Hidung & Tenggorokan ( THT ). Kuman yang dimakan
oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan tetap bersarang disana serta
menyebabkan infeksi amandel yang kronis dan berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulang
ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid bekerja terus dengan memproduksi sel-sel imun yang
banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan membesar dengan cepat melebihi ukuran yang
normal.7
Pembahasan Skenario
Skenario 11
Seorang anak berusia 12 tahun dibawa ayahnya ke praktek dokter pribadi, karena sakit menelan,
demam dan bicaranya serak. Dokter yang melakukan pemeriksaan terhadap anak tersebut
mendiagnosanya tonsilopharyngis akut.
Tonsilopharyngitis merupakan peradangan pada tonsil atau faring ataupun keduanya yang
disebabkan oleh bakteri dan juga oleh virus. Tonsilopharyngitis atau lebih dikenal dengan amandel
ini merupakan kumpulan jaringan limfoid yang banyak mengandung limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi. Tonsil terletak pada kerongkongan di belakang kedua ujung lipatan
belakang mulut. Ia juga bagian dari struktur yang disebut Ring of Waldeyer ( cincin waldeyer ).
Kedua tonsil terdiri juga atas jaringan limfe, letaknya di antara lengkung langit-langit dan
mendapat persediaan limfosit yang melimpah di dalam cairan yang ada pada permukaan dalam selsel tonsil.
Tonsilla pharyngea terdapat di bagian nasopharyng yaitu pada bursa pharyngea. Apabila terjadi
peradangan pada tonsilla, maka akan menyebabkan hipertrofi (pembesaran) yang mengakibatkan
penyumbatan aliran udara melalui hidung, sehingga penderita bernapas melalui mulut. Keadaan ini
sangat menghambat proses pernapasan dimana seharusnya secara fisiologis kita bernapas melalui
hidung.

Kesimpulan
Penting untuk mengetahui struktur respirasi dari segala aspek dari segi anatomi, fisiologi dan
kimiawi, karena semua aspek diatas berpengaruh dalam mekanisme pernapasan. Dengan
mempelajari struktur makroskopis saluran pernapsan atas khusunya kita bisa mengenal kelainan
pada struktur tersebut contohnya, peradangan pada faring yang mengakibatkan sesorang mendarita
tonsillapharyngitis. Apabila terjadi peradangan pada tonsilla, maka akan menyebabkan hipertrofi
(pembesaran) yang mengakibatkan penyumbatan aliran udara melalui hidung, sehingga penderita
bernapas melalui mulut. Keadaan ini sangat menghambat proses pernapasan dimana seharusnya
secara fisiologis kita bernapas melalui hidung.
Daftar Pustaka
1. Sherwood L.Fisiologi manusia : Dari sel ke sistem.Ed 6.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2012.h.497-523
2. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Grays Anatomy for students. 1 st ed. Philiadelphia, USA,
Elsevier Churchill Livingstone. 2005.p.102-52.
3. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.
4. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC; 2008.
5. Swaminathan R. Handbook of Clinical Biochemistry. New Delhi: Oxford University Press, 2005,
p. 29-42.
6. Rodwell, VW. Air dan pH. Dalam: Biokimia Harper ed. 25. Jakarta: EGC; 2003.h.15-24.
7. Tonsillopharyngitis. [online]. 2005 November [cited 2014 Mei 15 th]; available from :
URL: http://www.medicastore.com.
8. Diunduh dari http://withfriendship.com/user/mithunss/human-pharynx.php, pada tanggal 24
May 2011.

Anda mungkin juga menyukai

  • Abses Peritonsil
    Abses Peritonsil
    Dokumen10 halaman
    Abses Peritonsil
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Status Bedah
    Status Bedah
    Dokumen11 halaman
    Status Bedah
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Tinjauan Pustaka Blok 17
    Tinjauan Pustaka Blok 17
    Dokumen10 halaman
    Tinjauan Pustaka Blok 17
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Ppok
    Ppok
    Dokumen16 halaman
    Ppok
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Otot
    Otot
    Dokumen14 halaman
    Otot
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Art Ritis
    Art Ritis
    Dokumen18 halaman
    Art Ritis
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Ref Anak
    Ref Anak
    Dokumen15 halaman
    Ref Anak
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen37 halaman
    Case
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Case Obgyn
    Case Obgyn
    Dokumen20 halaman
    Case Obgyn
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Tinjauan Pustaka Blok 8
    Tinjauan Pustaka Blok 8
    Dokumen22 halaman
    Tinjauan Pustaka Blok 8
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Obgyn Revisi
    Obgyn Revisi
    Dokumen8 halaman
    Obgyn Revisi
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Ipd Revisi
    Ipd Revisi
    Dokumen16 halaman
    Ipd Revisi
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Respirasi
    Respirasi
    Dokumen18 halaman
    Respirasi
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Gizi Buruk
    Gizi Buruk
    Dokumen33 halaman
    Gizi Buruk
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Polip
    Polip
    Dokumen19 halaman
    Polip
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Case Mata
    Case Mata
    Dokumen6 halaman
    Case Mata
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Pendahuluan
    Pendahuluan
    Dokumen17 halaman
    Pendahuluan
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Presus Perforasi
    Presus Perforasi
    Dokumen9 halaman
    Presus Perforasi
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Respirasi
    Respirasi
    Dokumen18 halaman
    Respirasi
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Gizi
    Gizi
    Dokumen33 halaman
    Gizi
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Mata
    Mata
    Dokumen6 halaman
    Mata
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Infeksi Dan Imunitas
    Infeksi Dan Imunitas
    Dokumen17 halaman
    Infeksi Dan Imunitas
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kimia2
    Laporan Kimia2
    Dokumen2 halaman
    Laporan Kimia2
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • DBD
    DBD
    Dokumen10 halaman
    DBD
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • BPH Status Bedah
    BPH Status Bedah
    Dokumen9 halaman
    BPH Status Bedah
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Sklerosis Sistemik
    Sklerosis Sistemik
    Dokumen10 halaman
    Sklerosis Sistemik
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Bedah
    Bedah
    Dokumen9 halaman
    Bedah
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Status Asma
    Status Asma
    Dokumen12 halaman
    Status Asma
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kimia
    Laporan Kimia
    Dokumen1 halaman
    Laporan Kimia
    Maximilian Ronald Tirta
    Belum ada peringkat
  • Tumor Jinak Pada Kulit Kel I
    Tumor Jinak Pada Kulit Kel I
    Dokumen42 halaman
    Tumor Jinak Pada Kulit Kel I
    Prisiliya Van Boven
    Belum ada peringkat