CRS Diare Dodi
CRS Diare Dodi
DIARE AKUT
Preseptor:
Budi Setiabudiawan, dr.,SpA(K),M.Kes
Penyusun :
Tri Hapsoro Guno
1301-1209-0023
Dodi Haryanto
1301-1209-0142
Lucky Fitrada
1301-1209-0162
I.
KETERANGAN UMUM
Nama
: An. W
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 8 bulan 20 hari
Alamat
: Sukarasa, Bandung
: 8 April 2010
Tgl pemeriksaan
: 9 April 2010
II.
ANAMNESA
KU : Mencret
Pada 1 hari SMRS pasien mengalami mencret 16x tiap hari. Mencret berupa
cairan, berwarna kekuningan dengan sedikit ampas, tidak ditemukan adanya darah
atau lendir setiap kali mencret jumlahnya sekitar gelas. Pada hari kedua mencret
sebanyak 10 kali dan pada hari ketiga atau pada saat dilakukan pemeriksaan, pasien
mencret sebanyak 16 kali. Pada hari pertama, mencret diikuti dengan muntah
sebanyak 10x, berisi sisa makanan, setiap kali muntah sebanyak gelas belimbing.
Keluhan pasien menjadi kembung disangkal. Keluhan terdapat kemerahan disekitar
anus disangkal. Keluhan mencret juga diikuti dengan panas badan, yang terjadi tibatiba, terus menerus, siang sama dengan malam.
Pada hari pertama mencret pasien tampak lesu, diam saja dan hanya menangis
jika sedang mencret. Air mata dikatakan tidak keluar. Pasien diberi minum tiap setelah
mencret atau muntah sebanyak 60 ml, namun pasien terlihat malas minum. Kemudian
pasien dibawa ke PUSKESMAS diberi obat amoxicillin sirup 3x1 sendok,
paracetamol 3x tablet, oralit serbuk dan vitamin. Pada hari kedua mencret, pasien
dibawa dan dirawat di RSHS. Selama perawatan pasien mendapatkan renalit 450 cc
habis dalam 3 jam, diulang 2 kali dan diberi renalit 50 cc tiap sehabis mencret atau
muntah sampai saat ini. Pada hari ketiga pasien dikatakan menjadi lebih rewel,
menangis mengeluarkan air mata, Nampak lebih haus dan lebih banyak minum.
Pada 2 minggu SMRS pasien menderita batuk pilek yang sembuh sendiri 1
hari sebelum muncul gejala mencret. Riwayat sering demam atau sakit sebelumnya
disangkal, riwayat sering diare sebelumnya disangkal, riwayat alergi terhadap
makanan dan susu disangkal, riwayat mengganti susu sebelumnya tidak ada, riwayat
sakit serupa pada anggota keluarga yang lain tidak ada. Keluarga menggunakan
sumber air minun berupa air galon isi ulang. Jamban yang digunakan adalah jamban
pribadi, tertutup, digunakan 5 orang anggota keluarga. Pasien dirawat oleh ibunya,
setiap akan memberi makan ibu selalu mencuci tangan dan peralatan makan dan botol
susu terlebih dahulu.
Riwayat timbul bintik merah pada kulit disangkal, keluar cairan dari telinga
disangkal, keluhan sesak nafas disangkal, keluhan buang air kecil yang berkurang
disangkal, keluhan penurunan kesadaran disangkal, keluhan timbul kejang juga
disangkal.
Riwayat imunisasi pasien lengkap untuk umurnya, terakhir mendapat
imunisasi umur 6 bulan, namun ibu pasien lupa namanya. Pada umur 8 bulan pasien
sudah bisa duduk, sekarang sudah belajar berdiri. Pasien diberikan ASI sampai usia 3
bulan, saat ini sehari-hari pasien diberikan makanan berupa bubur nasi, susu formula
dan bubur sereal.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
BB sebelum sakit
: 6,4 Kg
BB sekarang
: 6 Kg
PB
: 65 cm
Lingkar Kepala
: 43 cm
Status antrophometrik :
BB/U : 0 SD s/d -2 SD
PB/U : 0 SD s/d -2 SD
BB/PB : -1 SD s/d -2 SD
LK/U : 0 SD s/d -1 SD
Tanda vital
Nadi
Respirasi : 54 x/menit
: 148 x/menit
Suhu
: 38,4 C
Kepala
Rambut
UUB
Mata
Air mata
Konjungtiva
Sklera
Hidung
Mulut
Faring
Tonsil
Telinga
Leher
Toraks
Paru-paru depan
Paru-paru belakang
Sonor
: ki=ka
BPH
: ICS IV
VBS
: ki=ka
Ronchi
: -/-
Crackles
: -/-
Jantung
Abdomen
Anogenital
Ekstrimitas
Akral hangat
CR time <2 detik
Kulit
IV.
Ptekiae (-)
DIAGNOSIS BANDING
Diare akut non disentri dengan dehidrasi ringan-sedang e.c infeksi rotavirus
Diare akut non disentri dengan dehidrasi ringan-sedang e.c infeksi e.coli
V.
VI.
USUL PEMERIKSAAN
Feses rutin
Elektrolit darah
Pemeriksaan ELISA
Makroskopis :
Warna kuning
Konsistensi seperti bubur
Darah (-)
Lendir (+)
Nanah (-)
Parasit (-)
Mikroskopis :
Eritrosit (-)
Leukosit 3-5 LPB
Telur cacing (-)
Amoeba (-)
IX.
PENATALAKSANAAN
Paracetamol syr Cth (90 mg) bila suhu >38,5oC, tiap 6-8 jam
X.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
XI.
PEMBAHASAN
Definisi diare akut adalah buang air besar yang tidak normal dimana terdapat
perubahan konsistensi menjadi lebih lembek atau cair dan perubahan frekuensi 3x
atau lebih dalam 24 jam, yang terjadi dalam waktu tidak lebih dari 14 hari. Dari
anamnesa didapatkan bahwa pasien buang air besar dengan konsistensi encer dan
frekuensi 16 kali perhari yang terjadi selama 3 hari. Maka pasien ini didiagnosis
diare akut. Diare menurut mekanismenya dibagi menjadi:
Diare Sekretorik
Diare sekretorik adalah diare yang diakibatkan toksin dari mikroorganisme
penginfeksi yang mengaktifkan adenil siklase. Enzim ini akan mengubah ATP
menjadi cAMP. Akumulasi cAMP intrasel akan menyebabkan sekresi aktif air, ion
Cl, Na, K dan HCO3- ke dalam lumen usus.
Diare invasif
Diare invasif adalah diare yang diakibatkan oleh mikroorganisme yang merusak
villi usus sehingga terjadi malabsorpsi makanan secara umum, maka makanan
tersebut akan keluar kembali berupa diare.
Diare osmotik
Diare osmotik adalah diare yang disebabkan oleh kerusakan mikrovili di usus,
kerusakan mikrovili tersebut akan digantikan dengan mikrovili yang belum
matang. Mikrovili yang belum matang tidak memiliki enzim lactase yang
berfungsi untuk memecah laktosa, dengan demikian laktosa di dalam lumen usus.
Laktosa yang banyak di dalam lumen usus akan meningkatkan tekanan osmotic di
dalam usus. Peningkatan tekanan osmotik ini akan menyebabkan cairan tertarik ke
dalam lumen usus sehingga terjadi diare.
2. Penderita didiagnosa diare akut nondisentri karena :
Definisi dare disentri adalah diare yang disertai darah dalam tinja dan
ditemukan leukosit > 5/lpb.
dialami pasien tidak disertai darah dan lendir, dari pemeriksaan penunjang secara
makroskopis didapatkan lendir namun tidak
makanan
yang
biasanya
karena
malabsorpsi
karbohidrat
3. Alergi terhadap makanan tertentu
4. Keracunan makanan
5. Diare pada pasien dengan imunodefisiensi
6. Penyebab lain misalnya kelainan anatomis.
Dari anamnesis bisa disingkirkan penyebab karena alergi makanan dan malabsorpsi
makanan, karena pada pasien ini tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan
tertentu ataupun tidak ada riwayat mengganti susu formula dari yang biasanya pasien
minum sebelum muncul gejala.
Diare karena penyebab imunodefisiensi bisa disingkirkan karena pasien ini tidak
menunjukan gejala imunodefisiensi seperti sering sakit sebelumnya.
Diare karena kelainan anatomis dapat disingkirkan dari tidak adanya riwayat pernah
mengalami sakit yang serupa sebelumnya.
Sehingga kemungkinan besar diare yang terjadi pada pasien ini adalah diare akibat
infeksi.
4. Penderita didiagnosa diare akut nondisentri e.c infeksi rotavirus karena
berdasarkan data epidemiologi, penyebab diare karena infeksi paling banyak
pada usia < 2 tahun adalah rotavirus, pasien kita berusia 8 bulan. Infeksi oleh
rotavirus biasanya didahului oleh infeksi saluran pernafasan, seperti pada pasien
kita yang 2 minggu sebelum diare menderita batuk pilek.
5. Pada hari pertama dari anamnesis didapatkan kondisi pasien:
-
Mata
: tidak cekung
Air mata
Mukosa mulut
: tidak kering
Rasa haus
Turgor kulit
: kembali cepat
A
Baik, sadar
Normal
Ada
Basah
Minum biasa
B
Gelisah, rewel*
Cekung
Tidak ada
Kering
Haus, minum banyak*
Kembali cepat
TANPA
DEHIDRASI
Terapi
Rencana terapi A
Kembali lambat*
DEHIDRASI RINGANSEDANG
Bila ada satu tanda*
ditambah 1 tanda lain
Rencana terapi B
C
Lesu, tidak sadar*
Sangat cekung dan kering
Tidak ada
Kering
Malas minum/tidak bisa
minum*
Kembali sangat lambat*
DEHIDRASI BERAT
Bila ada satu tanda*
ditambah 1 tanda lain
Rencana terapi C
7. Pada pasien ini diusulkan pemeriksaan feses rutin untuk memastikan tipe
dehidrasinya disentri atau nondisentri.
11. Pasien mendapat paracetamol sirup 10-15 mg/kgBB/x sendok teh (90 mg),
tiap 6-8 jam jika suhu tubuh >38.5oC
12. Pasien mendapat diet 600 kkal/hari, rendah serat, dan susu formula bebas
laktosa.
Perhitungan kalori menurut Holiday-segar
Perkiraan kebutuhan energi untuk anak dengan BB 0-10 kg = 100 kkal X BB (kg)
Kebutuhan energi = 100 X 6 = 600 kkal/hari.
Makanan rendah serat bertujuan untuk mengurangi kerja usus. Susu bebas
laktosa untuk mencegah terjadinya diare osmotik.
Pemberian makanan dalam porsi kecil namun lebih sering.
13. Penyuluhan Pencegahan diare :
Pemberian ASI pada umur 0-6 bulan pertama (ASI eksklusif) dan
meneruskan pemberian ASI sampai usia 2 tahun
Mulai memberikan makanan pendamping pada usia 6 bulan, dan
makanan yang baik harus dimasak terlebih dahulu
Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum
Pastikan seluruh keluarga menggunakan jamban, mencuci tangan
dengan sabun dan air yang mengalir setelah buang air besar dan akan
makan.
Membuang tinja anak dalam jamban dan pembuangan tinja yang baik.
Imunisasi campak
14. Prognosis pasien ini, quo ad vitam dubia ad bonam karena tanda vital penderita
dalam batas normal namun pasien masih mengalami dehidrasi karena diarenya
yang dikhawatirkan bisa bertambah buruk dan mengancam jiwa, namun pada
pasien ini terlihat kecenderungan untuk membaik. Prognosis quo ad functionam
dubia ad bonam karena sudah ditemukan komplikasi diare berupa dehidrasi
ringan-sedang.