Disusun oleh :
Tjues Aryo Agung W. G6A 009 153
Pembimbing :
dr. Andry R. Winoto, Sp.OT
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. M
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 55 tahun
Alamat
: Penggung, Kendal
Pekerjaan
: Petani
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
: 6612060
Masalah Aktif
Fraktur regio
cruris sinistra 1/3
distal terbuka
grade IIIB
Tanggal
No
10-05-2011 1.
Masalah Pasif
Tanggal
Susp. Keratitis
10-05-2011
sawahika
2.
Susp. PV
10-05-2011
Tidak ada anggota keluarga yang sakit jantung, tekanan darah tinggi,
dan kencing manis.
B. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan fisik tanggal 10 Mei 2011, pukul 15.30 WIB di Bangsal A3.
Keadaan Umum : sadar, tenang, kaki kanan terpasang spalk dan terbalut kain
kassa.
Kesadaran
Tanda Vital
: Tekanan darah
Nadi
: 110/70 mmHg
: 72 x/menit isi dan tegangan cukup
2
Suhu
Kulit
Kepala
: mesosefal
Mata
Hidung
Telinga
: discharge (-)
Mulut
Tenggorok
Leher
Dada
Pulmo
Jantung
Pa
Pe
Au
: SD vesikuler, ST (-)
Pa
Abdomen
Extremitas
Sianosis
Pe
Au
Au
Pe
Pa
:
Superior
Inferior
Ka / Ki
-/-
Ka / Ki
- /3
Swelling
Akral
-/-/-
-/+
-/-
Dingin
Capillary
<2/<2
<2/<2
+/+
+/+
+/+
+ / + menurun
+/+
5/5
nyeri.
5 / Sulit dinilai karena
Refill
Pulsasi
arteri
Sensibilitas
Motorik :
- Gerak
- Kekuatan
nyeri
Terlihat UKK berupa bercak warna putih di pertengahan regio brachii
anterior, sisik (+), hipestesi (+)
C. STATUS LOKALIS
Regio cruris sinistra
Inspeksi
: tampak tulang (+), pus (+), darah (+), oedema (+), deformitas
(+), angulasi (+), pemendekan (+), exorotasi (-)
Palpasi
Movement : nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (+), ROM sulit dinilai
karena nyeri
IV. DIAGNOSA SEMENTARA
Fraktur regio cruris sinistra 1/3 distal terbuka grade IIIB
Dislokasi sendi thallocrural sinistra
Ip Tx
: Infus RL 20 tpm
Gentamicin 2 x 50 mg i.v
Cefazolin 3 x 1 gr i.v
Ketorolac 3x30 mg i.v
Ranitidin 3 x 30 mg i.v
Konsul bagian mata dan kulit kelamin
Pro FSE dan free flap
Ip Mx
Ip Ex
TINJAUAN PUSTAKA
A. MEKANISME TRAUMA
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang
rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.
Trauma yang
langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan, dan trauma tidak
langsung, trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur. Akibat
trauna bergantung pada jenis trauma, kekuatan, arahnya dan umur penderita.
B. KLASIFIKASI FRAKTUR
Klasifikasi fraktur dibagi menjadi:
1. Menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar.
- Fraktur tertutup
Fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
- Fraktur terbuka
Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada
kulit dan jaringan lunak.
2. Menurut etiologis
- Fraktur traumatik
Terjadi karena trauma yang tiba-tiba.
- Fraktur patologis
Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis
pada tulang maupun di luar tulang, misalnya tumor, infeksi atau
osteoporosis.
- Fraktur stres
Terjadi karena beben lama atau trauma ringan yang terus-menerus pada
suatu tempat tertentu, misalnya fraktur pada tulang tibia atau metatarsal
pada tentara atau olehragawan yang sering berlari atau baris-berbaris.
3. Menurut komplit tidaknya garis fraktur
- Fraktur komplit
Apabila garis patah yang melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang seperti yang terlihat pada foto.
- Fraktur tidak komplit
Hairline fracture
Greenstick fracture
Buckle fracture
popliteal adalah cedera serius yang mengancam ekstremitas bawah dan biasanya
sering terabaikan.
Nervus perineus communis menyilang di samping collum dari fibula. Saraf
ini rentan terhadap cedera dari patah collum fibula, tekanan splint, atau selama
perbaikan bedah. Hal ini dapat mengakibatkan drop foot dan kelainan sensibilitas.
Delayed union, nonunion, dan arthritis dapat terjadi. Di antara tulang panjang, tibia
adalah yang paling umum dari fraktur nonunion.
3. Diagnosis
- Anamnesis
Mekanisme trauma dan kejadian yang menyertainya meliputi waktu
terjadinya, jenisnya, berat ringan trauma, arah trauma dan posisi pasien atau
ekstremitas yang bersangkutan. Riwayat trauma atau patah tulang sebelumnya,
riwayat penyakit tulang, osteoporosis atau penyakit penyebab osteoporosis
sebelumnya. Penderita biasanya datang karena adanya nyeri, pembengkakan,
gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak dan krepitasi.
- Pemeriksaan Fisik
Lokalis:
Ditemukan tanda-tanda klinis patah tulang
Inspeksi:
Keadaan vaskularisasi
Palpasi:
Temperatur
Sensibilitas
Pergerakan:
2. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan radiologis dengan foto Roentgen.
Syarat pada pemeriksaan foto Roentgen:
4. Penatalaksanaan
Fraktur biasanya merupakan akibat dari suatu trauma. Oleh karena itu penting
untuk memeriksa jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), dan sirkulasi
(circulation). Bila tidak didapatkan permasalahan lagi baru lakukan anamnesis dan
pemariksaan fisik yang lengkap.
Penatalaksanaan fraktur:
1. Terapi konservatif:
a. Proteksi saja, missal mitela untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan
kedudukan baik
b. Imobilisasi saja tanpa reposisi, misal pemasangan gibs pada fraktur
incomplete dan fraktur dengan kedudukan baik
c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gibs, misalnya pada fraktur
suprakondiler, fraktur Smith, fraktur Colles. Reposisi dapat menggunakan
anestesi lokal atau umum.
2. Terapi operatif:
a. Reposisi terbuka, fiksasi interna
b. Reposisi tertutup dengan control radiologist diikuti fiksasi eksterna.
Shok hemoragi
Shok neurovaskular
Infeksi
Embolisasi
Deformitas permanen
6. Fraktur Terbuka
Klasifikasi :
I.
Luka bersih, panjang < 1 cm (biasanya luka dari dalam dengan cidera
Laserasi > 1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak ekstensif, skin flaps atau
Kerusakan jaringan lunak ekstensif seperti skin flaps, avulsi, dan cidera otot
dan saraf
IIIA. Kerusakan jaringan lunak ekstensif tapi penutupan tulang masih adekuat,
fraktur segmental dan luka tembak
IIIB.
10
REFERENSI
1.
2.
3.
Mark E Baratz, MD. Tibia and Fibula Fracture[online] 2010. [cited 10 Mei 2011].
Available from http://emedicine.medscape.com/article/826304-overview
11