Anda di halaman 1dari 29

RELIABILITAS

Oleh :

ABSORIN
NIM : 15709259013

Suatu tes dikatakan reliabel jika skor


tes yang diamati tersebut berkorelasi
tinggi dengan skor aslinya (Allen,
1979:
72).

Skor amatan dan skor murni dapat diperoleh


untuk setiap peserta tes dalam sebuah tes,
kuadrat dari korelasi skor amatan dan skor
murni
(
disebut
dengan
koefisien
reliabilitas dari tes tersebut

Reliabilitas bisa juga dinyatakan sebagai koefisien


korelasi antara skor amatan dalam dua tes paralel.

Disebut Tes Reliabilitas Jika dua tes


paralel memberikan populasi nilai
dan hasil nilai yang telah di
observasi memiliki korelasi tersebut
(disimbolkan
dengan X dan X
adalah skor amatan untuk dua tes
paralel)

Berikut ini enam cara alternatif dalam


menginterpretasikan koefisien reliabilitas.
= korelasi antara skor amatan pada tes - tes

paralel
= proporsi varians X yang dijelaskan dengan
hubungan linear X
=
=
=
=

Interpretasi 1
tes adalah korelasi antara skor amatan/skor observasi
Reliabilitas

pada suatu tes dengan skor observasi pada tes paralelnya.

Jika setiap peserta tes memperoleh skor amatan yang


sama, dan terdapat variansi pada setiap tes tersebut
maka tes tersebut mempunyai relibialitas yang
sempurna dengan koefisien reliabilitas sebesar =1.
Sebaliknya, jika skor amatan pada suatu tes tidak
berkorelasi sama sekali dengan skor amatan pada tes
paralelnya, maka kedua tes tersebut dikatakan tidak
reliabel dengan koefisien reliabilitas sebesar = 0.

Interpretasi 2
Interpretasi

standar untuk koefisien korelasi


Pearson. Besarnya kuadrat korelasi selalu dapat
dinyatakan sebagai proporsi variansi satu
variabel yang dapat dijelaskan oleh hubungan
linear dengan variabel lain. Jadi,
dapat
dipandang sebagai proporsi variansi suatu tes
yang dijelaskan oleh hubungan linearnya
dengan skor pada sebuah tes lain yang paralel
dengannya.

Interpretasi 3
= bahwa koefisien reliabilitas adalah perbandingan antara
variansi skor murni terhadap variansi skor amatan, atau proporsi
variansi skor amatan yang mengandung variansi skor murni

sehingga dan semua variansi amatan yang diperoleh peserta


tes satu dengan yang lain mencerminkan perbedaan skor murni
mereka dan bukan perbedaan yang disebabkan oleh faktor
faktor lain sebagai sumber error dalam pengukuran tersebut.
Jadi jika sehingga maka harus 0. Karena semua error harus 0
ketika =0. Jadi, ketika , pengukuran dibuat tanpa error. Ketika ,
maka terjadi error dalam pengukuran

Interpretasi 3
Ketika
, maka , yang artinya bahwa semua skor menggambarkan

error, dan oleh karena itu perbedaan antara skor amatan para peserta
tes menggambarkan error acak bukannya perbedaan skor murni.
Untuk tes dengan reliabilitas tes sempurna, sehingga dan semua
variansi amatan yang diperoleh peserta tes satu dengan yang lain
mencerminkan perbedaan skor murni mereka dan bukan perbedaan
yang disebabkan oleh faktor faktor lain sebagai sumber error dalam
pengukuran tersebut. Jadi jika sehingga maka harus 0. Karena semua
error harus 0 ketika =0. Jadi, ketika , pengukuran dibuat tanpa error.
Ketika , maka terjadi error dalam pengukuran.

Interpretasi 3
Ketika
, maka
, yang artinya bahwa semua skor

menggambarkan error, dan oleh karena itu perbedaan antara


skor amatan para peserta tes menggambarkan error acak
bukannya perbedaan skor murni.

Selama reliabilitas sebuah tes meningkat, variansi skor


error menjadi relatif lebih kecil. Ketika variansi error
relatif rendah, sebuah skor amatan peserta tes sangat
mendekati skor murninya. Bagaimanapun, ketika variansi
kesalahan relatif besar, skor amatan memberikan
estimasi yang kurang baik terhadap skor murninya.

Grafik berikut menggambarkan


hubungan tersebut.

Grafik 4.1. Pengaruh ukuran E2 pada


kesamaan dari T terhadap perolehan nilai X

Interpretasi 4

Koefisien
reliabilitas
merupakan
kuadrat korelasi antara skor amatan
dan skor murni.
Sebagai contoh, jika maka ; Jika
maka .

Hubungan ini diilustrasikan dalam grafik 4.2.


Bilamana 0 < <1, dapat dilihat bahwa , skor
amatan tes akan berkorelasi lebih tinggi
dengan skor murninya dari pada skor
amatan pada tes paralel.

Grafik 4.2. Hubungan antara

Interpretasi 5
, menyatakan bahwa koefisien reliabilitas adalah 1
dikurangi kuadrat korelasi antara skor amatan dengan
skor error. Idealnya, , tetapi hanya ketika Hubungan
antara diilustrasikan dalam grafik 4.3.

Grafik

4.3. Hubungan antara

Interpretasi 6
, mengaitkan reliabilitas dengan variansi skor error dan
variansi skor amatan. Sebagai gambaran awal, ketika
Derajat heterogenitas (variansi) dari skor amatan yang
diperoleh sekelompok peserta tes dapat mempunyai
pengaruh yang penting terhadap reliabilitas.

Metode untuk Mengestimasi Koefisien Reliabilitas


Tiga

metode umum
reliabilitas, adalah:

untuk

mengestimasi

koefisien

1.Tes/retes,
2.Bentuk Paralel, dan
3.Konsistensi Internal
Pada umumnya, masing masing dari 3 metode ini
menghasilkan estimasi berbeda pada .

1. Estimasi Reliabilitas Tes/Retes


Reliabilitas

tes/retes,
menghasilkan
sebuah estimasi reliabilitas, , yang
didasarkan
pada
pengujian
pada
peserta tes yang sama sebanyak dua
kali dengan instrumen tes yang sama
dan hasilnya dikorelasikan.

Estimasi reliabilitas tes/retes paling tepat untuk


sifat ukuran tes yang tidak rentan terhadap efek
bawaan dan stabil dalam rentang waktu yang
digunakan
Masalah paling penting dalam estimasi reliabilitas tes/retes ini
adalah efek bawaan tes.
Masalah kedua dari reliabilitas tes/retes adalah lamanya waktu
antara administrasi dua tes
Estimasi reliabilitas tes/retes didasarkan pada rancangan yang
benar dari korelasi hasil yang sederhana dua aturan dalam tes
yang sama

2. Estimasi Reliabilitas Bentuk


Paralel dan Bentuk Pengganti
Estimasi
reliabilitas bentuk paralelnya adalah korelasi , antara skor

amatan pada dua tes paralel. Pada prakteknya, biasanya tidak


mungkin ada dua tes yang benar benar paralel, dan bentuk tes
pengganti sering digunakan pada bentuk tes paralel
Korelasi antara skor amatan pada bentuk tes pengganti, , adalah
estimasi reliabilitas salah satu bentuk pengganti.
korelasi antara skor amatan pada bentuk pengganti akan
menghasilkan estimasi relibialitas tes yang baik, jika bentuk
penggantinya adalah paralel, atau jika skor amatannya adalah
fungsi linier dari skor tes paralel, dan jika efek bawaan dan
perubahan skor melebihi waktu yang tidak mempengaruhi korelasi.

3. Estimasi Reliabilitas Konsistensi


Internal
a. Belah Dua (Split Halves)
Estimasi reliabilitas dengan mengukur konsistensi
internal (internal consistency), dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen sekali saja, untuk menghindari
adanya tes ulang, kemudian dianalisis dengan teknik
tertentu. Jika bagian equivalent, koefisien dapat
digunakan untuk mengitung reliabilitas tes seluruhnya.
Jika bagian dari tes tersebut paralel, reliabilitas dari
keseluruhan tes menggunakan rumus SpearmanBrown

Tetapi jika skor tiap bagian variansinya tidak sama atau


ada indikasi lain bahwa tiap bagian itu tidak paralel,
koefisien dapat digunakan untuk mengestimasi
reliabilitas tes seluruhnya
Jadi jika bagian bagian tes tidak equivalen, koefisien
memberi batas bawah reliabilitas tes.

Keuntungan menggunakan estimasi


konsistensi internal
Hanya
satu
kali
melakukan
penghitungan. Tetapi tidak tepat jika
tesnya tidak dapat dibagi dalam
bagian yang paralel atau equivalen
atau ketika tes tidak memiliki item
item yang secara bebas dapat dipisah

Ada tiga metode untuk membentuk tes


belah dua.
Pertama, metode ganjil-genap, yaitu pembagian
menurut nomor (soal) ganjil dan nomor genap
Kedua, metode awal-akhir atau menurut urutan
adalah dengan pembagian menurut nomor urut
Ketiga, metode yang ketiga disebut matched
random subsets yang melibatkan beberapa
tahapan.

b. Kasus Umum (General Case)


Teknik untuk membagi tes dalam dua bagian
(ganjil/genap, awal/akhir, matched random subset)
dapat digeneralisasi untuk membagi tes lebih dari dua
komponen.
Jika tes dibagi dalam N komponen, maka rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut.

Jika masing masing komponen tes adalah item


dikotomi, persamaan 4.3 dapat dinyatakan dalam
bentuk khusus sebagai berikut.

Pesamaan 4.4 sering disebut sebagai Kuder


Richardson formula 20, disingkat KR 20,
karena merupakan formula ke 20 yang
dipresentasikan oleh Kuder dan
Richardson.

Metode lain untuk menghitung


reliabilitas tes adalah dengan
menggunakan rumus Spearman
Brown
X = skor amatan tes total untuk bentuk tes dari kombinasi N skor tes komponen paralel
Yi = komponen skor tes yaitu bagian dari X
= populasi reliabilitas X
= populasi reliabilitas dari beberapa Yi
N = nomor dari komponen yaitu kombinasi dari X

Gambar 4.5 mengilustrasikan pengaruh umum pada panjang


tes akan memiliki untuk tes dengan reliabilitas komponen,
dari 0,2; 0,4; 0,6 dan 0,8. serta mendemonstrasikan
peningkatan tes yang tidak reliabel secara relatif.

Membandingkan Metode Metode Estimasi


Reliabilitas

Untuk menentukan estimasi reliabilitas lebih baik


digunakan metode Tes/Retes, bentuk paralel/bentuk
pengganti karena kebanyakan metode konsistensi
internal tidak akurat
Jika komponen tes tersebut paralel Rumus Spearman
Brown sangat berguna untuk menentukan pengaruh
panjang tes terhadap reliabilitas

Standard Error of Mesurement


(SEM)
Standard

Error of Mesurement (SEM)


disimbolkan
dengan adalah standar deviasi dari skor eror untuk
peserta tes khusus dibawah tes independen yang
berulang ulang dengan tes yang sama atau paralel.
SEM dapat diestimasi dari standar deviasi skor amatan
dan estimasi reliabilitas dari sekelompok peserta tes
menggunakan rumus yaitu sebagai berikut

Anda mungkin juga menyukai