I14120009
I14120017
I14120022
I14120030
I14120148
I14134009
Asisten Praktikum
Hana Fitria N, M. Sc
Ajeng Agustianty Putri
M Fahmi Arsyada
Koordinator Mata Kuliah
Dr. Rimbawan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu zat gizi bahan pangan yang dikonsumsi dalam jumlah yang lebih banyak
dibandingkan komponen gizi lainnya adalah karbohidrat. Suatu bahan makanan dikatakan
memiliki nilai gizi karbohidrat yang tinggi apabila dapat diserap dan dimanfaat sebagai sumber
energi bagi sel-sel tubuh. Pati merupakan sumber utama karbohidrat dalam pangan yang terdiri
dari fraksi amilosa dan amilopektin. Komposisi amilosa dan amilopektin berbeda-beda dalam
pati berbagai bahan makanan. Amilopektin pada umumnya terdapat dalam jumlah
lebih besar, sedangkan sebagian besar pati mengandung antara 15% sampai 30%
amilosa (Almatsier 2004).
Pati adalah homopolimer glukosa yang dihubungkan oleh ikatan alfa-glikosidik. Enzim
pencernaan yang menghidrolisis pati akan memecah pati menjadi unit-unit yang lebih kecil
untuk diserap oleh sel-sel tubuh. Daya cerna pati ditentukan dengan banyaknya pati yang dapat
dihidrolisis menjadi komponen yang lebih sederhana dalam waktu tertentu (Jacobs & Delcour
1998). Pati dapat diklasifikasikan berdasarkan sifatnya bila diinkubasikan dengan enzim, yaitu
sebagai pati cepat dicerna, pati lambat dicerna, dan pati resisten. Pati cepat dicerna yaitu jenis pati
yang dapat dihidrolisis oleh enzim amilase menjadi molekul glukosa dalam waktu 20 menit. Pati
lambat dicerna yaitu jenis pati yang dapat dihidrolisis oleh enzim amilase menjadi glukosa
setelah dicerna selama 100 menit. Pati resisten merupakan fraksi pati atau produk degradasi pati
yang tidak terabsorbsi dalam usus halus individu yang sehat karena bersifat resisten terhadap
perlakuan hidrolisis oleh enzim alfa-amilase lengkap dan pullulanase secara in vitro
(Prangdimurti 2007).
Daya cerna pati merupakan kemampuan suatu enzim pemecah pati untuk
menghidrolisis pati menjadi unit-unit yang lebih kecil. Enzim pemecah pati dapat dibagi menjadi
dua golongan yaitu endo-amilase dan ekso-amilase. Enzim alfa-amilase termasuk kedalam
golongan endo-amilase yang bekerja memutus ikatan didalam molekul amilosa dan
amilopektin. Daya cerna pati dipengaruhi oleh proses pengolahan, interaki antar pengolahan dan
penyimpanan tetapi tidak dipengaruhi oleh lamanya penyimpanan (Tjokroadikoesoemo 1986).
Selain itu, daya cerna pati dipengaruhi oleh besar atau kecilnya kandungan tanin.
Tepung sagu dan aren merupakan jenis bahan pangan yang mengandung tanin, tanin yang
terkandung didalam sagu dan aren mampu menurunkan daya cerna pati. Daya cerna pati
dihitung sebagai persentase relatif terhadap pati murni (soluble starch). Pati murni
diasumsikan dapat dicerna dengan sempurna dalam saluran pencernaan. Oleh
karena itu, dalam penentuan daya cerna pati dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
menggunakan enzim atau menggunakan pereaksi (Prangdimurti 2007). Oleh karena itu, sebagai
mahasiswa ilmu gizi perlu menganalisis daya cerna pati dari beberapa jenis bahan pangan.
Tujuan
Praktikum penentuan daya cerna pati secara in vitro bertujuan untuk
mengetahui daya cerna pati dari beberapa jenis bahan pangan dengan
menggunakan enzim.
TINJAUAN PUSTAKA
Pati
Pati merupakan sumber utama karbohidrat dalam pangan. Pati merupakan
bentuk penting polisakarida yang tersimpan dalam jaringan tanaman, berupa
granula dalam kloroplas daun serta dalam amiloplas pada biji dan umbi. Monomer
dari pati adalah glukosa yang (1,4)-glikosidik, yaitu ikatan kimia yang berikatan
dengan ikatan menggabungkan 2 molekul monosakarida yang berikatan kovalen
terhadap sesamanya (Sajilata et al 2006). Pati merupakan zat tepung dari
karbohidrat dengan suatu polimer senyawa glukosa yang terdiri dari dua
komponen utama, yaitu amilosa dan amilopektin. Polimer linier dari D-glukosa
membentuk amilosa dengan 1,4-glukosa. Sedangkan polimer amilopektin adalah
terbentuk ikatan 1,4-glukosida dan membentuk cabang pada ikatandari ikatan
1,6-glukosida (Almatsier 2004).
Daya Cerna Pati
Daya cerna pati adalah tingkat kemudahan suatu jenis pati untuk dapat
dihidrolisis oleh enzim pemecah pati menjadi unit-unit yang lebih sederhana.
Daya cerna pati dihitung sebagai persentase relatif terhadap pati murni (soluble
starch). Pati murni diasumsikan dapat dicerna dengan sempurna dalam saluran
pencernaan. Daya cerna pati dipengaruhi oleh komposisi amilosa atau
amilopektin. Sampai saat ini masih terjadi perbedaan pendapat diantara ilmuwan
mengenai kecepatan pencernaan pati, hubungannya dengan kandungan amilosaamilopektin. Sebagian besar ilmuwan berpendapat bahwa amilosa dicerna lebih
lambat dibandingkan dengan amilopektin, karena amilosa merupakan polimer dari
gula sederhana dengan rantai lurus, tidak bercabang. Rantai yang lurus ini
menyusun ikatan amilosa yang solid sehingga tidak mudah tergelatinasi. Oleh
karena itu amilosa lebih sulit dicerna dibandingkan dengan amilopektin yang
merupakan polimer gula sederhana, bercabang dan struktur terbuka (Miller et al
1992; Foster-Powell et al 2002; Behall & Hallfrisch 2002).
Pati dalam Sampel
Pati murni adalah pati yang hanya terdiri dari komponen (fraksi) utama
pati, yaitu amilosa dan amilopektin. Pati murni dapat dicerna secara sempurna
oleh enzim amylase. Pati sagu merupakan pati yang diperoleh dari hasil ekstraksi
inti batang sagu (empulur batang). Pati sagu mengandung 27% (w/w) amilosa dan
73% (w/w) amilopektin. Pati jagung mengandung 28% (w/w) amilosa dan 72%
(w/w) amilopektin. Pati jagung berbentuk bulat (polihedral) dan granulanya
berukuran kurang lebih 15 m. Daya cerna pati murni (sebagai kontrol) adalah
100 %, daya cerna pati sagu adalah 97.4%, pati jagung (maizena) 95.8%, tepung
beras adalah 97.9%, tepung terigu 64.8%, dan hunkwe 99.8 %. Ketan merupakan
bahan pangan yang memiliki kandungan amilosa yang lebih tinggi dari beras
sehingga akan lebih sulit dicerna (Ramadhan 2009).
Metode In Vitro
Penentuan daya cerna pati secara in vitro relatif lebih mudah dibandingkan
analisis secara in vivo dimana pada analisis iin vivo pati biasanya sudah diubah
menjadi energi sehingga sulit untuk dianalisis daya cernanya. Prinsip penentuan
daya cerna pati secara in vitro dilakukan dengan memberikan perlakuan tertentu
agar pati dalam bahan pangan terhidrolisis oleh enzim -amilase menjadi unit-unit
yang lebih kecil (gula sederhana). Menurut Winarno (2002) hidrolisis enzim amilase pada amilosa melalui dua tahap. Tahap pertama yaitu degradasi amilosa
menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak. Tahap selanjutnya yaitu
pembentukan glukosa dan maltosa sebagai akhir secara tidak acak dan berjalan
lebih lambat.
Fungsi Pereaksi
Menentukan daya cerna pati secara in vitro adalah menggunakan bahanbahan yang mendukung dalam analisis ini. Larutan buffer Na-fosfat 0,1 M pH 7.0
ini adalah sebagai larutan penyangga dan menjaga pH agar tidak berubah
(konstan) (Apriyadi 2009). Enzim amilase untuk membantu proses
pemecahan/hidrolisis pati menjadi maltosa (Winarno 2004) dan diinkubasi lagi
selama 30 menit pada suhu 370C dengan maksud agar sesuai dengan suhu tubuh
manusia dan enzim bisa bekerja secara optimum untuk menghidrolisis pati
menjadi maltosa. Setelah selesai inkubasi, sebanyak 1 ml larutan diambil,
ditempatkan dalam tabung reaksi yang berbeda dan ditambahkan 2 ml perekasi
dinitrosalisilat sebagai indikator pembentukan warna dengan maltosa. DNS akan
dapat berikatan dengan maltosa yang dibebaskan dari hasil hidrolisis pati
membentuk kompleks senyawa berwarna orange merah sehingga memudahkan
saat pembacaan absorbansi (Sajilata dkk. 2006). Kemudian, larutan tersebut
dididihkan selama 10 menit pada suhu 1000C untuk mempercepat reaksi antara
maltosa yang dibebaskan dari hasil hidrolisis pati dengan DNS serta untuk
menghentikan aktivitas enzim yang menghidolisis pati. Adanya fungsi pereaksi
pada perlakuan diatas menyebabkan pati terhidrolisis oleh enzim -amilase
menjadi unit-unit yang lebih kecil (gula sederhana). Semakin tinggi daya cerna
suatu pati berarti semakin banyak pati yang dapat dihidrolisis dalam waktu
tertentu yang ditunjukkan oleh semakin banyaknya glukosa dan maltosa yang
dihasilkan (Setiawan 2006). Glukosa dan maltosa dapat bereaksi dengan pereaksi
asam dinitrosalisilat sehingga kadar keduanya dapat diukur secara
spektrofotometri.
Aplikasi Daya Cerna Pati Secara In Vitro Dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam kehidupan sehari-hari kita melakukan aktivitas. Untuk melakukan
aktivitas kita memerlukan energi. Energi yang diperlukan kita peroleh dari
makanan yang kita makan. Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga
kelompok utama senyawa kimia, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak namun
sebagian besar makanan terdiri atas karbohidrat, maka karbohidratlah yang
terutama merupakan sumber energi bagi tubuh (Schmidl dan Labuza 2000). Daya
cerna tubuh manusia terhadap karbohidrat bermacam-macam bergantung pada
sumbernya, yaitu bervariasi antara 90%98% . Aplikasi daya cerna pati secara in
vitro dalam kehidupan sehari-hari yaitu berperan sebagai cadangan energi.
Komposisi kandungan amilosa dan amilopektin dalam pati akan bervariasi dalam
produk pangan dimana produk pangan yang memiliki kandungan amilopektin
tinggi akan semakin mudah untuk dicerna (Almatsier 2001). Pati digunakan
sebagai bahan yang digunakan untuk dicerna dan memekatkan makanan cair
seperti sup, dan sebagainya dalam kehidupan sehari-hari.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 15 Oktober 2014
pukul 11.00-13.00 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Evaluasi
Nilai Zat Gizi Lantai 2, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Praktikum penentuan daya cerna pati in vitro menggunakan alat seperti
tabung reaksi, penangas air, pipet mohr, labu takar, neraca analitik,
spektrofotometer, kuvet, gelas piala, dan gegep kayu. Bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah aquades, tepung sagu, air destilata, buffer, alfaamilase, larutan maltosa, dan larutan dinitrosalisilat.
Prosedur Percobaan
A. Penentuan standar
Praktikum penentuan daya cerna pati in vitro dilakukan dalam beberapa
tahapan. Prosesnya dapat dituliskan sebagai berikut:
Volume larutan maltosa dihitung terlebih dahulu berdasarkan nilai standar
X
X
Larutan didinginkan
Larutan ditambahkan air aquades sebanyak 10 mL
Larutan dihomogen
Sampel didinginkan
Tabung reaksi A dan B ditambahkan air destilata sebanyak 1.5 mL dan buffer
sebanyak 2.5 mL
Tabung reaksi A ditambahkan buffer sebanyak 2.5 mL, sedangkan tabung reaksi B
ditambahkan larutan alfa-amilase sebanyak 2.5 mL
Tabung reaksi A2 dan B2 siap dibaca absorpsi pada panjang gelombang 520 nm
Gambar 2 Prosedur penentuan daya cerna pada sampel
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka.
Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Apriyadi, MS. 2009. Modifikasi Pati Garut (Marantha arundinacea L.) dengan
Perlakuan Hidrolisis Asam dan Siklus Pemanasan-Pendinginan untuk
Menghasilkan Pati Resisten Tipe 3. [Skripsi]. Bogor (ID): Fateta, Institut
Pertanian Bogor.
Behall, K.M. and J. Hallfrisch. 2002. Plasma glucoce and insulin reduction after
consumption of bread varying in amylose content. Eur J Clin Nutr. Vol 56
(9):913-920.
Bender D.A. dan Mayes P.A. 2003. Nutrition, Digestion, and Absorption. dalam
Harpers Ilustrated Biochemistry. New York: Mc Graw-Hill Inc.
Foster-Powell, .KF., S.H.A. Holt, and J.C.B. Miller. 2002. International Table of
Glycemic Index and Glycemic Load Values: 2002. Am J Clin Nutr. Vol 76:
5-56
Helferich W, Winter CK. 2001. Food Toxicology. Boca Raton: CRC Press.
Herawati H. 2011. Potensi pengembangan produk pati tahan cerna sebagai pangan
fungsional. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 30 (1): 1-9.
LAMPIRAN
Tabel 2 Absorbansi standar
Standar (mg/ml)
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
mL
0
0.25
0.50
0.75
1
1.25
1.5
Absorbansi
0.217
0.271
0.276
0.425
0.432
0.559
0.624
Linear (absorbansi)
0.2
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
Standar (mg/ml)
Absorbansi
A
B
0.472
0.55
0.542
0.828
0.522
0.585
0.251
0.924
0.543
0.888
0.257
0.547
Kadar (mg)
A
B
37.728
48.212
47.137
85.578
44.449
52.917
8.024
98.481
47.272
93.642
8.831
47.809
ContohPerhitungan
Menghitung Kadar Sampel
Sampel Sagu
y-b
x=
fp
a
( )
x=
12.5 7.5
( y-0.1913
)
0.6975
1
1
x=
12.5 7.5
( 0.585-0.1913
)
0.6975
1
1
x=52.917 mg
DC=
- 44.449
100%=2 1.7 24 %
( 52.917
47.809-8.831 )
Nama
NIM
1.
Sri Lusiawati
Indriani
I14120022
2.
Wittresna Julianty
I14120030
3.
Devieka Rhama
Dhanny
I14120009
4.
Syara Avia
Bilqisthy
I14120148
5.
Dwi Astuti
I14120017
Tri Oktiana
I14134009
Pembagian Kerja
Pendahuluan,
metodologi.
Tinjauan pustaka (Pati,
Daya Cerna Pati, Pati
dalam Sampel, Metode
In Vitro)
Tinjauan pustaka
(Fungsi Pereaksi,
aplikasi praktikum
dalam ilmu gizi)
Hasil dan pembahasan,
Hasil dan pembahasan,
lampiran.
Kesimpulan dan saran,
finishing.
Tanda
Tangan