Anda di halaman 1dari 38

Modul LJJ P2TB Bagi DPM

PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN


PP DAN PLDan PB IDI

TENTANG

Modul Ini

Di lndonesia, penyakit Tuberkulosis termasuk salah satu


prioritas nasional untuk program pengendalian penyakit
karena berdampak luas terhadap kualitas hidup dan
ekonomi, serta sering mengakibatkan kematian. Mulai
tahun 1995, Program Pengendalian TB mengadopsi
strategi DOTS atau Directly Observed Treatment
Shortcourse, yang direkomendasi oleh WHO
Penguatan Kebijakan Nasional Program Pengendalian
Tuberkulosis (P2TB) ditujukan untuk meningkatkan
komitmen daerah terhadap Program Pengendalian TB,
agar ada peningkatan mutu pelayanan, kemudahan
akses untuk penemuan dan pengobatan.
Modul Kebijakan Nasional P2TB, dimaksudkan untuk
memberikan wawasan dasar sehubungan dengan
rangkaian konsep dan kebijakan yang menjadi pedoman
dalam pelaksanaan Program Pengendalian Tuberkulosis
(TB).

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

Materi yang akan dibahas pada mudul ini adalah: Situasi TB


global dan nasional; strategi dan kegiatan P2TB; Peraturan

perundang terkait P2TB; Visi, Misi, Tujuan dan Target;


Strategi P2TB; Kebijakan Operasional P2TB dan terobosan
menuju Akses Universal P2TB

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

TUJUAN
Pembelajaran

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami
Kebijakan Nasional Program Pengendalian Tuberkulosis
(P2TB)

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan:
1. Situasi TB global dan nasional
2. Peraturan perundang terkait P2TB
3. Visi, Misi, Tujuan dan Target
4. Strategi dan Kegiatan P2TB
5. Kebijakan Operasional P2TB
6. Terobosan menuju Akses Universal P2TB (6 pilar)

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

POKOK
Materi
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Situasi TB global dan nasional


Peraturan perundang terkait P2TB
Visi, Misi, Tujuan dan Target
Strategi dan Kegiatan P2TB
Kebijakan Operasional P2TB
Terobosan menuju Akses Universal P2TB (6 pilar)

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

KEGIATAN
Belajar 1
SITUASI TB GLOBAL DAN
NASIONAL
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Setelah mempelajari materi ini, peserta dapat memahami
Situasi TB global dan nasional

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah mempelajari materi ini, peserta dapat menjelaskan
tentang:
1. Situasi TB global
2. Situasi TB nasional

Pokok Materi
1. Situasi TB global
2. Situasi TB nasional

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

URAIAN
Uraian materi di bawah ini adalah
penjabaran mengenai situasi TB
global dan nasional
1. Situasi TB Global
Pada tahun 1990-an, situasi TB didunia semakin
memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang
tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang
dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah TB besar
(high burden countries). Menyikapi hal tersebut, pada tahun
1993, WHO mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia
(global emergency).
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah
terinfeksi oleh Mycobacterium tuberkulosis. Pada tahun
1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta
kematian akibat TB diseluruh dunia.
Gambaran situasi keadaan TB secara global, dapat Anda
pelajari dari slide-slide di bawah ini:

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

Target yang ditetapkan akan dicapai tahun 2035 adalah


10/ 100k

2010

2020

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

2. Situasi TB Nasional (di Indonesia)


Hingga saat ini TB masih merupakan masalah utama
kesehatan masyarakat Indonesia, untuk memahami situasi
TB secara nasional, silahkan Anda cermati slide-slide di
bawah ini

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

Perkembangan TB secara nasional


a. Indonesia merupakan negara dengan pasien TB
terbanyak dan diperkirakan jumlah pasien TB sekitar
5,8 % dari total jumlah pasien TB di dunia;
b. Hasil Survei Prevalensi TB di Indonesia tahun 2004
sebagaimana diagram sebagai berikut:
100%
90%

Unreach
Population

80%

70%
Diagram
ini menunjukkan bahwa angka insidensi TB Others

60%

Lung Hosp

50%

PP

40%

PHC

30%

Pvt Hosp

Govt Hosp

20%
10%

0%
Jawa Bali

Kalimantan Papua

Sumatra Sulawesi

Hasil Survei menunjukkan angka insidensi BTA positif


secara nasional 110 per 100.000 penduduk. Secara
regional insidensi TB BTA positif di Indonesia
dikelompokkan dalam 3 wilayah yaitu:
1) Wilayah Sumatera angka insidensi TB adalah 160 per
100.000 penduduk;
2) Wilayah Jawa angka insidensi TB adalah 110 per
100.000 Penduduk;
3) Wilayah Indonesia Timur angka insidensi
TB
adalah 210 per 100.000 penduduk.

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

4) Khusus untuk Provinsi DIY dan Bali angka insidensi


TB adalah 64 per 100.000 penduduk.
c. Hasil Riskesdas 2007
Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007
menempatkan TB di urutan pertama penyakit menular
penyebab kematian baik di perkotaan maupun di
pedesaan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa penyakit TB
merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit
kardiovaskuler (stroke) pada semua kelompok usia, dan
nomor satu dari golongan penyakit infeksi.
d. Hasil Riskesda tahun 2010
Berdasarkan hasil laporan Riskesdas (2010), angka
kesakitan Tuberkulosis Paru terjadi hampir seluruh
wilayah Indonesia.
Prevalansi Tuberkulosis Paru pada tahun 2009 sampai
tahun 2010 sebanyak 725 per100.000 penduduk
berdasarkan hasil pemeriksaan dahak dan/atau foto
paru.
Upaya pengendalian TB secara umum dikatakan mengalami
kegagalan, sebab utama kegagalan tersebut antara lain:
a. Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan
antara lain mengakibatkan tidak terjaminnya
penyediaan obat, tidak dilakukan pemantauan, tidak
terstandarnya pencatatan pelaporan;
b. Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang
terakses oleh masyarakat);

10

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

c. Tidak memadainya tatalaksana pasien terutama pada


faskes swasta terrmasuk DPM mengakibatkan diagnosis,
paduan obat yang tidak terstandar dan kegagalan
menyembuhkan pasien yang diobati
Untuk mengatasi kegagalan tersebut di atas maka
pemerintah melakukan akselerasi P2TB, yang dapat Anda
pelajari dari slide berikut ini

11

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

SEKARANG
Saya Tahu

Ada 4 (empat) penyebab utama meningkatnya beban


masalah TB antara lain adalah:
1. Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat,
seperti pada negara negara yang sedang berkembang.
2. Kegagalan program TB selama ini. Hal ini diakibatkan
oleh:
a. Tidak memadainya komitmen politik dan
pendanaan
b. Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang
terakses oleh masyarakat, penemuan kasus
/diagnosis yang tidak stAndar, obat tidak terjamin
penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan,
pencatatan dan pelaporan yang stAndar, dan
sebagainya).
c. Tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan
paduan obat yang tidak stAndar, gagal
menyembuhkan kasus yang telah didiagnosis)
d. Salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas
BCG.
e. Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negaranegara yang mengalami krisis ekonomi atau
pergolakan masyarakat.

12

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

3. Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk


dunia dan perubahan struktur umur kependudukan.
4. Dampak pandemi HIV.
Saat pandemi HIV/AIDS di dunia menambah
permasalahan TB. Ko-infeksi dengan HIV akan
meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan. Pada
saat yang sama, kekebalan gAnda kuman TB terhadap
obat anti TB (multidrug resistance = MDR) semakin
menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil
disembuhkan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan
menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit
ditangani.
Ada 3 (tiga) sebab utama kegagalan tersebut antara lain:
1. Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan;
2. Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang
terakses oleh masyarakat);
3. Tidak memadainya tatalaksana pasien (diagnosis dan
paduan obat yang tidak terstandar, obat tidak terjamin
penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan, tidak
terstAndarnya pencatatan pelaporan dan kegagalan
menyembuhkan pasien yang diobati).

13

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

KEGIATAN
Belajar 2
PERATURAN PERUNDANGAN
TERKAIT P2TB
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Setelah mempelajari materi ini, peserta dapat memahami
Peraturan Perundangan Terkait P2TB

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah mempelajari materi ini, peserta dapat menjelaskan
tentang: Peraturan Perundangan Terkait P2TB

Pokok Materi
Peraturan Perundangan Terkait P2TB

14

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

URAIAN
Materi
Tujuan dari peraturan perundangan bagi Program
Pengendalian TB adalah untuk menjamin, mengatur,
memberikan petunjuk dan batasan bagi pengelola Program
Pengendalian TB dalam memberikan layanan kepada
masyarakat, memberikan kepastian hukum, memberikan
rasa aman, memberikan rasa takut dan efek jera pada para
pelanggar peraturan, serta memberikan keadilan bagi
seluruh warga negara.
Peraturan perundangan pada Program Pengendalian TB
adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun
2009 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 3495);
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun
2014 tentang Pemerintahan pusat, provinsi, dan
kabupaten/ kota

15

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

c. Peraturan Pemerintah RI Nomor 40 Tahun 1991


tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
(Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 49, tambahan
Lembaran Negara Nomor 3447);
d. Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia;
e. Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antar Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota;
f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/ Menkes/
Per/ VIIII/ 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan.
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 tahun 2013
tentang Pedoman Manajemen Terpadu Pengendalian
Tuberkolosis Resistan Obat
h. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/ MENKES/
SK/ V/ 2009 tanggal 13 Mei 2009 tentang Pedoman
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.

16

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

SEKARANG

Saya Tahu

Tujuan dari peraturan perundangan bagi Program


Pengendalian TB adalah untuk menjamin, mengatur,
memberikan petunjuk dan batasan bagi pengelola Program
Pengendalian TB dalam memberikan layanan kepada
masyarakat, memberikan kepastian hukum, memberikan
rasa aman, memberikan rasa takut dan efek jera pada para
pelanggar peraturan, serta memberikan keadilan bagi
seluruh warga negara

17

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

KEGIATAN
Belajar 3
VISI, MISI, TUJUAN, DAN
TARGET PENGENDALIAN TB
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Setelah mempelajari materi ini, peserta dapat
memahami Visi, Misi, Tujuan dan Target Program
Pengendalian TB

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah mempelajari materi ini, peserta dapat
menjelaskan tentang:
1. Visi;
2. Misi;
3. Tujuan;
4. Target

Pokok Materi
1.
2.
3.
4.

Visi;
Misi;
Tujuan;
Target

18

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

URAIAN

Materi

Mengapa DPM perlu mengetahui


tentang visi dan misi P2 TB?
DPM adalah salah satu pihak yang diharapkan berperan
serta aktif dalam mewujudkan visi dan misi P2TB, sehingga
DPM perlu memahami visi misi tersebut.
1. Visi
Visi Program Pengendalian TB adalah Menuju
Masyarakat Bebas Masalah TB, Sehat, Mandiri dan
Berkeadilan
2. Misi;
Misi Program Pengendalian TB sebagai berikut:
a. Meningkatkan
pemberdayaan
masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani dalam
pengendalian TB.
b. Menjamin ketersediaan pelayanan TB yang
paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.

19

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan


sumberdaya pengendalian TB.
d. Menciptakan tata kelola program TB yang baik.
3. Tujuan;
Tujuan Program Pengendalian TB adalah Menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4. Target
Target Program Nasional Pengendalian TB yang
ditetapkan dalam Rencana Pembangunan jangka
Mennengah Nasional (RPJMN) periode 2010 2014 dan
Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kesehatan
RI adalah:
a. Tercapainya penemuan pasien baru TB BTA positif
mencapai 90% dari perkiraan pasien baru TB BTA
positif harus ditemukan;
b. Menyembuhkan paling sedikit 88% dari semua
pasien baru TB BTA positif yang diobati.
Dengan tercapainya target ini diharapkan dapat
menurunkan tingkat prevalensi dan kematian akibat TB
hingga separuhnya pada tahun 2015 dibanding tahun
1990, sesuai tujuan millenium development goals (MDGs)
pada tahun 2015.

20

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

KEGIATAN
Belajar 4
STRATEGI DAN
KEGIATAN PROGRAM
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Setelah mempelajari materi
memahami
Strategi
dan
Pengendalian TB

ini, peserta dapat


Kegiatan
Program

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah mempelajari materi ini, peserta
menjelaskan
1. Strategi Program Pengendalian TB
2. Kegiatan Program Pengendalian TB

Pokok Materi
1. Strategi Program Pengendalian TB
2. Kegiatan Program Pengendalian TB

21

dapat

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

URAIAN

Materi

1. Strategi Program Pengendalian TB


Perkembangan strategi DOTS secara global dapat Anda
lihat pada slide di bawah ini:

22

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

23

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

Dari 7 strategi di atas hal penting yang perlu diperhatikan


oleh DPM adalah strategi: 1. Meningkatkan perluasan
pelyanan yang bermutu, 2. Menangani tantangan TB/ HIV,
MDR-TB, TB anak dan masyarakat miskin serta rentan
lainnya, dan 3. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan
pemerintah,
masyaraka,
dan
swasta,
mengikuti
International Standars for TB Care (ISTC)
Ada 7 (tujuh) strategi utama pengendalian TB yaitu:
1. Memperluas dan meningkatkan pelayanan ,DOTS yang
bermutu
2. Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan
kebutuhan masyarakat miskin serta rentan lainnya
3. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah, LSM,
dan swasta melalui pendekatan Public-Private Mix (PPM) dan
menjamin penerapan International Standards for TB Care
4. Memberdayakan masyarakat dan pasien TB

didukung dengan:
5. Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan,
termasuk pengembangan sumber daya manusia dan
manajemen program pengendalian TB
6. Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah
terhadap program pengendalian TB
7. Mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfaatan
informasi stratejik.

24

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

2. Kegiatan Program Pengendalian TB


Kegiatan Program Pengendalian TB meliputi :
a. Tatalakasana dan Pencegahan TB
1. Penemuan Kasus Tuberkulosis
2. Pengobatan Tuberkulosis
3. Pemantauan dan Hasil Pengobatan Tuberkulosis
4. Pengendalian Infeksi pada sarana layanan
5. Pencegahan Tuberkulosis
b. Manajemen Program TB
1. Perencanaan program Tuberkulosis
2. Monitoring dan Evaluasi Program Tuberkulosis
3. Manajemen Logistik Program Tuberkulosis
4. Pengembangan
Ketenagaan
Program
Tuberkulosis
5. Promosi program Tuberkulosis
c. Pengendalian TB komprehensif
1. Kemitraan dalam Pegendalian Tuberkulosis
2. Penguatan Layanan Laboratorium Tuberkulosis
3. Public Private Mix (pelibatan semua fasilitas
pelayanan kesehatan)
4. Kolaborasi kegiatan TB-HIV
5. Pendekatan praktis dalam kesehatan paru
6. Pemberdayaan Masyarakat dan Pasien TB
7. Kewaspadaan masalah MDR
8. Penelitian tuberkulosis

25

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

SEKARANG
Saya Tahu
Ada 5 (lima) Tatalakasana dan Pencegahan TB
1. Penemuan Kasus Tuberkulosis
2. Pengobatan Tuberkulosis
3. Pemantauan dan Hasil Pengobatan Tuberkulosis
4. Pengendalian Infeksi pada sarana layanan
5. Pencegahan Tuberkulosis
Ada 5 (lima) Manajemen Program TB
1. Perencanaan program Tuberkulosis
2. Monitoring dan Evaluasi Program Tuberkulosis
3. Manajemen Logistik Program Tuberkulosis
4. Pengembangan Ketenagaan Program Tuberkulosis
5. Promosi program Tuberkulosis
Ada 8 (delapan) Pengendalian TB komprehensif
1. Kemitraan dalam Pegendalian Tuberkulosis
2. Penguatan Layanan Laboratorium Tuberkulosis
3. Public Private Mix (pelibatan semua fasilitas
pelayanan kesehatan)
4. Kolaborasi kegiatan TB-HIV
5. Pendekatan praktis dalam kesehatan paru
6. Pemberdayaan Masyarakat dan Pasien TB
7. Kewaspadaan masalah MDR
8. Penelitian tuberkulosis

26

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

KEGIATAN
Belajar 5

KEBIJAKAN OPERASIONAL
PENGENDALIAN TB
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Setelah mempelajari materi ini, peserta dapat
memahami Kebijakan Operasional Pengendalian TB

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah mempelajari materi ini, peserta dapat
menjelaskan Kebijakan Operasional Pengendalian TB

Pokok Materi
Kebijakan Operasional Pengendalian TB

27

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

URAIAN
Materi

Dalam menatalaksana pasien TB, DPM harus mengikuti


perkembangan kebijakan nasional, agar dapat berperan
serta aktif
Untuk mencapai tujuan Program Pengendalian TB,
ditetapkan kebijakan operasional sebagai berikut:
1. Pengendalian TB di Indonesia dilaksanakan sesuai
dengan azas desentralisasi dalam kerangka otonomi
dengan Kabupaten/ kota sebagai titik berat manajemen
program, yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi serta menjamin ketersediaan
sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana).
2. Pengendalian TB dilaksanakan dengan menggunakan
strategi DOTS dan memperhatikan strategi Global Stop
TB partnership.
Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci:
a. Komitmen politis;
b. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin
mutunya;

28

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

c. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua


kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat,
termasuk pengawasan langsung pengobatan;
d. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu;
e. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu
memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan
pasien dan kinerja program secara keseluruhan.
Untuk menjamin keberhasilan pengendalian TB, kelima
komponen tersebut di atas harus dilaksanakan secara
bersamaan.
3. Penguatan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan
komitmen daerah terhadap Program Pengendalian TB.
4. Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya
ditujukan terhadap peningkatan mutu pelayanan,
kemudahan akses untuk penemuan dan pengobatan
sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya MDR-TB.
5. Penemuan dan pengobatan dalam rangka pengendalian
TB dilaksanakan oleh seluruh fasilitas kesehatan
(faskes), meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah
Balai/Klinik Pengobatan, Dokter Praktik Swasta (DPS)
dan fasilitas kesehatan lainnya.
6. Pengendalian TB dilaksanakan melalui penggalangan
kerja sama dan kemitraan diantara sektor pemerintah,
non pemerintah, swasta dan masyarakat dalam wujud
Gerakan Terpadu Nasional Pengendalian TB (Gerdunas
TB).

29

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

7. Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai


tingkat pelayanan ditujukan untuk peningkatan mutu
dan akses layanan.
8. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk pengendalian TB
diberikan secara cuma-cuma dan dikelola dengan
manajemen logistk yang efektif demi menjamin
ketersediaannya.
9. Ketersediaan tenaga yang kompeten dalam jumlah yang
memadai untuk meningkatkan dan mempertahankan
kinerja program.
10. Pengendalian TB lebih diprioritaskan kepada kelompok
miskin dan kelompok rentan lainnya terhadap TB.
11. Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat
dan pekerjaannya.
12. Memperhatikan komitmen internasional yang termuat
dalam MDGs.
Dari beberapa kebijakan di atas yang perlu diperhatikan
adalah kebijakan tentang 5 komponen strategi DOTS
karena terkait dengan tugas DPM dalam memberikan
pelayanan pada pasien TB sesuai Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran untuk (PNPK) TB

30

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

SEKARANG
Saya Tahu

Ada lima (5) komponen Strategi DOTS yaitu:


1. Komitmen politis;
2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin
mutunya;
3. Pengobatan jangka pendek yang stAndar bagi semua
kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat,
termasuk pengawasan langsung pengobatan;
4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu;
5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu
memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan
pasien dan kinerja program secara keseluruhan.
Dalam tata laksana pasien TB, DPM harus berpedoman
pada PNPK TB

31

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

KEGIATAN
Belajar 6

TEROBOSAN MENUJU AKSES


UNIVERSAL
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Setelah mempelajari materi ini, peserta dapat
memahami terobosan menuju akses universal P2TB

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah mempelajari materi ini, peserta dapat
menjelaskan terobosan menuju akses universal P2TB

Pokok Materi
Terobosan menuju akses universal P2TB

32

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

URAIAN
Materi
Millenium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi
Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan
dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang
mulai dijalankan pada September 2000, telah menjadi
referensi penting pembangunan di Indonesia, mulai dari
tahap perencanaan seperti yang tercantum pada Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah
(RPJM)
hingga
pelaksanaannya. Walaupun mengalamai kendala, namun
pemerintah memiliki komitmen untuk mencapai tujuantujuan ini dan dibutuhkan kerja keras serta kerjasama
dengan seluruh pihak, termasuk masyarakat madani, pihak
swasta, dan lembaga donor.
Tujuan Pembangunan Milenium berupa delapan butir
tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Delapan (8) tujuan
pembangunan dalam Milenium ini (MDG), sebagai satu
paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan
pengentasan kemiskinan. Pencapaian target global TB
tertuang di Indikator ke 6 MDGs yaitu memerangi
HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya. TB

33

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

menjadi lebih menantang sehubungan dengan munculnya


isu-isu Public-Private Mix (PPM), HIV/AIDS, TB-MDR, TB
Anak, Penguatan Laboratorium dan lain-lain.
Pengendalian TB dengan strategi DOTS di Indonesia
dilaksanakan sesuai azas desentralisasi Kabupaten/Kota
sebagai titik berat manajemen program dalam kerangka
kerja otonomi yang meliputi persencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi serta menjamin ketersediaan
sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana).
Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan
terhadap peningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses
untuk penemuan dan pengobatan sehingga mampu
memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi obat TB. Layanan TB yang tidak standar tidak
akan menyembuhkan pasien TB, tetapi kemungkinan akan
memicu terjadinya TBMDR/XDR.
Hampir seluruh provinsi di Indonesia, pelaksanaan DOTS
pada layanan publik telah menunjukkan keberhasilannya
dan menunjukkan peningkatan yang cepat dalam kegiatan
program TB sejak tahun 2004. Tetapi Universal akses
terhadap layanan TB yang berkualitas tidak mungkin
tercapai tanpa adanya upaya sistimatis untuk melibataktifkan peran all care providers atau seluruh penyedia
layanan keseluruhan untuk memastikan pasien TB

34

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

didiagnosis yang benar, pengobatan dengan regimen yang


benar, kepatuhan dan ketuntasan pengobatan TB,
terlaporkan/ternotifikasi kedalam sistim surveilans.
Telah dibangun jejaring Public Private Mix (PPM) TB
dengan melibatkan Rumah Sakit, Dokter Praktik Mandiri
(DPM), Lapas/ Rutan, di tempat kerja/ industri dengan
skema pelibatan asuransi kesehatan, Ikatan Apoteker
Indonesia untuk pelibatan Apotik swasta, Direktorat BPPM
dan Sarana kesehatan/ Ikatan Laboratorium Klinik
Indonesia untuk proses pelibatan laboratorium swasta,
Kementerian Pertahanan dan Pusat Kedokteran POLRI agar
mampu
melaksanakan
kewajiban
kesehatan
masyarakatnya dalam melaksanakan layanan TB yang
berkualitas hampir di seluruh provinsi, dengan tujuan
utama untuk memproteksi agar masyarakat yang
terdampak TB memperoleh akses layanan TB berkualitas
yang menjamin kesembuhan.
Keterlibatan rumah sakit dalam program TB semakin
meningkat, termasuk pemberian dukungan melalui
Akreditasi RS baru/ Nasional dengan pengembangan
standar Internasional dengan mengadopsi 14 standar Joint
Commission International ditambah Sasaran III MDGs yang
menjadi prioritas RPJMN yaitu Penurunan angka kesakitan
TB yang akan berlaku mulai 2012.

35

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

Standar Internasional untuk Pelayanan TB yaitu ISTC


(International Standard for Tuberculosis Care) dengan 21
standar, oleh Ikatan Dokter Indonesia dijadikan sebagai
standar layanan TB di Dokter Praktik Mandiri (DPM)
sehingga akan menutup kran terjadinya TB-MDR/XDR.
Pengendalian TB di Indonesia mengenal 6 (enam) pilar
Public Private Mix (PPM) untuk optimalisasi pencapian
target global pengendalian TB dengan pelibatan mitra
potensial terkait TB. Melalui ke enam pilar ini, akses
universal yang berkualitas bagi semua pasien TB akan lebih
mudah dilaksanakan. Ke enam pilar tersebut digambarkan
sebagai berikut:

36

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

Penjelasan 6 pilar PPM TB di Indonesia:


1. Pelayanan DOTS dasar di Puskesmas
Penguatan sistem surveilans dan Management
Information for Action (MIFA)
Peningkatan kualitas pelayanan
Meningkatkan cakupan TB-HIV
Menjangkau masyarakat di wilayah Daerah
Tertinggal dan (DTPK)
Meningkatkan rujukan ke layanan DOTS berkualitas
2. Pelayanan DOTS di RSU/ RS swasta
Akreditasi rumah sakit: penerapan SPM-RS TB DOTS
dan mekanisme referral ke layanan DOTS
berkualitas
3. Pelayanan DOTS oleh Dokter Praktik Mandiri (DPM)
dan Spesialis
Penerapan International Standard for TB Care (ISTC)
4. Diagnosis TB yang berkualitas
Penguatan jejaring laboratorium
Quality Assurance (QA) untuk Laboratorium
pemerintah dan swasta
5. Obat Anti TB (OAT) dan penggunaannya secara rasional
Penegakan Hukum
Prakualifikasi WHO untuk OAT
One gate policy
Standard Operasional Procedure (SOP) Pengelolan
logistic\k OAT dan uji kualitas OAT
Regulasi penggunaan OAT di pasaran
Pelayanan farmasi TB dan pengawasan penggunaan
obat rasional

37

Modul LJJ P2TB Bagi DPM


PUSDIKLAT APARATUR-BPPSDMK Bekerjasama dengan DIREKTORAT P2ML DITJEN
PP DAN PLDan PB IDI

6. Penguatan sistem komunitas


Sebagai advocator
Peningkatan awareness masyarakat
Mobilisasi social, identifikasi terduga TB, demand
creation dan pelayanan TB di daerah spesifik

SEKARANG
Saya Tahu

Dari enam (6) pilar program pengendalian TB yang terkait


dengan DPM adalah pilar 3 yaitu Pelayanan DOTS oleh
Dokter Praktik Mandiri (DPM) dan Spesialis

38

Anda mungkin juga menyukai