Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Jamur (fungi) perlu dipelajari mengingat diversitasnya sangat tinggi sehingga
diharapkan mampu dieksplorasi potensinya. Diversitas fungi di alam sangat tinggi dan
menempati urutan ke-2 setelah serangga (insekta). Jumlah spesies jamur yang sudah
diketahui sampai saat ini kurang lebih 69.000 dari perkiraan 1.500.000 spesies yang ada di
dunia dan di Indonesia kurang lebih 200.000.
Peranan fungi bagi kehidupan manusia sangat besar. Salah satunya dalam dunia
kedokteran atau kesehatan, fungi dapat berperan positif maupun negatif. Jamur membuat
kontribusi luar biasa penting untuk mengelola penyakit pada manusia dan hewan lainnya.
Pada awal abad ke-21, Jamur terlibat dalam industri pengolahan lebih dari 10 dari 20
produk yang paling menguntungkan digunakan dalam pengobatan manusia.
Dua statin anti-kolesterol, antibiotik penisilin dan imunosupresan siklosporin A
adalah salah satu sepuluh teratas. Penemuan dan penelitian akan obat dalam dunia
kedokteran terus berlanjut, berikut ini baru saja penemuan baru disetujui untuk digunakan
manusia: Micafungin merupakan agen antijamur; mycophenolate digunakan untuk
mencegah penolakan jaringan; rosuvastatin digunakan untuk mengurangi kolesterol; dan
Cefditoren sebagai antibiotik.
Sedangkan aspek negatifnya yaitu fungi dapat menyebabkan berbagai macam
penyakit dan racun. Mikotoksin adalah racun yang dihasilkan oleh fungi. Sedangkan
mikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Oleh karena itu makalah ini dibuat
untuk mengetahui secara luas peran dari jamur (fungi) dalam bidang kedokteran khuusnya
kesehatan

I.2 Rumusan Maslah


1.
2.
3.
4.

Apa sajakah jenis fungi yang berperan positif dalam dunia kedokteran?
Bagaimanakah peranan fungi yang positif bagi dunia kedokteran?
Apa sajakah jenis fungi yang berperan negatif dalam dunia kedokteran?
Bagaimanakah peranan fungi yang negative dalam dunia kedokteran?

I.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.

Untuk mengetahui jenis jenis fungi yang berperan positif dalam dunia kedokteran
Untuk mengetahui peranan fungi yang positif dalam dunia kedokterna
Untuk mengetahui jenis jenis fungi yang berperan negatif dalam dunia kedokteran
Untuk mengetahui peranan fungi yang negative dalam dunia kedokteran

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Antibiotik dari Fungi


II.1.1 Penisilin
Antibiotik didefinisikan sebagai suatu senyawa yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri.Salah satu jenis asntibiotik adalah penisilin. Penisilin
merupakan kelompok antibiotik yang ditandai oleh adanya cincin -laktam dan diproduksi
oleh beberapa jamur (eukariot) yang terdiri dari genus Penicillium dan Aspergillus, serta
oleh beberapa prokariot tertentu.
Penisilin diproduksi oleh berapa jenis jamur, seperti jamur Penicillium notatum,
Penicillium chrysogenum, serta beberapa jenis jamur yang tergolong di dalam genus
Streptomyces. Penicillium chrysogenum merupakan salah satu mikroorganisme yang
penting di bidang industri, khususnya untuk menghasilkan penisilin yang merupakan salah
satu antibiotik komersial (Pyatkin, 1967; Brakhage, 1998). Berikut struktur dari senyawa
penisilin

Menurut Waluyo (2004), sifat-sifat yang harus dimiliki oleh penisilin adalah sebagai
berikut:
1. Menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak inang (host).
2. Bersifat bakteriosidal dan bukan bakteriostatik.
3. Tidak menyebabkan resistensi pada kuman.

4. Berspektrum luas, yaitu dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram-positif dan


bakteri Gram-negatif.
5. Tidak bersifat alergenik atau menimbulkan efek samping bila digunakan dalam
jangka waktu yang lama.
6. Tetap aktif di dalam plasma, cairan badan, atau eksudat.
7. Larut di dalam air dan bersifat stabil.
8. Bacteriosidal level, di dalam tubuh cepat dicapai dan dapat bertahan untuk
waktu yang lama.
Penicillium chrysogenum merupakan penisilin G yang labil terhadap kondisi asam.
Menurut Volk dan Wheeler (1993), mekanisme kerja penisilin adalah dengan mengganggu
sintesis dinding sel, khususnya ketika proses transpeptidasi pada sintesis peptidoglikan
dinding sel. Pada proses ini, penisilin memiliki struktur yang sama dengan struktur Dalanil-D-alanin terminal pada peptidoglikan, sehingga enzim transpeptidase bereaksi
dengan penisilin. Hal ini membuat struktur peptidoglikan yang dibentuk menjadi tidak
sempurna dan melemahkan kekuatan dinding sel pada bakteri.
Penicillium chrysogenum merupakan jamur yang sangat penting di dalam industri
fermentasi untuk menghasilkan penisilin. Klasifikasi dari Penicillium chrysogenum adalah
sebagai berikut:
Kerajaan

: Fungi

Filum

: Ascomycota

Kelas

: Eurotiomycetes

Bangsa

: Eurotiales

Suku

: Trichocomaceae

Marga

: Penicillium

Spesies

: Penicillium chrysogenum

Ciri-ciri spesifik Penicillium adalah hifa bersekat atau bersepta, miselium bercabang,
biasanya tidak berwarna, konidiofora bersekat dan muncul di atas permukaan, berasal dari
hifa di bawah permukaan, bercabang atau tidak barcabang, kepala yang membawa spora
berbentuk seperti sapu dengan sterigmata muncul di dalam kelompok, konidium membetuk
rantai karena muncul satu per satu dari sterigmata. Konidium pada waktu masih muda

berwarna hijau, kemudian berubah menjadi kebiruan atau kecoklatan . Koloni Penicillium
chrysogenum tumbuh baik pada medium Czapeks Dox, berdiameter sekitar 4 cm dalam
waktu 10 hari pada suhu 25 oC, memiliki permukaan seperti kapas, dan berwarna hijau
kekuningan atau hijau agak biru pucat, jika telah tua akan berwarna semakin gelap (Gandjar
dkk., 1999). Penicillium chrysogenum bersifat mesofilik, tumbuh pada suhu yang minimum
pada suhu 4 oC, optimum pada suhu 23 oC, dan maksimum pada suhu 37 oC. Derajat
keasaman (pH) optimum untuk pertumbuhan Penicillium chrysogenum antara 4-6.

Gambar 2.2 Koloni Penicillium chrysogenum

Gambar 2.3 Individu Penicillium chrysogenum


Proses fermentasi penisilin didahului oleh tahapan seleksi strain Penicillium
chrysogenum pada media agar di laboratorium dan perbanyakan pada tangki seeding.
Penicillium chrysogenum yang dihasilkan secara teoritis dapat mencapai konversi yield
maksimum sebesar 13 29 %.
Media fermentasi diumpankan ke dalam fermentol pada suasana asam (pH 5,5). Proses
fermentasi ini diawali dengan sterilisasi media fermentasi melalui pemanasan dengan steam
bertekanan sebesar 15 lb (120 0C) selama jam. Sterilisasi ini dilanjutkan dengan proses

pendinginan fermentol dengan air pendingin yang masuk ke dalam fermentol melalui coil
pendingin.
Saat temperatur mencapai 75oF (24 oC), media ini diinokulasi pada kondisi aseptic
dengan mengumpankan spora-spora kapang Penicillium chrysogenum. Selama proses
fermentasi berlangsung dilakukan pengadukan, sementara udara steril dihembuskan melalui
sparger kedalam fermentol. Proses fermentasi ini akan berlangsung secara batch terumpani
selama 100 150 jam dengan tekanan operasi 5 15 psig. Temperatur operasi dijaga
konstan selama fermentasi penisilin berlangsung dengan cara mensirkulasikan air
pendingin melalui coil.
Ketika penisilin ini dihasilkan jumlahnya telah maksimum, maka cairan hasil
fermentasi tersebut didinginkan hingga 28 oF (2 oC), dan diumpankan kedalam rotary
vacum filter untuk memisahkan miselia dan penisilin. Miselia akan dibuang, sehingga
diperoleh filtrat berupa cairan jernih yang mengandung penisilin. Untuk mendapatkan
penisilin yang siap dikomsumsi, maka tahapan dilanjutkan dengan proses ekstraksi dan
kristalisasi.
II.1.2 Sefalosporin
Sefalosporin berasal dari fungus Cephalosporium acremonium. Inti dasar sefalosporin
C ialah asam 7-amino-sefalosporanat (7-ACA: 7-aminocephalosporanic acid) yang
merupakan kompleks cincin dihidrotiazin dan cincin betalaktam. Sefalosporin C (CPC)
merupakan cikal bakal utama antibiotik sefalosporin semisintetik, yang secara alami
diproduksi

dalam

bentuk

metabolit

sekunder

di

Acremonium

sp.

(Kelompok

Deuteromycetes). Setelah biosintesis media fermentasi optimal, CPC diperoleh kembali dan
dikonversi ke berbagai potensial

obat-obatan antibiotic sefalosporin. Berikut struktur

bangun sefalosporin

Gambar 2.4 Rumus Bangus Sefalosporin

Sefalosporin dibagi menjadi 4 generasi berdasarkan aktivitas antimikrobanya yang


secara tidak langsung juga sesuai dengan urutan masa pembuatannya.
1. Sefalosporin generasi pertama
Secara in vitro memperlihatkan spektrum antimikroba yang terutama efektif
terhadap kuman gram positif. Golongan ini efektif terhadap sebagian besar Staphylacoccus
aureus dan Streptococcus termasuk Str. pyrogenes, Str. viridans, dan Str. pneumonia.
Bakteri gram positif yang juga sensitif ialah Clostridium perfringens, Listeria
monocytogenes dan Corynebacterium diphteriae. Aktivitas antimikroba hanya sefalotin
sedikit lebih aktif terhadap S. aureus. Mikroba yang resisten ialah strain S. aureus resisten
metisilin, S. epidermidis dan Str. Faecalis.
2. Sefalosporin generasi kedua
Golongan ini kurang aktif terhadap bakteri gram positif dibandingkan dengan
generasi pertama, tetapi lebih aktif terhadap gram negatif. Misalnya: H. Influenzae, Pr.
mirabilis, E. coli dan Klebsiella. Golongan ini tidak efektif terhadap Ps. Aeruginosa dan
enterokokus. Untuk infeksi saluran empedu golongan ini tidak dianjurkan karena
dikhawatirkan enterokokus termasuk salah satu penyebab infeksi. Sefoksitin aktif terhadap
kuman anaerob.
3. Sefalosporin generasi ketiga
Golongan ini umunya kurang efektif dibandingkan dengan generasi pertama
terhadap kokus gram positif, tetapi jauh lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae, termasuk
strain penghasil penisilinase. Di antara sediaan golongan ini ada yang aktif terhadap P.
aeruginosa.
4. Sefalosporin generasi keempat
Antibiotika golongan ini (misalnya sefepim, sefpirom) mempunyai spektrum
aktivitas lebih luas dari generasi ketiga dan lebih stabil terhadap hidrolisis oleh beta
laktamase. Antibiotika tersebut dapat berguna untuk mengatasi infeksi kuman yang resisten
terhadap generasi ketiga.

II.1.3 Griseofulvin
Griseofulvin adalah sebuah non toksik obat anti jamur antimitotik yang berasal dari
beberapa spesies Penicillium salah satunya Penicillium griseofulvum, telah digunakan
selama bertahun-tahun untuk pengobatan Tinea capitis (kurap) dan infeksi dermatofit
lainnya. mekanisme kerjanya telah diduga melibatkan penghambatan selektif mitosis sel
jamur yang berasosiasi dengan akumulasi dalam lapisan keratin epidermis. Studi awal
menunjukkan bahwa griseofulvin menghambat mitosis pada jamur sensitif dengan cara
menyerupai tindakan colchicine dan obat antimitotik lain yang bertindak dalam sel mamalia
dengan mengganggu spindle mikrotubulus fungsi (MT), meskipun mekanisme yang tepat
kerjanya di jamur sensitif masih belum jelas. Efek antiproliferatif dan antimitotik dari
griseofulvin dalam sel mamalia yang sangat lemah, dengan penghambatan membutuhkan
konsentrasi mikromolar tinggi

Anda mungkin juga menyukai