PENDAHULUAN
Apa sajakah jenis fungi yang berperan positif dalam dunia kedokteran?
Bagaimanakah peranan fungi yang positif bagi dunia kedokteran?
Apa sajakah jenis fungi yang berperan negatif dalam dunia kedokteran?
Bagaimanakah peranan fungi yang negative dalam dunia kedokteran?
I.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.
Untuk mengetahui jenis jenis fungi yang berperan positif dalam dunia kedokteran
Untuk mengetahui peranan fungi yang positif dalam dunia kedokterna
Untuk mengetahui jenis jenis fungi yang berperan negatif dalam dunia kedokteran
Untuk mengetahui peranan fungi yang negative dalam dunia kedokteran
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Waluyo (2004), sifat-sifat yang harus dimiliki oleh penisilin adalah sebagai
berikut:
1. Menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak inang (host).
2. Bersifat bakteriosidal dan bukan bakteriostatik.
3. Tidak menyebabkan resistensi pada kuman.
: Fungi
Filum
: Ascomycota
Kelas
: Eurotiomycetes
Bangsa
: Eurotiales
Suku
: Trichocomaceae
Marga
: Penicillium
Spesies
: Penicillium chrysogenum
Ciri-ciri spesifik Penicillium adalah hifa bersekat atau bersepta, miselium bercabang,
biasanya tidak berwarna, konidiofora bersekat dan muncul di atas permukaan, berasal dari
hifa di bawah permukaan, bercabang atau tidak barcabang, kepala yang membawa spora
berbentuk seperti sapu dengan sterigmata muncul di dalam kelompok, konidium membetuk
rantai karena muncul satu per satu dari sterigmata. Konidium pada waktu masih muda
berwarna hijau, kemudian berubah menjadi kebiruan atau kecoklatan . Koloni Penicillium
chrysogenum tumbuh baik pada medium Czapeks Dox, berdiameter sekitar 4 cm dalam
waktu 10 hari pada suhu 25 oC, memiliki permukaan seperti kapas, dan berwarna hijau
kekuningan atau hijau agak biru pucat, jika telah tua akan berwarna semakin gelap (Gandjar
dkk., 1999). Penicillium chrysogenum bersifat mesofilik, tumbuh pada suhu yang minimum
pada suhu 4 oC, optimum pada suhu 23 oC, dan maksimum pada suhu 37 oC. Derajat
keasaman (pH) optimum untuk pertumbuhan Penicillium chrysogenum antara 4-6.
pendinginan fermentol dengan air pendingin yang masuk ke dalam fermentol melalui coil
pendingin.
Saat temperatur mencapai 75oF (24 oC), media ini diinokulasi pada kondisi aseptic
dengan mengumpankan spora-spora kapang Penicillium chrysogenum. Selama proses
fermentasi berlangsung dilakukan pengadukan, sementara udara steril dihembuskan melalui
sparger kedalam fermentol. Proses fermentasi ini akan berlangsung secara batch terumpani
selama 100 150 jam dengan tekanan operasi 5 15 psig. Temperatur operasi dijaga
konstan selama fermentasi penisilin berlangsung dengan cara mensirkulasikan air
pendingin melalui coil.
Ketika penisilin ini dihasilkan jumlahnya telah maksimum, maka cairan hasil
fermentasi tersebut didinginkan hingga 28 oF (2 oC), dan diumpankan kedalam rotary
vacum filter untuk memisahkan miselia dan penisilin. Miselia akan dibuang, sehingga
diperoleh filtrat berupa cairan jernih yang mengandung penisilin. Untuk mendapatkan
penisilin yang siap dikomsumsi, maka tahapan dilanjutkan dengan proses ekstraksi dan
kristalisasi.
II.1.2 Sefalosporin
Sefalosporin berasal dari fungus Cephalosporium acremonium. Inti dasar sefalosporin
C ialah asam 7-amino-sefalosporanat (7-ACA: 7-aminocephalosporanic acid) yang
merupakan kompleks cincin dihidrotiazin dan cincin betalaktam. Sefalosporin C (CPC)
merupakan cikal bakal utama antibiotik sefalosporin semisintetik, yang secara alami
diproduksi
dalam
bentuk
metabolit
sekunder
di
Acremonium
sp.
(Kelompok
Deuteromycetes). Setelah biosintesis media fermentasi optimal, CPC diperoleh kembali dan
dikonversi ke berbagai potensial
bangun sefalosporin
II.1.3 Griseofulvin
Griseofulvin adalah sebuah non toksik obat anti jamur antimitotik yang berasal dari
beberapa spesies Penicillium salah satunya Penicillium griseofulvum, telah digunakan
selama bertahun-tahun untuk pengobatan Tinea capitis (kurap) dan infeksi dermatofit
lainnya. mekanisme kerjanya telah diduga melibatkan penghambatan selektif mitosis sel
jamur yang berasosiasi dengan akumulasi dalam lapisan keratin epidermis. Studi awal
menunjukkan bahwa griseofulvin menghambat mitosis pada jamur sensitif dengan cara
menyerupai tindakan colchicine dan obat antimitotik lain yang bertindak dalam sel mamalia
dengan mengganggu spindle mikrotubulus fungsi (MT), meskipun mekanisme yang tepat
kerjanya di jamur sensitif masih belum jelas. Efek antiproliferatif dan antimitotik dari
griseofulvin dalam sel mamalia yang sangat lemah, dengan penghambatan membutuhkan
konsentrasi mikromolar tinggi