Anda di halaman 1dari 3

TUGAS KOMUNIKASI, INFORMASI dan EDUKASI

FARMASI V B
ANGGOTA KELOMPOK:
UHTI MUTAWAFI

(1308010032)

FARAH DYAH LATIFAH

(1308010034)

DWI NOVIANA RAHMAWATI

(1308010038)

1. Informasi apa saja yang harus ditanyakan oleh seorang Apoteker dalam pelayanan kepada
pasien?
2. Informasi apa saja yang harus disampaikan oleh seorang Apoteker?
Mencakup:
a. Swamedikasi
b. Pelayanan resep
c. Konseling
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang
mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya
berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Pelayanan Kefarmasian
(Pharmaceutical Care) adalah suatu tanggung jawab profesi dari tenaga farmasi untuk
mengoptimalkan terapi dengan cara mencegah dan memecahkan masalah terkait obat (Drug
Related Problems) (Depkes RI, 2006).
Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker/tenaga farmasi dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi
langsung dengan pasien. Salah satu interaksi antara apoteker dengan pasien melalui Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE) berkaitan dengan obat yang digunakan oleh pasien secara tatap
muka untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien dalam penggunaan obat.
Swamedikasi atau pengobatan sendiri merupakan kegiatan pemilihan dan penggunaan
obat baik itu obat modern, herbal, maupun obat tradisional oleh seorang individu untuk
mengatasi penyakit atau gejala penyakit (WHO, 1998). Dalam proses swamedikasi dari seorang
Apoteker kepada pasien terdapat beberapa hal yang harus ditanyakan oleh Apoteker kepada
pasien antara lain:
1. Menanyakan untuk siapa obat tersebut dan informasi tentang data diri pasien (nama,
usia, berat badan,)
2. Mengumpulkan cukup informasi berkenaan dengan penyakit yang sedang dialami
agar dapat memberikan rekomendasi yang tepat,
3. Memastikan pernah/tidaknya pasien menggunakan obat tersebut,
4. Menyelidiki harapan pasien terhadap hasil terapi,
5. Menanyakan tinformasi tentang tingkat keparahan penyakit yang diderita pasien,
6. Menggali pemahaman pasien tentang penyakit dan pengobatan yang terkait,
Adapun hal-hal yang perlu disampaikan oleh seorang Apoteker mengenai swamedikasi
antara lain:

1. Memberikan informasi yang tepat baik mengenai penyakit yang sedang dialami
maupun mengenai obat yang digunakan,
2. Memberikan petunjuk khusus,
3. Memberikan saran mengenai hal yang dapat memperburuk penyakit pasien,
4. Menjelaskan follow up jangka panjang,
5. Memberikan penjelasan tentang bentuk produk dan hal penting yang harus dilakukan
(indikasi, kontraindikasi, efek samping dan cara penanganannya, cara pemakaian,
lama penggunaan dan pantangan,)
6. Menjelaskan mengenai resiko dan manfaat jika saran pengobatan dari seorang
apoteket ditolak oleh pasien.
Salah satu bentuk pelayanan kefarmasian adalah pelayanan resep. Terdapat dua tahap
pelayanan resep. Pertama adalah skrining resep yang dilakukan oleh apoteker. Tahap kedua yaitu
penyiapan obat yang meliputi peracikan, pemberian etiket, pengemasan obat, penyerahan obat,
informasi obat, konseling, dan monitoring penggunaan obat (Depkes RI, 2004). Dalam
pelayanan resep kepada pasien, seorang apoteker harus menggali beberapa informasi sebagai
berikut:
1. Apoteker menanyakan apakah resep diambil sendiri atau untuk orang lain. Hal
ini sebagai proses verifikasi identitas pasien,
2. Gali informasi apakah pasien memiliki sensitivitas terhadap suatu obat tertentu atau
tidak,
3. Tanyakan kepada pasien apakah dokter telah menjelaskan efek samping yang
ditimbulkan dari obat-obat yang ada dalam resep,
Beberapa informasi yang harus diberikan oleh seorang apoteker kepada pasien meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

nama dan gambaran obat,


Tujuan pengobatan,
cara dan waktu penggunaan,
saran ketaatan dan pemantauan sendiri,
efek samping dan efek merugikan,
tindakan pencegahan,
kontraindikasi dan interaksi obat,
petunjuk penyimpanan,
informasi pengulangan resep dan rencana pemantauan lanjutan.

Selain itu, diskusi penutup juga diperlukan untuk mengulang kembali dan menekankan
hal-hal terpenting terkait pemberian informasi mengenai obat (Rantucci, 2007).
Tujuan pemberian konseling kepada pasien adalah untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan dan kemampuan pasien dalam menjalani pengobatannya serta untuk memantau
perkembangan terapi yang dijalani pasien. Ada tiga pertanyaan utama (Three Prime Questions)
yang dapat digunakan oleh apoteker dalam membuka sesi konseling untuk pertama kalinya pada
pasien dengan resep dokter. Pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Apa yang telah dokter katakan tentang obat anda?
2. Apa yang dokter jelaskan tentang harapan setelah minum obat ini?
3. Bagaimana penjelasan dokter tentang cara minum obat ini?
Berdasarkan Pedoman Konseling Pelayanan dan Kefarmasian di Sarana Kesehatan yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI tahun 2006, aspek yang harus disampaikan dalam melaksanakan konseling antara
lain:

1. Deskripsi dan kekuatan obat, apoteker harus memberikan informasi kepada pasien
mengenai bentuk sediaan dan cara pemakaian, nama dan zat aktif obat, kekuatan
obat.
2. Jadwal dan cara penggunaan, penekanan dilakukan untuk obat denga instruksi
khusus seperti waktu minum sebelum atau sesudah makan, pantangan obat
dengan makanan,
3. Mekanisme kerja obat, banyaknya obat yang multi indikasi mengharuskan apoteker
dapat memilih mekanisme mana yang harus dijelaskan sesuai dengan indikasi obat
dan penyakit/gejala yang sedang diobati.
4. Dampak gaya hidup, apoteker harus menanamkan kepercayaan pada pasien
mengenai perubahan gaya hidup untuk meningkatkan kepatuhan pasien.
5. Penyimpanan, cara penyimpanan obat harus diberitahukan kepada pasien terutama
obat-obat yang harus disimpan pada temperature kamar, adanya cahaya dan lainnya.
6. Efek potensial yang tidak diinginkan, apoteker sebaiknya menjelaskan mekanisme
atau alasan terjadinya efek samping sederhana. Penjelasan dilakukan terutama untuk
obat yang menyebabkan perubahan warna urin, kekeringan mukosa mulut dan
lainnya. Pasien juga diberitahukan tentang tanda dan gejala keracunan (Depkes RI,
2006).

Anda mungkin juga menyukai