1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
(1308010014)
(1308010018)
(1308010032)
(1308010034)
(1308010038)
(1308010054)
(13080100)
Pengaruh besar-kecilnya partikel obat, Kecepatan disolusi obat berbanding langsung dengan
luas permukaan yang kontak dengan cairan/pelarut, bertambah kecil partikel, bertambah luas
permukaan total, bertambah mudah larut.
2. Pengaruh daya larut obat, tergantung pada :sifat fisika kimia dan prosedur teknik pembuatan
serta formulasi bentuk sediaan.
3.
pKa dan derajat ionisasi obat, Kebanyakan obat berupa asam lemah atau basa lemah,
sehingga perbandingan obat yang tidak terionisasi sangat menentukan absorpsi. pKa obat
merupakan faktor penting, apakah obat itu bila diberikan per oral diabsorpsi lebih banyak di
lambung atau lebih banyak di usus.
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair. Faktorfaktor yang dapat mempengaruhi formulasi yaitu bahan tambahan
(eksipien), ukuran partikel, efek pH, pembentukan garam, penggunaan surfaktan,
polimorfisme dan pembentukan solvent. Laju disolusi obat dapat berubah saat dicampur
dengan berbagai bahan tambahan selama proses pembuatan. Untuk meningkatkan laju
disolusi dipilih ukuran partikel yang cukup kecil untuk memberikan luas permukaan spesifik
yang berarti, tetapi tidak terlalu kecil agar kesulitan pembasahann yang disebabkan oleh
muatan partikel yang terjadi selama penggerusan dapat dihindari. Ukuran partikel
berpengaruh terhadap luas permukaan spesifik. Semakin kecil ukuran partikel semakin luas
permukaan spesifiknya sehingga disolusi semakin cepat akibatnya absorpsi semakin baik.
Sediaan yang bersifat asam dalam formulasi ditambahkan dapar yang bersifat basa.
Akibatnya jika obat ini masuk ke dalam cairan maka disekeliling obat tersebut bersifat basa.
Sehingga obat menjadi mudah larut. Untuk obat asam lemah dilakukan dengan mengganti H +
pada obat asam dengan kation lain (counter ion). Penambahan surfaktan akan mempermudah
obat mengalami disolusi sehingga berguna untuk obat yang rate limiting stepnya pada fase
disolusi. Bentuk amorf lebih mudah larut karena susunannya yang tidak teratur menyebabkan
energy kisi yang rendah. Sifat polimorfisme tampak pada kloramfenikol palmitat Kristal A
lebih kecil kelarutanya daripada Kristal B, sehingga absorpsi Kristal B lebih baik. Faktor
selanjutnya adalah pembentukan solvate atau hidrat yang mempunyai kelarutan lebih tinggi.
Sewaktu pembentukan Kristal cairan pelarut dapat membentuk ikatan stabil dengan obat
disebut solvate.
1.
Ukuran partikel.
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya
tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan
perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang
dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel
semakin kecil luas penampangnya. (dalam volume yang sama) .Sedangkan semakin besar
luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan
partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan
dengan memperkecil ukuran partikel.
2.
Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari
cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin
turun (kecil).
Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula
gerakan turunnya partikel yang terdapat didalamnya. Dengan demikian
dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun dari partikel yang
dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan
suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan
dituang.
( -
g
V =
------------------------
Keterangan :
kecepatan aliran
3.
= gravitasi
=
viskositas cairan
4.
Sifat/muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa
macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan
demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang
menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat
bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat
mempe-ngaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi
dimana partikel tidak mengalami agregasi
dan tetap terdistribusi
merata. Bila partikel mengendap
mereka akan mudah tersuspensi
kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada
kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk
membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake dan
peristiwa ini disebut caking .
Kalau dilihat dari faktor-faktor tersebut diatas, faktor konsentrasi dan
sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat
diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis
dalam resep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah
atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan
mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase
eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat
larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut
sebagai
suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya bersifat
mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
Bioavailabilitas menunjukan pengukuran laju dan jumlah obat yang aktif terapeutik
mencapai sirkulasi umum. Sedangkan bioekivalensi produk merupakan sediaan yang laju dan
jumlah absorbsinya tidak jauh berbeda secara signifikan, apabila diberikan dalam dosis dan
kondisi yang sama.
Bioavailabilitas diperlukan untuk :
1. Perlindungan konsumen (menjaga mutu obat yang beredar)
2. Sebagai ringkasan studi klinis, menetapkan keamanan dan efikasi produk obat
3. Uji bioavailabilitas dilakukan terhadap
- Pengaplikasian obat baru yaitu farmakokinetika essensial : laju dan jumlah obat
terabsorbsi sistemik, t1/2 laju eksresi dan metabolisme
- Formula baru
Cp maks
Hubungan antara efek farmakologi obat dan tingkat konsentrasi obat dalam
plasma.
-
AUC
Jumlah total obat aktif mencapai sirkulasi sistemik.
Data urine :
- Jumlah akumulatif obat yang dieksresi (Du)
Jumlah komulatif obat yang dieksresi lewat urine secara langsung yang
berhubungan dengan jumlah obat.
-
Kurva laju eksresi obat dalam urine edentik dengan kurva kadar obat dalam
plasma.
-
Waktu total obat yang diperlukan untuk diabsorbsi dan dieksresi secara sempurna
setelah pemberian obat, study ekivalem membandingkan beberapa produk obat.