Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kesehatan merupakan hal yang sangat penting khususnya
bagi ibu yang sedang hamil. Karena dalam kondisi yang seperti ini kesehatan seorang ibu akan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan janinnya. Satu hal yang paling sering ditemui di
dalam dunia kesehatan dimana seorang bayi yang baru lahir akan tetapi bayi itu akan mengalami
kesulitan dalam bernafas. (Hidayat, Aziz Alimul.2005)
Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang
paling penting pada anak, terutama bayi, karena saluran napasnya masih sempit dan daya tahan
tubuhnya masih rendah. Salah satu parameter gangguan saluran pernapasan adalah frekuensi dan
pola pernapasan. Pada bayi baru lahir sering kali terlihat pernapasan yang dangkal, cepat, dan
tidak teratur iramanya akibat pusat pengatur pernapasannya belum berkembang secara sempurna.
Pada bayi prematur gangguan pernapasan dapat disebabkan oleh kurang matangnya paru.
Disamping faktor organ pernapasan, keadaan pernapasan bayi dan anak juga di pengaruhi oleh
beberapa hal lain, seperti suhu tubuh yang tinggi, terdapatnya sakit perut, atau lambung yang
penuh. (Sibuea, 2007).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir. (Hidayat, Aziz Alimul.2005)
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan
PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH). (Saiffudin.2001).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir ( Wiknjosastro, 1999 ).
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk
dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998).
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan
dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000). Asfiksia berarti hipoksia yang
progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat
mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ
vital lainnya. (Saiffudin, 2001). Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2),
hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).
2. Etiologi
Chamberlain (1997) mengemukakan bahwa gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau
persalinan hampir selalu disertai dengan anoksia / hipoksia janin dan berakhir dengan aspiksia
neonatus.
Towell (1996) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri
dari :
a. Faktor Ibu
1) Hipoksia ibu, ini terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi
dalam.
2) Gangguan aliran darah uterus, mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya pengaliran O2 ke placenta dan demikian pula ke janin. Hal ini sering ditemukan pada
keadaan :
a) Gangguan kontraksi uterus : hipertoni, hipotoni, atau tetani uterus karena obat
b) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
c) Hipertensi pada eklamasia
b. Faktor Placenta, misal : solusio placenta.
c. Faktor Fetus
kompresi umbilkalis akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dan pembuluh darah
umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin, dapat terjadi pada keadaan tali

pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompres tali pusat pada persalinan sungsang antara
janin dan jalan lahir.
d.Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada BBL dapat terjadi karena pemakaian obat anestesia yang
berlebihan pada ibu.
e. Faktor antepartum
Umur ibu > 35 tahun, kehamilan kurang bulan, kehamilan ganda, dismatur, riwayat IUFD infeksi
pada ibu, kecanduan obat pada ibu, cacat bawaan, ibu dengan DM, anemia, perdarahan trimester
II / III, oligohidramnion.
f. Faktor Intra partum
Sectio Caesaria, persalinan kurang bulan, pemakaian anestesi umum, KPD > 24 jam.
3. Patofisiologi Asfiksia
Dalam kehidupan intrauterin paru-paru tidak berperan dalam pertukaran gas. Dalam keadaan
hamil, alveoli janin berisi cairan yang dibentuk dalam paru-paru. Pada saat kelahiran diperlukan
tekanan yang besar untuk mengeluarkan cairan tersebut sehingga paru-paru dapat berkembang
untuk pertama kalinya. Pernafasan pertama memerlukan tekanan 2-3 kali lebih tinggi daripada
pernafasan selanjutnya.
Pada saat proses persalinan, kontraksi uterus dapat mempercepat pengeluaran cairan,
sebagian cairan paru masuk rongga perivaskuler dan diabsorbsi ke dalam aliran darah dan limfe
paru-paru. Pada saat bayi bernafas alveoli akan mengembang sehingga cairan paru-paru akan
berganti dengan udara.
Masalah pengeluaran cairan paru terjadi pada bayi yang paru-parunya tidak berkembang
dengan baik saat pernafasan pertama. Ini dapat dilihat pada bayi lahir dengan apnea. Bayi yang
tidak pernah bernafas dapat diasumsi bahwa pangembangan alveoli tidak terjadi dan tetap terisi
cairan. Melakukan pernafasan buatan pada bayi seperti ini diperlukan tekanan tambahan.
4. Manifestasi Klinis
a. Penilaian apgar score.
Penilaian asfiiksia secara APGAR mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian
asfiksia pada BBL,patokan klinis yang dinilai :
1)
2)
3)
4)
5)

Menghitung frekwensi jantung


Melihat usaha bernafas
Melihat tonus otot
Melihat reflek rangsangan
Memperhatikan warna kulit

Tabel APGAR SCORE

Tanda
Frekwensi

O
Tidak ada

1
< 100 / menit

jantung
Usaha bernafas
Tonus otot

Tidak ada
Lumpuh

Lambat tak teratur Menangis kuat


Extremitas fleksi
Gerakan pasif

Reflek
Warna

Tidak ada
Biru / pucat

sedikit
Gerak sedikit
Menangis
Tubuh kemerahan, Tubuh ekstremitas
extremitas biru

2
> 100 / menit

kemerahan

b.Tingkatan asfiksia
1) Asfiksia ringan / bayi normal : nilai apgar score 7-9
2) Asfiksia sedang : nilai apgar score 4-6
3) Asfiksia berat : nilai apgar 0-9

5. Komplikasi
a. Asidosis respiratorik
Bila berlanjut dan tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme anaerobik berupa glikolisis
glikogen tubuh, sehingga sumber glikogen tubuh, jantung dan hati akan berkurang, asam organik
yang terjadi akibat metabolisme ini akan menimbulkan asidosis metabolik
b. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
c. Terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot
jantung sehingga menimbulkan kelemahan jantung.
d. Kerusakan sel otak akibat asidosis dan gangguan kardiovaskuler.
e. Odem otak, perdarahan intra / periventrikuler
f. Gangguan kognitif, gangguan tingkah laku, retardasi mental, epilepsi atau cerebral palsy di
kemudian hari.
7. Penatalaksanaan
a. Prinsip dasar resusitasi (Wiknjosastro, 2001)
Memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernafasan yaitu agar
oksigenasi dan pengeluaran CO2 berjalan lancar.
1) Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang menunjukkan usaha peernafasan
lemah.
2) Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi.
3) Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik.
b.
Kriteria bayi yang perlu resusitasi :
1) Apnea primer : napas cepat, tonus otot berkurang, kulit kebiruan

2)

Apena sekunder : napas megap-megap yang dalam, denyut jantung menurun, bayi terlihat

lemas (flacid) napas makin lama makin lemah, tidak berespon terhadap rangsang, tanda penilaian
:
-

Pernafasan
Denyut jantung
Warna kulit
Apgar score
Score apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan harus dimulai resusitasi tetapi merupakan

cara yang efektif untuk menilai kondisi bayi. Penilaian harus segera dilaksanakan setelah lahir
tidak usah menunggu penilaian score apgar menit pertama.
c.
1)

Tindakan resusitasi bayi : A B C resusitasi


Assesment / Airway / Agitatim
a)
Observasi warna, suara, aktivitas bayi
b) Tanda vital : heart rate, pernafasan, kapillary refill
c)
Cek kepatenan jalan nafas (airway) : bersihkan nasopharing dan mulut
d) Agitale (stimulasi janin) : menggosok punggung agar bayi menangis sehingga ada usaha

bernafas.
Breathing
a)
Melakukan rangsang taksil untuk memulai pernafasan.
b)
Melakukan ventilasi tekanan positif (VTP) bila perlu
3)
Circulation / Cardiac
Bila heart rate 60 kali / menit atau 80 kali / menit dan tak ada perbaikan, kompresi dada harus
2)

dilakukan. Asisten mengecek nadi perifer bayi (femoralis, brakhialis, karotis, atau radialis) dan
kapillary refill untuk mengkaji efektifitas kompresi. Tujuan kompresi dada adalah untuk bayi
dengan sirkulasi yang rendah atau tak ada, kompresi dada dianjurkan 120 kali / menit atau 2
kali / detik. Selalu diiringi pernafasan. Obat-obatan yang dipakai :
a)
Epineprin 1: 10.000 ~ ampul 3 ml atau 1 ml
b)
Nalokson hidroklorida 4.4 mg / ml ~ ampul 1 ml atau 1.0 mg / ml ~ ampul 2 ml.
c)
Volume ekspander
: 5% larutan garam abvulin, Nacl 0.9 %, RL
d) Bikarbonat natrikus 4,25 (5 mg / 10 ml)
e)
Dektrosa 10%, 250 ml
f)
Aqua steril, 30 ml
g)
Nacl biasa, 30 ml

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas orang tua
b. Identitas bayi baru lahir :
Tanggal lahirjam..
Jenis kelamin
Kelahiran tunggal / ganda
Lahir hidup / mati
Ukuran : BB, PB, LK, LD, LLA.
Apgar score:.
c. Riwayat Persalinan :
Cara persalinanditolong

olehatas

indikasi

Persalinan

di
Lama persalinan kala I : . Perdarahan
Lama persalinan kala II :
Ketuban lama pecah : warna.Bau
d. Pemeriksaan fisik
Tanggaljam..
Keadaan umum tampak lemah
Kepala : bentuk mesocephal, ubun-ubun besar sudah menutup.
Mata : sklera tak ikterik, konjungtifa tak anemis
Hidung : bentuk simetris, ada cuping hidung, nampak megap-megap, belum napas
Telinga : bentuk simetris, tak ada kotoran
Mulut : bibir sianosis, membran mukosa tak kering
Leher : tak ada pembesaran kelenjar tiroid
Dada : bentuk simetris, ada retraksi dada
Frekuensi nafas < 30 kali/menit, atau apena (henti napas > 20 detik)
Jantung : denyut jantung < 100 kali/menit
Paru-paru
: masih terdengar suara nafas tambahan ( ronkhi basah +)
Abdomen
: meteorismus + tali pusat berwarna putih dan masih basah
Kulit : warna kulit sianosis
Extremitas: tak ada tonus otot, tonus otot sedikit/lemah
Refleks : tak ada reflek moro
2. Diagnosis Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penumpukan mukus.
b. Gangguan pemenuhan O2 b/d ekspansi yang kurang adekuat.
c. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen dan ketidakseimbangan ventilasi.
d. Ansietas b/d ancaman kematian
3. Intervensi Keperawatan
N

Diagnosis

Tujuan

O
1.

Keperawatan
Bersihan
jalan Setelah dilakukan

Intervensi

Rasional

1. Mengauskultasi suara nafas 1. Obstruksi jalan napas

nafas tidak efektif tindakan


berhubungan

keperawatan

dengan

selama proses

penumpukan

keperawatan

mukus lendir.

sebelum dan sesudah suction.

dapat
dengan

2.Memberitahu keluarga
tentang suction

diharapkan jalan

3.

adanya

bunyi

napas tambahan seperti


krekels, ronki,wheezing.
2 2. Sebelum melakukan
tindakan berikan penkes

nafas lancar

kepada

Kriteria Hasil:
1.

dimanefestasikan

(30-40x/menit)
2. Pengeluaran

tanda-tanda distres pernafasan

kesalhpahaman. Dan agar


ada

4.

sputum melalui

4. Memposisikan bayi
miring kekanan setelah

agar

tidak terjadi kepanikan/

Rata-rata repirasi 3. Mengobservasi adanya


dalam batas normal

keluarga

kerjasama

dari

keluarga pasien.
3.

3. Untuk membersihkan
memberikan makan
jalan nafas.
Kolaborasi
sisa sisa air ketubn
3. Tidak ada suara
1.
Melakukan hisap mulut dan
nafas tambahan
nasopharing dengan spuit
4 4.
Untuk mencegah
(ronchi/wheezeng)
sesuai kebutuhan
terjadinya aspirasi
2.

Gangguan

pernafasan kembali

Mandiri

pemenuhan

normal

1.

Kaji frekuensi,

kebutuhan O2 b/d

kedalaman pernapasan

ekspansi

dan ekspansi dada


Auskultasi bunyi napas

yang Kriteria Hasil:

kurang adekuat

1.

Klien

tidak

mengalami

sesak

2.

napas
3.
2. RR klien normal
(30-40x/menit)
3. Kulit klien tidak

meningkat
napas

Posisikan bayi pada

menurun

abdomen atau posisi

tidak ada bila jalan

gulungan popok

4.

napas

biasanya

2. Bunyi

telentang dengan

pucat

1. Kecepatan

atau

napas obstruksi
3. Posisi ini dapat

dibawah bahu untuk

memudahkan

menghasilkan sedikit

pernapasan

hiperektensi
Berikan rangsang taktil

menurunkan

dan

episode asfiksia

yang segera ( mis,


gosokkan punggung
bayi ) bila terjadi apnea.
4. Merangsang
5.
6.

SSP

untuk

Mengobservasi warna
kulit.
Kolaborasi :
Berikan oksigen
tambahan

meningkatkan
gerakan tubuh dan
kembalinya
pernapasan

yang

spontan
5. Memaksimalkan
bernapas

dan

menurunkan kerja
napas
3.

Kerusakan

pertukaran gas

Mandiri

pertukaran gas b/d kembali normal


gangguan
oksigen

1. Kaji

suplai

status distress

pernafasan,perhatikan

dan Kriteria Hasil:

tanda-tanda

ketidakseimbanga
n ventilasi

1. Takipnea menandakan
pernafasan,khususnya bila

distres pernfasan lebih dari 60 x/i

pernafasan(mis, takipnea, setelah 5 jam pertama


Mempertahankan

pernafsan cuping hdung, kehidupan.

kadar PO2 / PCO2

mengorok, retraksi,ronki,

dalam batas normal

atau krekels).

pO2

80-

100mmHg,
pCO2

2. Gunakan

pemantauan

oksigen transkutan atau


:

35-

45mmHg)
Klien

tidak

mengalami

sesak

napas
Suhu

tubuh

oksimeter

nadi.

Catat

kadar setiap jam. Ubah


sisi alat setiap 3-4 jam.
3. Hisap

hidung

2.
pemantauan

Memberikan
noninvasif

konstan terhadap kadar


oksigen.

dan

orofaring dengan hati-

3. Mungkin perlu untuk

dalam

keadaan

hati,sesuai kebutuhan.

mempertahankan

normal ( S 36-37C

kepatenan

jalan

nafas,

khususnya pada bayi yang


menerima

ventilasi

terkontrol.
4. Pertahankan

kenetralan

suhu tubuh

4.

Stres

dingin

meningkatkan

konsumsi

oksigen

bayi,dapat

meningkatkan

asidosis,

dan selanjutnya kerusakan


produksi surfaktan.
4.

Ansietas

b/d Tujuan : keluarga

ancaman kematian

1. mengevaluasi

1. Agar keluarga tahu

tidak cemas

tingkat pemahaman tentang penyebab sesak

KH :

keluarga

1.

Keluarga klien

2.

tetap tenang
Keluarga
mengerti
apa
dianjurkan

dengan
yang

klien yang dialami oleh bayinya

tentang diagnose.
2. Memberikan
kesempatan

untuk 2. Agar dapat mengurangi

bertanya dan jawab rasa cemas


dengan jujur antara
keluarga

dan

perawat.
3. Melibatkan
terdekat

orang 3. Agar keluarga tahu apa


dalam yang perawat lakukan

perencanaan
keperawatan.
4.
4. Memberikan
kenyamanan fisik

Agar keluarga

merasa nyaman

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif,
penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan
kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital
lainnya.Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan
PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).

Anda mungkin juga menyukai