Anda di halaman 1dari 19

EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN

BATUAN DI KABUPATEN BANTUL


(Studi Kasus pada DPPKAD Kabupaten Bantul YOGYAKARTA)
Penulis:
Nina Yulianasari, SE.M.Sc

Abstract
According Bantul Regency Regulation No. 08 Year 2010, Regional Tax is
mandatory contribution to the region that are owed by the individual or entity that is
enforceable under the law, by not getting rewarded directly and used for regional
purposes for the greatest welfare of the people. This research is descriptive
quantitative. The research object in Bantul.
Effectiveness of Non Metallic Minerals Tax and rocks in Bantul can be
considered to be very effective. It can be seen from the achievement of the targets set
each year with an average effectiveness of 184.68% per year. Tax contributions
nonmetallic minerals and rocks to the total tax revenue in Bantul area in 2008 to 2011
was an average of 2.76% per year. While the contribution of tax non-metallic
minerals and rocks to the total revenue is the average of 0.52% per year.
Keywords: Local Taxes, tax effectiveness.

A. Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar bagi pemerintah
yang didapat dari iuran wajib rakyat kepada negara. Menurut Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pemerintah
diberikan kewenangan seluas luasnya untuk mengelola asset daerahnya dalam
merinci dan memungut pendapatan bagi daerahnya sendiri. Agar suatu daerah
propinsi atau kabupaten dapat memberikan hasil atau pendapatan dapat dilakukan
melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diambil atau dipungut dari pajak
dan retribusi.
1

Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 08 Tahun 2010,


Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Kabupaten Bantul memiliki luas wilayah 508,85 km2 dengan topografi
sebagai dataran rendah dan lebih dari separonya adalah daerah perbukitan di
bagian barat dan pada bagian selatan adalah daerah dengan keadaan alamnya yang
berpasir dan sedikit berlagun. Selain itu Kabupaten Bantul juga mempunyai
keunggulan di sektor pertanian dan sumber daya alamnya. Bahan tambang yang
ada meliputi pasir/kerikil, tanah liat, batu putih/batu gamping, kalsit, breksi, batu
apung, mangaan, andesit, tras, bentonit, dan pasir besi.
Melihat melimpahnya potensi pertambangan bahan galian mineral bukan
logam dan batuan di Kabupaten Bantul maka sebenarnya dari sektor ini
diharapkan mampu menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) lebih besar dari
yang selama ini dicapai. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran
masyarakat dalam membayar pajak. Kebanyakan dari mereka hanya melakukan
penambangan tanpa melaksanakan kewajiban perpajakan. Potensi potensi yang
ada di Kabupaten Bantul seharusnya dapat dimaksimalkan lagi untuk menambah
sumber penerimaan yang diterima oleh daerah.
Dari latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengambil
judul yaitu: EFEKTIFITAS PENERIMAAN PAJAK MINERAL BUKAN
LOGAM DAN BATUAN DI KABUPATEN BANTUL.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah
mengenai:
1. Bagaimana efektifitas penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan di Kabupaten Bantul selama 4 (empat) tahun terakhir?

2. Berapa besar kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan


terhadap Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Bantul?
3. Apa saja kendala yang dihadapi oleh aparatur pajak dalam pelaksanaan
pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan?

C. Landasan Teori
1. Definisi pajak
Definisi atau pengertian pajak menurut Prof. Dr Rochmat Soemitro, SH. Pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. (Mardiasmo, 2006).
2. Pajak Daerah
Adapun jenis-jenis Pajak Daerah berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Bantul No.08 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah Pasal 2, jenis pajak daerah
terdiri atas: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak
Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet.
3. Dasar Hukum Pajak Daerah
1. UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
2. UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah
3. UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
4. PP No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
5. PP No. 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah

4. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan


1. Pengertian Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Berdasarkan Peraturan Bupati Bantul No. 52 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, pengertian Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak yang dikenakan atas
kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber
alam di dalam atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.

2. Subjek dan Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan


Berdasarkan Peraturan Bupati Bantul No. 52 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pasal 4, yang dimaksud
sebagai Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi
atau Badan yang dapat mengambil mineral bukan logam dan batuan di
wilayah Kabupaten Bantul.
Sedangkan Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah
kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang meliputi: batu
kapur, batu apung, batu hitam, batu putih, batu pecah, pasir dan batu, bentonit,
granit, kalsit, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, tanah urug, tanah serap (fullers
earth), tanah liat dan tras. Serta kegiatan pengolahan mineral bukan logam
dan batuan yang belum dipungut pajak mineral bukan logam dan batuan yang
dibuktikan dengan menunjukkan bukti pembayaran pajak pada saat
pengambilan.
Dalam Peraturan Bupati Bantul No.52 Tahun 2010 pada pasal 3 ayat 3
menyebutkan, dikecualikan dari Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan adalah:
a. Kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang nyatanyata

tidak

dimanfaatkan

secara

komersial,

seperti

kegiatan

pengambilan tanah untuk keperluan rumah tangga, pemancangan tiang


listrik atau telepon, penanaman kabel listrik atau telepon dan penanaman
pipa air atau gas.
b. Kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang
merupakan ikutan dari kegiatan pertambangan lainnya, yang tidak
dimanfaatkan secara komersial.
3. Dasar Pengenaan, Tarif dan Tata Cara Perhitungan Pajak
a. Dasar Pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.
Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
adalah Nilai Jual Hasil pengambilan mineral bukan logam dan batuan.
Nilai jual dihitung dengan cara mengalikan volume atau tonase hasil
pengambilan dengan nilai pasar atau harga standar masing-masing jenis
mineral bukan logam dan batuan. Berikut ini adalah tabel harga standar
untuk setiap objek pajak mineral bukan logam dan batuan.
Harga Standar Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
No

Objek Pajak

Harga/

Batu kapur

Rp 8.000.00

Batu apung

Rp15.000.00

Batu hitam

Rp 6.000.00

Batu putih

Rp 6.000.00

Batu pecah

Rp 6.000.00

Pasir dan batu

Rp 6.000.00

Bentonit

Rp15.000.00

Granit

Rp12.000.00

Kalsit

Rp12.000.00

10

Pasir dan kerikil

Rp 6.000.00

11

Tanah urug

Rp 5.000.00

12

Pasir kuarsa

Rp 6.000.00

13

Tanah serap

Rp 6.000.00

14

Tanah liat

Rp13.000.00

15

Tras

Rp 5.000.00

b. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan


Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang ditetapkan
oleh pemerintah Kabupaten Bantul sesuai dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Bantul No.08 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah adalah
sebesar 25 % (dua puluh lima persen).
c. Cara Perhitungan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Besaran pokok Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang
terutang dihitung dengan cara mengalikan tariff pajak dengan dasar
pengenaan pajak, dengan rumus sebagai sebagai berikut :
Pajak terutang = Volume x Harga Standar x 25 %
4. Wilayah Pemungutan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang terutang dipungut di
wilayah Daerah tempat pengambilan atau pengolahan bahan galian bukan
logam dan batuan.
5. Masa Pajak dan Saat Terutangnya Pajak
Berdasarkan PERBUP Nomor 52 Tahun 2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pasal 9
menyebutkan bahwa masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu
bulan takwim. Pajak yang terutang dalam masa pajak terjadi pada saat
kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan.

6. Tata Cara Pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Mengenai tata cara pemungutan pajak mineral bukan logam dan


batuan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul
sesuai dengan Peraturan Bupati No.52 Tahun 2010 adalah pemungutan
pajak tidak boleh diborongkan. Setiap Wajib Pajak wajib membayar
sendiri pajak yang terutang atau berdasarkan surat ketetapan pajak. Untuk
wajib pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan
Kepala Dinas dibayar menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKPD) atau dokumen lain yang dipersamakan yaitu berupa karcis atau
nota perhitungan. Sedangkan untuk Wajib Pajak yang memenuhi
kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah
Kurang Bayar (SKPDKB) atau dengan Surat Ketetapan Pajak Daerah
Kurang Bayar Tambahan (SKPDBT).
7. Efektifitas dan Kontribusi
Efektifitas yaitu hubungan antara output dan tujuan atau dapat juga
dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output tertentu, kebijakan
dan prosedur dari organisasi.
Efektifitas digunakan untuk mengukur hubungan antara hasil pungutan
suatu

pajak

dengan

tujuan

atau

target

yang

telah

ditetapkan

(Mardiasmo,2006). Rumus pengukuran efektifitas untuk pemungutan pajak


adalah sebagai berikut:
Efektifitas

x 100%

Dari pengertian efektivitas tersebut dapat disimpulkan bahwa


efektifitas bertujuan untuk mengukur rasio keberhasilan. Semakin besar
rasio maka semakin efektif.
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor

690.900.327

Tahun

1996,

penentuan

tingkat

efektivitas

digolongkan ke dalam kategori sebagai berikut (Yuni Mariana, 2005):

a. Hasil perbandingan >100%

: Sangat Efektif.

b. Hasil perbandingan >80%-100%

: Efektif.

c. Hasil perbandingan <80%

: Tidak Efektif.

Sedangkan untuk dapat menghitung kontribusi penerimaan pajak


mineral bukan logam dan batuan terhadap pajak daerah dan Pendapatan Asli
Daerah dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Kontribusi terhadap Pajak Daerah

= x100%

Kontribusi terhadap PAD

x 100%

D. Metodelogi Penelitian
Sifat Penelitian

ini

merupakan

penelitian

deskriptif

karena

hanya

menggambarkan keadaan objek penelitian atau masalah yang ada dalam


penelitian. Menurut Sugiono (2007) Analisis kuantitatif dalam suatu penelitian
dapat didekati dari dua sudut pendekatan, yaitu analisis kuantitaf secara
deskriptif dan analisis kuantitatif secara inferensial. Sesuai dengan namanya
deskriptif hanya akan mendeskripsikan keadaan suatu gejala yang telah di
rekam melaui alat
pengolahan

ukur

tersebut

kemudian

selanjutnya

diolah

dipaparkan

sesuai
dalam

dengan
bentuk

fungsiya.

Hasil

angka angka

sehingga memberikan suatu kesan lebih mudah ditangkap maknanya oleh


siapapun yang membutuhkan informasi tentang keberadaan gejala tersebut.

E. Analisis dan Hasil


1. Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Bantul
Kabupaten Bantul sebagai suatu daerah otonomi, harus dapat menggali
sumber-sumber keuangan secara optimal agar dapat menjalankan pemerintahan

dan melaksanakan pembangunan daerah secara mandiri. Salah satu sumber


keuangan di Kabupaten Bantul adalah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Berikut ini adalah tabel yang menyajikan PAD Kabupaten Bantul selama 4
(empat) tahun terakhir.

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bantul


Tahun 2010-2013
Pendapatan

2010

2011

Asli Daerah

(Rp)

Pajak Daerah

12.070.898.864

17,15

14.108.451.479

15,91

16.541.249.955

37.169.638.611

52,81

58.205.951.445

65,63

3.449.914.968

4,90

7.512.838.195

yang Sah

17.697.075.383

25,14

8.864.121.572

Total PAD

70.387.527.826

(Rp)

2012
%

(Rp)

2013
%

(Rp)

20,26

35.068.591.777

27,21

15.978.422.097

19,57

17.798.603.458

13,81

8,47

7.424.932.058

9,09

7.290.930.554

5,66

9,99

41.702.235.183

51,08

68.741.960.385

53,33

128.900.086.174

100

Retribusi
Daerah
Hasil
Pengelolaan
Kekayaan
Daerah

yang

Dipisahkan
Lain-lain

PAD

100

88.691.362.691

100

81.646.839.293

100

Sumber: DPPKAD Kabupaten Bantul

2.

Pajak Daerah Kabupaten Bantul


Pajak daerah yang dikelola oleh pemerintah Kabupaten Bantul diantaranya
adalah pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak
penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air
tanah, pajak sarang burung wallet dan pajak BPHTB. Kontribusi masing-masing
pajak daerah dapat dilihat pada tabel berikut:
9

Data Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Bantul


Tahun 2010 sampai dengan 2013
Pajak

2010

2011

2012

2013

Daerah

(Rp)

(Rp)

(Rp)

(Rp)

P. Hotel

37.455.000

0,31

48.340.000

0,34

91.689.000

0,55

131.241.900

0,37

P. Restoran

149.261.025

1,24

188.874.430

1,34

393.816.400

2,38

1.522.413.345

4,34

P. Hiburan

77.380.700

0,64

91.851.050

0,65

149.914.202

0,91

222.246.988

0,63

P. Reklame

415.753.000

3,44

1.244.917.012

8,82

1.928.535.601

11,66

2.078.745.604

5,93

Jalan

10.834.709.060

89,76

12.138.890.000

86,04

13.523.963.363

81,76

14.830.420.831

42,29

P. MBLB

543.959.061

4,51

378.934.486

2,69

428.649.389

2,59

445.485.716

1,27

P. Parkir

12.381.000

0,10

16.644.500

0,12

24.682.000

0,15

30.675.000

0,09

P. Air Tanah

128.349.465

0,37

2.050.000

0,01

P. Penerangan

P.

Sarang

Burung
Wallet

BPHTB

15.676.962.927

44,70

12.070.898.846

100

14.108.451.478

100

16.541.249.955

100

35.068.591.776

100

Total Pajak
Daerah

Sumber: DPPKAD Kabupaten Bantul

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan setiap tahunnya


masing-masing penerimaan pendapatan pajak mengalami kenaikkan, kecuali pada
pajak mineral bukan logam dan batuan yang setiap tahunnya tidak selalu naik. Pada
tahun 2013 masuk 3 (tiga) pungutan pajak baru yaitu pajak air tanah, pajak sarang
burung wallet dan BPHTB yang berpengaruh besar terhadap penerimaan pendapatan
pajak daerah. Realisasi penerimaan pajak daerah tahun 2013 meningkat dua kali lipat
dari tahun sebelumnya.

10

3. Kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap Pajak Daerah
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pajak mineral bukan logam dan
batuan terhadap pajak daerah maupun pendapatan asli daerah yaitu dengan
menggunakan analisis rasio. Berikut ini adalah tabel yang menyajikan besarnya
kontribusi pajak mineral bukan logam dan batuan terhadap pajak daerah dan
pendapatan asli daerah:
Data Realisasi Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan terhadap Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Bantul Tahun 2010-2013

Pajak MBLB

Pajak Daerah

PAD

(Rp)

(Rp)

(Rp)

2010

543.959.061

12.070.898.864

2011

378.934.486

2012
2013

Tahun

Kontribusi

Pajak

MBLB
Pajak

PAD

Daerah (%)

(%)

70.387.527.826

4,51

0,77

14.108.451.479

88.691.362.690

2,69

0,43

428.649.389

16.541.249.955

81.646.839.293

2,59

0,53

445.485.716

35.068.591.777

128.900.086.173 1,27

0,35

2,76

0,52

Rata-rata Kontribusi Pajak MBLB


Sumber: DPPKAD Kabupaten Bantul

4. Analisis Efektivitas Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan


a. Target Pajak
Cara menentukan target pajak di Kabupaten Bantul yaitu
berdasarkan pada prediksi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi di masa mendatang yang memiliki dampak langsung terhadap
pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah serta melihat dari rata-rata
penerimaan pajak daerah pada periode sebelumnya.

11

Prediksi tersebut juga melihat dari Anggaran Pendapatan dan


Belanja Daerah (APBD) yang merujuk pada kegiatan pembangunan fisik
infrastruktur daerah Kabupaten Bantul. Target dapat ditetapkan naik dari
tahun sebelumnya atau minimal sama dengan

tahun sebelumnya

tergantung dari prediksi yang telah dilakukan. Berikut ini disajikan tabel
data target pajak mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Bantul
selama 4 (empat) ahun terakhir:

Target Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Kabupaten


Bantul
Tahun 2010-2013
Tahun

Target (Rp)

2010

150,000,000

2011

300,000,000

2012

350,000,000

2013

350,000,000

Sumber: DPPKAD Kabupaten Bantul

b. Efektivitas Pajak
Efektivitas adalah tingkat pencapaian hasil program dengan target
yang telah ditetapkan. Efektivitas dalam pemungutan pajak mineral bukan
logam dan batuan merupakan perbandingan antara hasil pungutan pajak
terhadap target. Yang dimaksud dengan hasil pungutan adalah realisasi
dari penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan. Semakin besar
realisasi penerimaan pajak yang didapat dari target yang telah ditetapkan

12

berarti pungutan pajak tersebut adalah sangat efektif. Efektivitas pajak


mineral bukan logam dan batuan dapat dilihat pada tabel berikut:

Efektifitas Pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan


Kabupaten Bantul
Tahun 2010-2013
Tahun Target (Rp)

Realisasi (Rp)

Efektifitas (%)

Keterangan

2010

150.000.000

543.959.061

362,64

Sangat Efektif

2011

300.000.000

378.934.486

126,31

Sangat Efektif

2012

350.000.000

428.649.389

122,47

Sangat Efektif

2013

350.000.000

445.485.716

127,28

Sangat Efektif

184,68

Sangat Efektif

Rata-rata
Sumber: DPPKAD Kabupaten Bantul

5. Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Pemungutan Pajak Mineral


Bukan Logam dan Batuan
Dalam pelaksanaan pemungutan pajak mineral bukan logam dan batuan yang
dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bantul, dengan adanya tiga system
tersebut dinilai sudah cukup baik. Namun tetap saja masih banyak kendala-kendala
yang ditemukan pada praktek di lapangan. Kendala tersebut merupakan faktor
penghambat bagi peningkatan realisasi penerimaan pajak mineral bukan logam
dan batuan. Hambatan-hambatan yang sering dihadapi oleh aparatur pajak antara
lain:
1) Kurangnya kesadaran wajib pajak dalam hal membayar pajak. Bagi
sebagian besar wajib pajak, membayar pajak adalah suatu beban.
Padahal dengan membayar pajak kita juga dapat menikmati hasil
pembangunan untuk kepentingan umum walaupun dampak yang kita
rasakan tidak secara langsung.

13

2) Banyaknya para penambang liar atau penambang yang tidak berijin.


Sebagian besar penambang liar ini adalah masyarakat sekitar yang
bermukim di sekitar area pertambangan dan tidak ada tindakan yang
tegas dari pemerintah daerah untuk menertibkan para penambang liar
tersebut.
F. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka penulis dapat mengambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Efektifitas Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan di Kabupaten Bantul dapat
dinilai sangat efektif. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian dari target yang telah
ditetapkan setiap tahun dengan efektifitas rata-rata sebesar 184,68% per tahun.
2. Kontribusi pajak mineral bukan logam dan batuan terhadap total penerimaan
pajak daerah di Kabupaten Bantul pada tahun 2008 sampai dengan 2011 adalah
rata-rata sebesar 2,76% per tahun. Sedangkan kontribusi pajak mineral bukan
logam dan batuan terhadap total Pendapatan Asli Daerah adalah rata-rata
sebesar 0,52% per tahun.
3. Dalam pelaksanaan pemungutan pajak mineral bukan logam dan batuan, masih
terdapat beberapa kendala yang menyebabkan kurang optimalnya pendapatan
pajak tersebut. Kendala tersebut antara lain banyaknya para penambang liar
yang tidak berijin dan kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak dinilai
masih rendah.

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis dapat mengemukakan beberapa


saran yang diharapkan mampu untuk dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
pemerinta Kabupaten Bantul dalam mengambil kebijakan maupun untuk
meningkatkan kinerja pelaksanaan pemungutan pajak mineral bukan logam dan
batuan, yaitu sebagai berikut:

14

1. Untuk dapat menimbulkan kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak,


hendaknya DPPKAD melakukan sosialisasi secara berkala kepada masyarakat
serta selalu memberikan informasi terbaru mengenai peraturan-peraturan
tentang pemugutan pajak mineral bukan logam dan batuan.
2. Harus lebih meningkatkan kinerja agar penerimaan pendapatan pajak mineral
bukan logam dan batuan naik sehingga kontribusinya terhadap pajak daerah
maupun pendapatan asli daerah menjadi lebih besar dari tahun-tahun
sebelumnya.
3. Disamping upaya meningkatkan pendapatan pajak mineral bukan logam dan
batuan, pemerintah daerah juga harus melakukan upaya untuk memperbaharui
lokasi yang rusak akibat dari kegiatan penambangan mineral bukan logam dan
batuan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Devas, Nick.al., 1989, Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, Jakarta:


Universitas Indonesia.
Mahmudi, 2007, Manajemen Kinerja Sektor Publik, Yogyakarta:UPP STIM YKPN.
Mardiasmo, 2006, Perpajakan, Edisi Revisi, Yogyakarta: Andi.
Munawir, H.S., 1997, Perpajakan, Yogyakarta: Liberty.
Peraturan Bupati Bantul Nomor 52 Tahun 2010, Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan.
Peraturan Bupati Bantul Nomor 80 Tahun 2011, Tentang Rincian Tugas, Fungsi dan
Tata Kerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.
Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 08 Tahun 2010, Tentang Pajak Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2011, Tentang Perubahan


Ketiga Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2007

15

Tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Di Lingkungan Pemerintah


Kabupaten Bantul.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009, Tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah.
Waluyo, 2006, Perpajakan, Edisi Satu, Jakarta: Salemba Empat.
Yuni Mariana, 2005, Analisis Kontribusi Pajak Parkir Pada Dispenda Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung, Skripsi

16

Anda mungkin juga menyukai